Anda di halaman 1dari 41

VISITASI, SKD DAN

RESPONS KLB
Disampaikan oleh :
dr.Setiyo Supriyadi

Pelatihan Integrasi Petugas Haji


Kloter Tahun 2015
Definisi

 Visitasi pada jemaah haji adalah upaya yang


dilakukan untuk memantau kondisi
kesehatan jemaah haji dan responnya serta
bimbingan kesehatan di kelompok terbang
(kloter) yang dilakukan setiap saat agar
tercapainya jemaah haji sehat.
TUJUAN :
 Tujuan umum :
 Tercapainya jemaah haji sehat di kloter
 Tujuan khusus :

◦ Terdeteksinya jemaah haji sakit secara


dini untuk diobati, dirawat dan dirujuk
◦ Terbangunnya komunikasi antar
petugas di kloter
◦ Terbangunnya komunikasi antara
jemaah dan petugas.
 
Lokasi Visitasi

◦Selama di asrama embarkasi


haji
◦Selama di pesawat
◦Selama di Arab Saudi (di
pondokan)
◦Selama di asrama debarkasi
haji
Prosesi Penerimaan di Asrama Haji
SAAT KEBERANGKATAN JAMAAH HAJI
DALAM BUS
SAAT DI PESAWAT TERBANG
PROSES PEMERIKSAAN IMIGRASI DI
BANDARA KAIA
Kegiatan visitasi

 Pemantauan dan respon serta bimbingan


kesehatan yang meliputi:
◦ Deteksi adanya masalah kesehatan (menderita sakit
atau problem kesehatan lainnya)
◦ Deteksi adanya kondisi yang berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan, baik pada diri jemaah, maupun
kondisi lingkungan (jemaah lain atau tempat tinggal)
◦ Timbul tindakan pemeriksaan, pengobatan, dan
pemeliharaan kesehatan
◦ Timbul tindakan preventif dan promotif
Sasaran dan Cara
 Sasaran :
 Seluruh jemaah haji, dengan prioritas jemaah

risti dan usia lanjut .

 Cara
 1. Pada saat pelayanan kllinik (jemaah datang

berobat, konsultasi anjangsana)


 2. Visitasi ke kamar-kamar jemaah yang

direncanakan
 3.Visitasi tanpa rencana, adalah
kegiatan sama dengan (b), tetapi
tidak ada rencana.

 4.Koordinasi dengan petugas


kloter, ketua rombongan dan
ketua regu serta jemaah
 Tanda-tanda adanya masalah kesehatan antara
lain:
 jemaah usia lanjut terlihat menyendiri tidak ada
keluarganya
 jemaah usia lanjut mengeluh tidak bisa tidur, tidak mau
makan, capai dan tidak kuat lagi ke masjid
 jemaah demam, batuk, penyakit menular akan cepat
sekali menular dalam satu kamar
 kamar dengan penghuni padat orang atau barang, tanpa
ventilasi, pengap, panas
 adanya beberapa jemaah sakit dengan gejala sama
mengindikasikan adanya KLB, perlu investigasi lebih
teliti
Indikator

◦ Jemaah sakit dini terdeteksi,


diobati, dirawat dan jika perlu
dirujuk ke BPHI
◦ Terbangun komunikasi jemaah
dan petugas kesehatan
◦ Terbangun komunikasi antar
petugas di kloter
Laporan Visitasi

Kegiatan visitasi dicatat


dalam Buku Laporan
Visitasi
(manual/elektronik)
IDENTIFIKASI
FAKTOR RISIKO
DI KLOTER DLM
RANGKA SKD
Tugas TKHI
melakukan pengelolaan faktor
risiko jemaah haji di kloternya

Kegiatan
• proses identifikasi faktor risiko,
• pemetaan,
• pemantauan
• pengendalian faktor risiko.
Faktor Risiko

 Dapat berasal dari jemaah sendiri (internal), yaitu


kondisi kesehatan/penyakit yang melekat pada
jemaah yang dapat menjadi berat selama
perjalanan ibadah haji.

 Dapat juga berasal dari lingkungan di luar jemaah


(eksternal), seperti kemungkinan tertular
penyakit, terpapar aktifitas fisik yang padat,
kepadatan orang, iklim di Arab Saudi, dan lain
sebagainya
FAKTOR EKSTERNAL (KONDISI
TOILET)
SUASANA DI DEPAN PEMONDOKAN
FR EKSTERNAL (DI JALANAN)
 Faktor Risiko Eksternal
  
 Kondisi Matra.

 Prosesi haji sarat dengan kegiatan fisik yang harus


dilaksanakan secara sempurna dengan waktu yang
telah ditentukan di berbagai tempat sekitar.
KONDISI TENDA DI ARAFAH
KONDISI SETELAH HUJAN ANGIN
DI ARAFAH
KONDISI TOILET DI ARAFAH
SUASANA JAMAAH DI TENDA
PENYAKIT DAN MASALAH KESEHATAN
BERPOTENSI KLB/WABAH
 MENINGITIS
 DIARE
 CONJUNGTIVITIS
 VARICELLA
 KOLERA
 KERACUNAN (MAKANAN/MINUMAN)
 KEBAKARAN (TENDA/PEMONDOKAN)
 KEPADATAN MASSA
 MERS-COV ?
Meningitis meningokokus

Adanya jemaah haji yang berasal dari daerah yang endemis


meningitis meningokokus merupakan sumber rantai penularan
penyakit ini.

Kepadatan yang terjadi selama menunaikan haji merupakan faktor


risiko meningkatkan penularan penyakit meningitis meningokokus.

Pemerintah Arab Saudi sejak tahun 1987 mewajibkan setiap calon


jemaah haji atau yang melakukan haji, umroh harus mendapatkan
vaksinasi meningitis meningokokus.

musim haji 2000 dan 2001 terjadi KLB meningitis meningokokus


dengan jumlah penderita masing-masing 1300 dan 1109 orang.
Lebih dari 50% penderita di atas disebabkan oleh karena N.
meningitidis serogroup W135.
Diare

Penyakit ini kerap menyerang jemaah haji Indonesia.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan


dan tingkat pengetahuan. Kebiasaan makan jajanan
yang tidak terkontrol dan menyimpan makanan terlalu
lama merupakan faktor risiko yang meningkatkan
kejadian penyakit di atas.
Penyakit Kronis

Perjalanan jauh dengan kondisi menderita penyakit kronis atau risiko


tinggi harus memperhatikan tidak hanya ketersediaan obat yang
selama ini digunakan, tetapi juga kesanggupan kegiatan fisik yang
dikerjakan.

Data kematian haji menunjukkan bahwa sebagai besar kematian


terjadi oleh karena penyakit kronis yang berhubungan dengan
peningkatan aktifitas fisik, seperti penyakit jantung dan obstruksi
paru kronis. Risiko meninggal pada kelompok umur di atas 60 tahun
meningkat secara tajam.
ISPA dan Influenza

ISPA merupakan proporsi penyakit terbesar pasien yang dirawat


Jalan di Arab Saudi.

Influensa merupakan penyakit yang sangat menular dan ada di


Arab Saudi. WHO menganjurkan bahwa calon jemaah usia lanjut
atau risiko infeksi influenza tinggi disarankan untuk mendapatkan
vaksinasi.
SUASANA DI PETERNAKAN UNTA
MERS- COV ?
KLB
 Pengertian KLB (Kejadian Luar Biasa) menurut
Kementerian Kesehatan RI (2004) adalah: “Timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan
yang dapat menjurus pada terjadinya wabah”.
 KLB dapat terjadi dalam lingkup:
 penyakit menular, misalnya diare, kolera, meningitis, flu
burung, dll.
 penyakit tidak menular, misalnya cedera/kecelakaan,
intoksikasi bahan berbahaya, bencana alam, gangguan
kejiawaan dll.
TUJUAN
 Mengidentifikasi dengan cepat sumber dan
reservoir dari KLB/wabah
 Melaksanakan intervensi untuk

menanggulangi dan mengeliminasi


KLB/wabah
 Mengembangkan kebijakan untuk mencegah

KLB/wabah di masa datang


Langkah-langkah Investigasi
KLB/Wabah
 1. Persiapan lapangan
 Pada tahap ini harus dipersiapkan 3 kategori:
 - Persiapan investigasi
 - Persiapan administrasi
 - Persiapan konsultasi
 Konfirmasi kejadian KLB/wabah dan verifikasi
diagnosis
 Konfirmasi kejadian KLB/wabah :
 Kumpulan kejadian kesakitan (cluster) tersebut
memang merupakan peningkatan tidak wajar
dari kasus-kasus yang saling berhubungan dan
memiliki sebab yang sama dan bukannya cluster
sporadis kasus-kasus penyakit yang sama tapi
tidak saling berhubungan atau bahkan kumpulan
kasus-kasus yang mirip yang sebenarnya
berasal dari beberapa penyakit yang berbeda
 Jumlah kasus memang melebihi yang
diperkirakan (expected).

 Peningkatan jumlah kasus yang melebihi


yang diperkirakan tersebut bukan disebabkan
oleh faktor-faktor lain yang artifisial
 Verifikasi Diagnosis
 Tujuan verifikasi diagnosis adalah:
 memastikan bahwa penyakit/masalah kesehatan yang
muncul memang telah didiagnosis secara tepat dan cermat.
 menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan
laboratorium sebagai pendukung diagnostik.
 Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan:
 ketrampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan
 kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi standar
tertentu yang diharapkan
 komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan jamaah
sakit, untuk menggali secara lebih akurat riwayat penyakit
dan pajanan potensial
SKEMA SKD – KLB
PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN
PERBAIKAN KONDISI RENTAN

Antisipasi
SKD

TIDAK MENJADI
EPIDEMIOLOGI
SURVEILENS

KLB

MASALAH
JEMAAH
RESPON

Kesiapsiagaan Penanggul
menghadapi KLB angan KLB
RUANG KOKPIT GA-BDJ 05
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai