Anda di halaman 1dari 57

KESEHATAN JIWA

LANSIA
DAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
PSIKOSOSIAL DAN
SPIRITUAL LANSIA
Pokok bahasan
• Pendahuluan
• Kesehatan jiwa lansia
• Jenis-gangguan jiwa pada lansia
• Prinsip penanganan gangguan jiwa pada lansia
• Pemenuhan kebutuhan psikososial lansia
• Pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia
Pendahuluan
Pendahuluan

 Jumlah lansia ( ≥ 60 thn) makin meningkat:


 Sebanyak 7,59% (th 2010); 9,78% (th 2020) → Era ‘ageing
population’.
 Tahun 2020: usia harapan hidup di Indonesia ±73, thn, laki-
laki: 71 thn, Perempuan 75 thn.
.
Kesehatan jiwa pada lansia
 Gejala gangguan jiwa sangat berbeda dibanding usia dewasa muda
 Tidak spesifik, tertutupi dengan adanya penyakit fisik
 Dianggap sesuatu yang wajar karena proses penuaan ( aging process)
 Paling sering mengeluh berbagai keluhan fisik dan kognitif, sehingga luput
memikirkan adanya gangguan mental
 Sering tidak dikenali, sehingga tidak terdiagnosis, tidak tertangani, pada
akhirnya kesejahteraan atau kualitas hidup lansia buruk.
 Menimbulkan dampak dan beban psikososial pada keluarga, masyarakat, dan
pemerintah bila tidak dikenali dan ditangani
Gangguan Mental pada Lansia
 Demensia
 Delirium
 Depresi
 Bunuh diri
 Anxietas
 Psikotik, skizofrenia late onset, Gangguan waham
 Gangguan tidur
 Gangguan penyesuaian
 dll
DEMENSIA
DEMENSIA

• Demensia: kondisi seseorang dengan penurunan daya kerja otak yang progresif, sehingga tidak dapat lagi
melakukan aktivitas hariannya.

• Demensia (WHO): Sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan
progesif disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan
mengambil keputusan

• Demensia mempengaruhi kemampuan orang dengan demensia untuk mengingat, berpikir, berekspresi-
emosi dan berperilaku.

• Umumnya terjadi pada usia lanjut, namun bisa terjadi pada usia lebih muda.
PREVALENSI DEMENSIA

• Usia ≥ 60 tahun : 5-8 % dengan demensia; dan ± 60% ekonomi


menengah ke bawah

• Di Indonesia (Yogyakarta dan Bali) lebih tinggi (20,1%)


dibandingkan dengan negara lain (Surveymeter, 2015)
GAMBARAN KLINIS UMUM DEMENSIA

• Gangguan Kognitif
• Perubahan perilaku
Gambaran klinis Demensia
Pedoman diagnosis Demensia
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia/PPDGJ-III

• Merupakan sindrom akibat gangguan/penyakit otak, bersifat kronik progresif, adanya


gangguan kognitif pada fungsi luhur kortikal yang multiple, termasuk daya ingat, daya piker,
orientasi, comprehension, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai (judgment)
• Umumnya disertai, atau diawali dengan kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian
emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup
• Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan
harian seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, BAB/BAK
• Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
• Gejala dan disabilitas sudah nyata paling sedikit 6 bulan
Skrining Demensia
MMSE (Mini Mental State Examination)
Clock drawing test
AMT (Abbreviated Mental Test)
Pencegahan demensia
DELIRIUM

• Merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan atensi,


kesadaran, kognisi, emosi, siklus tidur, motorik yang terjadi secara
akut (mendadak), dan berfluktuasi.
• Merupakan gangguan mental organik (GMO) terkait penyakit fisik,
pengguna NAPZA, usia tua, polifarmasi, gangguan sensorik, dll
• Epidemiologi:
• 1-2% di masyarakat/ luar RS
• 14% - 80% pasien lanjut usia yang dirawat di RS
delirium
• Kondisi ketika seseorang mengalami kebingungan parah dan
penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar, kondisi ini paling
sering di alami oleh seseorang ber usia 65th dan menderita gangguan
mental lain
• Terjadi ketika otak secara tiba-tiba mengalami gangguan akibat
mental atau fisik tertentu. Seseorang akan mengalami delirium dpt
terlihat sedang mengigau atau melamun seperti demensia, bedanya
delirium bersifat sementara dan umumnya dpt hilang penuh
Penyebab delirum
• Terjadi ketika sistem pengiriman dan penerimaan sinyal
terganggu. Gangguan tersebut disebabkan oleh kombinasi
keracunan obat dan kondisi medis yang membuat pasokan
oksigen ke otak berkurang
Beberapa factor yg KONSTITUTIONAL

• Lansia ( ≥ 60 thn)
dpt Penyebab • Gangguan daya
ingat/intelegensi
delirium • Gangguan pada system
saraf otak
Penyakit medik

• Peny. Fisik berat & kronik


• AIDS
• Infeksi
• Fracture
Lingkungan • Fever or hypothermia
• Dehydration
Kurang tidur
Stress berat DELIRIU • Hypoglikemia
• Nyeri
M • dll

Obat-obatan Pembedahan
Kelebihan obat-obatan, • Postoperative
keracunan alcohol,penggunaan • Hip surgery
NAPZA • Duration of operation
Tipe dan Gejala Klinis Delirium

Ada 3 tipe:
1. Hiperaktif
2. Hipoaktif
3. Campuran
DIAGNOSIS DAN SKRINING DELIRIUM

Menggunakan CAM (Confusion Assessment Method)


PENCEGAHAN DELIRIUM
Intervensi Tindakan Luaran
Reorientasi Pasang jam dinding dan Kalender Memulihkan orientasi

Memulihkan Padamkan lampu Tidur tanpa obat


siklus tidur Minum susu hangat
Music yang tenang
Pemijatan (massage) punggung
Mobilisasi Latihan lingkup gerak sendi Pulihnya mobilitas
Mobilisasi bertahap
Batasi penggunaan restraint
Penglihatan Kenakan kacamata Meningkatkan kemampuan
Menyediakan bacaan dengan huruf berukuran penglihatan
besar

Pendengaran Bersihkan cerumen prop Meningkatkan kemampuan


Alat bantu dengar pendengaran

Rehidrasi Diagnosis dini dehidrasi Tidak terdapat dehidrasi


Tingkatkan asupan cairan oral
Kalau perlu per infus
DEPRESI
 15 % pada lansia
 Keluhan berbeda dengan depresi dewasa muda
 Depresi pada Lansia:
 Sangat jarang mengeluh sedih
 Lebih sering mengeluh sakit-sakit fisik
 Mengeluh sulit berpikir/pikun-pikunan
 Bisa merupakan kelanjutan depresi di masa muda
 Sering pada lansia yg sendiri, janda/duda, kesepian

 Skrining: GDS (Geriatric Depression Scale)


Depresi pd Geriatri sering tdk terdiagnosis
karena hal-hal berikut :

Populasi Geriatri seringkali menutupi rasa


sedihnya dgn menunjukannya untuk lbh
aktif
Penyakit fisik yg diderita srg mengacaukan
gambaran Depresi
Masalah sosial srg membuat gambaran
Depresi jd lebih rumit
Geriatri Depression Scale (GDS-15)
versi pendek
 Gangguan yang paling sering
dari depresi geriatri adalah
berkurangnya energi dan
konsentrasi, gangguan tidur
(khususnya terbangun lebih pagi
atau sering terbangun pada
malam hari), berkurangnya nafsu
makan, menurunnya berat badan,
dan keluhan somatik.
 Di Skrining menggunakan tools
GDS
 Skor >5 kemungkinan Depresi
Anxietas pada lansia

Gangguan kecemasan biasanya muncul pada usia awal atau


pertengahan dewasa, tapi mungkin muncul pada usia diatas 60
tahun

Pada lansia mencapai 20% dengan 37% komorbiditas dengan


depresi, demensia dan penyakit medis

*U.S Department of Health and Human Services. Mental Health : Report of Surgeon General; 1999
Gejala kecemasan pada lansia :
Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian
yang akan terjadi

Sulit tidur, berdebar, nafas terasa berat, gg. Lambung, dll

Rasa tegang dan cepat marah, kaku leher, dizziness,dll

Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir


terhadap penyakit yang berat yang sebenarnya tidak
dideritanya

Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan, rasa panik


terhadap masalah yang ringan
Tiga (3) penyebab tersering anxietas pada geriatri

Rasa kesepian (lonely)

Keterbatasan aktivitas fisik akibat sakit

Memikirkan proses kematian


Skrining gangguan cemas lansia
Geriatric Anxiety Inventory (GAI)

Penilaian :

Bila pilihan “SETUJU” lebih dari 8,


kemungkinan mengalami gangguan
kecemasan (perlu pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut)
Gangguan tidur pada Lansia
• Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang
memiliki dampak buruk bagi kesehatan dan kualitas
hidup.
• Insomnia didefinisikan sebagai kesusahan dalam
memulai, atau mempertahankan tidur.
• Sekitar 40-50% lansiamengalami insomnia
• ♀>♂
DEFINISI INSOMNIA

• Sleep latency > 30 menit


• Efisiensi tidur < 85%
• Total sleep time < 6 jam
• Keluhan minimal 3 hari dalam 1 minggu
• Berulang-ulang (preokupasi) tentang kesulitan tidur
• Onset ≥ 1 bulan
Assessmen gangguan tidur

Anamnesis meliputi Anamnesis perjalanan tidur, riwayat medis,


riwayat psikiatri.
Riwayat tidur seseorang meliputi pola tidur & durasi tidur,
aktivitas & gangguan fisik & psikis, obat-obatan dan faktor
lingkungan.
Catatan waktu tidur selama beberapa hari menjadi informasi yang
objektif tentang pola tidur seseorang
Pemenuhan kebutuhan psikososial lansia
Piramida dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS)

Layanan kesehatan jiwa oleh spesialis


kesehatan jiwa (perawat kesehatan jiwa , Layanan
psikolog, psikiater, dll)
spesialis

Layanan kesehatan jiwa dasar oleh dokter Dukungan non-spesialis


layanan kesehatan primer. Dukungan
emosional dan praktis dasar dari kader terfokus
kesehatan
( orang ke orang )

Mengaktivasi hubungan sosial , r uang ramah Memperkuat dukungan masyarakat


Lansia yang mendukung , dukungan tradisional
dari masyarakat dan keluarga

Advokasi layanan dasar yang aman, dapat


diterima di masyarakat dan melindungi harga
Pertimbangan sosial dalam
diri layanan dan keamanan dasar
Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS)
Berbasis Institusi Berbasis komunitas Berbasis keluarga
Lansia mandiri: berbasis mental, Dilakukan Lembaga sosial Pengaturan aktivitas tanpa
agama dan sosial mengurangi kemandirian lansia
Lansia tidak mandiri: pelayanan Mengajarkan lansia dan keluarga Dukungan / support system dalam
Kesehatan yang intensif rawat hidup bersih, sehat jiwa dan fisik menjaga Kesehatan jiwa lansia dan
jalan/rawat inap pendamping
Lansia terlantar/tinggal sendiri,
menggerakkan dukungan sosial dan
lingkungan

Tujuan:
Lansia dikatakan sehat secara mental bukan hanya terhindar dari gejala gangguan jiwa, tetapi
berkaitan kemampuan menyesuaikan diri secara aktif dalam menghadapi masalah dan kondisi diri
Mengenali Kebutuhan Para Lansia
Merasa puas dengan hidup, rasa damai
sejahtera, integrity baik, dll

Merasa dihargai, berguna, diperlukan,


dianggap pendapatnya,dll

Dukungan sosial, tidak kesepian, terisolasi,


cinta kasih keluarga

Ada dukungan keluarga, keuangan,


kemandirian anak-anak, dll

Makanan bergizi, olah raga, tidur


yang cukup, perawatan kesehatan
Kebutuhan yang sering tidak terpenuhi (Unmet need)?

• Fisik: lapar, nyeri, terlalu dingin, terlalu panas, gatal, pusing dan lain-lain
• Emosional: Rasa aman, kebingungan, disorientasi, tidak stabil, tidak
familiar, khawatir.
5 Kebutuhan Emosional pada Lansia:
• Kebutuhan untuk merasa berguna
• Kebutuhan untuk merasa diperlukan
• Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
• Kebutuhan untuk memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan
• Kebutuhan untuk tetap memiliki harga diri
Penanganan psikososial pada gangguan jiwa lansia

 Layanan primer: promotif, pencegahan dan deteksi dini →


posyandu lansia, jejaring social, home care, dll
 Layanan spesialistik:
 Pemberian terapi non farmakologi
Menyangkut aspek psikologis dan sosial
 Pemberian terapi farmakologi
 Bila dukungan/terapi nonfarmakologi tidak berhasil
 Adanya burn-out atau stres pada pendamping/keluarga
Lansia_ SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, dan Produktif)

 Tetap aktif dan produktif


 Aktivitas yang membuat sehat & bahagia
 Mengenal orang lain (interaksi sosial) → Taman Lansia? atau Day Care?
 Kisah masa lalu (Life review) yang menyenangkan, kegiatan dan hobi,
mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai.
 Mengenali kemampuan dan keterbatasan.
 Melakukan aktivitas yang membuat relaks sesuai dengan kemampuan, dan
merasa bermakna bagi lansia.
 Membuat rencana dan pembelajaran berdasarkan teknik mencoba dan gagal.
Contoh Aktivitas
• Masak dan membuat kue
• Mengerjakan pekerjaan rumah
• Menjahit dan merajut
• Melihat album foto lama dan menceritakan kisah
• Bercerita masa lalu yang menyenangkan
• Makan durian atau buah lainnya
• Mewarna
• Bermain dengan binatang
• Pemijatan
• Aromaterapi
• Dan lain-lain
Physical activities

Bermain kartu atau koin


Olah raga warna-warni

Melihat gambar yang


Melukis/mewarna disukai/menarik minat
Family therapy
Recreational activities
Relaksasi, aroma therapy, music therapy

Melakukan kegiatan yang menyenangkan atau membuat relaks


Interaksi sosial

• Komunikasi dan interaksi dengan orang lain juga sangatlah penting


dipertahankan agar mereka tidak merasa terasing dari dunia luar.
• Salah satu contoh menyambungkan lansia dengan teman atau keluarga
yang tidak serumah melalui fitur video call lewat berbagai aplikasi.
Cognitive training/ Permainan asah otak
• Latihan otak dapat membantu lansia gangguan
kognitif dalam aspek memori dan proses berpikir.
• Permainan memori, senam otak, jigsaw puzzle,
teka-teki silang, permainan tebak gambar, dll
Reminiscence terapi
• Lansia diajak bercerita tentang ke’hebat’an atau ke’jaya’an di masa lalu.
• Efektif meredakan kegelisahan, menimbulkan rasa Bahagia/menyenangkan.
• Misal: dulu penari yang disenangi, pemain basket, seorang guru disegani, dll
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia
Kebutuhan Religi-Spiritual pada setiap orang

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan dan harapan yang dimiliki manusia untuk menemukan
makna, tujuan, dan nilai dalam hidupnya

Kebutuhan tersebut dapat secara khusus bersifat religius, tetapi bahkan individu yang tidak
memiliki keyakinan agama atau bukan anggota dari suatu keyakinan religius yang terorganisir
memiliki sistem kepercayaan yang memberi makna dan tujuan hidup mereka

Kebutuhan akan ketenangan pikiran, kebutuhan untuk mengatasi keputusasaan dan rasa
bersalah, dan untuk menemukan makna dan tujuan hidup sebagai kebutuhan eksistensial
Kebutuhan Religi-Spiritual pada lansia

Kebutuhan akan Kebutuhan untuk


Kebutuhan akan Kebutuhan akan rasa dukungan dalam Kebutuhan untuk berdoa sendiri,
makna dan tujuan berguna mengatasi kehilangan bersyukur dengan orang lain,
dan perubahan atau untuk orang lain

Kebutuhan untuk Kebutuhan untuk Kebutuhan untuk


Kebutuhan untuk
mengalami kasih membaca dan mengatasi kematian
mengaku dan
Tuhan yang tak terinspirasi oleh kitab atau perpisahan dari
dimaafkan
bersyarat suci orang yang dicintai
Penilaian Kebutuhan Religi- Spiritual pada Lansia

• Dalam penanganan Kesehatan jiwa lansia selain diperlukan bantuan Kesehatan fisik juga
diperlukan penanganan secara psikososial-spiritual
• Dampak gangguan jiwa lansia lebih ringan bila adanya pendekatan spiritual mengingat
masyarakat Indonesia sangat kental dengan kegiatan agama
• Penerimaan, rasa syukur, cinta kasih, ketabahan dalam kesulitan, kekaguman, memaafkan
sebagai bentuk afirmasi spiritualitas
• Kesejahteraan spiritual bisa dinilai dengan menggunakan Spiritual Well Being Scale (SWBS)
APLIKASI DUKUNGAN RELIGI-
SPIRITUAL
Memberi ruang, dukungan, dan bantuan untuk beribadah.
Tetap aktif berkegiatan terkait religi/ ibadah
Doa → secara lisan maupun dalam hati menimbulkan sugesti/ keyakinan yang
positif
Berserah diri pada Tuhan menimbulkan perasaan aman, tenteram, mengurangi
kecemasan dan perasaan ketiadaan pertolongan
Tujuan akhir: ketenangan batin → mampu menyesuaikan diri/situasi, mampu
merasakan kesenangan/kebahagiaan hidup
Penutup

• Kesehatan jiwa lansia sangat bervariasi


• Gejala tidak khas, tidak dikenali, sering tidak tertangani
• Dapat menimbulkan beban pada keluarga, masyarakat, pemerintah
• Perlu memikirkan kesejahteraan dan kualitas hidup lansia
• Pentingnya pemenuhan kebutuhan psikososial lansia
• Pentingnya pemenuhan spiritual pada lansia
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai