S E M I N A R PA R T 2 : 1 9 6 - 3 9 0
| DR. SEPRIANI | DR. YOLINA | DR. OKTRIAN | DR. REZA | DR. CEMARA |
| DR. AARON | DR. CLARISSA | DR. KAMILA | DR. EDWIN |
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
ILMU
PSIKIATRI
196.
Seorang wanita berusia 60 tahun dibawa ke IGD karena
bicara meracau serta gaduh gelisah. Pasien mengatakan
melihat anak kecil yang orang lain tidak bisa lihat.
Gejala makin memburuk di malam hari. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 180/100
mmHg, gula darah sewaktu 545 mg/dl.
Terapi apa yang sesuai diberikan kepada pasien kondisi
diatas?
A. Alprazolam
B. Haloperidol
C. Amitriptilin
D. Sertraline
E. Buspirone
Analisis Soal
• Pada pasien sebenarnya terdapat kelainan organic,
dimana terdapat TD 180/100 dan GDS 545 yang
kemungkinan pasien memiliki hipertensi
ensefalopati atau KAD yang menyebabkan pasien
menjadi delirium
• Akan tetapi kondisi delirium pasien menyebabkan
gangguan psikotik akut, yang ditandai dengan
halusinasi melihat anak kecil. Penanganan psikotik
akut adalah dengan haloperidol injeksi
DELIRIUM
• Delirium: kesadaran fluktuatif, ditandai dengan kesulitan
memfokuskan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian .
• Pedoman diagnostik:
• Gangguan kesadaran & perhatian
• Gangguan kognitif (distorsi persepsi, halusinasi, hendaya daya pikir, daya
ingat, disorientasi)
• Gangguan psikomotor: hipo/hiperaktivitas
• Gangguan siklus tidur-bangun
• Gangguan emosional: depresi, ansietas, lekas marah
• Onset cepat, hilang timbul, kurang dari 6 bulan
• Penyebab:
• SSP: kejang (postictal)
• Metabolik: gangguan elektrolit, hipo/hiperglikemia
• Penyakit sistemik: infeksi, trauma, dehidrasi/ovehidrasi
• Obat-obatan
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
Diagnosis Delirium (DSM-IV)
Kriteria diagnosis
• Pasien mengalami gangguan kesadaran (perubahan kewaspadaan
terhadap lingkungan) dengan berkurangnya kemampuan untuk
memusatkan, menjaga, atau memindahkan perhatian.
• Terdapat perubahan kognitif (gangguan memori, disorientasi,
gangguan Bahasa dan persepsi) yang tidak disebabkan oleh
demensia.
• Gangguan terjadi pada periode waktu yang pendek dan
berfluktuasi.
• Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisis, atau
pemeriksaan penunjang yang menunjukkan terdapat kondisi
medis umum sebagai etiologic dari gangguan yang terjadi.
Klasifikasi Delirium
• Tipe hiperaktif
Pasien agitasi, disorientasi, terdapat waham dan/atau
halusinasi. Tampilan klinis ini sangat menyerupai skizofrenia,
demensia dengan agitasi, atau gangguan psikotik
• Tipe hipoaktif
Pasien cenderung diam, bingung, disorientasi, apatis.
Delirium tipe ini seringkali tidak diketahui atau dianggap
sebagai depresi atau demensia.
• Tipe campuran
Terdapat fluktuasi antara gejala hiperaktif dan hipoaktif.
Delirium. Ondria C, Gleason MD., University of Oklahoma College of Medicine, Tulsa, Oklahoma. Am Fam Physician. 2003
Mar 1;67(5):1027-1034.
AGITASI
• Definisi: Aktivitas motorik atau verbal yang
berlebih.
• Dapat berupa:
• Hiperaktivitas
• Menyerang
• Verbal abuse, memaki-maki
• Gerakan tubuh dan kata-kata mengancam
• Merusak barang
• Berteriak-teriak
• Gelisah, bicara berlebih
Kondisi Berat Agitasi
• Tindakan kekerasan atau merusak
• Distres berat
• Mencelakai diri sendiri, keluarga, atau orang lain
Positive and Negative Syndrome Scale
(PANSS-EC)
• consists of 5 items: excitement, tension, hostility,
uncooperativeness, and poor impulse control.
• rated from 1 (not present) to 7 (extremely severe);
• scores range from 5 to 35; mean scores ≥ 20
clinically correspond to severe agitation.
http://www.medscape.com/viewarticle/744430_2
Prinsip Tatalaksana Agitasi
• Perlu diterapi segera.
• Sedapat mungkin terkendali dalam waktu 3x24 jam.
• Sedapat mungkin antipsikotik tunggal, kecuali
agitasi berat.
Tatalaksana Agitasi
• Bila skor PANSS-EC berkisar pada skor 2-3, maka
dilakukan persuasi dan medikasi oral.
• Haloperidol 2x5 mg untuk pasien dewasa
• Haloperidol 0,5 mg atau Lorazepam 0,5 mg untuk anak dan
remaja
Kriteria Diagnosis
A. Terdapat satu atau lebih waham dengan durasi 1 bulan atau lebih
B. Tidak pernah memenuhi kriteria diagnosis A untuk skizofrenia
Catatan: jika terdapat halusinasi, gejala tidak dominan dan masih berhubungan dengan waham
C. Terlepas dari dampak waham dan gejala lainnya, tidak terdapat gangguan fungsi yang
signifikan, serta perilaku aneh tidak terlalu jelas terlihat.
D. Jika terdapat episode mania atau depresi, episode berlangsung singkat dibandingkan
dengan periode gejala waham.
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari obat-obatan atau kondisi medis, dan
bukan merupakan kelainan mental yang lain seperti gangguan dismorfik tubuh atau
gangguan obsesif-kompulsif.
Jenis Waham (1)
WAHAM DEFINISI
Bizzare keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh.
Sistematik keyakinan yang keliru atau keyakinan yang tergabung dengan satu
tema/kejadian.
Nihilistik perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak
ada atau menuju kiamat.
Somatik perasaan yang keliru yang melibatkan fungsi tubuh.
Kebesaran/ keyakinan atau kepercayaan, biasanya psikotik sifatnya, bahwa
grandiosity dirinya adalah orang yang sangat kuat, sangat berkuasa atau sangat
besar.
Kejar/ persekutorik mengira bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk melukainya,
atau yang mendorong agar dia gagal dalam tindakannya.
Rujukan meyakini bahwa tingkah laku orang lain itu pasti akan memfitnah,
membahayakan, atau akan menjahati dirinya.
Jenis Waham (2)
WA H A M DEFINISI
Reaksi stres pasca trauma Adanya bayang-bayang kejadian yang persisten, mengalami
(Post traumatic stress gejala penderitaan bila terpajan pada ingatan akan trauma
disorder/ PTSD) aslinya, menimbulkan hendaya pada kehidupan sehari-hari.
Gejala terjadi selama 1-6 bulan.
Diagnosis Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD)
• Diagnosis baru bisa ditegakkan apabila gangguan stres pasca trauma ini
timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat.
• Gejala yang harus muncul sebagai bukti tambahan selain trauma bahwa
seseorang telah mengali gangguan ini adalah:
1. Individu tersebut mengalami mimpi-mimpi atau bayang-bayang dari
kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kemabali
(flashback)
2. Muncul gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah
laku, gejala ini mungkin saja mewarnai hasil diagnosis akan tetapi
sifatnya tidak khas.
PPDGJ-III
Reaksi Stres Akut vs PTSD vs Gangguan Penyesuaian
PPDGJ
KONVERSI vs SOMATISASI vs
HIPOKONDRIASIS vs NYERI SOMATOFORM
• Gangguan konversi – gejala neurologis tanpa kelainan neurologis. Diagnosis
ini terbatas untuk gangguan motoric dan sensorik, meliputi baal, paralisis,
kejang, kebutaan, dsb. Dapat dicetuskan oleh suatu stressor akut.
• Gangguan nyeri - nyeri kronik pada satu area atau lebih yang tidak dapat
dijelaskan secara fisik.
Gangguan Hipokondriasis
Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada:
• Keyakinan yang menetap adanya sekurang-
kurangnya 1 penyakit fisik yang serius, meskipun
pemeriksaan yang berulang tidak menunjang
• Tidak mau menerima nasehat atau dukungan
penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ditemukan penyakit/abnormalitas fisik
PPDGJ-III
202.
Seorang laki-laki usia 15 tahun di bawa ke kantor polisi
untuk diperiksa kejiwaannya. Pasien sebelumnya
mencopet dompet seorang ibu yang sedang berbelanja.
Pasien juga sering berbuat buruk disekolahannya. Pasien
sering menjahili teman-temannya, dan sering memukuli
temannya. Pasien suka berargumen dan melawan orang
dewasa disekitarnya, serta mudah marah marah. Terapi
apa yang diberikan pada pasien tersebut?
A. Diazepam
B. Lorazepan
C. Buspiron
D. Diltiazem
E. Risperidon
Analisis Soal
• Pada pasien remaja dengan kasus diatas dapat
mengarahkan pada suatu kondisi oppositional defiant
disorder dan conduct disorder, dimana pasien tampak
melakukan perbuatan criminal seperti mencopet,
disertai perbuatan buruk seperti menjahili atau
memukuli teman, hingga argument dan melawan orang
dewasa sekitarnya.
• Pada kondisi ini maka yang paling utama adalah
penanganan psikososial seperti parent management
training.
• Penggunaan psikofarmaka dapat diberikan, dimana
antipsikotik bisa menjadi pilihan seperti misalnya
risperidone (rekomendasi B).
Terapi pada oppositional defiant disorder
(ODD), conduct disorder (CD), or disruptive
behavior disorder (DBD)
Psikofarmaka Psikososial
• Mengurangi gejala • Parent management
agresif: training
• Antipsikotik (atipikal
lebih dipilih) misalnya • Multisystemic therapy
risperidone (rekomendasi
B) • Families and Schools
• Mood stabilizing and Together (FAST Track)
antiepileptic drugs • Problem solving skills
• (lithium, valproate, training
carbamazepine)
• have been used to treat • Anger management
aggression, but results of programs
trials are inconsistent
203.
Seorang wanita berusia 25 tahun datang diantar orangtuanya
karena tidak tidur sejak 2 hari terakhir. Pasien sering
membagikan uang dan barang dagangan orang tuanya ke
orang-orang, padahal bukan orang kaya. Kondisi ini sudah
dialami sejak 3 minggu terakhir. Saat pemeriksaan pasien
datang dengan dandanan menor dan sangat ceria. Pasien
sudah 4 kali mengalami kondisi seperti ini. Diantara
keluhannya, pasien sempat normal seperti sebelum sakit,
mengenakan pakaian tertutup dan sederhana. 2 bulan yang
lalu keluarga katakan pasien sempat merasa depresi, sedih
menangis terus, tidak mau kerja. Apa diagnosis yang sesuai
untuk kondisi diatas?
A. Skizoafektif tipe manik
B. Bipolar episode kini manik
C. Skizofrenia hebefrenik
D. Episode manik
E. Insomnia
Analisis Soal
• Pada kasus diatas, pasien datang dalam kondisi manik
dimana ada keluhan tidak tidur, membagikan uang dan
barang dagangan padahal bukan orang kaya, dandanan
menor dan sangat ceria. Kejadian berulang dan sudah
dialami 4x, dimana diantaranya ada periode kembali ke
kondisi baseline (pasien sempat normal). Ada periode
penurunan mood berupa depresi sebelumnya. Semua
kondisi ini dapat arahkan pada diagnosis bipolar tipe 1
kini episode manik.
• Pada skizoafektif biasanya jarang keluhan sampai ke
baseline meskipun dapat penanganan, serta umumnya
akan ada periode psikosis tanpa gangguan mood.
Episode Manik (DSM-IV)
Bipolar Tipe I dan II
Gangguan bipolar
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17696573
Pedoman Diagnosis Gangguan Bipolar
(PPDGJ-III)
• Ditandai setidaknya 2 episode yang menunjukkan
pada 1 waktu tertentu terjadi peninggian mood dan
energi (mania/hipomania), dan pada 1 waktu lain
berupa penurunan mood dan energi (depresi).
• Ada periode penyembuhan sempurna antar
episode.
• Manik terjadi tiba-tiba, lamanya antara 2 minggu-5
bulan.
• Depresi biasanya terjadi selama 6 bulan-1 tahun.
Tatalaksana Gangguan Bipolar
FASE AKUT (DOC: Lithium) MAINTENANCE
• Manik • Lithium atau Asam valproat,
setidaknya selama 6 bulan.
• Lithium, atau
• Asam valproat • Antipsikotik perlu diteruskan
bila pasien cenderung
• Depresi memiliki risiko mengalami
gejala psikotik berulang
• Lithium, atau
• Lamotrigine • Psikoterapi
• Monoterapi dengan
antidepresan tidak
direkomendasikan • Electroconvulsive therapy
(ECT)
• Gejala psikotik
• Antipsikotik, diutamakan
golongan atipikal
DSM-IV-TR
Beberapa Jenis Fobia Spesifik yang
Sering Ditemui
FOBIA FOBIA TERHADAP:
Arachnofobia Laba-laba
Aviatofobia Terbang
Akrofobia Ketinggian
Nekrofobia Kematian
Androfobia Laki-laki
Ginofobia Perempuan
205.
Wanita berusia 40 tahun datang ke IGD dibawa temannya
karena pasien tiba-tiba merasa sesak napas di dalam
mobil selama 30 menit. Pasien juga mengatakan banyak
mengeluarkan keringat, jantung berdebar-debar. Tidak
ada faktor pencetus munculnya keluhan. Sebelum
kejadian pasien tidak ada keluhan apa-apa. Pada
pemeriksaan fisik dalam batas normal. Apa diagnosis
yang mungkin dialami pasien pada kasus diatas?
A. Skizofrenia
B. Gangguan cemas menyeluruh
C. Panic disorder
D. Acute Stress Disorder
E. Gangguan fobik
Analisis Soal
• Pasien dalam kasus diatas mengalami gangguan
panik, dimana terdapat gejala sesak, jantung
berdebar, gemetar, tidak nyaman di dada yang
terjadi tiba tiba tanpa factor pencetus khusus meski
pemeriksaan fisik dalam batas normal.
• Pada gangguan fobik umumnya pasien ada
pencetus spesifik atau timbul gejala diatas pada
kondisi atau situasi khusus. Pada acute stress
disorder umumnya keluhan rasa takut dan gejala
lainnya dialami setelah peristiwa traumatic.
Gangguan Panik (DSM 5)
A. Gangguan panik = Serangan panik berulang. Serangan panik
adalah rasa takut atau tidak nyaman yang timbul mendadak
(pasien bisa dalam kondisi tenang maupun sudah gelisah) dalam
hitungan menit, diikuti dengan minimal 4 dari gejala berikut:
1.Palpitasi, dada berdebar, atau 9.Menggigil atau panas
takikardia 10.Parestesia (baal atau
2.Berkeringat. kesemutan)
3.Gemetar. 11.Derealisasi atau depersonalisasi
4.Sensasi sesak nafas atau tercekik 12.Ketakutan menjadi gila
5.Sensasi tersedak 13.Takut akan mati
6.Nyeri atau tidak nyaman pada
dada
7.Mual atau rasa tidak nyaman
pada perut
8.Merasa pusing, melayang, tidak
seimbang, atau pingsan
Gangguan Panik (DSM 5)
B. Serangan diikuti oleh kondisi berikut selama 1 bulan atau
lebih:
1. Rasa khawatir persisten akan serangan panik berulang dan
konsekuensinya (menjadi tidak sadar, serangan jantung, dsb)
2. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan serangan panik
(perilaku untuk menghindari serangan panik, misalnya menghindari
situasi yang tidak familiar)
Wenas NT, Waleleng BJ. Abses hati ptiogenik. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 6, Jakarta: 2014.
Abses Hepar
• Diagnosis :
1. Serologi
2. Kultur darah
3. USG + Drainase
4. CT-Scan / MRI
• Identifikasi penyebab dapat dilakukan dengan
pemeriksaan sampel aspirasi (cara melakukannya
dengan seluruh isi abses)
Abses hepar
• USG Abdomen
• Liver abscesses are typically
poorly demarcated with a
variable appearance,
ranging from
predominantly hypoechoic
(still with some internal
echoes however) to
hyperechoic.
• Gas bubbles may also be
seen
• Colour Doppler will
demonstrate absence of
central perfusion.
• Liver cyst
• round or ovoid anechoic
lesion, but almost
asymptomatic
Abses Hati Piogenik (AHP)
• Patogenesis:
• Penyebaran hematogen (sirkulasi sistemik ataupun
portal)
• Langsung dari sumber infeksi di rongga peritoneum
• Penyebab Abses:
• Kelainan sistem hepatobiliar (obstruksi/infeksi) dan
tumor obstruktif
• Emboli septik apendisitis, divertikulitis, IBD, perforasi
rongga visera
• Penetrasi trauma tusuk dan trauma tumpul
Haneghan HM, et al. Modern management of pyogenic hepatic abscess. BMC: 2011.
Abses Hati Piogenik (AHP)
• Tanda & Gejala:
• Jarang pada anak-anak dan – Urin Gelap
dewasa muda
• Berkaitan defisiensi imun atau – BAB pucat
trauma – Anoreksia
• Demam
– Mual-Muntah
• Hepatomegali + nyeri tekan
perut kanan atas (Ludwig sign) – Penurunan BB
dengan penjalaran ke bahu – Tanda hipertensi portal
• Batuk karena iritasi diafragma
• Ikterus
https://emedicine.medscape.com/article/183920-treatment#d9
207.
Seorang wanita usia 50 tahun, datang ke RS dengan keluhan
nyeri pada punggung sejak 2 minggu smrs. Pasien memiliki
riwayat konsumsi steroid jangka panjang. Pasien juga
mengaku telah mengalami menopause sejak 1 tahun yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/90 mmHg, HR
90x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 36,5C. Pada pemeriksaan
rontgen didapatkan fraktur kompresi L3-L4. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Osteoporosis primer
B. Osteoporosis sekunder
C. Osteoporosis tersier
D. Osteoporosis senilis
E. Osteopenia
Analisis Soal
• Wanita 50 tahun dengan nyeri pada punggung sejak 2
minggu SMRS dan riwayat konsumsi steroid jangka
panjang serta didapatkan adanya fraktur kompresi L3-
L4 pada pemeriksaan foto rontgen osteoporosis
• Primer/sekunder? Perlu digarisbawahi pemakaian
steroid jangka panjang terjadi bukan akibat
menopause (riwayat baru 1 tahun), sehingga terjadi
osteoporosis sekunder.
OSTEOPOROSIS
• Penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan
densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
• Compromised bone strength
• Tipe osteoporosis
• Osteoporosis tipe I pasca menopause (defisiensi esterogen)
• Osteoporosis tipe II senilis (gangguan absorbsi kalsium di usus)
• Osteoporosis tipe IIIosteoporosis sekunder
• Faktor risiko osteoporosis
• Usia, genetik, lingkungan, hormon, sifat fisik tulang
• Dapat menyebabkan fraktur patologis
Klasifikasi
1. Osteoporosis primer 2. Osteoporosis Skunder
• bukan disebabkan penyakit
• berkurangnya masa tulang dan atau
terhentinya produksi hormon estrogen
disamping bertambahnya usia
oleh berbagai
penyakit tulang
Tipe • osteoporosis pasca
menopouse (kronik
1 • wanita berusia 50-
65 tahun rheumatoid,
artritis, TBC
spondilitis,
Tipe • istilah
osteoporesis senil
osteomalacia
A. Insulin
B. Alfa glucosidase inhibitor
C. DPP 4 Inhibitor
D.Biguanid
E. Sulfonilurea
Soal No. 208
• Pasien diatas kemungkinan mengalami DM dengan
ditemukannya adanya gejala klasik dan GDS 250 mg/dL.
• Pada pasien dengan DM tipe 2 yang baru terdiagnosis dapat
dilakukan modifikasi gaya hidup dan jika tidak ada perbaikkan
dapat ditambah dengan OHO.
• OHO yang biasa menjadi first line therapy pada DM tipe 2
adalah golongan biguanid seperti metformin. Selain itu
pemberian metformin pada pasien ini juga dapat bermanfaat
karena dapat juga menurunkan berat badan.
• Pilihan A, insulin biasanya baru akan diberikan jika didapatkan
kadar HbA1c pasien > 10%.
• Pilihan B, acarbose dapat dikombinasikan dengan metformin
jika tidak ada perbaikkan dengan monoterapi.
• Pilihan C, sitagliptin dapat diberiikan jika dengan monoterapi
belum ada perbaikkan.
• Pilhan E, glibenclamid dapat diberikan jika dengan
monoterapi belum ada perbaikkan.
Diabetes Melitus
• Modifikasi Gaya hidup • Mulai
HbA1c
monoterapi oral
<7.5%
HbA1c ≥9%
dan obat lain 7%
dengan mekanisme
kerja yang berbeda
Metformin + Insulin
>10% atau GDS
basal + insulin
>300 dengan
prandial atau Target HbA1C <7% atau individual
gejala
Metformin + insulin
metabolik
basal + GLP-1 RA
AACE Diabetes Mellitus Comprehensive Care Plan. 2015
AACE Diabetes Mellitus Comprehensive Care Plan. 2015
Soal No. 209
Seorang perempuan berusia 72 tahun dibawa keluarganya ke
IGD RS dengan keluhan tidak sadar sejak 2 jam yang lalu.
Keluhan didahului muntah dan nyeri perut sejak 3 hari yang
lalu. Pasien diketahui memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 5
tahun yang lalu dan rutin minum metformin. Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum lemah, tidak sadar, tekanan
darah 120/80 mmHg, denyut nadi 120 x/menit, frekuensi napas
24x/menit, suhu 38,2°C, kulit kering. Hasil pemeriksaan
laboratorium darah diperoleh kadar glukosa darah sewaktu 700
mg/dL. Bagaimana patomekanisme penyebab keadaan
tersebut?
Akut Kronik
Krisis
Hipoglikemia Makroangiopati
hiperglikemia
Ketoasidosis
Mikroangiopati
diabetikum
96
Diabetic Hyperglycemic Crises
No hyperosmolality Hyperosmolality
Acidosis No acidosis
97
Pathogenesis of Hyperglycemic Crises
DKA HHS
Increased
glucose
Increased
production
ketogenesis
Insulin Counterregulatory
Deficiency Hormones
Decreased
glucose Metabolic
uptake acidosis
Electrolyte Hypertonicity
abnormalities
A. IVFD HES
B. IVFD D10%
C. IVFD NS 0,9%
D. IVFD RL
E. IVFD NS 0,45%
Soal No. 210
• Pasien diatas kemungkinan mengalami KAD karena
ditemukan adanya penurunan kesadaran dan GDS 415
mg/dL serta keton urin +2.
• Pada pasien KAD tatalaksana awal yang akan diberikan
adalah dengan rehidrasi cairan menggunakan IVFD NS
0,9%.
• Pilihan A, HES tidak dipakai sebagai tatalaksana KAD.
• Pilihan B, D10% tidak dipakai sebagai tatalaksana KAD.
• Pilihan D, RL tidak dipakai sebagai tatalaksana KAD.
• Pilhan E, NS 0,45% tidak dipakai sebagai tatalaksana KAD.
KETOASIDOSIS DIABETIK
• Pencetus KAD:
• Insulin tidak
adekuat
• Infeksi
• Infark
• Diagnosis KAD:
• Kadar glukosa 250
mg/dL
• pH <7,35
• HCO3 rendah
• Anion gap tinggi
• Keton serum (+)
Harrison’s principles of internal medicine
ADA Diagnostic Criteria for
DKA and HHS
DKA
Parameter Mild Moderate Severe HHS
Plasma glucose, mg/dL >250 >250 >250 >600
Arterial pH 7.25-7.3 7.0-7.24 <7.0 >7.30
Serum bicarbonate, mmol/L 15-18 10 to <15 <10 >15
Serum ketones† Positive Positive Positive Small
Urine ketones† Positive Positive Positive Small
Effective serum osmolality,*
Variable Variable Variable >320
mOsm/kg
Alteration in sensoria or mental
Alert Alert/drowsy Stupor/coma Stupor/coma
obtundation
*Calculation: 2[measured Na+ (mEq/L)] + glucose (mg/dL)/18.
† Nitroprusside reaction method.
A. Perdarahan hemoragik
B. Hipoglikemi
C. KAD
D. Koma HONK
E. Hipertensi
Soal No. 211
• Adanya keluhan berupa penurunan kesadaran dan
riwayat minum obat DM tanpa makan terlebih dahulu
dan tampak berkeringat dingin menunjukkan bahwa
pasien kemungkinan mengalami hipoglikemia.
• Pilihan A, pada pasien tidak ditemukan adanya faktor
risiko terjadinya stroke hemorragik.
• Pilihan C, pada KAD biasanya akan ditemukan tanda-
tanda dehidrasi dan pemicu seperti infeksi atau sakit
berat.
• Pilihan D, pada Koma HONK biasanya akan ditemukan
tanda-tanda dehidrasi dan pemicu seperti infeksi atau
sakit berat.
• Pilhan E, penurunan kesadaran dapat ditemukan pada
ensefalopati hipertensi namun TD pasien diatas normal.
Hipoglikemia
• Hipoglikemia kumpulan
gejala klinis karena
konsentrasi glukosa darah yg
rendah.
• Whipple triad
• Gejala hipoglikemia
• Kadar glukosa darah rendah
• Gejala berkurang dengan
pengobatan
• Batas konsentrasi glukosa
darah untuk diagnosis
hipoglikemia tdk sama untuk
setiap orang gunakan
whipple triad
• Glukosa normal puasa 70-110
mg/dL
Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. PERKENI 2015
Hipoglikemia
• Respons akut hipoglikemia dimediasi oleh
glukagon & epinefrin untuk menaikkan
glukosa darah.
PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di indonesia. 2006.
Soal No. 213
Seorang laki-laki 60 tahun diantar keluarga ke IGD dengan
penurunan kesadaran sejak 3 jam smrs. Keluarga
mengatakan pasien punya riwayat DM dan tidak berobat
teratur. Keluarga juga mengatakan tadi pagi pasien
membeli obat sendiri di apotek dan belum sarapan tadi
pagi. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD
120/80 mmHg, HR 80x/mnt , RR 22x/mnt dan suhu 36,5C.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS 50
mg/dL. Berapakah derajat hipoglikemia pada pasien ini?
A. Ringan
B. Sedang
C. Berat
D.Ringan Sedang
E. Sedang Berat
Soal No. 213
• Adanya keluhan berupa penurunan kesadaran dan
riwayat minum obat DM tanpa makan terlebih dahul,
menunjukkan bahwa pasien kemungkinan mengalami
hipoglikemia.
• Hipoglikemia pada pasien termasuk berat karena
ditemukannya adanya penurunan kesadaran dan GDS 50
mg/dL.
• Pilihan A, pada hipoglikemia ringan hanya ditemukan
gejala-gejala seperti bedebar-debar, keringat dingin dan
lemas.
• Pilihan B, pada hipoglikemia sedang bianya ditemukan
gejala-gejala seperti bedebar-debar, keringat dingin dan
lemas dan pasien mulai merasa gelisah.
• Pilihan D dan E, tidak ada klasifikasi tersebut.
Severity of Hypoglycemia
• Mild
– Autonomic symptoms present
– Individual is able to self-treat
• Moderate
– Autonomic and neuroglycopenic symptoms
– Individual is able to self-treat
• Severe
– Requires the assistance of another person
– Unconsciousness may occur
– Plasma glucose is typically <2.8 mmol/L (< 50.4 mg/dL)
Soal No. 214
Seorang perempuan 50 tahun diantar keluarga ke IGD
dengan penurunan kesadaran sejak 3 jam smrs. Keluarga
mengatakan pasien punya riwayat DM dan tidak berobat
teratur. Keluarga juga mengatakan tadi pagi pasien
membeli obat sendiri di apotek dan belum sarapan tadi
pagi. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD
120/80 mmHg, HR 80x/mnt , RR 22x/mnt dan suhu 36,5C.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS 40
mg/dL. Apakah terapi yang tepat untuk pasien tersebut?
A.Injeksi IV D40% bolus 2 flacon
B. Injeksi IVD40% drip 2 flacon
C. Injeksi IVD10% bolus 2 flacon
D.Injeksi IV D5% drip 2 flacon
E. Injeksi IV NaCl 09% drip 2 flacon
Soal No. 214
• Adanya keluhan berupa penurunan kesadaran dan
riwayat minum obat DM tanpa makan terlebih dahulu
menunjukkan bahwa pasien kemungkinan mengalami
hipoglikemia.
• Hipoglikemia pada pasien termasuk berat karena
ditemukannya adanya penurunan kesadaran dan GDS 40
mg/dL.
• Pada hipoglikemia berat terapi yang dapat diberikan
menurut PERKENI 2015 adalah D20% bolus sebanyak 2
flacon namun jika tidak ada maka alternative adalah
dengan pemberian D40% bolus sebanyak 1 flacon.
• Namun dari pilihan jawaban yang paling mendekati
adalah pilihan A.
TATALAKSANA
Hipoglikemia ringan Hipoglikemia berat
• Konsumsi makanan tinggi • Terdapat gejala
karbohidrat
neuroglikopenik dextrose
• Gula murni 20% sebanyak 50 cc (jika
• Glukosa 15-20 g (2-3 sdm) tidak ada bisa diberikan
dilarutkan dalam air dextrose 40% 25 cc), diikuti
• Pemeriksaan glukosa darah infus D5% atau D10%
dengan glukometer setelah
15 menit upaya terapi • Periksa GD 15 menit, jika
• Kadar gula darah normal, belum mencapai target
pasien diminta untuk dapat diulang
makan atau konsumsi snack • Monitoring GD tiap 1-2 jam
untuk mencegah
berulangnya hipoglikemia.
A. Defisiensi Fosfat
B. Defisiensi Kalsitonin
C. Defisiensi Paratiroid hormone
D. Defisiensi Vit D
E. Defisiensi Tiroid hormon
Soal No. 215
• Pasien kemungkinan mengalami hipokalsemia yang ditandai
dengan adanya kejang dan kaku serta wajah yang berkedut-kedut.
Hal ini ditunjang dengan adanya chovstek sign (+), trosseu (+).
• Kemungkinan penyebab dari hipokalsemia pada pasien ini adalah
akibat hipoparatiroid yang disebabkan akibat komplikasi dari
tiroidektomi yang dijalani oleh pasien.
• Pada tiroidektomi, dapat terjadi cedera pada kelenjar paratiroid
atau kelenjar tersebut secara tidak sengaja terangkat sehingga
terjadi penurunan hormon paratiroid.
• Pilihan A, defisiensi fosfat biasanya terjadi karena kekurangan
vitamin D dan ditandai dengan anoreksia, kelemahan otot dan
osteomalasia.
• Pilihan B, defisiensi kalsitonin dapat mengakibatkan gangguan
mineralisasi tulang.
• Pilihan C, defisiensi vit D dapat menyebabkan hipokalsemia
biasanya terjadi pada orang-orang yang malnutrisi , pasien CKD dan
orang yang jarang terpapar sinar matahari
• Pilhan E, defisiensi tiroid biasanya akan mengakibatkan turunnya
metabolisme tubuh.
HIPOPARATHYROID
• Hypoparathyroidism may occur
as a complication of
thyroidectomy
• PTH released is inadequate
hypocalcemia.
• Proximal tubular effect of PTH
to promote phosphate
excretion is lost
hyperphosphatemia
• Low level of 1,25-(OH)2D
• Less PTH is available to act in
the distal nephron increase
calcium excretion
• Less PTH less Mg
reabsorption at ansa Henle.
Chvostek sign
• Tap facial nerve
twitching of lip and
spasm of facial muscles
Soal No. 216
Seorang wanita berusia 65 tahun datang dengan keluhan
nyeri pada pinggul kiri sejak 1 minggu smrs. Pasien sudah
menopause sejak usia 55 tahun. Tidak ada riwayat alkohol
dan merokok. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt , RR 22x/mnt
dan suhu 36,5C . Satu bulan yang lalu pasien menjalani
operasi pengambilan massa pada leher. Zat yang paling
mungkin mengalami kekurangan pada pasien tersebut
adalah…
A. K
B. P
C. Cl
D.Ca
E. Mg
Soal No. 216
• Pasien kemungkinan mengalami fraktur patologis (nyeri pada
pinggul) yang diakibatkan kekurangan kalsium karena
hipoparatiroid akibat komplikasi dari operasi pengambilan
massa pada leher pasien (kemungkinan tiroidektomi)
• Pilihan A, kekurangan kalium biasanya bermanifestasi sebagai
general muscle weakness.
• Pilihan B, defisiensi fosfat biasanya terjadi karena kekurangan
vitamin D dan ditandai dengan anoreksia, kelemahan otot dan
osteomalasia
• Pilihan C, defisiensi chloride biasanya dapat terjadi pada
pasien muntah atau penggunaan diuretic. Gejala biasanya
meliputi penurunan kesadaran, paralisis dan spasme otot.
• Pilhan E, defisiensi magnesium dapat terjadi pada pasien
diare atau penyakit ginjal seperti ATN atau AIN. Gejala
meliputi penurunan kesadaran dan paralisis otot.
HIPOPARATHYROID
• Hypoparathyroidism may occur
as a complication of
thyroidectomy
• PTH released is inadequate
hypocalcemia.
• Proximal tubular effect of PTH
to promote phosphate
excretion is lost
hyperphosphatemia
• Low level of 1,25-(OH)2D
• Less PTH is available to act in
the distal nephron increase
calcium excretion
• Less PTH less Mg
reabsorption at ansa Henle.
A. Graves disease
B. Karsinoma tiroid
C. Adenoma tiroid
D. Tiroiditis hashimoto
E. Goiter endemic
Soal No. 217
• Pasien kemungkianan mengalami hipertiroid karena
ditemukan gejala-gejala seperti bedebar-debar, suka
berkeringat dan tremor. Pasien juga mengalami adanya
penurunan kesadaran. Adanya massa pada leher yang
berbenjol-benjol dan tidak adanya eksoftalmus menunjukkan
bahwa pasien mengalami struma nodosa toksik yang
disebabkan oleh adenoma tiroid.
• Pilihan A, grave disease ditandai dengan adanya kondisi
hipertiroid dan biasanya ditemukan gejala berupa
eksoftalmus atau edema pretibial.
• Pilihan B, Ca tiroid biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala
hipertiroid. Hormon tiroid biasanya normal.
• Pilihan D, pada tiroiditis hashimoto biasanya ditemukan gejala
berupa hipotiroid.
• Pilhan E, pada goiter endemik biasanya ditemukan gejala
hipotiroid dan faktor risiko seperti tinggal di gunung atau
konsumsi garam buatan sendiri.
Hipertiroid Primer & Sekunder
Human Physiology.
Human Physiology.
Guyton and Hall textbook of medical physiology.
Penyakit Endokrin
Klasifikasi Struma
Struma
Difusa Nodosa
Konsumsi goitrogen :
Hashimoto Tiroidiitis,
PTU atau litihium dan Adenoma toksik,
Iodium Defisiensi Grave’s Disease
Iodium defisiensi (late Plummer’s Disease
(Early), Paparan radiasi
stage)
HIPERTIROID
Hipertiroidisme
Struma
Difusa Nodosa
Konsumsi goitrogen :
Hashimoto Tiroidiitis,
PTU atau litihium dan Adenoma toksik,
Iodium Defisiensi Grave’s Disease
Iodium defisiensi (late Plummer’s Disease
(Early), Paparan radiasi
stage)
GRAVES DISEASE
• Tirotoksikosis: manifestasi peningkatan hormon tiroid
dalam sirkulasi.
• Hipertiroidisme: tirotoksikosis yang disebabkan oleh
kelenjar tiroid hiperaktif.
Trias:
• Hipertirioidsme: pembesaran tiroid hiperfungsional difus.
• Optalmopati infiltratif menghasilkan exophthalmos.
• Dermopati infiltratif terlokalisasi disebut mixedema
pretibial.
Soal No. 219
Pasien wanita usia 38 tahun datang ke RS dengan keluhan
benjolan di leher. Pasien sering berdebar-debar dan tidak
tahan panas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80
mmHg, HR 120x/mnt, RR 24x/mnt dan suhu 37C. Pada
leher ditemukan benjolan, bulat, dengan ukuran 4x5cm,
mengikuti gerak menelan, kenyal serta mata eksoftalmus.
Dimanakah sel yang mengalami kelainan pada pasien
tersebut?
A. Parafolikuler
B. Folikuler
C. Chief
D.Parietal
E. Leydig
Soal No. 219
• Adanya keluhan benjolan di leher dan gejala hipertiroid
seperti berdebar-debar dan tidak tahan panas serta
eksoftalmus pada mata menunjukkan bahwa pasien
mengalami hipertiroid akibat grave disease.
• Pada grave sel yang mengalami kelainan adalah sel folikuler
tiroid yang mensintesis hormone tiroid berlebihan akibat
adanya stimulasi dari antibodi terhadap reseptor TSH.
• Pilihan A, sel parafolikular tiroid berfungsi untuk
menghasilkan kalsitonin.
• Pilihan C, sel chief merupakan sel yang terdapat pada gaster
yang berfungsi untuk menghasilkan pepsin yang berguna
untuk mencerna protein.
• Pilihan D, Sel parietal merupakan sel di gaster yang
menghasilkan asam lambung.
• Pilhan E, Sel leydig terdapat di testis dan berguna untuk
menghasilkan testosterone.
Pemeriksaan Histopatologi
• tall, crowded follicular epithelial cells; scalloped
colloid
Soal No. 220
Seorang pasien, 30 tahun, datang dengan keluhan gangguan
menelan disertai rasa tertekan dan nyeri pada leher sejak
seminggu yang lalu. Tiga minggu yang lalu pasien punya riwayat
terkena sakit tenggorokan dan sudah sembuh. Pemeriksaan
fisik TD: 120/70; HR: 76x/mnt; RR: 14x/menit; suhu: 36,9C.
Status generalis dalam batas normal. Status lokalis: Pada leher
sisi depan, teraba benjolan yang ikut bergerak pada saat
menelan, difus, dan terdapat nyeri tekan. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan T3 dan T4 normal dan LED 60
mm/jam. Diagnosis yang paling harus dipikirkan pada pasien ini
adalah...
A. Tirotoksikosis
B. Tiroiditis granulomatosa subakut
C. Tiroiditis hasimoto
D. Kanker tiroid
E. Graves disease
Soal No. 220
• Imaging
Twenty-four–hour radioactive iodine uptake (RAIU) is useful to
distinguish Graves’ disease (increased RAIU) from thyroiditis
(normal or low RAIU).
Tiroiditis Subakut
• Didahului oleh infeksi virus
• Lebih sering terjadi pada wanita (3:1)
Patofisiologi
Adanya patchy inflammatory infiltrate pd folikel tiroid
dan multinucleated giant cell pd beberapa folikel.
Perubahan folikular akan berkembang menjadi
granuloma yg diikuti dengan fibrosis.
Tiroiditis Subakut
Tiroiditis
Tatalaksana
The duration of the thyrotoxic phase of thyroiditis is usually 3 to
6 wk.
This phase is followed by a hypothyroid phase typically lasting up to
12 wk.
Treat hypothyroid phase with levothyroxine 25 to 50 mcg/day
initially and monitor serum thyroid-stimulating hormone initially
every 6 to 8 wk.
Control symptoms of hyperthyroidism with beta-blockers (e.g.,
propranolol 20-40 mg PO q6h).
Control pain in patients with subacute thyroiditis with
nonsteroidal anti-inflammatory drugs. Prednisone 20 to 40 mg
qd may be used if nonsteroidals are insufficient, but it should be
gradually tapered off over several weeks.
Use IV antibiotics and drain abscess (if present) in patients with
suppurative thyroiditis.
Soal No. 221
Seorang perempuan usia 31 tahun datang dengan keluhan
lemas dan mudah lelah. Pasien juga sering merasakan pusing,
nafsu makan menurun, mual, muntah dan sulit BAB. Berat
badan menurun sebanyak 5 kg dalam 2 bulan terakhir. Pasien
pernah di diagnosa terkena penyakit autoimun, diberikan
steroid tetapi 2 bulan terakhir pasien menghentikan sendiri
obatnya. Pemeriksaan fisik TD 110/70 mmHg, HR 92x/i, RR
16x/i, Temperatur 37,6 ºC. Hiperpigmentasi diwajah dengan
siku, lipatan kulit, telapak tangan dan lutut. Pemeriksaan Fisik
lain dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium Hb 10gr/dl,
Hematokrit 30%, MCV 90 fL, MCH 30cpg/cell, Leukosit 7000
mm3, Trombosit 430.000/uL, K 5,6 meg/L, Cl 100 meg/L, Ca
10,8 meg/L. Apakah hormone yang mengalami gangguan pada
pasien tersebut?
A. Insulin
B. Cortisol
C. TSH
D. Tiroksin
E. Adrenalin
Soal No. 221
• Pasien diatas kemungkinan mengalami kekurangan hormon
kortisol yang ditandai dengan mudah lelah dan lemas dan
penurunan berat badan.
• Adanya riwayat penyakit autoimun dan diberikan steroid
menunjukkan bahwa pasien kemungkinan mengalami insufisiensi
adrenal akibat addsion disease. Hal ini juga diperkuat dengan
keterangan adanya hiperpigmentasi diwajah dengan siku, lipatan
kulit, telapak tangan dan lutut
• Addison disease merupakan penyakit autoimun pada kelenjar
adrenal yang menyebabkan berkurangnya sintesis hormone kortisol
sehingga menyebabkan gejala-gejala diatas.
• Pilihan A, kelainan insulin dapat ditemukan pada pasien DM.
• Pilihan C, kelainan TSH dapat ditemukan pada pasien hipotiroid
atau hipertiroid.
• Pilihan D, kelainan tiroiksin dapat ditemukan pada pasien hipotiriod
atau hipertiroid.
• Pilhan E, Kelainan adrenalin dapat ditemukan pada pasien
feokromositoma.
INSUFISIENSI
ADRENAL
• Klasifikasi klinis insufisiensi
adrenal:
• Insufisiensi adrenal primer
(Addison’s disease): gangguan
pada korteks adrenal
• Insufisiensi adrenal sekunder:
sekresi ACTH menurun.
• Insufisiensi adrenal tersier:
sekresi CRH menurun.
Etiologi
• Autoimmune destruction of the adrenal glands (80% of cases)
• Tuberculosis (TB) (7%-20% of cases)
• Carcinomatous destruction of the adrenal glands, lymphoma
• Adrenal hemorrhage (anticoagulants, trauma, coagulopathies,
pregnancy, sepsis)
• Adrenal infarction (antiphospholipid syndrome, arteritis,
thrombosis)
• AIDS (adrenal insufficiency develops in 30% of patients with
AIDS, often cytomegalovirus [CMV] adrenalitis)
• Genetic causes: autoimmune polyglandular syndromes (APS)
types 1 and 2, X-linked adrenoleukodystrophy, congenital
adrenal hyperplasia
• Other: sarcoidosis, amyloidosis, hemochromatosis, Wegener’s
granulomatosis, postoperative, fungal infections (candidiasis,
histoplasmosis)
Addison Disease
• Addison disease (or Addison's
disease) is adrenocortical
insufficiency due to the destruction
or dysfunction of the entire adrenal
cortex.
• Sign and symptoms:
• Hyperpigmentation of the skin and
mucous membranes
• Dizziness
• Myalgias and flaccid muscle paralysis
• Impotence and decreased libido
• progressive weakness, fatigue, poor
appetite, and weight loss
• Defisiensi kortisol penurunan
umpan balik pada aksis
hipotalamus-pituitary
meningkatkan kadar ACTH plasma
• Defisiensi mineralokortikoid
produksi renin meningkat oleh sel
juxtaglomerular di ginjal
Hiperpigmentasi daerah
friksi
Hiperpigmentasi mukosa
Soal No. 222
Wanita usia 27 tahun datang dengan keluhan lemas sejak 4
bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan menstruasi
tidak lancar sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan TD 160/100 mmHg, HR 80 x/menit, RR 20
x/menit. Terdapat obesitas sentral dan moon face (+).
Pasien dilakukan tes deksametason dan kadar kortisol
tidak turun esok harinya. Apakah kemungkinan hormone
penyebab keluhan pasien tersebut?
A. Insulin
B. Cortisol
C. TSH
D.Tiroksin
E. Adrenalin
Soal No. 222
• Pasien diatas kemungkinan mengalami cushing syndrome
yang ditandai dengan adanya menstruasi yang tidak lancar,
hipertensi, obesitas sentral dan moon face (+). Hal ini juga
ditunjang dengan tes deksametason dan kortisol tidak turun.
• Cushing syndrome merupakan suatu kondisi yang ditandai
dengan peningakatan kadar kortisol yang memberikan gejala-
gejala seperti diatas.
• Pilihan A, kelainan insulin dapat ditemukan pada pasien DM.
• Pilihan C, kelainan TSH dapat ditemukan pada pasien
hipotiroid atau hipertiroid.
• Pilihan D, kelainan tiroiksin dapat ditemukan pada pasien
hipotiriod atau hipertiroid.
• Pilhan E, Kelainan adrenalin dapat ditemukan pada pasien
feokromositoma.
SINDROM CUSHING
Sindrom Cushing
(hiperadrenokortikalism/hiperkortisolism)
• Kondisi klinis yang disebabkan oleh
pajanan kronik glukokortikoid
berlebih karena sebab apapun.
• Penyebab:
• Sekresi ACTH berlebih dari hipofisis
anterior (penyakit Cushing).
• ACTH ektopik (C/: ca paru)
• Tumor adrenokortikal
• Glukokorticod eksogen (obat)
A. Diabetes melitus
B. Diabetes insipidus
C. Polidipsi primer
D. Polidipsi sekunder
E. SIADH
Soal No. 223
• Pasien kemungkinan mengalami polyuria yang disebut
dengan diabetes insipidus karena ditemukan adanya
keluhan lemas, sering haus dan sering BAK. Selain itu
ditemukannya BJ urin yang turun, glukosa urin (-) dan
GDS normal mendukung diagnosis ini.
• Pilihan A, pada DM adakan ditemukan peningkatan GDS.
• Pilihan C, pada polydipsia primer pasien banyak BAK yang
disebabkan karena intake air yang terlalu banyak.
• Pilihan D, tidak ada istilah ini.
• Pilhan E, SIAD ditandai dengan hyponatremia,
hipoosmolalitas dan tingginya osmolalitas urin.
Poliuria
• Definisi
Ekskresi urin ≥ 3 liter/hari
• Patofisiologi
Central diabetes insipidus
rendahnya sekresi ADH (vasopresin) oleh pituitari posterior
Nephrogenic diabetes inspidus
Sekresi ADH normal tp tubulus tidak respon thd ADH
Transient diabetes insipidus
pd kehamilan terjadi peningkatan metabolisme ADH
Primary polidipsia (psychogenic)
intake cairan terlalu banyak sehingga BAK akan sering (respon
fisiologis)
Manifestasi Klinis Diabetes
Insipidus
• Poliuria
Frekuensi berkemih
Enuresis,
Nokturia mengganggu tidur lelah pada siang hari atau
somnolen
• Peningkatan osmolaritas plasma
Haus polidipsia
• Tanda klinis dehidrasi
Tanda yang jelas jarang ditemukan kecuali pada pasien dengan
asupan air yang terganggu.
Many infants with trisomy 13 die within their first days or weeks of life.
It is three times more common in girls than boys. Many individuals with trisomy 18 die
before birth or within their first month.
Soal No. 226
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD dengan
keluhan sesak sejak 1 jam yang lalu. Sesak di rasakan
setelah pasien melakukan CT scan kepala dengan bahas
kontras. Setelah diinjeksikan bahan kontras pasien tiba tiba
sesak. Pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan tensi 80/
mmgHg, HR 120x/mnt, RR 26x/mnt dan suhu 37C. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Syok hipovolemik
B. Syok kardiogenik
C. Syok anafilaktik
D.Syok septik
E. Syok distributive
Soal No. 226
• Adanya keluhan berupa sesak setelah penyuntikkan bahan
kontras yang ditandai dengan penurunan tekanan darah,
takikardia dan takipneu menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami syok anafilaktik setelah
penyuntikkan bahan kontras.
• Pilihan A, pada syok hipovolemik biasanya akan ditemukan
adanya faktor risiko seperti diare atau perdarahan yang
menyebabkan berkurangnya cairan vascular.
• Pilihan B, pada syok kardiogenik biasanya akan ditandai
dengan penurunan tekanan darah yang disebabkan oleh
kalainan pada jantung.
• Pilihan D, pada syok septik biasanya akan ditemukan
penurunan tekanan darah dan faktor risiko berupa sepsis.
• Pilhan E, syok distributif ditandai dengan penurunan TD yang
diakibatkan oleh vasodilatas pembuluh darah akibat syok
neurogenic, syok sepsis atau syok anafilaktik.
Syok Anafilaksis
• Anafilaksis adalah reaksi tipe segera yang dimediasi
oleh interaksi antara alergen dengan IgE yang terikat
pada permukaan sel mast atau basofil. Interaksi
tersebut akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis
yaitu gejala sistemik.
• Susah dibedakan dengan reaksi anafilaktoid namun
anafilaktoid secara mekanisme tidak melibatkan IgE.
• Manifestasi klinis yang timbul meliputi gejala pada
kulit, pernapasan, kardiovaskuler, gastrointestinal, dan
gejala pada sistem organ lain seperti rinitis,
konjungtivitis.
Soal No. 227
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke RS dengan
keluhan bengkak diwajah dan sulit bicara sejak 3 jam.
Pada pemeriksaan pasien tampak kebingungan.
Sebelumnya terdapat riwayat makan kerang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/60 mmHg, RR
24x/mnt, HR 110x/mnt dan suhu 37C. Termasuk reaksi
hipersensitivitas tipe berapa kelainan yang terjadi pada
pasien tersebut?
A.I
B. II
C. III
D.IV
E. V
Soal No. 227
• Adanya keuhan bengkak, hipotensi dan tampak bingung
setelah makan kerang menunjukkkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami syok anafilaktik. Syok
anafilaktik tergolong ke dalam reaksi hipersensitivitas
tipe 1.
• Pilihan B, HS tipe 2 merupakan antigen antibody
mediated yang contohnya adalag grave disease, MG atau
AIHA.
• Pilihan C, HS tipe 3 merupakan reaksi yang terjadi akibat
deposit antigen antibody seperti pada GNAPS atau ENL.
• Pilihan D, HS tipe 4 merupakan limfosit T mediated yang
merupakan reaksi tipe lambat, contohnya uji tuberculin
dan reaksi reversal.
• Pilhan E, tidak ada HS tipe 5.
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
Soal No. 228
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke RS dengan
keluhan bengkak diwajah dan sulit bicara sejak 3 jam.
Pada pemeriksaan pasien tampak kebingungan.
Sebelumnya terdapat riwayat makan kerang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/60 mmHg, RR
24x/mnt, HR 110x/mnt dan suhu 37C. Dokter berencana
akan memberikan obat pada pasien. Berapa dosis obat
yang akan diberikan kepada pasien tersebut?
A. 30 mg
B. 3 mg
C. 0.3 mg
D.0.03 mg
E. 0.003 mg
Soal No. 228
• Adanya keuhan bengkak, hipotensi dan tampak bingung
setelah makan kerang menunjukkkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami syok anafilaktik.
• Syok anafilaktik tergolong ke dalam reaksi
hipersensitivitas tipe 1.
• Tatalaksana syok anafilatik adalah dengan pemberian
adrenalin 1:1000 IM sebanyak 0,3 mg.
Syok Anafilaksis
• Tatalaksana anafilaksis
• Segera berikan suntikan epinefrin 1:1000 0,3 ml i.m di daerah
deltoid atau vastus lateralis. Dapat diulang 15-20 mg bila
diperlukan
• Hentikan infus media kontras, antibiotika, dan zat lain yang
dicurigai sebagai alergen.
• Berikan difenhidramin 50 mg intravena, ranitidin 50 mg atau
cimetidin 300 mg intravena, oksigen, infus cairan garam,
metilprednisolon 125 mg intravena
• Intubasi bila diperlukan
• Bila terdapat hipotensi segera berikan rehidrasi dan dopamin
atau norepinefrine.
• Bila terdapat sesak napas berikan salbutamol inhalasi dan
oksigen
Anaphylactic Shock
A. Mycobacterium tuberculosis
B. Mycoplasma pneumoniae
C. Streptococcus pneumoniae
D. Staphylococcus aureus
E. Klebsiella pneumoniae
Soal No. 229
• Pasien diatas kemungkinan mengalami pneumonia karena
ditemukan adanya sesak yang memberat dengan batuk
kehijauan, demam dan ronchi pada kedua lapang paru.
• Pada pemeriksaan gram dengan bakteri berbentuk kokus
gram positif yang tersusun berderet yang merupakan
gambaran dari streptokokus pneumonia.
• Pilihan A, M. TB merupakan basil tahan asam, tidak diwarnai
dengan pewarnaan gram.
• Pilihan B, M. Pneumonia tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan gram.
• Pilihan D, S. Aureus merupakan bakteri kokus gram positif
yang tersusun seperti anggur.
• Pilhan E, Kleibsiella pneumonia merupakan bakteri intrasel
yang tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan gram.
Pneumonia
• Diagnosis pneumonia komunitas:
Infiltrat baru/infiltrat progresif + ≥2 gejala:
1. Batuk progresif
2. Perubahan karakter dahak/purulen
3. Suhu aksila ≥38 oC/riw. Demam
4. Fisis: tanda konsolidasi, napas bronkial, ronkhi
5. Lab: Leukositosis ≥10.000/leukopenia ≤4.500
• Gambaran radiologis:
• Infiltrat sampai konsolidasi dengan “air bronchogram”, penyebaran
bronkogenik & interstisial serta gambaran kaviti.
• Air bronchogram: gambaran lusen pada bronkiolus yang tampak
karena alveoli di sekitarnya menjadi opak akibat inflamasi.
Pneumonia komuniti, pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indoneisa. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
Berdasarkan agen penyebab, pneumonia dibagi
menjadi:
• Pneumonia bakterial atau tipikal (terjadi pada semua
usia)
• Pneumonia atipikal (disebabkan Mycoplasma, Legionella
dan Chlamydia)
• Pneumonia virus
• Pneumonia jamur (immunocompromised)
Pneumonia
MIKROORGANISME PENYEBAB PNEUMONIA
LOBARIS
Cough, particularly cough productive of sputum, is the
most consistent presenting symptom of bacterial
pneumonia and may suggest a particular pathogen, as
follows:
• Streptococcus pneumoniae: Rust-colored sputum
• Pseudomonas, Haemophilus, and pneumococcal
species: May produce green sputum
• Klebsiella species pneumonia: Red currant-jelly sputum
• Anaerobic infections: Often produce foul-smelling or
bad-tasting sputumhttp://emedicine.medscape.com/article/300157-overview
Soal No. 230
Seorang pasien wanita berusia 25 tahun datang dengan keluhan
batuk lama sejak 2 minggu smrs. Pasien kemudian didiagnosis
TB paru BTA (+) oleh dokter. Pasien kemudian mendapat terapi
OAT kategori 1. Setelah 2 bulan minum obat pasien diminta
kontrol kembali. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 90x/mnt, RR 22x/mnt dan
suhu 37C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan BTA
masih positif. Apakah terapi yang perlu diberikan pada pasien
tersebut?
A. Prediabetik
B. DM tipe 2
C. Toleransi glukosa terganggu
D. Gula darah puasa terganggu
E. DM tipe 1
Soal No. 232
• Adanya keluhan badan lemas, dan hasil G2PP ≥ 200
mg/dL pada laki-laki berusia 27 tahun menunjukkan
bahwa pasien kemungkinan mengalami DM tipe 2.
• Pilihan A, pre DM dapat dibagi menjadi TGT yang ditandai
dengan GD2PP 140-199, GDP < 100 mg/dL dan GDPT
dengan GD2PP < 140 mg/dL dan GDP 100-125 mg/dL.
• Pilihan C, TGT ditandai dengan GD2PP 140-199, GDP <
100 mg/dL.
• Pilihan D, GDPT dengan GD2PP < 140 mg/dL dan GDP
100-125 mg/dL.
• Pilhan E, DM tipe 1 biasanya memiliki onset pada usia
anak-anak.
Diabetes Mellitus
• Kriteria diagnosis DM:
1. Glukosa darah puasa ≥126 mg/dL. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
A. Manajemen diet
B. Manajemen life style dan diet
C. Life style + OAD
D. Life style + OAD + insulin
E. Life style + 2 kombinasi obat
Soal No. 233
• Pasien diatas kemungkinan mengalami obesitas yang
ditandai dengan IMT 31,14.
• Pada obesitas tatalaksana awal yang dapat diberikan
adalah dengan olahraga dan diet, sehingga harus
mengatur life style dan diet.
• Pilihan A, manajemen diet saja tidak cukup.
• Pilihan C, D dan E, pada pasien belum ada bukti ke arah
DM sehingga belum perlu obat antidiabetes.
Obesitas
• Kondisi terdapat berlebihnya lemak dalam tubuh.
• Pemeriksaan sederhana: pengukuran berat badan
dan tinggi badan indeks masa tubuh.
• Klasifikasi menurut WHO untuk Asia-Pasifik:
Obesitas
EXAMINATION
• Physical examination should assess the degree and distribution of
body fat, signs of secondary causes of obesity, and obesity-related
comorbidities.
• Increased waist circumference is apparent
• Excess abdominal fat is clinically defined as a waist circumference >40 inches
(>102 cm) in men and >35 inches (>88 cm) in women (in Asian men and
women, >36 inches and >33 inches, respectively).
• Symptoms associated with hypertension, coronary artery disease
(CAD), and diabetes (e.g., polyuria, polydipsia, acanthosis nigricans,
retinopathy, and neuropathy) may be present.
• Obesity is associated with cardiac hypertrophy, diastolic dysfunction,
and decreased aortic compliance, which are independent predictors
of cardiovascular risk.
• Joint pain and swelling are associated with degenerative joint disease
secondary to obesity.
• The physical exam and ECG often underestimate the presence and
extent of cardiac dysfunction in obese patients.
Tatalaksana
Terapi Non Farmakologis
• The NHLBI guidelines recommend an initial diet to
produce a calorie deficit of 500 to 1000 kcal/ day. This
has been shown to reduce total body weight by an
average of 8% over 3 to 12 month.
• Thirty minutes of moderate-intensity activity on 5 or
more days of the week results in health benefits for
obese individuals. Moreover, several studies indicate that
60 to 80 min of moderate to vigorous physical activity
may provide additional benefit.
Soal No. 234
Seorang laki-laki berusia 57 tahun datang ke UGD dengan
keluhan BAB berdarah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai
perut kembung dan nyeri. Pasien menderita asma sejak
remaja dan rutin mengkonsumsi steroid. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan TD 130/90mmHg, RR 20x/mnt, HR
80x/mnt dan suhu 36C. Terapi yang akan diberikan pada pasien
adalah
A. Bismuth 1 minggu
B. Antasida 1 minggu
C. Sukralfat 4-8 minggu
D. Omeprazole 4-8 minggu
E. Ranitidine 4-8 minggu
Soal No. 234
• Pasien kemungkinan mengalami perdarahan saluran
cerna bagian atas akibat ulkus peptikum yang ditandai
dengan adanya BAB berdarah.
• Adanya riwayat konsumsi steroid jangka panjang
menunjukkan bahwa pasien kemungkinan mengalami
ulkus gaster.
• Pada ulkus peptikum maka tatalaksana yang tepat adalah
dengan pemberian obat golongan PPI selama 4-8
minggu.
Characteristics
Duodenal Ulcer of DU Gastric
and GU Ulcer
• May present < age 40 • Usually seen in
• Rarely associated with 50-60 year olds
NSAID use • Strong relationship to
• Pain often on empty NSAID use
stomach, better with food • Pain usually worse after
or antacids meals
• H. pylori in 90% to 100% • H. pylori in 70% to 90%
Both
• most common symptom: diffuse epigastric pain
• may be pain free
• may be associated with dyspeptic symptoms
• can lead to bleeding, perforation, or obstruction
TATALAKSANA
• Medikamentosa:
A. Sel cromafin
B. Sel Chief
C. Sel Cajal
D. Sel M
E. Sel Parietal
Soal No. 236
• Adanya keluhan massa, nyeri perut dan pada endoskopi
ditemukan massa pada antrum menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami tumor pada saluran cerna.
• Adanya CD 117 (+) menunjukkan bahwa pasien mengalami
gastroinstestinal stromal tumor (GIST) yang merupakan
keganasan yang berasal dari sel cajal.
• Pilihan A, Sel chromafin merupakan sel yang terdapat pada
medulla adrenal yang berfungsi mengahasilkan katekolamin.
• Pilihan B, Sel chief merupakan sel pada gaster yang berfungsi
menghasilkan pepsin.
• Pilihan C, M cell merupakan sel yang terdapat pada usus halus
yang berfungsi dalam imunitas.
• Pilhan E, sel parietal merupakan sel pada gaster yang
berfungsi menghasilkan asam lambung.
Gastrointestinal Stromal Tumor
(GIST)
• Stromal or mesenchymal tumors of the GI
tract are divided into two groups:
• Those identical to tumors of the soft tissue arising in the rest of
the body
• Lipomas, Schwannomas, Hemangiomas, Usual
Leiomyomas, etc
• Stromal tumors arising from the smooth muscle of the
alimentary tractGIST
• Berasal dari interstisial cell of Cajal
• GISTs are usually found in the stomach or
small intestine but can occur anywhere along
the GI tract and rarely have extra-GI
involvement.
MOLECULAR PATHOBIOLOGY GIST
• GIST represents a form of sarcoma.
• GISTs originally thought to derive from smooth
muscle, but only rarely showed clear-cut features of
complete muscle differentiation.
• Work in the 1990s: Some tumors classified as GIST
were truly myogenic, some neural, others
bidirectional and some had the ‘null’ phenotype
• Up to two-thirds were CD34 positive
• Unfortunately, Schwannomas and a proportion of
true smooth muscle tumors were also CD 34 positive
Epidemiologi
• Most common non epithelial benign neoplasm of the GI
tract .
• GIST represents a form of sarcoma that comprises approx.
1% to 3% of all malignant GI tumors.
• GIST occurs predominantly in adults .
• The incidence has been slightly higher in men than women.
• Small asymptomatic GISTs are found at autopsy in more
than 50 % of individuals over the age of 50
• GIST treatment trials estimate an annual incidence of 4,500
– 6,000 new cases
A. IBS
B. IBD
C. ulkus duodenum
D. ulcerative colitis
E. ca colon
Soal No. 237
• Adanya nyeri ulu hati yang disertai dengan diare atau
konstipasi dan membaik setelah BAB menunjukkan
bahwa pasien kemungkinan mengalami IBS.
• Pada IBS tidak ditemukan adanya kelainan organic dan
gejala biasanya memberat dengan adanya stress.
• Pilihan B, pada IBD biasanya ditemukan adanya diare
yang bisa berdarah dan penurunan BB.
• Pilihan C, pada ulkus duodenum akan didapatkan nyeri
epigastrium yang membaik setelah makan.
• Pilihan D, pada kolitis ulcerative biasanya akan
didapatkan gambaran lesi kontinyu pada kolon.
• Pilhan E, pada ca colon dapat ditemukan adanya
perubahan pola defekasi dan penurunan berat badan.
IBS
• Irritable Bowel Syndrome (IBS)
• kelainan fungsional usus kronik berulang dengan nyeri
atau rasa tidak nyaman pada abdomen yang berkaitan
dengan defekasi atau perubahan kebiasaan buang air
besar setidaknya selama 3 bulan.
• Rasa kembung, distensi, dan gangguan defekasi
merupakan ciri-ciri umum dari IBS.
• Tidak ada bukti kelainan organik.
• Custard and cream filled bakery food, ham, • Clinical features: Common features include
vomiting, thirst, dryness of mouth,
chicken, meat, milk, fish, salads, puddings, pie
constipation, ocular paresis (blurred-vision),
• The bacteria produce enterotoxin while difficulty in speaking, breathing and
multiplying in food. swallowing. Coma or delirium may occur in
some cases. Death may occur due to
• Clinical features: respiratory paralysis within 7 days.
• The onset is sudden and is characterized
by vomiting and diarrhea but no fever.
• The illness lasts less than 12 hours.
DIAGNOSIS
SOURCE & CLINICAL
ETIOLOGY PAT H O G E N E S I S &
F E AT U R E S
T R E AT M E N T
• Improperly stored foods with high salt
or sugar content favors growth of • Enterotoxin acts on receptors
Staphylo staphylococci. in the gut that transmit Symptomatic
cocci • Intense vomiting and watery diarrhea impulses to the medullary treatment
start 1-4 h after ingestion and last as centers
long as 24-48 h
• Enterotoxin produces
• Contaminated imported cheese
secretion • Supportive treatment
EIEC • Usually watery diarrhea (some
• Shigalike toxin • No antibiotics
may present with dysentery)
facilitates invasion
Atypikal • Sinusitis
• Bloating • Bronchospasm
• Epigastric pain
A. PT memanjang
B. Peningkatan alfa fetoprotein
C. Peningkatan ALT
D. Peningkatan alkali fosfatase
E. Peningkatan serum feritin
Soal No. 240
• Adanya keluhan nyeri perut kanan atas, hepatomegaly serta
hepar yang teraba berbenjol-benjol menunjukkan bahwa
pasien kemungkinan mengalami karsinoma hepar.
• Faktor risiko pada pasien ini kemungkinan adalah akibat
infeksi Hep B kronik.
• Pada ca hepar tumor marker yang dapat diperiksa adalah alfa
fetoprotein.
• Pilihan A, PT memanjang dapat ditemukan pada kelainan hati
secara umum.
• Pilihan C, peningkatan ALT dapat ditemukan pada kerusakan
hepar.
• Pilihan D, peningkatan alkalin fosfatase dapat ditemukan pada
kelainan saluran bilier.
• Pilhan E, peningkatan kadar serum ferritin dapat ditemukan
pada penyakit hemochromatosis.
Hepatoma
• Keganasan hati, terutama • Faktor Risiko: infeksi
berhubungan dengan hepatitis kronis, aflatoksin,
hepatitis B dan hepatitis C. sirosis
• Seringkali tidak bergejala.
Gejala baru timbul di tahap • Gejala
lanjut, seperti:
• ↑ɑ-fetoprotein pada > 50%
• Perut makin membesar kasus
• Nyeri abdomen kanan atas • Hati teraba keras, bisa
• Ikterik terdapat nodul
• Mudah kenyang • Adanya bruit atau friction
• Penurunan berat badan rub pada perabaan hati
• Teraba massa di abdomen
kanan atas
A. Hepatoprotektor
B. Vaksin
C. Immunoglobulin
D. Lamivudin
E. Interferon
Soal No. 241
• Pasien kemungkinan mengalami infeksi akut oleh virus
hepatitis A karena adanya keluhan kuning, mual dan muntah.
Adanya kanaikkan fungsi hati dan IgM anti HAV (+)
menguatkan diagnosis ini.
• Pada hepatitis A tatalaksana yang diberikan biasanya berupa
simptomatik dan dapat diberikan hepatoprotektor.
• Pilihan B, vaksin biasanya diberikan pada pasien yang belum
terkena infeksi dan berfungsi untuk pencegahan.
• Pilihan C, Immunoglobulin dapat diberikan pada pasien yang
sudah terpapar infeksi virus hepatitis atau profilaksis sebelum
pergi ke daerah endemis.
• Pilihan D dan E, lamivudine dan interferon biasanya diberikan
sebagai tatalaksana infeksi virus hepatitis B atau C bukan
untuk infeksi virus hepatitis A.
Hepatitis A
• Hepatitis A IgM
antibodies are
usually detectable 3 to
4 weeks after an initial
exposure and return to
normal after about 8
weeks.
• Hepatitis A IgG
antibodies may begin
to develop 2 weeks
after the IgM
antibodies increase to a
high level.
Hepatitis A
Hepatitis A
Pathophysiology
• HAV is a small non-enveloped RNA hepatovirus
• HAV is exclusively a virus of humans and primates
• Transmitted by the fecal-oral route
• Absorbed in the small intestine and replicates in the
liver
• HAV is secreted in the bile and shed in feces for 1-2
weeks BEFORE clinical illness and approximately 1
week after the onset
• Incubation period is 15-50 days (on average 30 days)
• There is NO chronic carrier state
Hepatitis A
Epidemiology
• Transmitted by the fecal-oral route
The virus is hardy, surviving on human hands and inanimate
objects (fomites) .
Transmission of hepatitis A from hospitalized patients with
unsuspected disease to staff is well recognized
• Prevalent in the economically developing regions of Africa, Asia
and Latin America where seroprevalence rates approach 100%
and most infections occurs by age 5
• Infection confers lifelong immunity
• Seroprevalence rates are approximately 33% in the US
• Rates of HAV have been decreasing over past 20yrs secondary
use of vaccine and improvements in hygiene, sewage disposal
and food safety
Hepatitis A
Clinical Presentation
Often asymtomatic in children
May begin with nonspecific prodrome of fever, malaise,
weakness, anorexia, nausea, vomitting, arthralgias,
mylagias and upper respiratory symptoms
This is followed by 1-2 wks dark urine, jaundice, mild
pruritus and slight liver enlargement and tenderness
Labs reflect hepatocellular injury and aminotransferase
levels may be elevated between 500 and 5000; serum
bilirubin usually peaks later then transaminase levels but
usually remains less then 10mg/dl
Most patients have normalization of LFTs within 6 months
Hepatitis A
Diagnosis
• Diagnosis requires presence of serum HAV IgM; IgM
antibody persists for 3-6 months after onset of
symptoms
Hepatitis A
• Treatment generally involves supportive care, with
specific complications treated as appropriate.
• Initial therapy often consists of bed rest.
• Nausea and vomiting are treated with antiemetics.
• Dehydration may be managed with hospital admission and
intravenous (IV) fluids.
• In most instances, hospitalization is unnecessary.
• The majority of children have minimal symptoms; adults are
more likely to require more intensive care, including
hospitalization.
• Acetaminophen may be cautiously administered but is strictly
limited to a maximum dose of 3-4 g/day in adults.
• Hepatoprotektor curcuma
http://emedicine.medscape.com/article/177484-treatment#d9
Pencegahan
• Immunoglobulin provides protection against HAV through
passive transfer of antibody.
• Preexposure prophylaxis
• indicated for people traveling to endemic areas who have not
received or cannot receive the hepatitis A vaccine before
departure.
• Ig 0.02 or 0.06 ml/kg given IM
• The lower dose is effective for up to 3 mo, and the higher
dose is effective for up to 5 mo.
• Postexposure prophylaxis (Ig 0.02 ml/kg given IM)
• indicated for people with recent exposure (within 2 wk) to HAV
and who have not been previously vaccinated.
• In high-risk patients, vaccine may be administered with
immunoglobulin.
Soal No. 242
Seorang Laki-laki usia 35 tahun datang ke RS dengan keluhan
utama badan kuning sejak 3 hari smrs. Pasien juga mengeluh
mual dan muntah. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan TD 130/90mmHg, RR 20x/mnt, HR 80x/mnt dan
suhu 36C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik dan
hepatomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
kenaikan tes fungsi hati dan IgM anti HAV (+).Apakah
komplikasi yang paling mungkin terjadi?
A. Abses hepar
B. Hepatoma
C. Acute liver failure
D. karsinoma hepatoseluler
E. Sirosis hepatis
Soal No. 242
• Pasien kemungkinan mengalami infeksi akut oleh virus
hepatitis A karena adanya keluhan kuning, mual dan
muntah. Adanya kanaikkan fungsi hati dan IgM anti HAV
(+) menguatkan diagnosis ini.
• Pada infeksi virus hepatitis A akut dapat terjadi
komplikasi hepatitis fulminant yang dapat berujung pada
gagal hepar akut.
• Pilihan A, abses hepar merupakan komplikasi dari diare
amebic.
• Pilihan B dan C, hepatoma atau HCC dapat merupakan
komplikasi dari sirosis hepatis.
• Pilihan E, sirosis hepatis merupakan komplikasi dari
hepatitis kronis.
Komplikasi Hepatitis A
• Most patients recover within 3 months of infection,
although 5% to 10% of patients will experience a
relapse in the first 6 months.
• HAV is a self-limited infection and does not cause
chronic hepatitis.
• fulminant hepatitis
Soal No. 243
Seorang laki-laki berusia 29 tahun datang ke RS dengan keluhan
nyeri dada yang menjalar ke punggung sejak 1 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan TD 130/90mmHg, RR 20x/mnt, HR
80x/mnt dan suhu 36C. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan lipase tinggi dan amilase tinggi. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Kolangitis
B. Kolesistisis
C. Pankreatitis
D. Kolesistisis
E. Koledokolitiasis
Soal No. 243
• Adanya keluhan nyeri dada yang menjalar hingga ke
punggung serta mual, muntah dan peningkatan kadar
amilase dan lipase menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami pankreatitis akut.
• Pilihan A, pada kolangitis akan ditemukan demam, ikterik
dan nyeri perut kanan atas.
• Pilihan B dan C, pada kolesistitis akan ditemukan nyeri
perut kanan atas, demam, dan murphy sign (+).
• Pilhan E, pada koledokolitiasis akan ditemukan kolik
abdomen dan kolestasis.
PANKREATITIS AKUT
DEFINISI
• Reaksi peradangan pankreas yang akut
KLINIS
• Dispepsia sedang sampai berat, gelisah kadang disertai gangguan kesadaran
• Demam, ikterus, gangguan hemodinamik, syok dan takikardia, bising usus menurun
(ileus paralitik)
• Pankreatitis akut berat dapat mengalami sesak napas karena inflamasi diafragma
akibat pankreatitis, efusi pleura, atau adult respiratory distress syndrome.
• Nyeri tekan abdomen, defans, tanda perdarahan retroperitoneal (Cullens –
periumbilical, Grey Turners – pinggang) jarang terlihat
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Amylase & lipase ↑
• Amilase meningkat pada 6-12 jam dari onset pankreatitis. Lipase meningkat pada 24 jam-14
hari dari onset pankreatitis.
• MRI
• MRCP (bila terdapat dugaan bahwa pankreatitis disebabkan oleh koledokolithiasis)
https://www.uptodate.com/contents/clinical-manifestations-and-diagnosis-of-acute-pancreatitis
PANKREATITIS AKUT
• Pankreatitis adalah
inflamasi pankreas yang
berlangsung akut
(onset tiba-tiba, durasi
kurang dari 6 bulan)
atau akut berulang (>1
episode pankreatitis
akut sampai kronik -
durasi lebih dari 6
bulan).
Fungi-aspergillus
Trauma Blunt or penetrating abdominal injury, iatrogenic injury during surgery or ERCP (sphincterotomy)
https://www.uptodate.com/contents/image?imageKey=GAST%2F78423&topicKey=GAST%2F5652&search=pancreatitis&rank=1~150&source=see_link
Manifestasi Pankreatitis Akut
• Kriteria 2 dari 3:
• Nyeri hebat abdomen biasanya daerah epigastrium dengan
onset akut dan menjalar ke punggung
• Kenaikan enzim amilase dan lipase lebih dari 3x
• Gambaran pankreatitis akut CT scan dengan kontras, MRI,
atau USG
• Grey-Turner’s sign ekimosis pada pinggang
• Cullen’s sign ekimosis periumbilikal
• Ikterik
• Nodul nekrosis lemak subkutan (pannikulitis)
https://teachmemedicine.org/cleveland-clinic-acute-pancreatitis/
Pankreatitis
Soal No. 244
Seorang pasien laki-laki berusia 45 tahun, datang ke dokter
rumah sakit untuk kontrol berkala sakit perut yang dimulai 6
bulan lalu. Nyeri perut hilang timbul di perut bagian kanan,
disertai diare yang kadang berdarah. Pasien juga mengeluhkan
sering lemas, mual, dan merasa makin kurus. Hasil
pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg, denyut nadi 89 x/menit, frekuensi napas 19 x/menit,
suhu 37C. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran
lesi tidak berpola dari ileum hingga rektum. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Kolitis ulseratif
B. Irritable bowel disease
C. Irritable bowel syndrome
D. Crohn disease
E. Karsinoma kolon
Soal No. 244
• Pasien kemungkinan mengalami IBD tipe kolitis ulseratif
karena ditemukan adanya nyeri perut yang hilang timbul
dan diare berdarah. Adanya gambaran lesi tidak
berpola,kemungkinan merupakan lesi kontinyu dari ileum
hingga rectum menguatkan diagnsosis ke arah kolitis
ulseratif.
• Pilihan B, tidak ada istilah ini.
• Pilihan C, pada IBS biasanya terdapat keluhan diare atau
konstipasi yang akan membaik dengan BAB.
• Pilihan D, pada chron disease biasanya akan didapatkan
gambaran skip lesion.
• Pilihan E, pada Ca colon akan didapatkan perubahan pola
defekasi dan BB turun
IBD
• IBD: penyakit kronik karena aktiviasi
imun di mukosa saluran cerna.
• Kolitis ulseratif
• Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare
dengan/tanpa darah.
• Gejala lainnya meliputi tenesmus,
urgency, nyeri rektal, pasase mukus tanpa
diare.
• Nyeri tekan biasanya terdapat di kiri
bawah.
• Lokasi lesi bervariasi dari
proctosigmoiditis, lef-sided disease
sampe proksimal kolon desenden, hingga
universal colitis.
• Crohn disease
• Lesi bisa di area saluran cerna manapun.
• Gejala diare, nyeri abdomen biasanya di
kanan bawah, memberat setelah makan,
• Nyeri tekan, massa akibat inflamasi di
kanan bawah
Ileo-Ileal Fistula
Kolitis ulseratif Crohn’s disease
Inflamasi Mukosa Transmural
Luas area Rectum proksimal Mulut – anus
Continuous Skip lesion
50% proctosigmoiditis, 30%
left-sided colitis, 20%
pancolitis
Patologi Mukosa rapuh Mukosa tidak rapuh
Ulkus difus Ulkus aphthous
Pseudopolip Cobblestone, fisura
Barium enema Tepi kabur (granularitas Lesi tajam, cobblestone,
mukosa halus) ulkus dan fisura panjang,
Haustra kolon hilang “lead “string sign”
pipe”
Mikroskopik Inflamasi superfisial Inflamasi transmural
PMN Limfosit
Abses kripti Granuloma non-kaseosa
Fibrosis, ulkus, fisura
Soal No. 246
Seorang laki-laki berusia 33 tahun diantar ke RS dengan keluhan
sulit makan dan minum sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan
disertai dengan muntah setiap kali menelan makanan serta
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak lemah, tekanan darah 90/60 mmHg,
denyut nadi 86x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu
afebris, kesan gizi kurang. Pemeriksaan fisik lain dalam batas
normal. Pada pemerikaasaan imaging didapatkan bird’s beak
appearance. Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Atresia esophagus
B. Akalasia sekunder
C. Esofagitis refluks
D. Akalasia primer
E. Stenosis pylorus
Soal No. 246
• Adanya keluhan berupa sulit makan dan minum dan
penurunan berat badan serta gambaran bird’s beak
apperanace menunjukkan bahwa kemungkinan pasien
mengalami akalasia primer.
• Pilihan A, pada atresia esofagus biasanya akan didapatkan
gejala sejak kecil dan ditandai dengan adanya drooling.
• Pilihan B, pada akalasia sekunder biasanya terdapat
penyebab sekunder seperti infeksi virus polio atau akibat
Chagas disease.
• Pilihan C, pada GERD akan didapatkan rasa terbakar di
dada.
• Pilhan E, pada stenosis pylorus biasanyaa akan
didapatkan muntah non bilier pada anak dan massa
sebesar buah zaitun pada epigastrium.
Akalasia
• Akalasia ditandai dengan tidak adanya peristaltis
korpus esofagus bagian bawah dan sfingter
esofagus bagian bawah, sehingga saat makanan
masuk tidak dapat relaksasi secara sempurna.
• Dari segi etiologi:
• Akalasia primer: penyebab jelas tidak diketahui
• Akalasia sekunder: infeksi, tumor intraluminer, ataupun
obat antikolinergik
Akalasia
• Manifestasi klinis
• Disfagia, baik makanan padat maupun cair
(>90% kasus), yang pada awal keluhan hilang
timbul
• Regurgitasi (70% kasus)
• Penurunan berat badan
• Nyeri dada (30% kasus), biasa dirasakan saat
minum air dingin
• Batuk dan pneumonia aspirasi
Akalasia
• Diagnosis
• Gejala klinis
• Pemeriksaan penunjang
• Radiologis Barium swallow
(meal)
• dilatasi esofagus, sering
berkelok-kelok, memanjang
dengan ujung distal
meruncing berbentuk paruh
burung
• Endoskopi saluran cerna atas
• manometri
Imaging
Soal No. 247
Laki-laki 47 tahun datang dengan keluhan kembung dan
nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu. . Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan TD 120/90mmHg, RR 20x/mnt, HR
80x/mnt dan suhu 36C Hasil pemeriksaan fisik terdapat nyeri
tekan epigastrium +. Pada hasil pemeriksaan penunjang
lainnya ditemukan urea breath test (+). Apakah terapi yang
diberikan pada pasien tersebut?
Manifestasi Klinis
• Dispepsia
Sumber : Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL et all. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th edition. New York : Mc Graw Hill; 2015
Infeksi H. pylori
• Batang gram negative, berflagel, urease dan
katalase (+), mikroaerofilik
Patogenesis
Sumber : Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL et all. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th edition. New York : Mc Graw Hill; 2015
Helicobacter pylori memiliki faktor virulensi antara lain:
Sumber : Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL et all. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th edition. New York : Mc Graw Hill; 2015
Urea Breath Test
1.Patient swallows a
labeled C13/14 urea
tablet. Dissolves to
release 14C-urea.
2.If present, H. pylori
metabolizes 14C-urea to
labeled carbon dioxide
(14CO2) and ammonia via
the enzyme urease.
H2N(13/14CO)NH2 + H20 →
urease → 2NH3 + 13/14CO2
3. 14CO2 is transported in
the blood to the lungs.
4.Patient exhales. 14CO2 is
captured for analysis.
A. Defisiensi Fe
B. Defisiensi asam folat
C. Defisiensi B12
D. Defisiensi vit A
E. Defisiensi vit C
Soal No. 250
• Adanya Hb 8,7 dan gambaran mikrositik dengan sel cigar
menunjukkan bahwa pasien kemungkinan mengalami anemia
defisiensi besi.
• ADB pada pasien tersebut kemungkinan disebabkan karena
adanya perdarahan kronik dari saluran cerna akibat
penggunaan obat rematik (kemungkian NSAID/steroid).
• Pilihan B, pada defisiensi asam folat akan ditemukan anemia
megaloblastik.
• Pilihan C, pada defisiensi B12 akan d8temukan anemia
megaloblastik.
• Pilihan D, defisiensi Vitamin A biasanya akan bermanifestasi
sebagai xeroftalmia.
• Pilhan E, pada defisiensi vitamin C dapat ditemukan adanya
petekie dan perdarahan gusi.
Anemia Mikrositik Hipokrom
GDT
Besi serum
A.Thalasemia
B. Sickle cell disease
C. Anemia aplastik
D.Leukemia
E. Multiple myeloma
Soal No. 251
• Adanya keluhan lemas dengan riwayat transfuse darah
sejak kecil dan gambaran hair on end appearance
menunjukkan bahwa pasien mengalami thalassemia.
• Pilihan B, pada sickle cell disease akan ditemukan
gambaran anemia hemolitik dan gambaran Hb seperti
bulan sabit.
• Pilihan C, pada anemia aplastic akan didapatkan
gambaran pasitopenia tanpa organomegali.
• Pilihan D, pada leukemia akan didapatkan peningkatan
kadar leukosit.
• Pilhan E, pada multiple myeloma dapat ditemukan nyeri
pada tulang, gagal ginjal dan peningkatana serum
kalsium.
THALASSEMIA
• Penyakit genetik dgn supresi produksi hemoglobin karena defek
pada sintesis rantai globin (pada orang dewasa rantai globin
terdiri dari komponen alfa dan beta)
• Diturunkan secara autosomal resesif
• Secara fenotip: mayor (transfusion dependent), intermedia (gejala
klinis ringan, jarang butuh transfusi), minor/trait (asimtomatik)
• Secara genotip:
– Thalassemia beta (kromosom 11, kelainan berupa mutasi) yang
mayoritas ditemukan di Indonesia
• Tergantung tipe mutasi, bervariasi antara ringan (++, +) ke berat (0)
– Thalassemia alfa (Kromosom 16, kelainan berupa delesi)
• -thal 2 /silent carrier state: delesi 1 gen
• -thal 1 / -thal carrier: delesi 2 gen: anemia ringan
• Penyakit HbH: delesi 3 gen: anemia hemolitik sedang, splenomegali
• Hydrops foetalis / Hb Barts: delesi 4 gen, mati dalam kandungan
• Alpha-thalassemia
• duplikasi rantai α-globin pada kromosom 16
menghasilkan 4α-globin gen (αα/αα).
• α-thalassemia terjadi jika terdapat delesi pd gen
tersebut.
Ferri’s best test: a practical guide to clinical laboratory medicine and diagnostic imaging, ed 3, Philadelphia, 2014, Elsevier
ANAMNESIS + TEMUAN KLINIS
• Pucat kronik
• Hepatosplenomegali
• Ikterik
• Perubahan penulangan
• Perubahan bentuk wajah
facies cooley
• Hiperpigmentasi kulit
akibat penimbunan besi
• Riwayat keluarga +
• Riwayat transfusi
• Ruang traube terisi
• Osteoporosis
• “Hair on end” pd foto
kepala
Manifestasi Klinis
Beta-thalassemia:
• Heterozygous beta-thalassemia (thalassemia minor): no or mild anemia, microcytosis
and hypochromia, mild hemolysis manifested by slight reticulocytosis and splenomegaly.
• Homozygous beta-thalassemia (thalassemia major): intense hemolytic anemia;
transfusion dependency; bone deformities (skull and long bones); hepatomegaly;
splenomegaly; iron overload leading to cardiomyopathy, diabetes mellitus, and
hypogonadism; growth retardation; pigment gallstones; susceptibility to infection.
• Thalassemia intermedia caused by combination of beta- and alpha-thalassemia or beta-
thalassemia and Hb Lepore: resembles thalassemia major but is milder.
Alpha-thalassemia:
• Silent carrier: no symptoms.
• Alpha-thalassemia trait: microcytosis only.
• Hemoglobin H disease: moderately severe hemolysis with microcytosis and
splenomegaly.
• The loss of all four alpha-globin genes is incompatible with life (stillbirth of hydropic
fetus).
Ferri’s best test: a practical guide to clinical laboratory medicine and diagnostic imaging, ed 3, Philadelphia, 2014, Elsevier
Diagnosis thalassemia
(cont’d)
• Pemeriksaan darah
• CBC: Hb , MCV , MCH , MCHC , Rt ,
RDW
• Apusan darah: mikrositik, hipokrom,
anisositosis, poikilositosis, sel target,
fragmented cell, normoblas +, nucleated
RBC, howell-Jelly body, basophilic stippling
• Hiperbilirubinemia
• Tes Fungsi hati abnormal (late findings krn
overload Fe)
• Tes fungsi tiroid abnormal (late findings
krn overload Fe)
• Hiperglikemia (late findings krn overload
Fe)
A. Syok cardiogenic
B. Syok hipovolemik
C. Syok sepsis
D. Sepsis
E. SIRS
Soal No. 254
• Adanya penurunan kesadaran dengan tanda-tanda infeksi
sebelumnya menunjukkan bahwa pasien mengalami
sepsis.
• Adanya hipotensi yang tidak membaik dengan terapi
cairan menunjukkan bahwa pasien mengalami syok
sepsis.
• Pilihan A, pada syok kardiogenik biasanya dapat dijumpai
tanda-tanda kerusakan jantung seperti infark miokard.
• Pilihan B, pada syok hipovolemik biasanya didapatkan
riwayat hilangnya volume intravascular.
• Pilhan E, SIRS ditandai dengan adanya takikardia,
takipneu, hipotermia/hipertermia dan
leukosit/leukopenia.
Sepsis Guideline 2016
A. Asiklovir 5x800 mg
B. Ketoconazole 2x200 mg
C. Penisilin 1.5 juta IU
D. Metronidazol 3x500 mg
E. Azithromycin 1x1 gr
Soal No. 255
• Adanya demam, nyeri perut, sklera ikerik dan nyeri
gastrocnemius menunjukkan bahwa pasien kemungkinan
mengalami ikterik leptospirosis/ Weil disease.
• Pada weil disease pasien harus dilakukan rawat inap dan
diberikan antibiotic berupa penisilin 1,5 juta IU.
Leptospirosis
Infection through the
mucosa or wounded skin
Proliferate in the
bloodstream or
extracellularly within organ
Disseminate
hematogenously to all
organs
• Etiologi
Penyebab tersering beta-hemolytic streptococci (GABHS)
Staphylococcus aureusPseudomonas species
Streptococcus pneumoniae - A relatively uncommon cause of
lymphangitis
Pasteurella multocida - Associated with dog and cat bites; can cause
cellulitis and lymphangitis
Gram-negative rods, gram-negative bacilli, and fungi - May cause
cellulitis and resultant lymphangitis in immunocompromised hosts
Aeromonas hydrophila - Can contaminate wounds that occur in
freshwater
Wuchereria bancrofti - This filarial nematode is a major cause of acute
lymphangitis worldwide; signs and symptoms of lymphangitis caused
by W bancrofti are indistinguishable from those of bacterial
lymphangitis
Limfangitis
• Manifestasi Klinis
Riwayat trauma pd kulit
Demam, menggigil, malaise, turun nafsu
makan, nyeri otot
• Pemeriksaan Fisik
erythematous and irregular linear
streaks extend from the primary
infection site toward draining regional
nodes. These streaks may be tender and
warm.
The primary site may be an abscess, an
infected wound, or an area of cellulitis.
Blistering of the affected skin may occur.
Lymph nodes associated with the
infected lymphatic channels are often
swollen and tender.
Patients may be febrile and tachycardic.
Limfangitis
• Pemeriksaan
Lab leukositosis
Kultur
• Tatalaksana
Penicillin possibly sufficient, but 1 wk of dicloxacillin or
cephalexin 500 mg PO qid commonly used to ensure
antistaphylococcal coverage; if CA-MRSA suspected, then
use oral Bactrim DS one PO bid or clindamycin 300mg PO
q6H.
Reserve vancomycin 1 g IV every 12 hr for patients
requiring IV therapy.
If allergic to penicillin:
1. Clindamycin 300 mg PO qid for 7 days or
2. Erythromycin 500 mg PO qid for 7 days.
3. Levofloxacin 500 mg PO daily or moxifloxacin 400 mg PO
daily for 7 days.
Soal No. 257
Laki-laki 58 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri hebat
di perut hingga tembus ke punggung. Pasien sudah sering
mengeluhkan rasa tidak nyaman di daerah umbilical. Pasien
sebelumnya dikatakan memiliki riwayat penyakit pelebaran
pembuluh darah perut. Riwayat trauma disangkal. Dari
pemeriksaan fisik pasien tampak mengalami penurunan
kesadaran dan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 9 g/dL. Apakah kemungkinan
diagnosis pasien tersebut?
A. Asetosal
B. Warfarin
C. Ciloztazol
D. Enoxaparin
E. Klopidogrel
Soal No. 258
• Pasien diberikan obat antiagregasi trombosit. Anti
trombosit yang termasuk pro drug adalah clopidogrel.
• Pro drug merupakan obat yang baru aktif setelah
mengalami proses metabolism didalam tubuh.
• Pilihan A, asetosal atau aspirin adalah anti agregasi
trombosit namun bukan prodrug.
• Pilihan B, warfarin adalah antikoagulan.
• Pilihan C, cilozatazol adalah vasodilator dan anti agregasi
platelet.
• Pilhan E, enoxaparin adalah antikoagulan.
Anti Platelet
• Pro drug a pharmacologically inactive substance
that is the modified form of a pharmacologically
active drug to which it is converted (as by
enzymatic action) in the body.
Antiplatelet
A. Propanolol
B. Verapamil
C. Lidocaine
D. Amiodarone
E. Propafenone
Soal No. 259
• Obat antiaritmia yang dapat memberikan komplikasi
berupa fibrosis paru adalah amiodarone.
• Pilihan A, propranolol dapat menyebabkan efek samping
beruapa bradikardia, eksaserbasi PPOK atau Asma.
• Pilihan B, Verapamil merupakan obat golongan CCB yang
efek sampingnya adalah AV block, hiperprolaktinemia dan
konstipasi.
• Pilihan C, lidocaine dapat menyebabkan kelaianan saraf
pusat dan depresi kardiovaskular
• Pilhan E, propafenon merupakan antiaritmia kelas 1C
yang dapat menyebabkan aritmia pada pasien post infark
miokard.
Soal No. 260
Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun, datang dengan
keluhan sesak nafas saat beraktivitas. Keluhan kadang
dirasakan pada malam hari dan mengganggu tidur pasien.
Pasien juga mengeluh kedua tungkai membengkak. Pasien
memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol. Dari pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan TD 140/80 mmHg, HR 82x/min, RR
32x/min, S 36.9C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ada rhonki
di kedua basal paru, dan pemeriksaan CTR 0,69. Apakah marker
yang berguna dalam penegakkan diagnosis pasien tersebut?
A. NT pro BNP
B. CK dan CKMB
C. Troponin
D. LDH
E. Mioglobin
Soal No. 260
• Pasien mengalami sesak nafas yang bertambah dengan
aktivitas. Adanya othopneu dan paroksismal nocturnal
dsypneu menunjukkan bahwa pasien kemungkinan
mengalami CHF.
• Pada CHF pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan adalah pemeriksaan NT pro BNP.
• Piluhan B, C dan E, CKMB, troponin dan mioglobin
merupakan enzim jantung yang akan meningkat kadarnya
pada keadaan infark miokard.
• Pilihan D, LDH merupakan enzim yang kadarnya
meningkat jika terjadi kerusakan pada sel-sel tubuh.
Gagal Jantung
• disfungsi jantung berkurangnya aliran darah dan suplai
oksigen ke jaringan tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh
• Pembagian:
• Gagal jantung kanan (terjadi pada hipertensi pulmonal primer,
tromboemboli), dengan gejala kongesti cairan sistemik dan Gagal
jantung kiri (akibat kelemahan ventrikel kiri) berakibat pada
penurunan perfusi sistemik.
• Low Output Heart Failure (biasanya terjadi akibat hipertensi,
kardiomiopati dilatasi, kelainan katub)dan High Output Heart Failure
(ditemukan pada penurunan resistensi vaskular sistemik, seperti
hipertiroid, anemia dan kehamilan)
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
A. Aspirin 160 mg
B. Nitrogliserin
C. Clopidogrel 300 mg
D. Aspirin 320 mg
E. Kardioversi
Soal No. 261
• Pasien mengalami nyeri dada kiri khas angina yang sudah
dirasakan sejak 1 jam.
• Pada tatalaksana awal angina obat yang dapat diberikan
adalah aspirin 320 mg loading dose untuk mencegah
progresi terbentuknya sumbatan pada arteri coroner.
• Pilihan A, aspirin yang diberikan adalah 320 mg.
• Pilihan B, nitrogliserin dapat mengurangi nyeri dada dan
diberikan setelah aspirin.
• Pilihan C, clopiidogrel dapat diberikan sebagai tambahan.
• Pilhan E, kardioversi biasanya dilakukan jika pasien
mengalami takiaritmia yang tidak stabil.
TATALAKSANA ACS
ACS
Soal No. 262
Seorang pasien laki-laki berusia 51 tahun diantar oleh keluarganya ke
IGD RS dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 1 jam yang lalu. Nyeri
dada dijalarkan ke lengan kiri sampai ke punggung. Keluhan disertai
sesak napas, mual serta muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi
dan diabetes melitus. Pasien adalah seorang perokok aktif sejak
masih muda. Pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 90 kg, tinggi
badan 165 cm, tekanan darah 180/110 mmHg, denyut nadi 96
x/menit, frekuensi napas 26 x/menit. Hasil pemeriksaan EKG
ditemukan adanya ST elevasi di segmen V2-V6 dan kimia darah
CKMB 73 ng/ml (normal 0-8,8 ng/mL). Apakah tatalaksana dibawah
ini yang paling penting diberikan kepada pasien tersebut?
A. Mannitol 20%
B. Alteplase
C. Asam asetilsalisilat
D. Aspirin
E. Klopidogrel
Soal No. 262
• Pasien kemungkinan mengalami nyeri dada khas angina yang
termasuk ke dalam STEMI karena adanya gambaran ST elevasi
pada EKG dan peningkatan enzim jantung.
• Pada STEMI yang onset kurang dari 12 jam maka tatalaksana
yang dapat diberikan adalah fibrinolitik atau PCI.
• Pada pilihan jawaban fiibrinolitik yang dapat diberikan adalah
alteplase
• Pilihan A, mannitol diberikan pada pasien dengan
peningkatan TIK.
• Pilihan C, D, aspirin dapat diberikan tattalaksana awal untuk
mencegah progresi terbentuknya thrombus lebih lanjut.
• Pilhan E, klopidogrel merupakan anti agregasi trombosit yang
dapat ditambahkan setelah pemberian aspirin.
Fibrinolitik
Soal No. 263
Wanita usia 28 tahun mengeluhkan sensitif terhadap sinar
matahari. Pasien juga mengeluh terdapat nyeri-nyeri pada
persendian. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kulit eritem
disertai squama tipis di daerah malar. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 90x/mnt,
RR 22x/mnt dan suhu 37C. Sebelunya pasien diketahui ada
riwayat mengonsumsi obat anti aritmia. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan ANA (+). Apakah obat antiaritmia yang
dikonsumsi oleh pasien sehingga menyebabkan keluhan
tersebut?
A. Lidokain
B. Procainamid
C. Amiodarone
D. Diltiazem
E. Ibutilid
Soal No. 263
• Adanya keluhan berupa badan pegal-pegal yang disertai
dengan malar rash (+) dan ANA (+) serta riwayat pemberian
obat antiaritmia sebelumnya menunjukkan bahwa pasien
mengalami efek samping dari procainamide yaitu drug
induced lupus eritematosus.
• Amiodaron merupakan obat golongan antiaritmia yang efek
sampingnya adalah fibrosis paru, hepatotoksik dan gangguan
hormone tiroid.
• Pilihan A, lidocaine dapat menyebabkan kelaianan saraf pusat
dan depresi kardiovaskular
• Pilihan D, diltiazem dapat menyebabkan konstipasi, flushing,
edema
• Pilhan E, ibutilid adalah antiaaritmia kelas III dapat
menyebabkan torsades de pointes.
Drug Induced Lupus
• Definisi
• Certain drugs may trigger an autoimmune response; most
often, these drugs induce autoantibodies, which may occur
in a significant number of patients, but most of these
patients do not develop signs of an autoantibody-
associated disease.
• In some patients, a clinical syndrome with features similar
to systemic lupus erythematosus (SLE) may develop, which
is termed drug-induced lupus.
Patogenesis
• Potential disease mechanisms include:
• Abnormalities in oxidative drug metabolism
• Drugs acting as haptens or agonists for drug-specific T cells
• Cytotoxic drug metabolites causing pathology
• Drugs nonspecifically activating lymphocytes
• Drug metabolites disrupting central immune tolerance
• Abnormalities in thymus function
Causative Drugs
• Definite – procainamide, hydralazine, minocycline,
diltiazem, penicillamine, isoniazid (INH), quinidine, anti-
tumor necrosis factor (TNF) alpha therapy (most
commonly with infliximab and etanercept), interferon-
alfa, methyldopa, chlorpromazine, and practolol.
GINA 2017
Kriteria Diagnosis Asma (GINA 2017)
Karakteristik Kriteria
Riwayat gejala respirasi variatif • Umumnya terdapat > 1 gejala respirasi
Wheezing, napas pendek, dada • Gejala bervariasi dari segi waktu dan intensitas
terasa sesak dan batuk • Gejala lebih berat saat malam hari/bangun tidur
• Dicetuskan oleh aktivitas fisik, tertawa, alergen, udara
dingin
• Timbul/semakin parah dengan infeksi virus
Positive bronchodilator reversibility test Dewasa: peningkatan FEV1>12% dan >200 mL baseline dalam 10-
(lebih mungkin positif jika sebelumnya 15 menitGINA
pemberian
2017
albuterol 200-400 mcg/ekuivalennya
terapi dihentikan: SABA stop ≥ 4 jam, LABA Anak: peningkatan FEV1 >12% nilai prediksi
≥ 15 jam)
Variabilitas eksesif dalam pengukuran peak Dewasa: rerata variabilitas diurnal PEF > 10% Anak:
expiratory flow 2x sehari selama 2 minggu rerata variabilitas diurnal PEF > 13%
Kriteria Diagnosis Asma (GINA 2017) (cont)
Karakteristik Kriteria
Positive exercise challenge test • Dewasa: FEV1 turun >10% dan >200 mL baseline
• Anak: FEEV1 turun >12% prediksi atau PEF >15%
Positive bronchial challenge test Penurunan FEV1 ≥ 20% dengan pemberian dosis standar
(umumnya pada dewasa) metacholine atau histamin, atau FEV1 turun ≥ 15% dengan
hiperventilasi standar, uji salin hipertonik atau manitol
Variabilitas eksesif antar kunjungan Dewasa: variasi FEV1 >12% dan >200 mL pada setiap
rawat jalan (less reliable) kunjungan, di luar kasus infeksi respirasi
Anak: variasi FEV1 >12% atau PEF >15% (dapat termasuk
kasus infeksi respirasi)
GINA 2017
267.
Tuan Cipto Mangunkusumo 30 tahun datang ke PKM
dengan keluhan nyeri perut bawah sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan di sertai demam, mual, dan BAK keluar sedikit-
sedikit. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80, HR
115x/menit , RR 26x/menit, Suhu 38.5oC, terdapat nyeri
tekan suprapubik. Hasil lab urinalisis leukosit lebih dari
106/LPB dan nitrit urin (+). Apa terapi yang tepat untuk
kasus diatas?
A. Ciprofloksasin 2x500 mg selama 5 hari
B. Cefixim 2x100 mg selama 5 hari
C. Azytromisin 1x500 mg selama 3 hari
D. Klindamisin 2x 100 mg selama 7 hari
E. Amoksisilin 2x500 mg selama 7 hari
Analisis soal
• Pada pasien didapatkan keluhan BAK tidak lampias
serta demam dan nyeri suprapubic yang
menandakan Cystitis.
• Hal ini juga diperkuat dengan ditemukannya bakteri
pada urinalisis leukosit lebih dari 106/LPB (normal
laki-laki 104 dan nitrit urin (+))
• Terapi lini pertama yang diberikan pada ISK adalah
cotrimoxazole, nitrofurantoin atau Fosfomycin,
namun karena tidak ada maka dipilih lini kedua
yaitu Ciprofloxacin.
Infeksi Saluran Kemih
• Escherichia coli adalah penyebab utama UTIs.
• Bakteri lainnya yang dapat menyebabkan UTI:
Klebsiella spp.,
other Enterobacteriaceae,
Staphylococcus saprophyticus, and
enterococci.
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
• Rute infeksi saluran kemih:
Ascending
• kolonisasi uretra, lalu infeksi menyebar ke
atas
Hematogen
• bakteri ke ginjal berasal dari bakteremia
Limfogen
•dari abses retroperitoneal atau infeksi
intestin
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi Saluran Kemih
• Pielonefritis
Inflamasi pada ginjal & pelvis renalis
Demam, menggigil, mual, muntah, nyeri pinggang, diare,
Lab: silinder leukosit, hematuria, pyuria, bakteriuria, leukosit
esterase +.
• Sistitis:
Inflamasi pada kandung kemih
Disuria, frekuensi, urgensi, nyeri suprapubik, urin berbau,
Lab: pyuria, hematuria, leukosit esterase (+) nitrit +/-.
• Urethritis:
Inflamasi pada uretra
Disuria, frekuensi, pyuria, duh tubuh.
Lab: pyuria, hematuria, leukosit esterase (+), nitrit (-).
Terapi
pada
Cystitis
https://emedicine.medscape.com/article/233101-treatment#d8
268.
Tuan Bung Tomo, 45 tahun datang ke dokter dengan keluhan
lemas sejak 2 minggu yg lalu. Keluhan disertai buang air kecil
yang banyak terutama pada malam hari, dan pasien juga
cepat haus dan minum banyak. Selain itu, pasien juga orang
yang suka mengemil. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD:130/80 N: 80 R: 20 S: 36,5, lab sederhana:
pemeriksaan urin tampung 24 jam pasien didapatkan total
urine 3.2 L, GDS: 187 mg/dL GDP: 120 mg/dL. Hormon apa yg
paling mungkin menyebabkan kelainan?
A. Insulin
B. Anti diuretik hormone
C. Cortisol
D. Aldosteron
E. Androgen
Analisis Soal
• Pada kasus di atas didapatkan pasien lemas, dengan
keluhan BAK yang sering dan banyak serta total urin 24
jam lebih dari 3 L mengarah kepada diabetes insipidus,
yang merupakan defisiensi dari Anti Diuretic Hormone
(ADH)
• Untuk diabetes mellitus, kriteria tidak terpenuhi karena
tidak ada GDP > 126 mg/dL atau GDS > 200 mg/dL
• Cortisol berperan dalam penyakit cushing,
• aldosterone dalam pengaturan tekanan darah dan
• androgen adalah sex hormone
Penegakkan diagnosis diabetes insipidus
Diagnosis Diabetes insipidus
Inflamasi - + + +
Temuan Sendi Bouchard’s nodes Ulnar dev, Swan Kristal urat En bloc spine
Heberden’s nodes neck, Boutonniere enthesopathy
Perubahan Osteofit Osteopenia erosi Erosi
tulang erosi ankilosis
• AIDS:
– HIV infection & a CD4+ T cell
count <200/L or
– HIV infection who develops one
of the HIV-associated diseases
considered to be indicative of a
severe defect in cell-mediated
immunity (category C)
• Gejala anemia yang timbul, antara lain cepah lelah dan pucat, kekuningan.
• Gangguan neurologi hanya terjadi pada defisiensi vitamin B12, tidak pada
defisiensi folat. Gejala neurologi yang ditemukan:
• Neuropati perifer: kesemutan, kebas, lemas
• Kehilangan sensasi proprioseptif (posisi) dan getaran
• Gangguan memori, depresi, iritabilitas
• Neuropati optik: penglihatan kabur, gangguan lapang pandang
Anemia Makrositik
• Gejala anemia yang timbul, antara lain cepah lelah dan pucat, kekuningan.
• Gangguan neurologi hanya terjadi pada defisiensi vitamin B12, tidak pada
defisiensi folat. Gejala neurologi yang ditemukan:
• Neuropati perifer: kesemutan, kebas, lemas
• Kehilangan sensasi proprioseptif (posisi) dan getaran
• Gangguan memori, depresi, iritabilitas
• Neuropati optik: penglihatan kabur, gangguan lapang pandang
Folic Acid Deficiency
272.
Tuan Abdul Harris Nasution, 17 tahun, datang ke klinik
dengan keluhan, rasa terbakar dan panas di dada.
Pasien juga mengeluhkan terkadang makanan terasa
kembali ke tenggorokan dan sering bersendawa sejak 1
bulan ini. Pada pemeriksaan pasien tampak obesitas,
namun pemeriksaan tanda vital dalam batas
normal,selain itu didapatkan meteorismus (+), nyeri
epigastrium (-).
Edukasi apa yang anda berikan kepada pasien tersebut?
A. Menghindari minum softdrink
B. Minum kopi
C. Jangan terlambat makan
D. Sering makan snack
E. Selalu minum obat nyeri perut
Analisis soal
• Pada pasien diatas dicurigai mengalami
gastroesofageal reflux disease (GERD) karena rasa
terbakar di dada dan sering bersendawa. Faktor
resiko GERD pada pasien ini adalah obesitas
• Pada GERD harus dihindari minuman yang
mengandung kafein atau soda.
• Kafein dapat memicu sekresi asam lambung dan
soda dalam lambung akan mengembang dan
mendorong asam lambung ke esophagus.
GERD
• Definition:
• Suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks
secara berulang ke dalam esofagus, yang menyebabkan
terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu.
• Symptoms:
• Heartburn; midline retrosternal burning sensation that
radiates to the throat, occasionally to the intrascapular
region.
• Others: regurgitation, dysphagia, regurgitation of
excessive saliva.
GI-Liver secrets
GERD
Clinical Presentation of GERD
Typikal
Ektraesofageal
• Heartburn
• Laryngitis
• Regurgitation
• Asthma
Atypikal • Sinusitis
• Bloating • Bronchospasm
• Epigastric pain
Obesitas Merokok
Hernia Hiatal Makan dalam jumlah besar
Hamil Makan dekat dengan waktu
Gangguan Jaringan Ikat (e.g: tidur
marfan syndrome) Makan makanan berlemak atau
gorengan
Minum kopi, teh, minuman
bersoda atau alcohol
Memakai NSAID seperti Aspirin
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6107529/
273.
Nona Dewi Sartika, 24 tahun datang ke praktik dokter mengeluh lemas
dan sulit berkonsentrasi sejak 2 minggu terakhir ini. Sejak 2 tahun yang
lalu, pasien mempunyai riwayat sering demam pada malam hari dan
sering terdapat memar pada tungkai dan palmar. Terkadang pasien juga
sering nyeri sendi terutama pada lutut. Semenjak 2 tahun terakhir pasien
juga sering batuk kering dan sesak hilang timbul, tapi membaik jika
pasien minum OBH. PF konjungtiva anemis, Hb 6 g/dL, leukosit 9500 x
103/µL dan trombosit 188.000 x 103/µL.
Diagnosis apakah yang utama pada pasien ini?
A. TB paru
B. Anemia on chronic disease
C. Anemia pernisiosa
D. Juvenile Idiopathic Arthritis
E. Anemia hemolitik
Analisis Soal
• Pada pasien ditemukan gejala demam pada malam
hari disertai dengan ruam kulit dan nyeri sendi, dan
juga disertai dengan batuk kering persisten dan
sesak. Penyakit dengan kombinasi gejala utama
pada kulit dan paru-paru yang kronis adalah
sarcoidosis.
• Akan tetapi keluhan utama pada pasien adalah
pusing dan sulit konsentrasi, dengan adanya
konjungtiva anemis dan Hb 6 mg/dL, maka
diagnosis yang lebih utama pada pasien ini adalah
anemia pada penyakit kronis.
Analisis Soal
• Kasus ini bukan TB, karena batuk tidak berdahak, dan
juga keluhan utama pasien bukan ke arah batuk atau
demamnya
• Anemia pernisiosa adalah anemia akibat defisiensi
vitamin B-12, biasanya karena kurang asupan atau
malabsorpsi
• Juvenile idiopathic arthritis akan menimbulkan nyeri
lutut, dan sering terjadi pada perempuan usia remaja,
akan tetapi tidak menyebabkan gangguan paru maupun
kulit.
• Pada anemia hemolitik seharusnya ditemukan gejala
ikterik
Sarcoidosis
Sarcoidosis adalah penyakit langka yang menyebabkan
bengkak-bengkak kulit yang kemerahan dan kecil, disebut
granuloma. Sarcoidosis mempengaruhi paru-paru dan
kulit
Gejala utama sarcoidosis:
• Lesi nodus kemerahan di kulit
• Sesak nafas
• Batuk kering yang persisten
Pada beberapa orang dengan sarcoidosis gejala dapat
membaik tanpa terapi, atau biasa gejala bersifat ringan.
https://www.nhs.uk/conditions/sarcoidosis/
https://foundation.chestnet.org/patient-education-resources/sarcoidosis/
Anemia Penyakit Kronis
• Anemia inflamasi atau anemia penyakit kronis
adalah gangguan homeostasis besi yang
dilakukan oleh hepcidin-25 sebagai respons
terhadap keadaan inflamasi
• Anemia ini bersifat normocytic normochromic
pada umumnya, hanya 25% kasus bersifat
mikrositik hipokrom
Penyebab Anemia Penyakit Kronis
274.
Tuan Teuku Umar, usia 54 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD RS karena
kuning pada seluruh badan, BAK kuning pekat, BAB putih dempul, berat
badan menurun. TTV nadi 134x/mnt, suhu 37.8, RR 38x/mnt. Pemeriksaan
didapatkan sklera ikterik, hepar teraba 3 jari di bawah arcus kosta dan
teraba keras, spleen teraba membesar (S2). Sebelumnya pasien memang
sudah sakit lama dengan sering kembung dan perut yang semakin
membesar dan sering nyeri di perut kanan atas namun tidak mau
berobat. Bilirubin total 14 mg/dL (N < 1.4 mg/dL), bilirubin direk 11.8 (N
< 0.03 mg/dL), SGOT 517 U/L dan SGPT 580 U/L (N <= 50 U/L), ALP 730
U/L (N= 50-300 U/L), dan AFP 640 ng/mL (N= 4ng/ml). Diagnosis yang
mungkin pada pasien ini adalah?
A. Hepatitis akut
B. Hepatitis kronik
C. Kolelithiasis
D. Kolesistitis
E. Hepatoma
Analisis Soal
• Pada pasien didapatkan keluhan obstruksi pada saluran
bilier berupa BAB dempul dan BAK seperti teh dengan
peningkatan bilirubin direct
• Akan tetapi sebelumnya pasien memang sudah ada
keluhan perut semakin membesar dengan nyeri
kuadran kanan atas dan sering merasa kembung,
kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah
hepatoma, yang kemungkinan sekarang sudah
menyumbat saluran bilier.
• Hepatoma pada pasien ini juga diperkuat dengan
hepatomegaly yang teraba keras dan peningkatan
marker AFP serta enzim hati lainnya.
Analisis Soal
• Pada kolecystitis akan ditemukan murphy sign atau
nyeri pada penekanan kuadran kanan atas, dan
• kolelithiasis tidak dipilih karena tidak menyebabkan
hepatomegaly
• Pada hepatitis kronik akan menyebabkan paling
mungkin adalah sirosis, namun pada sirosis akan
terjadi pengecilan liver dan seharusnya tidak teraba
secara palpasi, tidak dipilih hepatitis akut karena
penyakit pasien sudah berlangsung lama.
Hepatoma/Hepatocellular
Carcinoma
Keganasan hati, terutama Faktor Risiko: infeksi hepatitis
berhubungan dengan kronis, aflatoksin, sirosis
hepatitis B dan hepatitis C. Gejala:
Seringkali tidak bergejala.
• ↑ ɑ-fetoprotein pada > 50%
Gejala baru timbul di tahap kasus
lanjut, seperti: • Hati teraba keras, bisa
• Perut makin membesar terdapat nodul
• Nyeri abdomen kanan atas • Adanya bruit atau friction rub
pada perabaan hati
• Ikterik
• Mudah kenyang
• Penurunan berat badan
• Teraba massa di abdomen
kanan atas
275.
Nona Martha Christina Tiahahu 20 tahun datang ke IGD
dengan keluhan nyeri ulu hati, kadang disertai mual muntah.
Keluhan sering muncul hilang dan timbul terutama saat perut
kosong. Keluhan pasien biasa membaik bila minum antacid
atau sehabis makan. BAB dan BAK dalam batas normal tidak
pernah berwarna gelap. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
tekan pada epigastrium.
Tatalaksana kausatif yg tepat adalah?
A. Obat golongan pro kinetik
B. Obat golingan anti spasmodik
C. Obat golongan anti histamin
D. Obat golongan PPI
E. Obat golongan analgetik
Analisis Soal
• Pada pasien didapatkan nyeri ulu hati, terutama
saat perut kosong yang membaik dengan
pemberian makanan atau pemakaian antasida, hal
ini sesuai dengan gejala ulkus duodenum.
• Pemberian terapi pada ulkus peptikum/duodenum
yang paling poten adalah dengan Proton Pump
Inhibitor (PPI) seperti omeprazole dan lansoprazole
Analisis soal
• Obat prokinetic adalah obat yang meningkatkan
motilitas saluran cerna dengan meningkatkan
kontraksinya tanpa meningkatkan ritme frekuensinya,
prokinetic membantu pengosongan lambung lebih
cepat, contohnya metoklorpramid, doomperidon
• Obat anti spasmodic adalah untuk mengurangi gejala
nyeri gastrointestinal, seperti papaverine atau
buscopan
• Antihistamin yang digunakan pada golongan ini adalah
golongan H2 blocker, namun tidak sepoten PPI
• Tidak ada rekomendasi pemberian analgetic pada nyeri
ulkus peptikum/duodenum
Tatalaksana
Sumber: Fauci, A.S. et al (2012) Harrison Principles of Internal Medicine. 18th Ed
276.
Nyonya Cut Meutia, 68 tahun datang dengan keluhan lemas sejak 1
bulan terakhir ini. Pasien datang dengan membawa hasil cek gula
gds 176. Keluhan sering merasa lapar disangkal, pasien malah
merasa anoreksia, tapi ada keluhan sering merasa haus dan sering
BAK bahkan pasien pernah sampai mengompol. Pasien lalu
dilakukan pengecekan gula darah puasa dan didapatkan hasilnya
117 mg/dL terus dilakukan TTGO dan setelah 2 jam didapatkan
hasil 143 mg/dL.
Diagnosis pada pasien ini adalah?
A. Diabetes Melitus Tipe 2
B. Toleransi Glukosa Puasa Terganggu
C. Toleransi Glukosa Puasa dan Post Prandial Terganggu
D. Toleransi Glukosa Post Prandial Terganggu
E. Mature Onset Diabetic of the Young
Analisis
• Pada pasien didapatkan GDS 176 tanpa keluhan seluruh
3P yang menyertai sehingga tidak bisa dikategorikan
sebagai diabetes mellitus.
• Pada pasien yang dicurigai diabetes mellitus dapat
dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dan TTGO,
pada pasien didapatkan GDP >100 mg/dL dan TTGO
>140 mg/dL sehingga pasien ini mengalami gangguan
toleransi glukosa puasa dan post prandial
• MODY adalah gangguan fungsi sel beta pancreas yang
biasa muncul pada pasien dengan usia yang lebih muda
Kriteria diagnosis Diabetes
Mellitus
1. Ditemukan gejala klinis klasik (polyuria, polydipsia,
nocturia, enuresis, penurunan berat badan,
polifagia), dan kadar GDS ≥200 mg/dl, atau
2. Kadar GDP ≥126 mg/dl, atau
3. Kadar gula darah ≥200 mg/dl pada jam ke-2 TTGO,
atau
4. HbA1c >6.5% (standar NGSP dan DCCT)
5. Pada penderita asimptomatis dengan GDS ≥200
mg/dl, harus konfirmasi dengan GDP atau TTGO
terganggu.
Terduga TB
Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat
Tuberculosis
dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status HIV nya kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)
Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)
MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Neg
(- -) (+ +) Sensitive Indeterminate Resistance
(+ -)
Tidak bisa
dirujuk
Ulangi Foto Toraks
TB RR
TB Terkonfirmasi pemeriksaan (Mengikuti alur
Bakteriologis TCM yang sama
Foto Terapi
dengan alur
Toraks Antibiotika
pada hasil
Non OAT
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan
Pengobatan
mikrokopis BTA
pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan
TB Lini 1 negatif (- -) )
OAT Lini 1 dan Lini 2
Gambaran Tidak Mendukung TB;
Mendukung
TB
Bukan TB; Cari
kemungkinan penyebab
penyakit lain
Ada
Perbaikan
Tidak Ada
Perbaikan TB RR; TB Pre TB XDR
Algoritma TB
Klinis Klinis, ada
TB MDR
Nasional 2016
XDR
faktor risiko
TB TB, dan atas
Terkonfirmasi Bukan TB; Cari pertimbangan
Klinis Lanjutkan Pengobatan
kemungkinan dokter Pengobatan TB RO
TB RO
penyebab dengan Paduan Baru
penyakit lain
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB
TB
Terkonfirmasi yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis
Klinis
maupun klinis adalah pemeriksaan HIV dan
gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai
Pengobatan indikasi misalnya fungsi hati, fungsi ginjal, dll)
TB Lini 1
278.
Tuan Amir Hamzah, 45 tahun datang ke puskesmas ingin berkonsultasi
karena akan pergi ke Lembah baliem Papua. Dia akan pergi dalam 2
minggu sejak hari ini dan akan tinggal selama sebulan. Akan tetapi pasien
sedikit takut karena daerah tersebut rawan akan penyakit malaria dan
pasien tidak ingin jatuh sakit. Profilaksis yang tepat diberikan adalah ?
A. Primakuin 0,24/mg/kgbb, 1 minggu sebelum berangkat sampai
dengan 1 minggu setelah kembali
B. Piperakuin 4 mg, 1 minggu sebelum berangkat sampai 2 minggu
setelah kembali
C. Kina 10 mg/kgbb , 4 hari sebelum berangkat sampai dengan 4 minggu
setelab kembali
D. Chloroquin 500 mg setiap hari, 1 minggu sebelum berangkat sampai
4 minggu setelah kembali
E. Doksisiklin 100 mg setiap hari, 1-2 hari sebelum berangkat sampai
dengan 4 minggu
Analisis soal
• Pada soal di atas ditanyakan mengenai profilaksis
untuk malaria
• Pilihan yang paling tepat adalah yang E. Doksisiklin
100 mg setiap hari, 1-2 hari sebelum berangkat
sampai dengan 4 minggu
• Pilihan D tidak tepat karena klorokuin dosisnya
benar 500 mg tapi diberikan setiap minggu bukan
setiap hari
Profilaksis Malaria
NON FARMAKOLOGIS
• Tidur menggunakan kelambu yang sudah
dicelup pestisida
• Menggunakan obat pembunuh nyamuk
(mosquito repellant)
• Proteksi diri saat keluar dari rumah (baju
berlengan panjang, kus/stocking)
• Proteksi kamar atau ruangan menggunakan
kawat anti nyamuk
Profilaxis Malaria
Initiation
(time before Discontinuation
Drug Dose Freq. first (time after last
exposure to exposure)
malaria)
Doxycycline 100 mg ≥8 years old, 2 mg per kg of Once daily 1-2 days 4 weeks
orally once daily (maximum dose
100 mg/day)
Initiation
n
Drug Dose Freq. (time before
(time after last
exposure)
exposure)
Areas with chloroquine-sensitive P. falciparum
Chloroquine 8.3 mg salt per kg of (5 Once weekly 1-2 weeks 4 weeks
phosphate mg base per kg of body
500 mg salt (300 mg weight)
base)
Hydroxychloroquine 6.5 mg salt per kg of (5 Once weekly 1-2 weeks 4 weeks
sulfate mg base per kg of body
400 mg salt (310 mg weight)
base)
Atovaquone-proguanil (as in 1st row above) Once daily 1-2 days 7 days
(Malarone)
Mefloquine (as in 2nd row above) Once weekly 3 weeks preferable; 2 4 weeks
hydrochloride weeks acceptable
250 mg salt (228 mg
base)
Doxycycline ≥8 years old, 2 mg per Once daily 1-2 days 4 weeks
100 mg kg of orally once daily
(maximum dose 100
mg/day)
https://emedicine.medscape.com/article/207468-clinical
Paroksismal Nokturnal
Hemoglobinuria
• Paroksismal nocturnal hemoglobinuria adalah penyakit genetic
mutase pada gen PIGA (phosphatidylinositol glycan class A) pada
kromosom X
• Mutasi ini menyebabkan defek pada protein permukaan sel
hematopoietic yang Kelompok penting dari protein membran
yang kurang dalam semua yang mengatur system komplemen,
termasuk faktor percepatan peluruhan (DAF), atau CD55 [8];
homologous restriction factor (HRF), atau protein pengikat C8;
dan inhibitor membran reaktif lisis (MIRL), atau CD59. [9]
• Tidak adanya protein pengatur ini menghasilkan amplifikasi yang
tidak terkontrol dari sistem komplemen. Ini menyebabkan
kerusakan intravaskular pada membran RBC, hingga derajat yang
bervariasi
• Trombosis pada PNH disebabkan oleh kurangnya CD59 pada
membran trombosit, menyebabkan nyeri perut, hepatomegaly
dan ascites
https://emedicine.medscape.com/article/207468-clinical
Gejala-gejala PNH
• Kerusakan membran RBC dengan komplemen menyebabkan
pelepasan hemoglobin ke dalam sirkulasi.
• Hemoglobin bebas bersirkulasi dan berikatan ireversibel dengan
oksida nitrat (NO), menurunkan kadar NO dalam darah tepi.
https://emedicine.medscape.com/article/207468-clinical
Gejala-gejala PNH
• Pasien dengan PNH akan mengalami pansitopenia
• anemia menyebabkan pucat;
• infeksi dapat menunjukkan gejala demam; dan
• perdarahan, seperti perdarahan mukosa atau ekimosis kulit,
menunjukkan trombositopenia yang mirip dengan anemia aplastik.
• Temuan pemeriksaan fisik lainnya dapat meliputi:
• Hepatomegali dan asites (thrombosis vena hepatica
dan cava atau sindrom Budd-Chiari)
• Splenomegali dengan adanya trombosis vena lienalis
• Suara usus yang menurun akibat nekrosis usus
• Papilledema di hadapan trombosis vena serebral
• Nodul kulit berwarna merah dan nyeri dengan
adanya trombosis vena derma
Gejala PNH
https://emedicine.medscape.com/article/207468-clinical
Flow Cytometry
https://emedicine.medscape.com/article/207468-clinical
Acid Ham Test
• Ham test mendemonstrasikan
abnormalitas RBC pada PNH
dengan mengasamkan serum
darah yang normal.
• Pasien dengan PNH memiliki
RBC yang akan terlisis dengan
serum pada temperature Keterangan:
ruangan dan suhu tubuh (37°C) C = Control
dibandingkan dengan normal Pt = Patient
(tidak ada hemolysis).
https://emedicine.medscape.com/article/207468-clinical
Penanganan
• Pasien dengan PNH yang mengembangkan trombosis akut
• harus segera mulai menggunakan eculizumab, jika mereka belum
meminumnya
• karena hal ini mengurangi risiko perluasan atau kambuhnya
trombosis.
• Jika tidak, penatalaksanaan komplikasi trombotik mengikuti
prinsip standar
• termasuk penggunaan heparin secara darurat, kemudian terapi
perawatan dengan penggunaan antikoagulan oral, seperti warfarin.
• Pemberian steroid tidak banyak membantu karena modulasi
komplemen sulit dikendalikan meski oleh glukokortikoid
dosis tinggi.
• Dosis prednison dewasa biasanya adalah 20-40 mg / hari (0,3-0,6
mg / kg / hari) diberikan setiap hari selama hemolisis dan diubah
menjadi hari-hari alternatif selama remisi.
https://emedicine.medscape.com/article/207468-clinical
282
Nona Cut Nyak Dien, usia 20 tahun datang dengan keluhan mudah
lelah, rambut rontok, dan sering merasa silau sejak 1 minggu yang
lalu. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi bahu,
siku, lutut dan pergelangan kaki sejak 3 bulan yang lalu. Selain
keluhan tersebut, pasien juga mengeluhkan demam dan terkadang
sesak. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg,
nadi 96 kali/menit, RR 17 kali/menit, suhu 36,7 C. Dari hasil
pemeriksaan kepala didapatkan ruam kemerahan di wajah.
Pemeriksaan autoantibodi yg paling spesifik adalah?
A. Ana test
B. Anti ds-dna
C. Rhemautoid factor
D. CD4
E. Anti SM
Pembahasan
• Adanya keluhan mudah Lelah, rambut rontok
dengan ruam kemerahan di wajah serta gejala nyeri
sendi dan sesak (kemungkinan karena pleuritis)
mengarahkan ke gejala SLE
• Pemeriksaan antibody yang paling spesifik untuk
mendiagnosis SLE adalah Anti Sm atau Anti Smith
antibody
SLE
• Merupakan
penyakit inflamasi
autoimun kronis
peradangan pada
kulit, sendi, ginjal,
paru-paru, sistem
saraf dan organ
tubuh lainnya
• Akibat
Hipersensitivitas
tipe 3
https://emedicine.medscape.com/article/332244-workup#c8
283
Nyonya Keumalahayati 55 tahun mengeluh sesak dan demam
tinggi sejak 1 hari yang lalu. Keluhan dirasa semakin
memberat beserta batuk hijau kental, demam naik turun
dirasa selama 4 hari sebelumnya. Dua minggu sebelumnya
pasien ke Jawa Timur. Pasien demam dan batuk selama 1
minggu dan temannya juga sama mengeluh hal serupa. TD
110/70 RR 20 x/menit N 80 x/min dan suhu 38 C. Dari PF
auskultasi ronkhi di kedua lapang paru, wheezing (-).
Berapakah skor penilaian CURB-65 pasien?
A. 0
B. 1
C. 2
D. 3
E. 4
Pembahasan
• Pada pasien didapatkan gejala pneumonia yang
diperkuat atas ditemukannya batuk berdahak serta
ronki
• Akan tetapi tidak ada kegawatdaruratan pada
pneumonia seperti yang tertera pada nilai skor CURB-
65, berupa penurunan kesadaran, uremia, tachypnea,
hipotensi dan usia > 65 tahun maka skor pada pasien ini
adalah 0
• Penilaian asesmen perlu tidaknya rawat inap pada
pneumonia bisa menggunakan CURB-65 atau PSI
• Pada pasien seperti ini penanganan pneumonia bisa
dengan rawat jalan
Pneumonia
• Diagnosis pneumonia komunitas:
Infiltrat baru/infiltrat progresif + ≥2 gejala:
1. Batuk progresif
2. Perubahan karakter dahak/purulen
3. Suhu aksila ≥38 oC/riw. Demam
4. Fisis: tanda konsolidasi, napas bronkial, ronkhi
5. Lab: Leukositosis ≥10.000/leukopenia ≤4.500
• Gambaran radiologis:
• Infiltrat sampai konsolidasi dengan “air bronchogram”, penyebaran
bronkogenik & interstisial serta gambaran kaviti.
• Air bronchogram: gambaran lusen pada bronkiolus yang tampak
karena alveoli di sekitarnya menjadi opak akibat inflamasi.
Pneumonia komuniti, pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indoneisa. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
Pneumonia
CURB-65
https://www.grepmed.com/images/747/severity-diagnosis-score-admission-curb65-stratification-risk
Pneumonia Severity Index
https://www.grepmed.com/images/747/severity-diagnosis-score-admission-curb65-stratification-risk
284
Tuan Sunan Kalijaga, 45 tahun datang dengan keluhan
muntah darah. Pasien mengeluh keluar darah merah segar
dari mulutnya +-500cc. Pasien sebelumnya keluhannya
hanyalah penyakit kuning dan perut yang membuncit akibat
kebiasaannya dulu minum alcohol secara kronis. TD 180/90
mmHg, HR 115x/menit, RR 24x/menit, suhu 37.5OC. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan spider navy diperut dan
ginekomastia, serta eritem pada palmar dengan asterixis (+).
Diagnosis yg paling mungkin adalah?
A. Pecah Varises esofagus
B. Ulkus duodenum
C. Ulkus gaster
D. Striktur Esofagus
E. Zenker Diverticulum
Pembahasan
• Keluhan muntah darah pada pasien dengan riwayat
sirosis hepatis paling mungkin disebabkan oleh
pecahnya varises esophagus
• Pada pasien sirosis ditegakkan atas ditemukan
stigmata sirosis seperti ginekomastia, spider navy,
asterixis dan palmar erythema
• Kemungkinan penyebab sirosis pada pasien adalah
akibat hepatitis alkoholik
• Zenker Diverticulum adalah pembentukan kantong
diverticulum di faring, diatas otot krikofaring
HIPERTENSI PORTAL & VARISES
ESOFAGUS
• Hipertensi portal
mengakibatkan varises
di tempat anastomosis
portosistemik:
• Hemoroid di anorectal
junction,
• Varises esofagus di
gastroesophageal
junction,
• Kaput medusa di
umbilikus.
ANATOMI VENA OESOPHAGEA
V.Gastrica
brevis
3 Jalur Utama
Kolateral
Portosistemik
pada Sirosis
Hepatis dan
Komplikasinya
PVO (Pecahnya Varises Oesophagus)
• Salah satu komplikasi terbanyak ditemui pada
pasien gangguan hati, terutama sirosis hati
• 25-35% pasien sirosis hati varises oesophagus
• Diagnosis PVO:
• Tanda2 perdarahan saluran cerna bagian atas, mis:
hematemesis, melena, anemia, penurunan tekanan
darah
• Tanda2 sirosis hati, mis: caput medusae, gynecomastia,
dll.
Kusumobroto H. Penatalaksanaan perdarahan varises esophagus. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5.Interna Publising; 2009. h.222-6
Rupture of Esophageal Varices
• Rupture of esophageal varices is dependent on
variceal pressure.
• Increase in intra-abdominal pressure markedly
increases variceal pressure.
• Constipation and vomiting may precipitate esophageal
variceal bleeding.
• Cough is not unusual in liver cirrhosis patients, but only
severe cough can precipitate esophageal variceal bleeding.
• Heavy alcohol binges may precipitate esophageal variceal
bleeding.
Liau WC, et al. Potential Precipitating Factors of Esophageal Variceal Bleeding: A Case – Control Study. Am J Gastroenterol 2011; 106:96–103
Tatalaksana Khusus Perdarahan Variseal
• Tatalaksana perdarahan variseal
• Tamponade balon dalam 24 jam
• Obat vasoaktif
• Vasopresin 0,5-1mg/menit selama 20-60 menit
• Somatostatin 250 mcg bolus diikuti drip 250 mcg/jam
• Ocreotide drip 50 mcg/jam
• Endoskopi
• Profilaksis antibiotik
• Propanolol, dimulai dosis 2 x 10 mg dosis dapat ditingkatkan sampi
tekanan diastolik turun 20 mmHg atau denyut nadi turun 20% (setelah
keadaan stabil hematemesis melena (-)
• Isosorbid dinitrat/mononitrat 2 x 1 tablet/hari setelah KU stabil
• Metoklorpramid 3 x 10 mg/hari
• Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai kelainan
• Pada pasien dengan pecah varises/penyakit hati kronik/sirosis hati
diberikan :
• Laktulosa 4 x 1 sendok makan
• Neomisin 4 x 500 mg/ Ciprofloxacin 2 x 500mg
• Obat ini diberikan sampai tinja normal.
Zenker Diverticulum
285.
Tuan Sultan Hasanuddin, Laki-laki 56 tahun mengalami penurunan
kesadaran. Pasien memiliki riwayat DM tipe 2 sejak usia 40 tahun.
Pasien tidak rutin kontrol ke dokter dan hanya membeli obat DM
sendiri diapotek. Pasien minum obat hanya bila merasa badannya
tidak enak. Menurut keluarga, pasien hari ini mencoba puasa dari
kemarin dan pasien pagi ini belum sempat sarapan dan langsung
tiba-tiba pingsan.
Penyebab penurunan kesadaran yang paling mungkin adalah:
A. Hipertensi
B. Hipogikemi
C. HHS
D. KAD
E. Ensefalopati Diabetikum
Pembahasan
• Penurunan kesadaran pada DM tipe 2 dapat terjadi akibat
Hipoglikemia, KAD maupun HHS.
• Pada soal dipertimbangkan KAD karena pasien ada riwayat
puasa sehingga pada pasien DM tipe 2, defisiensi insulin akan
menyebabkan penggunaan asam lemak sebagai energi
menghasilkan keton. Keton yang berlebih akan menyebabkan
ketoasidosis.
• Tidak dipilih HHS karena HHS memiliki progresivitas lambat,
berupa dehidrasi, biasa terjadi pada orang tua yang jarang
minum air dan gula darah tidak terkontrol
• Hipoglikemia tidak dipilih karena tidak dikatakan ada
penggunaan obat DM tanpa makan sebelumnya.
• Ensefalopati diabetikum adalah komplikasi mikrovaskular DM
secara progresif, menyebabkan demensia, dan bukan
penurunan kesadaran
285. Ketoasidosis Diabetik
• Pencetus KAD:
• Insulin tidak
adekuat
• Infeksi
• Infark
• Diagnosis KAD:
• Kadar glukosa 250
mg/dL
• pH <7,35
• HCO3 rendah
• Anion gap tinggi
• Keton serum (+)
Harrison’s principles of internal medicine
Harrison’s principles of internal medicine
THT-KL
286.
Pasien laki-laki bernama anak California berusia 6 tahun
dengan keluhan benjolan di leher kiri depan. Pasien merasa
tidak nyaman akan benjolan yang muncul ini. Ukuran panjang
3 cm, berada di tepi atas M. SCM. Terdapat lubang di ujung,
bila ditekan keluar cairan mukoid. Benjolan dikatakan sudah
ada sejak lahir. Berasal darimanakah benjolan yang terdapat
pada pasien?
A. Branchial apparatus
B. Branchial clefts
C. Thyroid
D. Cervical sinus
E. Kelenjar keringat
Analisis Soal
• Anak usia 6 tahun dengan benjolan leher kiri depan,
benjolan berukuran 3 cm, berada pada tepi atas M.
Sternocleidomastoideus dan benjolan dikatakan sudah
ada sejak lahir kemungkinan besar kelainan yang
mendasari yaitu kista brankial yang berasal dari
branchial cleft
• Pilihan jawaban Dadalah lekukan sementara yang
terdapat pada bagian leher embryo, terdiri dari arkus
brankialis. Pada perkembangannya akan menghilang,
bila menetap, akan menjadi cervical sinus cyst, yang
dapat terdiri dari kista brankial, thyroglossal duct cysts,
dermoid cysts, dan median cervical cleft.
Kista brankial
• Benjolan kongenital pada leher
yang berbatasan dengan
bagian posterior otot
sternokleidomastoideus akibat
gangguan celah brankial
• Lebih sering terjadi pada usia
dewasa muda perempuan 3:2
laki-laki
• Terdapat beberapa
patofisiologi namun belum
jelas
• Tatalaksana dapat dilakukan
ekstripasi
Kista Branchial (Branchial Cleft Cyst)
• Hentikan perdarahan
• Bersihkan hidung dari darah & bekuan
• Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
• Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
https://www.uptodate.com/contents/benign-paroxysmal-positional-vertigo
291. Soal
Seorang perempuan, Nn. Chantika Ontosoroh, 17 tahun, datang ke
IGD diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan pusing
berputar disertai dengan mual dan muntah. Pasien mengaku baru
saja berpergian dengan menggunakan angkutan umum sejauh 200
km karena ingin mudik dan berlebaran di kampung halaman. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan Ttv normal. Apakah penyebab kasus
diatas?
A. Motion sickness
B. BPPV
C. Meniere disease
D. Labirinitis
E. Vertigo
Pembahasan Soal
• Pasien ini mengalami pusing berputar disertai dengan
mual dan muntah, serta terdapat riwayat bepergian
dengan angkutan umum. Dari data ini kemungkinan
pasien mengalami Motion sickness
• Pilihan B tidak dipilih karena keluhan muncul setelah
bepergian dengan angkutan umum
• Pilihan Ctidak terdapat trias meniere (vertigo, tuli
dan tinnitus)
• Pilihan Dtidak dipilih karena pada labirinitis, gejala
yang terjadi adalah vertigo yang terus menerus, dan
disertai penurunan pendengaran
• Pilihan Etidak spesifik
• Maka, jawaban yang paling tepat adalah A. Motion
Sickness
Motion Sickness
• Unpleasant condition that occurs when persons are
subjected to motion or the perception of motion, considered
to be physiological.
• Common symptoms:
• nausea, nonvertiginous dizziness, and malaise.
• Pathophysiology:
• conflicted input from vestibular, visual, and proprioceptive
receptors.
• Conflict causes more severe symptoms when the patient is
passively moved at certain frequencies.
• Physical signs:
• yawning, belching, perioral and facial pallor.
• Increased salivation, diaphoresis, and flushing.
Motion Sickness ada 3 macam berdasarkan ketidak
seimbangan inputnya, yaitu:
• Gerakan yang terasa tetapi tidak terlihat
• Gerakan yang terlihat tetapi tidak terasa
• Gerakan yang terlihat dan terasa tetapi tidak
cocok/sejalan satu sama lain
• Visual tips to minimize motion sickness:
• Try to see a wide horizon.
Motion Sickness: •
•
Look toward motion.
Do not do any close work or read.
Management • Wear sunglasses.
• Close your eyes.
• Proprioceptive tips to minimize motion
NON-PHARMACOLOGICAL: sickness:
• Connect with steering device.
• Minimize motion:
• Support head
• Pick a stable vehicle
• Avoid neck torsion
• Occupy the center/front, midline of
• Stand
vehicle
• Recline as much as possible
• Choose a location at ground floor or
waterline
• Reduce vestibular symptoms: PHARMACOLOGICAL
• Reduce off-axis motion • Skopolamin
• Support the head
• Dimenhidrinat
• Recline head back 30 degree
• Promethazine
292. Soal
Pasien perempuan bernama Ny. Ratna Galih Susatno, usia 40
tahun datang ke Poliklinik Cahaya Hati diantar oleh suaminya
dengan keluhan penurunan pendengaran. Pasien tidak
mengetahui kapan keluhan ini muncul, tapi pasien merasa
perlahan-lahan makin sulit mendengar. Namun, bila berada
di suasana bising, pasien merasa lebih jelas mendengar.
Terapi yang dapat diberikan untuk pasien ini adalah…
A. Antihistamin
B. Steroid topical
C. Dekongestan
D. Na florida
E. Antibiotic
Pembahasan Soal
• Pasien ini kemungkinan mengalami otosklerosis karena
pasien wanita, mengalami penurunan pendengaran
perlahan, dan merasa lebih jelas mendengar di suasana
bising (paracusis willisii)
• Pada otosklerosis, terapi medikamentosa yang dapat
diberikan adalah D. Na fluoride
• Pilihan Aterapi pada rhinitis alergi dan motion
sickness
• Pilihan Bterapi pada rhinitis alergi
• Pilihan Cterapi pada rhinitis dan OMA
• Pilihan E terapi pada infeksi bakteri
293. Soal
Pasien perempuan, bernama Ny. Intan Samudra Hati, 39
tahun, datang ke praktek dokter umum dengan keluhan
penurunan pendengaran. Pasien juga mengeluhkan rasa
penuh di telinga. Dari pemeriksaan otoskopi didapatkan
Shwarte sign + arahnya jam 6. Pasien akan direncanakan
pemeriksaan timpanometri. Maka kemungkinan hasil
timpanometri yang akan didapatkan adalah tipe…
A. Tipe A
B. Tipe C
C. Tipe B
D. Tipe AD
E. Tipe AS
Pembahasan Soal
• Pasien ini kemungkinan mengalami otosklerosis karena pasien
wanita, mengalami penurunan pendengaran dan pada otoskopi
didapatkan Shwartze sign +
• Pada otosklerosis, hasil timpanometri yang akan didapatkan adalah
tipe AS, karena spongiosis pada tulang stapes akan menyebabkan
kekakuan pada tulang pendengaran
• Tipe A Fungsi telinga tengah normal
• Tipe C keadaan membran timpani yang retraksi dan malfungsi dari
tuba Eustachius
• Tipe Bcairan di telinga tengah (kavum timpani), misalnya pada
otitis media efusi
• Tipe Adkeadaan membran timpani yang flaksid atau diskontinuitas
(kadang-kadang sebagian) dari tulang-tulang pendengaran
• Maka dipilih jawaban E. Tipe AS
294. Soal
Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke Klinik Cahaya Medika
dengan keluhan pendengaran berkurang yang makin lama makin
berat. Pasien cenderung bisa mendengar lebih baik apabila berada
di tempat yang ramai. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa CT Scan. Hasil pemeriksaan Ct scan menunjukan
adanya kalsifikasi dari capsula ottica. Apa tatalaksana yang tepat
untuk pasien ini?
A. mastoidektomi
B. miringotomi
C. stapedektomi
D. miringoplasty
E. craniotomy
Pembahasan Soal
• Pasien ini kemungkinan mengalami otosklerosis
karena pasien wanita, mengalami penurunan
pendengaran perlahan, dan merasa lebih jelas
mendengar di tempat yang ramai (paracusis
willisii), serta pada hasil CT scan didapatkan
kalsifikasi dari capsula otica
• Manajemen pembedahan pada pasien otosklerosis
adalah stapedectomy atau stapedotomy
• Maka jawaban yang tepat adalah C. Stapedektomi
292-294. OTOSKLEROSIS
• Spongiosis tulang stapes (tersering) rigid tidak bisa menghantarkan
suara ke labirin
• Otosklerosis terkait faktor genetik, ¼-2/3 pasien memiliki saudara dengan
kelainan serupa.
• Rasio perempuan: laki-laki 2:1.
• Ketulian mulai timbul pada usia 10-30 tahun dan bersifat progresif.
Ad ■ The TM is more moveable than normal. Can Higher than normal peak height on tracing
result from:
• Disarticulation of the bony structures in
• the middle ear
• A TM that has healed over a previous
• perforation but is thinner and more
• mobile than expected
B ■ The TM is not moving at all. Can result from: No evidence of peak height on tracing.
• Middle ear fl uid “Flat tympanogram”
• Severe scarring of the TM
• Tympanosclerosis
• Cholesteatoma or middle ear tumor
• Cerumen or obstruction in ear canal
■ A large volume (>2.0) type B could indicate:
• Perforation in the TM
• Patent tympanostomy tube
• Previous mastoidectomy
• Within maxilla
– Above upper teeth
http://www.fulspecialista.hu/en/nose/maxillary-sinusitis
Copyright © 2005, Mosby, Inc.
Frontal Sinuses
• Second largest sinuses
– 2 – 2.5 cm
• Normally:
– Between tables of vertical
plate in frontal bone
– Can extend beyond frontal
bone inot the orbital
plates
• Rarely symmetrical
• Number varies
(occassionally absent)
Mangunkusomo E., Soetjipto D. Sinusitis dalam Soepardi E. A. et al : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. FKUI. 2007
Sinus trans-illumination test
• Performed in a dark room.
https://id.pinterest.com/yamahafreddy/skull-sinuses-facial-bones/ imageradiology.blogspot.co.id/2012/09/x-ray-pns-position-occipito-frontal.html
Modalitas X-Ray
Foto Deskripsi
Waters Maxillary, frontal, & ethmoidal sinus
• Physical Exam
– Complete head and neck exam
• Palpation for nodes; restricted laryngeal crepitus.
– Quality of voice
• Breathy voice = cord paralysis
• Muffled voice = supraglottic lesion
– Laryngoscopy
• Laryngeal mirror
• Fiberoptic exam (lack depth perception)
• Note: contour, color, vibration, cord mobility, lesions.
– Stroboscopic video laryngoscopy
• Highlights subtle irregularities: vibration, periodicity, cord closure
Laryngeal cancer workup
• Radiology
– Contrast-enhanced CT scan and MRI
extension of tumor into vita structure
– Chest X-ray present metastasis
– PET-CT
• Laboratory
– CBC, blood gas, thyroid function, renal
and hepatic function
• Histopathology
– 96% squamous cell carcinoma
– squamous cell carcinoma means that
abnormal-appearing squamous cells,
and often keratin, are beneath the area
where the usual basement membrane
lies.
Imaging
• CT or MRI
– Evaluate pre-epiglottic or paraglottic space
– Laryngeal cartilage erosion
– Cervical node mets
• PET
– Role under investigation, currently not standard of care
– Specific application
• Identifying occult nodal mets
• Distinguish recurrence vs radionecrosis or other prior tx sequalae
• Ultrasound
– In Europe: used to identify cervical mets and laryngeal abn.
• Direct laryngoscopy with biopsy
• Histologic subtypes
– Squamous cell carcinoma
• > 90% of causes
• Linked to tobacco and excessive alcohol
(R) Source: http://www.medscape.com/content/2002/00/44/25/442595/442595_fig.html
(L) Source: http://www.som.tulane.edu/classware/pathology/medical_pathology/New_for_98/Lung_Review/Lung-62.html
Penyakit Laring Lainnya
Papilloma
Laringitis
Penyakit Laring
Diagnosis Karakteristik
Polip pita suara Lesi bertangkai unilateral, dapat berwarna keabuan (tipe
mukoid) atau merah tua (angiomatosa). Gejala: suara parau.
Lokasi di sepertiga anterior/medial/seluruhnya.
Umum dijumpai pada dewasa, namun bisa pada semua usia.
Nodul pita suara Suara parau, riwayat penggunaan suara dalam waktu lama.
Lesi nodul kecil putih, umumnya bilateral, di sepertiga
anterior/medial.
Laringitis Inflamasi laring, gejala suara parau, nyeri menelan/bicara, batuk
kering, dapat disertai demam/malaise.
Mukosa laring hiperemis, edema di atas dan bawah pita suara.
Papilloma laring Massa seperti buah murbei berwarna putih kelabu/kemerahan.
Massa rapuh, tidak berdarah.
Gejala: suara parau, dapat disertai batuk dan sesak.
Lokasi pada pita suara anterior atau subglotik.
298. Soal
Seorang laki-laki, Tn. Abraham Abdi Negara, usia 35 tahun,
datang ke Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang dengan
keluhan nyeri pada gigi setelah memakan kacang goreng.
Pasien sebelumnya sering mengeluhkan sakit pada giginya,
tapi tidak pernah berobat ke dokter gigi karena pasien takut.
Pada pemeriksaan gigi didapatkan caries dentis gigi molar II
bawah. Apakah komplikasi paling sering dari keadaan
tersebut?
A. Abses submandibula
B. Sinusitis maksilaris
C. Abses peritonsil
D. Tonsilitis
E. Sinusitis frontalis
Pembahasan Soal
• Pasien ini mengalami caries dentis, karena ditemukan
caries dentis pada gigi molar II bawah.
• Sesuai anatomi, akar gigi molar II tersebut ada di inferior
dari otot myelohyoid, sehingga penyebaran infeksi ke arah
rongga submandibular, sehingga dapat menyebabkan
komplikasi abses submandibula dan angina Ludwig
• Dari pilihan jawaban yang ada, maka dipilih A. Abses
submandibula
• Pilihan Bsecara anatomi tidak memungkinkan, dapat
merupakan komplikasi caries dentis pada gigi bagian atas
• Pilihan CKomplikasi dari tonsillitis kronis
• Pilihan D Bukan merupakan komplikasi
• Pilihan Etidak ada hubungan dengan caries dentis
Caries Dentis
Definisi
• Penyakit akibat mikroba dimana karbohidrat mengalami fermentasi
oleh bakteri membentuk asam demineralisasi bagian gigi yg
inorganik dan disintegrasi bagian gigi organik.
• Caries dentis adalah pembusukan enamel gigi oleh bakteri.
• Terjadi akibat ketidakseimbangan antara faktor protektif dan faktor
patologis dalam rongga mulut.
• Tanda dan gejala
– Nyeri, biasanya muncul ketika makan atau minum sesuatu yang dingin,
panas, atau manis.
– Gigi sensitif
– Nyeri ketika mengunyah
– Pemeriksaan rongga mulut: tampak lubang di gigi dan plak coklat
kehitaman di permukaan gigi.
• Komplikasi: inflamasi jaringan sekitar, gigi tanggal dan abses
Fig. 13-2 Dental caries
Terapi
• Antibiotika dosis tinggi utk aerob &
anaerob
• Evakuasi abses
Abses Submandibula
Abses Leher Dalam
ABSES ABSES ABSES ABSES ANGINA
PERITONSIL RETROFARING PARAFARING SUBMANDIBULA LUDOVICI
ISPA, Selulitis ec
Komplikasi Penjalaran
ETIOLOGI limfadenitis Penjalaran infeksi penjalaran
tonsilitis infeksi
retrofaring infeksi
https://www.aafp.org/afp/2005/0915/p1057.html
Rhinitis
Rinitis Vasomotor:
Tatalaksana
• Tatalaksana Rinitis vasomotor
didasarkan pada keluhan yang
dominan:
– Rhinorea + bersin + congesti
nasal +PND akan diberikan
antihistamin topical.
– Rhinorea saja akan diberikan
antikolinergik topical.
– Congesti nasal + obstruksi nasal
akan diberikan antiinflamasi
topical (kortikosteroid topical).
– Cell mast stabilizer (sodium
cromolyn) dipakai bila
antihistamin topical dan
antikolinergik topical tidak
memberikan respon adekuat.
Brown L, Denmark TK, Wittlake WA, Vargas EJ, Watson T, Crabb JW. Procedural sedation use in the ED: management
of pediatric ear and nose foreign bodies. Am J Emerg Med. 2004 Jul. 22(4):310-4
Penatalaksanaan Benda Asing Hidung
• Jika objeknya dapat tervisualisasi dan berbentuk
tidak bulat, maka instrument langsung dapat
digunakan, seperti alligator forsep
Brown L, Denmark TK, Wittlake WA, Vargas EJ, Watson T, Crabb JW. Procedural sedation use in the ED: management
of pediatric ear and nose foreign bodies. Am J Emerg Med. 2004 Jul. 22(4):310-4
Penatalaksanaan Benda Asing Hidung
• Untuk Benda asing yang besar dan oklusif
dapat digunakan tekanan positif untuk
mendorong benda keluar
Brown L, Denmark TK, Wittlake WA, Vargas EJ, Watson T, Crabb JW. Procedural sedation use in the ED: management
of pediatric ear and nose foreign bodies. Am J Emerg Med. 2004 Jul. 22(4):310-4
Komplikasi akibat benda asing hidung
Epistaxis adalah komplikasi yang paling sering, namun
dapat menghilang hanya dengan kompresi.
Benda asing dapat menyebabkan peradangan, kerusakan
mukosa yang menyebar ke struktur di sekitarnya.
Komplikasi dapat muncul berupa:
• Sinusitis
• Perforasi Septum
Kiger JR, Brenkert TE, Losek JD. Nasal foreign body removal in children. Pediatr Emerg Care. 2008
Nov. 24(11):785-92; quiz 790-2.
302. Soal
Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
leher sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri menelan
sehingga pasien tidak dapat makan dan minum, mulut tidak
bisa terbuka dan demam. Pada pemeriksaan tanda vital, TD:
120/90 nadi: 90x/m, RR: 24x/m. Pemeriksaan fisik didapatkan
tonsil t1-t4, hiperemis dan edema, peritonsil hiperemis dan
edema, uvula ke arah kanan, faring tidak dapat di evaluasi.
Komplikasi apa yang paling sering terjadi?
A. Abses retrofaring
B. Abses quisy
C. Absel bukal
D. Abses parafaring
E. Abses submandibular
Pembahasan Soal
• Diagnosis pasien ini adalah abses peritonsil atau
disebut juga abses Quinsy karena terdapat gejala
tonsillitis (nyeri menelan, tonsil t1-t4, hiperemis dan
edema), disertai dengan gejala nyeri pada leher,
trismus (mulut tidak bisa terbuka ), demam, dan PF
didapatkan RR: 24x/m. Pemeriksaan fisik didapatkan
tonsil t1-t4, hiperemis dan edema, peritonsil hiperemis
dan edema, uvula ke arah kanan
• Secara epidemiologis, komplikasi tersering dari abses
peritonsil adalah abses parafaring
• Maka dipilih jawaban D. Abses parafaring
Abses Peritonsil/ Quinsy
Abses Peritonsilar
Tonsilitis yang tidak diobati dengan adekuat penyebaran infeksi pembentukan
pus di peritonsil
Therapy
Aspirasi jarum bila pus (-) selulitis antibiotik.
Bila pus (+) abses
Bila pus ada pada aspirasi jarum disedot sebanyak mungkin
Abses Peritonsil
• Abses peritonsil terjadi akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil.
• Biasanya unilateral
• Biasanya kuman penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsilitis.
• Selain gejala dan tanda tonsilitis akut, terdapat juga odinofagia (nyeri
menelan) yang hebat, biasanya pada sisi yang sama juga dan nyeri telinga
(otalgia), muntah (regurgitasi), mulut berbau (foetor ex ore), hipersalivasi,
suara sengau, dan (trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula
dengan nyeri tekan
• Pada stadium permulaan (stadium infiltrat), selain pembengkakan, tampak
permukaan hiperemis.
• Bila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak dan kekuningan. Tonsil
terdorong ke tengah, depan, dan bawah, uvula bengkak, dan terdorong ke
sisi kontralateral.
• Bila terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarnya menyebabkan
iritasi m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus.
Infiltrat Peritonsil Abses Peritonsil
Waktu (setelah tonsilitis akut) 1-3 hari 4-5 hari
Trismus Biasanya kurang/tidak ada Ada
• If acute surgical management of PTA is indicated, the following 3 options are available:
Needle aspiration
Incision and drainage
Quinsy tonsillectomy (eg, simultaneous tonsillectomy with open abscess drainage)
• Diagnosis
Riwayat penyakit, foto rontgen jaringan lunak AP
atau CT scan
• Terapi
Antibiotika dosis tinggi parenteral untuk aerob &
anaerob
Evakuasi abses (insisi dari luar dan intra oral)
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
303. Soal
Seorang anak bernama An. Callista Nathaniel Ayundra,
usia 8 tahun datang dengan keluhan penurunan
pendengaran telinga kanan sejak beberapa hari terakhir
ini. Riwayat OMA (-) dan riwayat keluar cairan dari telinga
sebelumnya (-). Pada pemeriksaan didapatkan adanya
cerumen. Hasil pemeriksaan garpu tala didapatkan rinne
(+) kanan, Weber lateralisasi ke kanan, swabach
memanjang. Apakah jenis ketulian yang dialami pasien?
A. Tuli Konduksi
B. Tuli Campuran
C. Tuli Sensorineural
D. Tuli akibat bising
E. Tuli kongenital
Pembahasan Soal
• Jenis ketulian yang dialami pasien adalah tuli konduktif
karena terdapat keluhan penurunan pendengaran
telinga kanan sejak beberapa hari terakhir ini, ada
cerumen dan hasil pemeriksaan garpu tala didapatkan
rinne (+) kanan, Weber lateralisasi ke kanan, swabach
memanjang.
• Tuli konduktif dibawah 30 dB, dapat memberikan hasil
Rinne (+)
• Tuli konduktif pada pasien ini kemungkinan karena
adanya serumen
• Tidak dipilih Tuli campuran karena Tuli campuran tidak
dapat didiagnosis dengan uji penala
• Maka jawaban yang tepat adalah A. Tuli konduktif
Uji Penala
• Cara Pemeriksaan :
– Tes Rinne penala digetarkan, tangkainya diletakkan pada prosesus
mastoid, setelah tidak terdengar penala diletakkan depan telinga
• Positif (+) bila masih terdengar
• Negatif (-) bila tidak terdengar
– Tes Weber penala digetarkan dan tangkai penala dilerakkan di garis
tengah kepala
– Tes Swabach penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada
prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi, lalu segera pindahkan
pada prosesus mastoid pemeriksa.
• Memendek bila pemeriksa masih mendengar
• Jika pemeriksa tidak mendengar maka penala digetarkan pada processus mastoid
pemeriksa lebih dulu. Sampai tidak terdengar bunyi, tangkai penala segera
dipindahkan pada proc mastoideus telinga pasien, bila pasien masih dapat
mendengar bunyi maka swabach pasien memanjang.
Tes Penala
Rinne Weber Schwabach
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
304. Soal
Pasien Tn. Rahmat Hidayat Akbar, 40 tahun, datang dengan keluhan
penurunan pendengaran terutama telinga kiri. Pasien merupakan
pekerja pabrik dan tidak pernah memakai APD karena tidak
disediakan. Pasien telah bekerja selama kurang lebih 10 tahun. Saat ini
pasien kesulitan mendengar, terutama pada suasana ramai. Bila
dilakukan pemeriksaan penala maka akan didapatkan hasil…
A. Rinne (-), Schawabach memanjang, Webber lateralisasi kiri
B. Rinne (-), Schawabach memendek, Webber lateralisasi kanan
C. Rinne (+), Schawabach memendek, Webber lateralisasi kanan
D. Rinne (+), Schawabach memanjang, Webber lateralisasi kanan
E. Rinne (+), Schawabach memendek, Webber lateralisasi kiri
Pembahasan Soal
• Diagnosis pasien adalah Tuli akibat Bising (NIHL)
karena terdapat keluhan penurunan pendengaran
terutama telinga kiri, pekerja pabrik yang tidak pernah
memakai APD, telah bekerja selama 10 tahun dan
terdapat cocktail party deafness (kesulitan mendengar,
terutama pada suasana ramai)
• NIHL termasuk dalam tuli sensorineural, maka hasil
penala yang benar adalah Rinne (+), Schawabach
memendek, Webber lateralisasi kananPilihan
Jawaban C
• Pilihan Ahasil pemeriksaan penala pada tuli
konduktif
Tuli akibat bising (NIHL = Noise
Induced Hearing Loss)
• Kerusakan bagian organ Corti : membran, stereosilia, sel rambut,
• Klinis:
– pendengaran terganggu biasanya bilateral
– Telinga berdenging
– Riwayat terpajan bising dalam jangka waktu lama
– Bising > 85 dB >8 jam perhari atau 40 jam perminggu
– Pada gangguan pendengaran cukup berat, sukar menangkap percakapan
– Uji Penala : R: +, W : tak ada lateralisasi, atau lateralisasi ke sisi yg lebih baik
(tuli sensorineural)
– Audiogram : tuli sensorineural, penurunan pada frek 3000- 6000Hz, terdapat
takik pd frek 4000Hz (“Kahart Notch”)
– Audiometri tutur : gangguan diskriminasi wicara
• Pencegahan NIHL Hearing Conversation Program:
– Pemeriksaan berkala audiometri tiap 6 bulan pada populasi berisiko
– Penggunaan hearing protection (ear plug, ear muff)
Audiogram
305. Soal
Wanita bernama Nn. Citra Kirana Aditya, berusia 20 tahun,
datang bersama pacarnya ke Poliklinik Cinta Putih dengan
keluhan nyeri telinga kanan sejak 4 hari. Pemeriksaan fisik
umum, tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan daerah
telinga didapatkan vesikel dengan dasar eritem multipel di
sekitar aurikula, terasa nyeri. Komplikasi tersering yang dapat
terjadi pada penyakit ini adalah…
A. Bells palsy
B. Post herpetic neuralgia
C. Encephalitis
D. Parese N VII
E. Trigeminal neuralgia
Pembahasan Soal
• Diagnosis pasien ini adalah Herpes zoster otikus
karena terdapat keluhan nyeri telinga kanan dan
ditemukan vesikel dengan dasar eritem multipel
di sekitar aurikula yang terasa nyeri.
• Komplikasi yang terjadi pada herpes zoster otikus
adalah sindrom Ramsay hunt, tapi tidak ada
dipilihan jawaban
• Pada sindrom Ramsay hunt, salah satu gejala
yang terjadi adalah parese N. VII, sehingga dipilih
jawaban D. Parese N. VII
• Pilihan B dan E komplikasi dari infeksi kulit
akibat virus herpes zoster
Herpes Zoster Otikus
• Etiologi
Reaktivasi infeksi virus
varicella zoster pada
telinga dalam, telinga
tengah atau telinga luar.
• Manifestasi klinis
Otalgia berat
Erupsi vesikular pada
kanalis eksternus dan
pinna
• Komplikasi
Ramsay Hunt syndrome
Ramsay Hunt Syndrome
• Definisi
Infeksi virus herpes terlokalisasi yg
melibatkan nervus VII dan ganglia
genikulatum sehingga menyebabkan
hilangnya pendengaran, vertigo dan
paralisis nervus fasialis.
• Manifestasi klinis
Adanya vesikel pada
Pinna
Canalis auditorius eksternus
Distribusi nervus fasialis
Paralisis wajah pd sisi yg terkena
Gejala auditori dpt berupa tinnitus, tuli, vertigo
dan nystagmus.
Ramsay Hunt Syndrome
Tatalaksana akut Tatalaksana Kronis
Acyclovir (800 mg PO five times Duloxetine and amitriptyline are
qd for 10 days), famciclovir (500 effective in postherpetic pain.
mg tid for 7 days), or Other agents for postherpetic
valacyclovir (1 g q8h for 7 days) pain include gabapentin and
may hasten pregabalin.
healing. Narcotic analgesics may
Use of prednisone (60 mg PO qd occasionally be necessary.
for 7 days or on a tapering
regimen, 40 mg PO for 2 days, 30
mg for 7 days, followed by
tapering course) is
recommended by some authors
but its use remains controversial.
Analgesics should be used as
indicated.
306. Soal
http://jamanetwork.com/journals/jamaotolaryngology/article-abstract/598930
Timpanosklerosis
• Timpanosklerosis merupakan scarring dan
penebalan dari membran timpani.
Timpanosklerosis juga dapat melibatkan tulang
telinga dan telinga tengah.
• Faktor risiko:
Otitis media berulang
Riwayat pembedahan membran timpani
Riwayat penggunaan tuba timpanostomi
Trauma inflamasi membrane timpaniscarring
• Diagnosis
Patch putih ireguler pada membran timpani
Audiometri tuli konduktif
• Tatalaksana
Hearing aid
Pembedahan untuk menghilangkan bagian yang
sklerotik
Pathogenesis
• Recurrent
inflammation of middle
ear causes irreversible
changes and
destruction of collagens
in tympanic membrane
• Hyaline degeneration
and calcification ensues
– Fusing into homogenous
mass
Clinical Presentation
• Conductive hearing loss • Treatment
• Occasional “fullness” – Hearing aids
sensation in the ear due – Surgery
to increased rigidity of • sound conduction can
often be restored only by
the membrane interposition of grafts
308. Soal
Pasien laki-laki, bernama Tn. Anton Wisnutama, berusia 35
tahun, diantar istrinya ke Puskesmas Muara Gembong dengan
keluhan nyeri pada telinga kiri. Keluhan ini disertai dengan
juga penurunan pendengaran. Pada pemeriksaan telinga kiri
didapatkan membran tympani hiperemis (+), tampak bulla
pada membrane tympani. Faktor penyebab dari keluhan ini
adalah…
A. Genetik
B. Virus
C. Jamur
D. Autoimun
E. Trauma
Pembahasan Soal
• Diagnosis pasien ini adalah Miringitis Bulosa
karena terdapat keluhan nyeri pada telinga kiri
disertai dengan penurunan pendengaran, dan
didapatkan membran tympani hiperemis (+),
dengan bulla pada membrane tympani
• Miringitis bullosa dapat disebabkan oleh
infeksi viru dan bakteri
• Maka jawaban yang tepat adalah B. Virus
Bullous myringitis
• Pathogenesis of Myringitis bullosa is very
poorly understood
– association with common cold
– Inflammation is thought to involve the lateral
surface of the tympanic membrane and the
medial portion of the canal wall
– Perhaps the bullae are the end result of a viral or
Mycoplasma invasion of the Tympanic membrane
Myringitis
• Myringitis, or inflammation of the TM, may be
accompanied by hearing impairment and a sensation
of congestion and earache.
– <3 weeks acute myringitis
– >3 weeks subacute myringitis
– >3 months chronic myringitis
http://emedicine.medscape.com/article/858558-overview#a5
Myringitis
Myringitis Description
Acute myringitis direct trauma to the TM through penetration by a
foreign body.
Primary myringitis caused by unsuccessful removal of a foreign body,
such as a live insect, or it may occur during self-
cleaning of the ear.
Acute bullous myringitis consequence of a bacterial infection such as
Streptococcus pneumoniae or a viral infection
such as influenza, herpes zoster, and others.
Acute hemorrhagic myringitis consequence of a bacterial or a viral infection.
Fungal myringitis fungal infection of the TM's epidermis.
Eczematous myringitis cases of dermal eczema of the TM's epidermis.
Myringitis granulosa TM is covered with granulation tissue.
Secondary myringitis Caused by acute otitis media or chronic otitis
media
http://emedicine.medscape.com/article/858558-overview#a5
Miringitis
309. Soal
Pasien anak bernama An. Wulandari Endang Basuki, usia 18
tahun datang ke poliklinik Sehat Ceria dengan keluhan hidung
tersumbat sudah sejak 1 tahun ini. Hidung tersumbat timbul
tanpa adanya demam, pilek dan batuk. Pasien mengatakan
hidungnya pernah terkena bola saat bermain. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan TTV dalam batas normal.
Kemungkinan yang menyebabkan keluhan pasien adalah…
A. Polip nasi
B. Rinitis alergi
C. Deviasi septum nasi
D. Rinitis presisten berat
E. Rinitis vasomotor
Pembahasan Soal
• Pasien ini mengalami keluhan hidung tersumbat
sudah sejak 1 tahun ini, tanpa adanya demam,
pilek dan batuk, riwayat trauma (hidung pernah
terkena bola saat bermain)
• Dari pilihan jawaban yang ada, keluhan pasien ini
kemungkinan disebabkan C. Deviasi septum nasi,
karena riwayat trauma sebelumnya
• Pilihan jawaban A, B, D, dan Etidak dipilih
karena tidak ada keluhan demam, batuk dan pilek
sebelumnya
309. SEPTAL DEVIATION
• Causes:
– Septal deformity can be
congenital or acquired,
– although it should be
recognized that a completely
straight septum is the
exception rather than the rule
• Symptoms:
– Deformity of nose
– Nasal obstruction, may be
apparent when lying to the
side
– No systemic symptoms if
uncomplicated
Ballenger’s Otorhinolaryngology
Causes
• Congenital • Acquired
– Development – Trauma, commonly
abnormality contact sports,
– Birth trauma playground games, or a
– Connective tissue traffic accident
disorders: Marfan, Ehler- – Adults/teenagers often
Danlos don’t remember the
incident
https://www.health.harvard.edu/a_to_z/deviated-septum-a-to-z
Diagnostic
• Physical
• X-ray
• CT-Scan
• Nasoendoscopy
Treatment
• Septoplasty or
submucous resection
have been described to
correct septal deviation
310. Soal
Pasien laki-laki, Tn. Muhammad Akbar Wijaya, 50 tahun
datang dengan keluhan perdarahan dari hidung 2 jam
yang lalu. Keluhan pasien ini disertai dengan riwayat
adanya hidung tersumbat dan berbau sebelumnya. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan adanya benjolan di leher.
Benjolan tidak terasa nyeri. Saat rinoskopi anterior
terlihat massa. Apakah penyebab kelainan pada pasien?
A. merokok
B. nitrosamin
C. infeksi
D. makanan pengawet
E. Alergi
Pembahasan Soal
• Diagnosis pasien ini adalah KNF karena terdapat keluhan
perdarahan dari hidung 2 jam yang lalu, disertai dengan
riwayat adanya hidung tersumbat dan berbau seblumnya
dan adanya benjolan yang tidak nyeri di leher
• Dari pilihan jawaban yang ada, penyebab KNF adalah infeksi
dari EBV
• Rokok merupakan salah satu factor risiko yang signifikan
untuk KNF, namun berkaitan dengan infeksi EBV
– Rokok dapat mereaktivasi EBV, sehingga dapat memicu
terjadinya KNF
• Nitrosamin dan makanan pengawet tidak menaikkan risiko
terjadinya KNF bila dikonsumsi saat dewasa
• Maka jawaban yang tepat adalah C. Infeksi
Karsinoma Nasofaring
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=9
Siapa Yang Dianggap Miskin dan Tidak
Mampu? (9 dari 14 harus dipenuhi)
• Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
• Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
• Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
• Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
• Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
• Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
• Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah
• Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
• Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
• Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
• Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
• Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh
bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
• Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
• Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/
non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
http://www.pasienbpjs.com/2016/04/cara-menjadi-peserta-bpjs-pbi.html
315.
Seorang wanita bernama Megumi Sawa, usia 28 tahun,
merasa malas membayar biaya bulanan JKN karena
pasien sudah memiliki asuransi pribadi dan mengatakan
bahwa membayar JKN cuma buang-buang uang untuk
pelayanan setengah jidat. Dalam kasus penunggakan
bayaran seperti ini, sampai kapan JKN seseorang
dikatakan tidak aktif karena masalah iuran?
A. 1 bulan
B. 2 bulan
C. 3 bulan
D. 4 bulan
E. 5 bulan
Analisis Soal
• Berdasarkan Permenkes 82 tahun 2018 dan
perpres no 82 tahun 2018 pasal 42, yang
berbunyi Dalam hal Peserta dan/ atau Pemberi
Kerja tidak membayar luran sampai dengan akhir
bulan berjalan maka penjaminan Peserta
diberhentikan sementara sejak tanggal 1 bulan
berikutnya.
• Jadi bila terdapat tunggakan iuran, bulan
berikutnya penjaminan bagi kepesertaan BPJS
dihentikan
• Jadi jawabannya adalah 1 bulan
Ringkasan Denda Iuran BPJS (Permenkes
82 thn 2018)
Ketentuan denda pelayanan atas keterlambatan pembayaran iuran JKN-KIS sebagai
berikut :
• Denda hal keterlambatan pembayaran Iuran JKN-KIS lebih dari 1 (satu) bulan sejak
tanggal 10, maka penjamin peserta diberhentikan sementara.
• Pemberhentian sementara penjaminan peserta berakhir dan kepesertaan kembali
aktif apabila:
– peserta membayar iuran tertunggak paling banyak untuk waktu 24 bulan.
– Membayar iuran pada bulan peserta ingin mengakhiri pemberhentian sementara
jaminan
• Dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan aktif kembali,
peserta JKNKIS wajib membayar denda kepada BPJS Kesehatan untuk setiap
pelayanan kesehatan rawat inap.
• Denda sebagaimana yang dimaksud adalah sebesar 2,5 % (dua koma lima persen)
dari setiap biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak, dengan
ketentuan :
– Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan.
– Besar denda paling tinggi Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).
• Pelunasan denda harus dilakukan dalam 3x24 jam sejak masuk rawat inap atau
sebelum pasien pulang.
Perpres no 82 tahun 2018 Pasal 42:
Tunggakan dan Denda
• Pada Perpres no 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan pasal
42 ayat (1-6) menyatakan:
1. Dalam hal Peserta dan/ atau Pemberi Kerja tidak membayar luran
sampai dengan akhir bulan berjalan maka penjaminan Peserta
diberhentikan sementara sejak tanggal 1 bulan berikutnya.
2. Dalam hal pemberi kerja belum melunasi tunggakan iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) kepada BPJS Kesehatan,
Pemberi Kerja wajib bertanggung jawab pada saat Pekerjanya
membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai dengan Manfaat yang
diberikan.
3. Pemberhentian sementara penjaminan Peserta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berakhir dan status kepesertaan aktif
kembali, apabila Peserta:
• telah membayar Iuran bulan tertunggak, paling banyak untuk waktu 24 bulan;
dan
• membayar Iuran pada bulan saat Peserta ingin mengakhiri pemberhentian
sementara Jaminan.
Perpres no 82 tahun 2018 Pasal 42
Tunggakan dan Denda
4. Pembayaran iuran tertunggak bisa dibayarkan oleh peserta atau
pihak lain atas nama peserta
5. Dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan
aktif kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Peserta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar denda kepada
BPJS Kesehatan untuk setiap pelayanan kesehatan rawat inap tingkat
lanjutan yang diperolehnya.
6. Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yaitu sebesar 2,5% (dua
koma lima persen) dari perkiraan biaya paket Indonesian Case Based
Groups berdasarkan diagnosa dan prosedur awal untu k setiap bulan
tertunggak dengan ketentuan:
– Jumlah bulan tertunggak paling banyaK 12 (dua belas) bulan; dan
– besar denda paling tinggi Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
316.
Nyonya Yua Aida, usia 28 tahun mengeluh batuk-batuk kering
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien bekerja di pabrik benang
sejak 3 tahun yang lalu. Tiga bulan yang lalu pasien
dipindahtugaskan ke bagian pewarnaan benang, selain
pasien, teman kerja pasien dari bagian baru juga mengalami
keluhan serupa dengan pasien. Pasien memiliki BPJS
ketenagakerjaan. Jenis BPJS apa yang akan digunakan pada
kasus pasien?
A. BPJS kesehatan
B. BPJS ketenagakerjaan
C. BPJS pensiun
D. BPJS hari tua
E. BPJS kecelakaan kerja
Analisis soal
• Pada soal ini pasien batuk-batuk setelah
dipindah kerja di pabrik benang. Selain pasien
juga ada rekan kerja yang mengalami keluhan
serupa, sehingga kemungkinan kasus ini
adalah penyakit akibat kerja
• Pada kasus penyakit akibat kerja yang
menanggung adalah BPJS ketenagakerjaan.
• BPJS ketenagakerjaan menanggung kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
BPJS Ketenagakerjaan
Program BPJS Ketenagakerjaan antara lain:
• Jaminan Kecelakaan Kerja
– kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan pergi ke dan pulang dari
tempat kerja, serta perjalanan dinas
• Jaminan Kematian
– Uang tunai yang diberikan pada ahli waris ketika peserta meninggal
dunia bukan akibat kecelakaan kerja
• Jaminan Hari Tua
– Uang tunai akumulasi iuran+hasil pengembangan yang dibayarkan
pada saat peserta mencapai usia 56 tahun, meninggal dunia, atau
cacat total tetap
• Jaminan Pensiun
– Uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta yang telah
memenuhi iuran minimun 15 tahun (180 bulan)
JAMINAN BPJS KETENAGAKERJAAN
Jaminan Kecelakaan Kerja
• Perlindungan atas risiko-risiko kecelakaan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
pergi ke dan pulang dari tempat kerja, serta perjalanan
dinas.
• Yang diberikan:
– Perawatan tanpa batas biaya sesuia kebutuhan medis.
– Santunan upah selama tidak bekerja (6 bulan pertama
100%, 6 bulan kedua 75%, seterusnya hingga sembuh 50%)
– Santunan kematian sebesar 48x upah yang dilaporkan oleh
perusahaan atau peserta
– Beasiswa pendidikan 1 anak bagi peserta meninggal
dunia/cacat total akibat kecelakaan kerja sebesar
Rp12.000.000,00
PENYAKIT AKIBAT KERJA
• Jika diduga Kasus KK-PAK (kecelakaan kerja/ penyakit akibat kerja),
maka penjamin awal adalah BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan
tidak menerbitkan SEP (surat eligibilitas peserta).
Frequently Ask Question (Faq) Kerjasama Pelayanan BPJS Kesehatan Dan BPJS Ketenagakerjaan
317.
Nona Tsukasa Aoi, usia 58 tahun datang ke klinik dengan
keluhan keputihan dan perdarahan dari jalan lahir. Setelah
diperiksa, dokter kllinik mendiagnosa pasien dengan kanker
serviks dan harus dirujuk ke dokter spesialis. Dokter tersebut
lalu membuat surat rujukan.
Tindakan dokter tersebut termasuk penatalaksanaan apa
dalam prinsip kedokteran keluarga?
A. Komprehensif
B. Kontinu
C. Kolaboratif
D. Terpadu
E. Holistik
Analisis
• Dalam soal dikatakan dokter merujuk pasien ke dokter
spesialis untuk menangani pasien, dalam hal ini berarti
dokter meminta bantuan elemen lain untuk menangani
pasien, dalam hal ini adalah dokter spesialis, yang
berarti termasuk prinsip terpadu
• Kontinu berarti ada tindak lanjut seperti follow up,
holistic berarti juga memperhatikan aspek bio psiko
social dan komprehensif berbasis pada pencegahan
• Tidak ada prinsip kolaboratif dalam kedokteran
keluarga, hal ini termasuk dalam prinsip terpadu
PRINSIP PELAYANAN KEDOKTERAN
KELUARGA
• Holistik
• Komprehensif
• Terpadu
• Berkesinambungan
TERPADU / TERINTEGRASI
• Memakai seluruh ilmu kedokteran yang telah
di dapat bekerja sama dengan pasien,
keluarga, dokter spesialis atau tenaga
kesehatan lain
318.
Nyonya Aoi Takizawa, 27 tahun berobat ke Puskesmas untuk
keluhan mastitis semenjak menyusui anaknya yang pertama
dalam satu bulan terakhir ini. Setelah konsultasi dan
pengambilan obat, pasien pulang tanpa membayar biaya
pengobatan karena memiliki JKN.
Pasien tidak perlu membayar karena pembiayaan tersebut
termasuk dalam proses pembiayaan secara?
A. Kapitasi
B. Out of pocket
C. INA CBG's
D. Reinbursement
E. Fee for service
Analisis Soal
• Pada proses pembiayaan JKN di layanan primer
dilakukan secara kapitasi, dengan biaya per bulan
dibayarkan sesuai dengan jumlah penduduk yang
ditanggung BPJS di wilayah cakupan fasyankes tersebut
• Out of pocket dan fee for service bila pasien membayar
sesuai layanan yang diterima
• INA-CBGs merupakan pembayaran sesuai dengan paket
harga per penyakit sesuai kode ICD-10 di layanan
kesehatan sekunder
• Reinbursement merupakan pembayaran penggantian
biaya yang dikeluarkan pasien, contohnya penggantian
biaya oleh asuransi
Sistem Pembayaran BPJS Kesehatan
• Mekanisme pembayaran BPJS kesehatan
untuk faskes primer (puskesmas, klinik
pratama, dokter praktek perorangan) adalah
kapitasi dan non kapitasi untuk kasus tertentu.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN
KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Tarif Kapitasi
• Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a diberlakukan pada FKTP yang melakukan
pelayanan:
a. administrasi pelayanan;
b. promotif dan preventif;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif;
e. obat dan bahan medis habis pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium
tingkat pratama.
Tarif Non Kapitasi
• Tarif Non Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan kesehatan di
luar lingkup pembayaran kapitasi, yang meliputi:
a. pelayanan ambulans
b. pelayanan obat program rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik;
d. pelayanan penapisan (screening) kesehatan tertentu termasuk
pelayanan terapi krio untuk kanker leher rahim;
e. rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi medis;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh
bidan atau dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya; dan
g. pelayanan Keluarga Berencana di FKTP
Penyakit yang Termasuk dalam
Program Rujuk Balik
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/4238e7d5f66ccef4ccd89883c46fcebc.pdf
Pembayaran BPJS di Faskes Sekunder
& Tersier (Rumah Sakit)
• Indonesian-Case Based Groups (INA-CBGs): besaran
pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan
yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis
penyakit dan prosedur.
• Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima
upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar
– Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
– Sebesar Rp. 51.000,- (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
– Sebesar Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
320.
Dokter muda Megumi Haruka, 22 tahun mendadak jatuh sakit
menjelang UKMPPD karena menderita goodpasture syndrome, keluhan
ini sudah muncul lama namun pasien terus memaksa kuliah dan jaga
hingga akhirnya tidak kuat karena Hemoglobinnya terus turun.
Temannya yang juga sesame koas memfoto lalu menshare tentang
penyakit temannya itu ke grup angkatan. Namun dokter Megumi
tidak setuju atas perbuatan tersebut.
Asas apakah yang dilanggar oleh teman dokter tersebut?
A. Justice
B. Otonomi
C. Beneficence
D. Non maleficence
E. Prima Facie
Analisis soal
• Pada kasus ini yang dilanggar adalah hak pasien
agar orang lain tidak mengetahui penyakit yang
diderita dirinya, hal ini sesuai dengan kaidah
bioetik Otonomi.
• Prima Facie adalah keputusan pengambilan
kaidah bioetik yang terbaik apabila terdapat
dilemma dari 2 kaidah bioetik yang saling
bertentangan, contohnya pemberian Lovenox
pada kasus DVT tapi pasien tidak mau karena
Lovenox terbuat dari serum babi
321.
Nyona Akiko Takizawa, memiliki seorang bayi premature, usia gestasi 30 minggu
yang sudah dirawat selama 10 hari, kejang terus – menerus dan depresi nafas
menggunakan ventilator karena didiagnosis encephalitis. Anak pasien dirawat
dengan tanggungan BPJS. Tiba-tiba ada konsul dari IGD bahwa ada bayi dengan
pneumonia dan gagal nafas dan membutuhkan ventilator juga sedangkan disana
masih dipakai untuk bayi tersebut dan tidak ada yang lain. Orang tua dengan bayi
pneumonia tersebut meminta penanganan yang terbaik dan bersedia membayar
secara umum bahkan lebih untuk anaknya.
Anda sebagai dokter PICU diminta mengambil keputusan. Tindakan anda sebagai
dokter adalah…
A. Mengatakan kepada nyona Akiko bahwa ada pasien yang lebih
membutuhkan ventilator sehingga anaknya harus dirujuk, karena gagal nafas
lebih berat daripada ensefalitis.
B. Mengatakan bahwa ICU tidak ada ventilator dan meminta pasien dirujuk
C. Mengutamakan pasien di IGD dan merujuk bayi nyonya Akiko ke RSUD
karena tanggungan umum jauh lebih untung dari BPJS, dan BPJS biasa selalu
ngaret
D. Mengutamakan pasien di IGD dan merujuk bayi nyonya Akiko ke RSUD
karena anda bisa dapat uang tambahan dari keluarga pasien
E. Mengatakan bahwa ICU tidak ada ventilator karena pasien BPJS lebih berarti
daripada pasien umum karena sesuai kaidah moral Justice
Analisis soal
• Sesuai dengan kaidah bioetik Justice, artinya
semua pasien sama dan harus ditangani sesuai
dengan urutan, tidak memandang status, jumlah
uang ataupun jaminan penanggung pasien, oleh
karena itu pilihan E salah, jadi pilihan paling
tepat adalah B.
• Gagal nafas dan depresi nafas karena ensefalitis
tidak dapat dibandingkan mana yang lebih
darurat, jika 2-2nya membutuhkan ventilator
maka pasien ditangani sesuai urutan kedatangan,
maka pilihan A,C dan D salah
320-321 KAIDAH DASAR MORAL
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Beneficence (Berbuat baik)
• General beneficence
– Melindungi dan mempertahankan hak, mencegah terjadinya kerugian
– Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
• Specific beneficence
– Menolong orang cacat, menyelamatkan dari bahaya, mengutamakan kepentingan pasien
– Memandang pasien/ keluarga/ sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter/ rumah
sakit/ pihak lain
– Maksimalisasi akibat baik
– Menjamin nilai pokok: “apa saja yang ada, pantas kita bersikap baik terhadapnya” (apalagi ada
yang hidup)
• Prinsip tindakan
– Berbuat baik kepada siapa pun, termasuk yang tidak kita kenal
– Pengorbanan diri demi melindungi dan menyelamatkan pasien
– “janji” atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpecaya
• Contoh tindakan
– Dokter bersikap profesional, bersikap jujur, dan luhur pribadi (integrity); menghormati pasien,
peduli pada kesejahteraan pasien, kasih sayang, dedikatif mempertahankan kompetensi
pengetahuan dan keterampilan teknisnya
– Memilih keputusan terbaik pada pasien yang tidak otonom (kurang mampu memutuskan
bagi dirinya), misalnya anak, pasien dengan gangguan jiwa, pasien dalam kondisi gawat
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Non-Maleficence
• Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien: tidak boleh
berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien; minimalisasi
akibat buruk
• Primum non nocere: First do no harm
• Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:
– Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang
penting dan dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
– Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
– Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal)
– Norma tunggal, isinya larangan
• Contoh tindakan:
– Tidak melakukan malpraktik etik, baik sengaja atau tidak; seperti dokter tidak
mempertahankan kemampuan ekspertisnya atau menganggap pasien sebagai
komoditi
– Menghentikan pengobatan yang sia-sia atau pengobatan luar biasa, yaitu
pengobatan yang tidak biasa diperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran
amat banyak, nyeri berlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya
– Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia,
sengaja malpraktik etis
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Autonomy
Autonomy
• Pandangan Kant
– Otonomi kehendak = otonomi moral, yaitu kebesan
bertindak, memutuskan atau memilih dan menentukan diri
sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang
ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan, atau campur
tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam
berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia
• Tell the truth
– Hormatilah hak privasi orang lain, lindungi formasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien;
bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
Justice
• Justice (Keadilan)
• Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness), yaitu:
– Memberi sumbangan dan menuntut pengorbanan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur
dari kebutuhan dan kemampuan pasien
• Jenis keadilan:
– Komparatif (perbandingan antarkebutuhan penerima)
– Distributif (membagi sumber): sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani ;
secara material kepada:
• Setiap orang andil yang sama
• Setiap orang sesuai kebutuhannya
• Setiap orang sesuai upayanya
• Setiap orang sesuai jasanya
– Sosial: kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama
• Utilitarian: memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi sosial dan
memaksimalkan nikmat/ keuntungan bagi pasien
• Libertarian: menekankan hak kemerdekaan sosial-ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil
substansif atau materiil)
• Komunitarian: mementingkan tradisi komunitas tertentu
• Egalitarian: kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu
rasional (sering menerapkan kriteria material kebutuhan bersama)
– Hukum (umum)
• Tukar-menukar: kebajikan memberkan atau mengembalikan hak-hak kepada yang berhak
• Pembagian sesuai denan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai
kesejahteraan umum
Kaidah Dasar Moral dan Turunannya
Core biomedical moral principles Core behavioral norms
Autonomy: the norms of respecting and Veracity: to provide accurate, timely, objective, and
supporting individual autonomous comprehensive transmission of information, ensure
decisions patient’s understanding
Privacy: to respect the right that individuals and
families have to keep personal information,
decisions, spaces, activities, and relationships under
their own control
Confidentiality: to prevent the re-disclosure of
private information to anyone else without patient’s
authorization
Beneficence: prioritize relieving, Fidelity: obligation of a professional to faithfully
lessening, or preventing harm, actions carry out an activity that benefits the patient, abstain
that provide benefits to others from an activity that would/could cause harm
Non maleficence: avoiding actions that
would cause harm to others
Justice: fair distribution of benefits, -
risks, and costs among patients
Prinsip Prima Facie
• Dalam menghadapi pasien, sering kali dokter
diperhadapkan pada dilema etis, di mana terjadi
“tabrakan” antar kaidah dasar moral pada kasus tersebut.
Medical
Error
PREVENTABLE
• Kesalahan nakes
Pasien cedera ADVERSE MALPRAKTIK
• Dapat dicegah
• Karena berbuat (commission) EVENT
• Karena tdk berbuat
(ommision)
Acceptable
Risk
• Duty of care
– Dokter telah menyatakan kesediaan untuk merawat pasien
tersebut. Harus ditinjau juga legalitas dari semua pihak (dokter,
pasien, RS).
• Breach of duty
– Ada kegagalan atau kelalaian dokter dalam memenuhi
kewajibannya dalam merawat atau mengobati pasien.
• Injury
– Ada kerusakan atau kerugian materi dan imateriil yang timbul
dari kelalaian tersebut, misalnya biaya, hilangnya kesempatan
mendapat penghasilan.
• Proximated cause
– Ada hubungan langsung atau sebab akibat yang jelas antara
tindakan dokter dengan kerugian yang dialami pasien.
Sanksi Pidana dalam UU No.29 Th 2004 Tentang
Praktik Kedokteran
• Pasal 75 Praktik tanpa STR
• Pasal 76 praktik tanpa SIP
• Pasal 77 menggunakan gelar seolah-olah
dr/drg yang memiliki STR
• Pasal 79 tidak memasang papan praktik,
tidak membuat rekam medik, tidak sesuai
standar profesi (rasional,merujuk,dll)
• Pasal 80 mempekerjakan dr/drg tanpa STR
& SIP
323.
Dokter Kumitsu Yamada, 40 tahun, seorang dokter anestesi, bangun
tidur dengan sakit tenggorokan, badan meriang, setelah melihat
cermin, dokter tersebut yakin dia menderita tonsillitis gara-gara
kemarin habis pesta barbeque kebanyakan makan chicken karaage.
Sayangnya dokter tersebut ada 3 operasi kecil hari itu. Dokter tetap
melakukan op karena sayang jasa medisnya lumayan. Sayangnya
karena tidak konsentrasi karena sakit, pada op ke 3 hampir salah
memasukkan obat, harusnya midazolam jadi morfin.
Pelanggaran yang jelas dilanggar dokter adalah…
A. Etik
B. Disiplin
C. Pidana
D. Perdata
E. Tata Negara
Analisis Soal
• Sesuai kodeki pasal 20 seorang dokter harus
memelihara kesehatannya supaya bekerja dengan baik,
dokter pada kasus tersebut kebanyakan makan gorengan
sehingga sakit tidak bisa berkonsentrasi bekerja
sehingga melanggar etik
• Jika salah memasukkan obat berarti pelanggaran disiplin
kedokteran, akan tetapi kasus ini termasuk kejadian
nyaris cedera karena obat belum dimasukkan, sehingga
tidak masuk pelanggaran disiplin.
• Pelanggaran disiplin adalah segala tindakan yang tidak
sesuai dengan SOP, baik itu menimbulkan cedera pada
pasien atau tidak.
PELANGGARAN DALAM PELAYANAN
KEDOKTERAN
• Pelanggaran dapat berupa:
– Pelanggaran etik
– Pelanggaran disiplin
– Pelanggaran hukum (pidana dan perdata)
Pelanggaran Etik
• Dasar: Kode Etik Dokter Indonesia (KODEKI), yang berisi kewajiban
umum, kewajiban terhadap pasien, dan kewajiban terhadap teman
sejawat.
PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN, IDI, 2008
Intisari KODEKI
KEWAJIBAN UMUM KEWAJIBAN THD PASIEN KEWAJIBAN THD DIRI SENDIRI & TS
menjunjung tinggi, menghayati dan ..wajib merujuk jika tidak setiap dokter harus memelihara
mengamalkan sumpah dokter (pasal mampu, atas persetujuan kesehatannya supaya dapat
1) pasien(pasal 14) bekerja dengan baik (pasal 20)
Seorang dokter wajib selalu setiap dokter wajib merahasiakan setiap dokter harus senantiasa
melakukan pengambilan keputusan segala sesuatu yang diketahuinya mengikuti perkembangan ilmu
profesional secara independen, dan tentang seorang pasien , bahkan pengetahuan dan teknologi
mempertahankan perilaku juga setelah pasien itu meninggal kedokteran/kesehatan (psl 21)
profesional dalam ukuran yang dunia (pasal 16)
tertinggi. (pasal 2) setiap dokter memperlakukan
setiap dokter wajib melakukan teman sejawat nya sebagaimana
dalam melakukan pekerjaannya pertolongan darurat sbg suatu ia sendiri ingin diperlakukan
seorang dokter tidak boleh tugas perikemanusiaan, kecuali (pasal 18)
dipengaruhi oleh sesuatu yang bila ia yakin ada orang lain
mengakibatkan hilangnya bersedia dan mampu
kebebasan & kemandirian profesi memberikannya (pasal 17)
(pasal 3)
Secondary attack rate jumlah penderita baru suatu Jumlah penderita baru pd serangan
penyakit yang terjangkit pada kedua/ (jumlah populasi berisiko-
serangan kedua dibandingkan jumlah orang yang terkena
dengan jumlah penduduk serangan pertama)
dikurangi orang/penduduk yang
pernah terkena penyakit pada
serangan pertama.
Incidence density rate jumlah penderita baru suatu Jumlah kasus baru/ jumlah populasi
(or person-time rate) penyakit yang ditemukan pada berisiko di awal periode (dalam
suatu jangka waktu tertentu satuan orang-waktu)
(dalam satuan orang-waktu)
Ukuran Morbiditas Penyakit (2)
Definisi Rumus
Point prevalence Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
waktu tertentu, misalnya jumlah dan kasus baru)/ jumlah populasi
seluruh kasus hipertensi per berisiko pada satu waktu yang
tanggal 1 April 2017. spesifik (tanggal tertentu atau jam
tertentu).
Period prevalence Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
periode tertentu, misalnya jumlah dan kasus baru)/ jumlah populasi
seluruh kasus hipertensi dari berisiko pada satu periode
Januari-Desember 2016. tertentu.
Case fatality rate persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu,
untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
Rumus: jumlah kematian/jumlah seluruh kasus x 100%.
Angka kematian ibu jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas
(sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup.
Rumus: jumlah kematian ibu/jumlah kelahiran hidup x 100.000
Angka kematian bayi jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran
hidup. Rumus: jumlah kematian bayi/jumlah kelahiran hidup x
1000
325.
Baru-baru ini angka kejadian Ca Cervix terus meningkat dan
membuat dana yang dikeluarkan BPJS semakin banyak. Untuk
menanggulangi hal tersebut, pemerintah mencanangkan
program utama bagi perempuan usia produktif untuk
melakukan screening untuk Ca serviks sedini mungkin.
Dalam prinsip pencegahan, program tersebut termasuk
dalam?
A. Early diagnosis and prompt treatment
B. Healthy promotion
C. Specific protection
D. Rehabilitation
E. Disability limitation
Analisis Soal
• Prinsip deteksi dini kanker serviks termasuk ke
dalam prinsip early diagnosis, untuk
penanganan lebih awal untuk mencegah
komplikasi, jadi jawabannya adalah early
diagnosis and prompt treatment
• Health promotion -> Pamflet, penyuluhan
• Specific Protection -> vaksinasi
• Disability limitation -> Kontrol DM/HT
• Rehabilitation -> Rehabilitasi pasca stroke, etc
FIVE LEVEL OF PREVENTION
• Dilakukan pada orang sehat
Health promotion • Promosi kesehatan
• Contoh: penyuluhan
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4311333/
Pencegahan Primer-Sekunder-Tersier
326.
Diketahui terdapat outbreak SARS di Hongkong pada bulan Maret 2003. Dari hasil
rekapan kasus antara semua rumah sakit di Hongkong selama 4 bulan terakhir
didapatkan grafik di bawah ini:
Contoh:
Insidens hepatitis A di
Penssylvania yang terjadi
akibat sayuran yang
mengandung virus hepatitis
A yang dikonsumsi
pengunjung restoran pada
tanggal 6 November.
Continuous Common Source Epidemic
• Terjadi bila paparan terjadi pada jangka waktu yang
panjang sehingga insidens kasus baru terjadi terus
menerus berminggu-minggu atau lebih panjang.
Contoh:
Paparan air yang mengandung
bakteri terjadi terus menerus,
sehingga insidens diare terjadi
berminggu-minggu.
Intermittent Common Source Epidemic
• bila paparan terjadi pada jangka waktu yang
panjang tetapi insidens kasus baru terjadi
hilang timbul.
Propagated/ Progressive Epidemic
• Penularan dari satu orang ke orang lain
• Pada penyakit yang penularannya melalui kontak atau melalui
vehikulum.
• Propagated/progressive pandemic propagated epidemic yang
terjadi lintas negara.
Contoh:
Kasus campak yang satu ke
kasus campak yang lain
berjarak 11 hari (1 masa
inkubasi).
Mixed Epidemic
• Gabungan antara common source epidemic
dan propagated epidemic.
Contoh:
Kasus shigellosis di sebuah festival
musik. Awalnya terjadi penularan
serempak saat festival berlangsung.
Sehingga beberapa hari setelah
festival, kejadian shigellosis meningkat
sangat tinggi (common source
epidemic). Namun satu minggu
kemudian, muncul lagi kasus
shigellosis karena penularan dari satu
orang ke orang lain (propagated
epidemic).
327.
Seorang anak 14 tahun bernama Hitomi Tanaka dibawa ibunya ke klinik
dokter karna 2 bulan tidak menstruasi dan ibunya merasa anaknya
menderita amenorea sekunder. Setelah anamnesis, Anak mengaku
dibawa sama pacarnya 2 bulan lalu ke kosan dan sempat ada riwayat
berhubungan seksual. Sang ibu tidak terima akan hal tersebut dan
meminta agar kandungan anaknya digugurkan.
Supaya dokter tersebut tidak terkena pasal 349 KUHP, maka dokter
tersebut harus?
A. Merujuk untuk aborsi ke RS yang memiliki tim aborsi
B. Menunjukkan tempat untuk melakukan aborsi, karena tidak
dicover BPJS
C. Memberi terapi hormon
D. Memberi edukasi kehamilan
E. Melakukan aborsi karena pasien belum layak hamil
Analisis Soal
• Pasal 349 berbunyi jika seorang dokter, bidan atau juru
obat membantu melakukan kejahatan abortus, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal 346, 347 dan 348 itu
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
• Abortus yang diperbolehkan hanya bila kehamilan
mengancam nyawa ibu atau janin telah mati dalam
kandungan atau sang ibu merupakan korban perkosaan.
• Jadi sebagai dokter umum kita sudah mengetahui kasus
pada pasien ini tidak layak aborsi jadi tidak perlu
diteruskan ke tim kelayakan aborsipilihan A tidak tepat
• Jadi tindakan yang dapat dilakukan dokter adalah
memberi D. edukasi kehamilan, karena tidak ada
indikasi aborsi pada pasien ini
ABORTUS PROVOKATUS
• Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi
dalam:
– Abortus spontan
– Abortus provokatus, yang terbagi lagi ke dalam:
Abortus provokatus terapeutikus & Abortus
provokatus kriminalis
• Bias pengamat
– Distorsi konsisten (baik disadari ataupun tidak) yang
dilakukan peneliti dalam menilai atau melaporkan
hasil pengukuran.
• Bias subjek
– Distorsi konsisten subjek penelitian; karena merasa
sedang menjadi subjek penelitian maka subjek
cenderung bekerja lebih baik dan lebih serius (efek
Hawthorne)
– Recall bias termasuk dalam bias subjek; misalnya
pasien kanker payudara lebih bersungguh-sungguh
mengingat durasi konsumsi pil KB dibanding pasien
kontrol.
• Bias instrumen
– Kesalahan sistematik akibat tidak akuratnya alat ukur.
Bias pengukuran pada penelitian klinis
• Bias prosedur
– Terjadi bila pengukuran, prosedur, terapi, dll dilakukan pada kelompok
yang dibandingkan tidak sama. Misalnya pasien dengan hipertensi
lebih sering diukur tekanan darahnya.
• Recall bias
– Terutama pada studi case control, terjaddi karena kurang
akurat/optimalnya ingatan tentang pajanan faktor risiko.
• Bias akibat pengukuran yang kurang sensitif
– Terjadi akibat alat ukur yang digunakan kurang sensitif.
• Bias deteksi
– Terjadi akibat perubahan kemampuan suatu alat ukur untuk
mendeteksi penyakit.
– Karena lebih sensitif, penyakit terdeteksi lebih dini, sehingga seakan-
akan tingkat survival-nya lebih tinggi pula.
• Bias ketaatan (compliance bias)
– Terjadi karena perbedaan ketaatan mengikuti prosedur antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya.
329.
Seorang dokter datang ke sebuah daerah yang penghuninya sangat
padat dimana para penduduk di daerah tersebut melakukan mandi
cuci dan kakus di satu sungai yang sama. Dokter tersebut khawatir
akan kesehatan para penduduk tersebut sehingga berusaha
mencanangkan untuk membuat jamban tempat penampungan kepada
kepala desa agar penduduknya terhindar dari penyakit.
Apakah jenis jamban yang dapat dipilih pada lingkungan padat
penghuni?
A. Aqua Privy
B. Pit privy
C. Water seal latrine
D. Bored hole latrine
E. Trench latrine
Analisis Soal
• Pada soal ini dikatakan area padat penghuni dengan kata lain
kemungkinan tidak ada area kosong sehingga sulit untuk
memenuhi kriteria rumah sehat bahwa jarak septic tank dari
sumber air harus paling tidak 10 meter
• Jarak ini untuk mencegah agar tidak terjadi penyerapan material
feses melalui air ke dalam tanah dan bercampur ke sumber air,
sehingga pilihan pit latrine atau trench latrine tidak dapat dipilih
karena perlu jarak dari septic tank jamban tersebut ke sumber air
• Agar tidak bercampur dengan sumber air, maka perlu dibuat
dinding khusus untuk septic tank, dapat menggunakan aqua privy
atau water seal latrine, akan tetapi, water seal latrine lebih dipilih
karena satu septic tank dapat digunakan untuk beberapa
keluarga sekaligus pada area padat penduduk.
• Bored hole latrine dipakai bila ingin membuat jamban secara
cepat dan hanya bisa digunakan oleh 1-2 individu
Aqua Privy
• Aqua privy adalah septic tank
kecil tepat dibawah area
jongkok dengan drop pipe
terletak di bawah air yang
merupakan water seal
• Water seal mencegah
pengeluaran bau dan toxin oleh
feses ke tanah, akan tetapi sulit
untuk dibuat karena harus
membuat tangki khusus agar air
tidak terserap ke tanah
• Kapasitas: Untuk keluarga
dengan 7 pengguna
• Kapasitas: 0,6-0,8 m³
• Waktu untuk pengurasan ulang
jamban: sekitar 6 bulan
https://akvopedia.org/wiki/Aqua_privy
Pit Privy/ Pit Latrine
• Pit privy atau dikenal juga dengan
pit latrine adalah sebuah toilet
kering, dimana feses yang masuk
langsung ditimbun ke dalam
tanah
• Air yang digunakan untuk flush
atau untuk membersihkan akan
diserap ke tanah, sehingga perlu
diberi jarak ke sumber air
terdekat
• Pit latrine banyak dipakai di area
rural terutama negara
berkembang, karena mudah
dibuat dan tidak perlu
perawatan
• Kapasitas tergantung seberapa
dalam dari pit privy tersebut
https://akvopedia.org/wiki/Pit_privy
Water Seal
Latrine
• Water seal latrine
adalah tipe jamban yang
paling banyak
digunakan di
perumahan modern
• Feses akan terdorong ke
pit saat diguyur dan
didorong dengan air
atau istilahnya di flush
• Water seal latrine
merupakan modifikasi
dari aqua privy
https://sswm.info/content/water_seal_latrine
Borehole Latrine
• Borehole latrine
adalah jamban
darurat yang dapat
dibuat dengan cepat
bila dibutuhkan
segera di daerah rural
• Borehole memiliki
kedalaman 5-10
meter dikombinasikan
dengan toilet slab di
atasnya
https://sswm.info/content/borehole-latrine
Trench Latrine
• Trench latrine
adalah pit latrine
yang dibagi
menjadi beberapa
kelompok toilet.
• Trench latrine
dibuat untuk
menjadi area BAB
terbuka terutama
di area rural.
https://sswm.info/content/trench-latrine
330.
Tuan Mori Takeda, 52 tahun merupakan seorang pekerja
pabrik. Selama pasien bekerja di pabrik, pasien selalu
mendengarkan suara berkekuatan sekitar 90db. Oleh dokter
setelah tes dengan garputala dengan beragam frekuensi,
pasien dikatakan mengalami noise induced hearing loss.
Apa yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis
bahwa ini adalah penyakit akibat kerja?
A. Menentukan faktor dari pasien sendiri selama bekerja
B. Melakukan proteksi dengan ear plug
C. Menganamnesis manager perusahaan
D. Menyuruh pasien mengganti tempat kerja untuk melihat
apakah keluhannya berkurang
E. Meminta pasien untuk melakukan tes audiometri
Analisis Soal
• Sesuai dengan 7 langkah
menentukan penyakit
akibat kerja, yang
termasuk dari langkah
tersebut adalah A.
menentukan factor
individu selama bekerja
• Pilihan E tidak dipilih
karena sudah ditegakkan
diagnosis klinis, tes
audiometri tidak
membedakan apakah NIHL
disebabkan karena
pekerjaan atau tidak
PENYAKIT AKIBAT KERJA vs PENYAKIT
BERHUBUNGAN DENGAN KERJA
Penyakit akibat kerja (occupational Penyakit yang berhubungan dengan
disease) pekerjaan (work related disease)
• Penyakit yang mempunyai penyebab • Penyakit yang mempunyai beberapa
yang spesifik atau asosiasi yang kuat agen penyebab, dimana faktor pada
dengan pekerjaan/ lingkungan kerja, pekerjaan memegang peranan barsama
yang pada umumnya terdiri dari satu dengan faktor risiko lainnya dalam
agen penyebab yang sudah diakui (ILO) berkembangnya penyakit yang
• Berkaitan dengan faktor penyebab mempunyai etiologi yang kompleks.
spesifik dalam pekerjaan, sepenuhnya • Penyakit dapat diperberat, dipercepat
dipastikan dan faktor tersebut dapat atau kambuh oleh pemaparan di tempat
diidentifikasi, diukur dan dikendalikan. kerja dan dapat mengurangi kapasitas
(WHO) kerja. Sifat perorangan, lingkungan, dan
• Misal : keracunan Pb, asbestosis, faktor sosial budaya umumnya
silikosis, muskoloskeletal disorder berperanan sebagai faktor resiko.
(MSDS), anthrax, tobacosis, • Misal : asma, hipertensi, TBC
pneumokoniosis
Penyakit Akibat Kerja
• Dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja
terdapat 3 (tiga) prinsip yang harus
diperhatikan:
– Hubungan antara pajanan yang spesifik dengan
penyakit.
– Frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja
lebih tinggi daripada pada masyarakat.
– Penyakit dapat dicegah dengan melakukan
tindakan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN
PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Aspek Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
• Diagnosis penyakit akibat kerja memiliki :
– Aspek medik: dasar tata laksana medis dan tata
laksana penyakit akibat kerja serta membatasi
kecacatan dan keparahan penyakit.
– Aspek komunitas: untuk melindungi pekerja lain
– Aspek legal: untuk memenuhi hak pekerja
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN
PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
7 Langkah
Diagnosis Penyakit
Akibat Kerja
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN
PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
331.
Dalam pengawasan sebuah pabrik sepatu, petugas puskesmas
melakukan identifikasi hazard dan analisa risiko K3 pekerjanya. Dari
hasil analisis, didapatkan bahwa masalah kesehatan utama adalah low
back pain akibat posisi membungkuk saat pekerja menjahit sepatu.
Petugas puskesmas menyarankan untuk meninggikan meja dan alas
bekerja untuk penjahitan sepatu.
Berdasarkan hierarki pengendalian bahaya, tindakan yang disarankan
petugas puskesmas termasuk?
A. Eliminasi
B. Substitusi
C. Modifikasi/kontrol teknik
D. Administratif
E. APD
Analisis Soal
• Pada soal ini dikatakan dilakukan modifikasi berupa
meninggikan meja dan alas bekerja untuk penjahitan
sepatu untuk mencegah nyeri punggung. Maka
jawabannya adalah modifikasi/kontrol teknik atau
disebut juga perancangan
• Eliminasi/substitusi dilakukan dengan cara
membuang/mengganti bahan, biasa dilakukan pada
bahan kimia yang berbahaya
• Administrasi berupa pengaturan jam kerja, tanda
bahaya, label dan lainnya
• APD adalah penggunaan pelindung seperti head cap,
masker, gown, sarung tangan dan boots
Hirarki Pengendalian Bahaya K3
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
TANATOLOGI FORENSIK
• Dapat terjadi pada semua otot di tubuh akan tetapi biasanya pada grup –
grup otot tertentu, misalnya otot lengan atas.
Permenkes RI No.1401/MENKES/PER/X/2010
KEJADIAN EPIDEMIOLOGIS PENYAKIT
• Luka sayat: Akibat kekerasan tajam yang bergerak k.l sejajar dengan
permukaan kulit. Panjang luka jauh melebihi dalamnya luka.
• z-test is a statistical test to help determine the probability that new data will be near the
point for which a score was calculated.
• A z-score is calculated with population parameters such as “population mean” and
“population standard deviation” and is used to validate a hypothesis that the sample drawn
belongs to the same population.
• A t-test is used when the population parameters (population mean and population
standard deviation) are not known.
338.
Seorang kepala puskesmas di daerah Maluku ingin
mengetahui surveilance kasus demam berdarah pada suatu
daerah yg endemis di sekitar kepulauan Aru. Kasus ini terus
terjadi sepanjang tahun dan pengamatan secara berkala
ditujukan untuk menentukan adanya kemungkinan kenaikan
kasus.
Laporan mengenai data tersebut dapat diperoleh dari
lembar?
A. Lembar W1
B. Lembar W2
C. Lembar B1
D. Lembar B2
E. Lembar B3
Analisis Soal
• Data mengenai jumlah penyakit dari wilayah
puskesmas dilaporkan pada laporan bulanan B1,
sehingga menggunakan laporan tersebut dapat
dilihat kenaikan dari angka sebuah penyakit
• Lembar W1 dan W2 bukan laporan bulanan
berkala, hanya digunakan pada kasus KLB
• Lembar B2 adalah lembar permintaan Obat, B3
untuk laporan KIA KB dan B4 untuk kegiatan
puskesmas.
Laporan Puskesmas ke Dinas Kesehatan
Laporan W1(Laporan Wabah) Laporan W2
• Isi Laporan: Tempat KLB, Jumlah • Laporan mingguan KLB.
P/M, Gejala/tanda-tanda. • Isi laporan : jumlah penderita dan
• Dalam jangka waktu 24 jam kematian PMTKLB selama satu
setelah mengetahui kepastian minggu yang tercatat di
(hasil pengecekan lapangan) Puskesmas.
adanya tersangka KLB. • Pembuatan laporan setiap
• Selain melalui pos, penyampaian minggu.
isi laporan dapat dilakukan • Pengiriman laporan : setiap
dengan sarana komunikasi cepat Senin/Selasa.
lainnya, sesuai situasi dan kondisi • Pembuat laporan : Kepala
yang ada. Puskesmas.
• Pembuat laporan: Kepala
Puskesmas.
Pelaporan Puskesmas
Berdasarkan pada Keputusan Dirjen Bina Kesmas
No. 590/BM/DJ/INFO/V/96 mengenai
penyederhanaan SP2TP, laporan bulanan
puskesmas terbagi menjadi:
• Laporan B1: Data kesakitan
• Laporan B2: Laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat
• Laporan B3: data gizi, KIA, imunisasi dan
pengamatan penyakit menular
• Laporan B4: data kegiatan pusksmas
Laporan B1 Puskesmas
• Laporan B1 adalah laporan penyakit terbanyak rawat
jalan di puskesmas
Laporan B2
• Laporan B2 adalah laporan pemakaian dan pemintaan
obat puskesmas
Laporan B3
• Laporan B3 adalah
laporan mengenai
KIA dan KB
Laporan B4
• Laporan B4 adalah
laporan kegiatan
puskesmas bulanan
339.
Seorang pasien perempuan bernama Rio Nakamura, usia 33
tahun datang dengan keluhan menstruasi tidak teratur,
hiperglikemia dan pertumbuhan rambut terutama di ketiak
yang berlebihan. Anda sebagai dokter mendiagnosa pasien
dengan polycystic ovarian syndrome dan sebagai dokter
faskes primer akan merujuk dan melimpahkan penanganan
PCOS kepada spesialis obsgyn.
Jenis rujukan yang dilakukan oleh anda adalah…
A. Collateral referral
B. Interval referral
C. Cross referral
D. Split referral
E. Specialistic referral
Analisis Soal
• Pada kasus di atas didapatkan pelimpahan perawatan
pasien sepenuhnya kepada dokter spesialis obsgyn dan
dokter tidak memegang lagi jadi termasuk cross
referral
• Jika dokter masih menangani pasien sambal pasien
dirujuk maka disebut collateral referral
• Split referral bila merujuk ke beberapa dokter dan
dokter tidak memegang pasien lagi
• Interval bila hanya merujuk untuk sementara waktu
dan akan dirujuk kembali ke dokter yang merujuk
• Tidak ada istilah specialistic referral
Jenis Rujukan Berdasarkan
Tingkatannya
• Rujukan horizontal : rujukan yang dilakukan
antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan apabila
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap.
– Misalya rujukan dari RS tipe B ke RS tipe B lainnya
• Pemeriksaan
- Pemeriksaan pelvis, kadang dengan kolposkopi untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain seperti keganasan
serviks
• Terapi: observasi ; Bila simptomatik drainase
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001514.htm
344
Pasien perempuan bernama Ny. Ngopisa Tentaria berusia 23 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 3 bulan datang ke dokter dibawa oleh
suaminya dengan keluhan mual dan muntah sejak tiga hari yang lalu.
Keluhan tersebut disertai dengan hilangnya nafsu makan. Pasien tidak
bisa makan dan minum sama sekali. Pasien tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari akibat keluhan tersebut. Pemeriksaan fisik
didapatkan KU lemah, kesadaran somnolen, TD: 90/70 mmHg, N 120
x/menit, lemah, R 24 x/menit, S 36,70C. Dokter melakukan
pemeriksaan urin hasilnya keton +3. Diagnosis pada pasien ini adalah…
A. Hiperemesis gravidarum gr I
B. Hiperemesis gravidarum gr II
C. Hiperemesis gravidarum gr III
D. Hiperemesis gravidarum gr IV
E. Emesis gravidarum
Analisa Soal
• Pasien hamil 3 bulan datang dengan mual dan
muntah, hingga tidak mau makan sama sekali,
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari,
lemah hiperemesis gravidarum.
• Terdapat kesadaran somnolen, penurunan
tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi,
keton +3 sesuai dengan hiperemesis
gravidarum grade II.
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
• Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
• Kondisi pada kehamilan yang ditandari dengan mual muntah yang
berat, menurunnya berat badan, dan gangguan elektrolit
• Terjadi pada trimester 1: Mulai setelah minggu ke-6 dan biasanya
akan membaik dengan sendirinya sekitar minggu ke-12
Etiologi
• Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan peningkatan hCG, hCG
yang meningkat dapat menyebabkan hipertiroidisme intermiten
karena meningkatkan reseptor hormone TSH
Komplikasi
• Akibat mual muntah → dehidrasi → elektrolit berkurang,
hemokonsentrasi, aseton darah meningkat → kerusakan liver
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Faktor Resiko
• Faktor resikonya adalah keadaan apapun yang
menyebabkan hCG meningkat, seperti:
– Obesitas
– Kehamilan gemeli
– Nuliparitas
– Mola hidatidosa
– Riwayat kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• Mual muntah pada kehamilan tanpa komplikasi, frekuensi <5 x/hari
• 70% pasien: Mulai dari minggu ke-4 dan 7
• 60% : membaik setelah 12 minggu
• 99% : Membaik setelah 20 minggu
Hyperemesis gravidarum
• Mual muntah pada kehamilan dengan komplikasi
– dehidrasi
– Hiperkloremik alkalosis,
– ketosis
Grade 1 Penurunan nafsu makan, nyeri epigastrium, peningkatan nadi
>100x/menit, tekanan darah menurun, dehidrasi
Grade 2 Apatis, nadi meningkat dan lemah, ikterik, oliguria, hemokonsentrasi,
nafas bau aseton
Grade 3 Syok hipovolemik, Somnolen-Koma, Ensefalopati Wernicke
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
Diagnosis
Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kementerian Kesehatan RI
345
Pasien perempuan bernama Ny. Ampumin Topsiah berusia 28
tahun datang dengan keluhan keluar bercak-bercak darah dari
vagina disertai jaringan menggumpal berwarna merah gelap.
Sebelumnya ada nyeri perut hingga ke pinggang seperti saat
haid. Pasien mengaku sudah terlambat haid selama dua bulan.
Pemeriksaan: ostium terbuka, terdapat darah dan sedikit
jaringan di vagina. Kemungkinan diagnosis pasien tersebut
adalah…
A. Abortus iminens
B. Abortus insipiens
C. Abortus inkomplit
D. Vasa previa
E. Plasenta previa
Analisa soal
• Pasien terlambat haid dua bulan mengaku
keluar bercak darah dari vagina disertai
jaringan menggumpal warna merah gelap.
Ada nyeri (+) mengarah pada abortus
• Pemeriksaan: ostium terbuka, terdapat darah
dan sedikit jaringan di vagina. sesuai untuk
abortus inkomplit
Abortus
• Definisi:
– ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan.
– WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan
kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan
terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram
Abortus
• Diagnosis dengan bantuan USG
– Perdarahan pervaginam (bercak hingga berjumlah banyak)
– Perut nyeri & kaku
– Pengeluaran sebagian produk konsepsi
– Serviks dapat tertutup/ terbuka
– Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya
• Diagnosis
– Perdarahan kehitaman dan cair, syok tidak sesuai dengan jumlah
darah keluar (tersembunyi), anemia berat, gawat janin/
hilangnya DJJ, uterus tegang dan nyeri
• Faktor Predisposisi
– Hipertensi
– Versi luar
– Trauma abdomen
– Hidramnion
– Gemelli
– Defisiensi besi
Solusio Plasenta: Gambaran Klinis
• Solusio Placenta Ringan
– Luas plasenta yang terlepas < 25% atau < 1/6 bagian (Jumlah perdarahan < 250 ml)
– kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%
– Tumpahkan darah yang keluar terlihat seperti pada haid, sukar dibedakan dari
plasenta previa kecuali warna darah yang kehitaman
– Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada
• Jika perdarahan ringan/ sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok, tindakan
bergantung pada denyut jantung janin (DJJ):
• DJJ normal, lakukan seksio sesarea
• DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal: pertimbangkan
persalinan pervaginam
• DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah:
– pecahkan ketuban dengan kokher:
– Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
• DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan persalinan
pervaginam segera, atau SC bila tidak memungkinkan
Preeklampsia
• Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ.
• Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein
urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
preeklampsia, yaitu:
– 1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
– 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
– 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
abdomen
– 4. Edema Paru
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
– 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
kepala, gangguan visus
– 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi
tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
Pre Eklampsia Berat
347
Pasien wanita bernama Ny. Asiah Kasih berusia 30 tahun
datang dengan keluhan nyeri pada kemaluan. Keluhan
sudah dirasakan sejak seminggu sebelumnya. Riwayat
keputihan disangkal. Pemeriksaan fisik genital ditemukan
benjolan di vagina, warna sama dengan kulit sekitar, tidak
berdarah, tidak ada fluktuasi. Diagnosis kelainan tersebut
adalah…
A. Kista bartolin
B. Kista vagina
C. Kista gartner
D. Polip vagina
E. Abses bartolini
Analisa Soal
• Pasien datang dengan nyeri pada kemaluan
sejak seminggu sebelumnya, tanpa riwayat
keputihan. Pemeriksaan fisik: benjolan di
vagina, tanpa tanda peradangan sehingga
mengarahkan pada diagnosis kista bartholin.
• Kista gartner benjolan di vagina, ukuran
kecil <2 cm, bisa terdapat nyeri
• Abses bartolin benjolan disertai tanda
peradangan dan fluktuasi.
Ginekologi
Jenis Keterangan
Kista Bartholin Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah vagina,di
belakang labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara kelenjar e.c trauma
atau infeksi
Kista Nabothi Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks diganti
(ovula) dengan epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit menonjol dengan
permukaan licin (tampak spt beras)
Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai, ukuran
bbrp mm, kemerahan, rapuh. Kadang tangkai panjang sampai menonjol dari
kanalis servikalis ke vagina dan bahkan sampai introitus. Tangkai
mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan polip mengalami peradangan
dengan metaplasia skuamosa atau ulserasi dan perdarahan.
Karsinoma Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-benjol,
Serviks rapuh, mudah berdarah pada serviks. Pada tahap awal menunjukkan suatu
displasia atau lesi in-situ hingga invasif.
Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami nekrosis
dan ulserasi.
KISTA BARTHOLIN
Kelenjar Bartholin: Kista Duktus Bartholin:
• Bulat, kelenjar seukuran kacang • Kista yang paling sering
terletak didalam perineum pintu
masuk vagina arah jam 5 & jam 7 • Disebabkan oleh obstruksi
• Normal: tidak teraba sekunder pada duktus akibat
• Duktus: panjang 2 cm & terbuka inflamasi nonspesifik atau
pada celah antara selaput himen trauma
& labia minora di dinding lateral
posterior vagina • Kebanyakan asimptomatik
Bartholin Cyst
• Bartholin cyst • Bartholin abscess
– If the orifice of the – An obstructed Bartholin
Bartholin duct becomes duct can become infected
obstructed, mucous and form an abscess
produced by the gland
accumulates, leading to
cystic dilation proximal to
the obstruction.
– Obstruction is often caused
by local or diffuse vulvar
edema.
– Bartholin cysts are usually
sterile and the gland is not
affected.
Uptodate.com
Clinical Presentation
• Bartholin cyst :
– Unilateral, 1-3 cm
– typically painless, and may be asymptomatic or mild pain
– Most Bartholin cysts are detected during a routine pelvic examination or by the woman
herself.
– Larger cysts discomfort, typically during sexual intercourse, sitting, or ambulating.
– Patients may also find the presence of a cyst to be disfiguring, even in the absence of
symptoms.
– Cysts are likely to have clear or white fluid.
• Bartholin abscesses :
– typically present with such severe pain and swelling and patients are unable to walk, sit,
or have sexual intercourse.
– Abscesses have a purulent discharge that is typically yellow or green
– Fever - One-fifth of patients with abscess are febrile
– Unilateral, warm, tender, soft, or fluctuant mass in the lower medial labia majora or lower
vestibular area, occasionally surrounded by erythema (cellulitis) and edema
(lymphangitis).
– A large abscess, however, can expand into the upper labia.
– If the abscess is very close to the surface, pus may break through the thin layer of skin at a
point (pointing) and may drain spontaneously.
Kista & Abses Bartholin: Terapi
• Pengobatan tidak diperlukan pada wanita usia
< 40 tahun kecuali terinfeksi atau simptomatik
• Simptomatik
– Kateter Word selama 4-6 minggu
– Marsupialization: Alternatif kateter Word, biasanya
dilakukan jika rekuren tidak boleh dilakukan bila
masih terdapat abses obati dulu dengan antibiotik
spektrum luas Kateter Word
– Eksisi: bila tidak respon terhadap terapi sebelumnya
dilakukan bila tidak ada infeksi aktif, jarang dilakukan
karena menyebabkan disfigurasi
anatomis serta nyeri
• Syarat
– Kepala janin sudah mencapai pintu bawah panggul
– Pembukaan rahim sudah lengkap
– Selaput ketuban sudah pecah/ dipecahkan
Persalinan dengan Alat Bantu: Vakum
Alat bantu berupa cup penghisap yang menarik kepala bayi dengan
lembut
Komplikasi
• perdarahan intrakranial, edema skalp, sefalhematoma,
aberasi, dan laserasi kulit kepala pada janin, laserasi
perineum, laserasi anal, maupun laserasi jalan lahir pada ibu
Persalinan dengan Alat Bantu: Forceps
• Janin dilahirkan dengan tarikan cunam/ forceps di kepalanya
• Forceps/cunam: Logam, terdiri dari sepasang sendok (kanan-kiri)
• Janin • Janin
– Adanya gawat janin – Sama seperti pada ekstraksi
vakum
• Waktu
– Nullipara: 3 jam dengan anelgesi
lokal, 2 jam tanpa anelgesi lokal
– Multipara: 2 jam dengan anelgesi
lokal, 1 jam tanpa anelgesi lokal
Persalinan dengan Forcep
Syarat:
• Presentasi belakang kepala atau muka dengan
dagu di depan atau kepala menyusul pada
sungsang
• Pembukaan lengkap
• Penurunan kepala 0/5 (Hodge IV)
• Kontraksi baik dan ibu tidak gelisah
• Ketuban sudah pecah
• Dilakukan di rumah sakit rujukan
Inspekulo + USG + Koreksi cairan dengan infus (NaCl 0,9% atau RL)
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Tatalaksana Plasenta Previa
Tatalaksana Umum
• PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea.
Pemerik¬saan inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk
menentukan sumber perdarahan.
• Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan
intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
• Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
• Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio
sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan
• Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif
350
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Tuniah Absiayhti berusia 40
tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan keluar bercak darah
kemerahan dari vagina sejak satu bulan yang lalu. Pasien mengeluh
berdarah saat melakukan hubungan seksual. Pasien memiliki tiga anak
dan yang terkecil usia empat tahun. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan genital terdapat massa 2 cm di
serviks dengan permukaan erosi, nyeri, cairan vagina berbau disertai
darah. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut?
A. Marsupialisasi
B. Pap smear
C. Biopsi
D. Pemberian obat
E. Insisi dan eksisi
Analisa Soal
• Pasien datang dengan keluhan perdarahan usai
berhubungan seksual, ditemukan massa di serviks,
permukaan erosi, nyeri, cairan vagina berbau disertai
darah mengarahkan pada adanya keganasan di serviks.
• Dengan demikian pemeriksaan yang tepat adalah
biopsi. Cone biopsi juga berfungsi sebagai terapeutik,
selain sebagai diagnostik.
• Marsupialisasi salah satu pilihan tatalaksana untuk
kista bartholin
• Pap smear metode deteksi lesi pra kanker, tidak
digunakan pada kasus ini karena sudah ada gejala dan
tampak lesi massa di serviks.
Kanker Serviks
• Keganasan pada serviks Faktor Risiko :
• Perubahan sel dari normal • HPV (faktor utama) 50% oleh
pre kanker (displasia) HPV 16 & 18
kanker • Multipartner
• Insidens : usia 40-60 tahun • Merokok
• Riwayat penyakit menular
seksual
• Berhubungan seks pertama
pada usia muda
• Kontrasepsi oral
• Multiparitas
• Status ekonomi sosial rendah
• Riwayat Keluarga
• Imunosupresi
• Defisiensi nutrien dan vitamin
Etiologi
HPV
(Human Papilloma Virus)
Terutama tipe risiko tinggi
memiliki kemampuan
untuk menonatifkan p53
dan pRb epitel serviks
berperan sebagai
penghambat
kelangsungan siklus sel.
Kanker Serviks: Tanda dan Gejala
• Perdarahan pervaginam
• Perdarahan menstruasi lebih lama dan lebih banyak
dari biasanya
• Perdarahan post menopause atau keputihan >>
• Perdarahan post koitus
• Nyeri saat berhubungan
• Keputihan (terutama berbau busuk + darah)
• Massa pada serviks, mudah berdarah
• Nyeri pada panggul, lumbosakral, gluteus, gangguan
berkemih, nyeri pada kandung kemih dan rektum
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Kanker Serviks: Diagnostik
• Diagnostik
– Pelayanan primer: anamnesis dan pemeriksaan
fisik
– Pelayanan Sekunder: kuret endoserviks,
sistoskopi, IVP, foto toraks dan tulang, konisasi,
amputasi serviks
– Pelayanan Tersier: Proktoskopi
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Pemeriksaan
• Biopsi Cone
Prosedur diagnostik dan terapeutik
Pemeriksaan
• HPV DNA testing
Meningkatkan sensitifitas hingga 96% bersama
dengan Pap Smear.
HPV tidak dapat dikultur di laboratorium sehingga
digunakan teknologi molekuler untuk mendeteksi
DNA HPV dari sampel servikal, misalnya, dengan PCR.
Tatalaksana Lesi Prakanker
• Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan,
sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang
ada.
• Pada tingkat pelayanan primer dengan sarana dan prasarana terbatas dapat
dilakukan program skrining atau deteksi dini dengan tes IVA.
• Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach atau
see and treat program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif maka
selanjutnya dapat dilakukan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh
dokter umum atau bidan yang sudah terlatih.
• Pada skrining dengan tes Pap smear, temuan hasil abnormal
direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan
kolposkopi.
• Bila diperlukan maka dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision Electrocauter
Procedure (LEEP) atau Large Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ)
untuk kepentingan diagnostik maupun sekaligus terapeutik.
351
Seorang pasien wanita bernama Ny. Rutina Enisha berusia 25
tahun datang dengan keluhan benjolan pada payudara kanan
yang mulai dirasakan sejak satu tahun yang lalu. Pasien belum
menikah, riwayat menyusui (-). Pada pemeriksaan fisik TD
120/70 mmHg, N 80 x/menit, S 360C. Pemeriksaan lokalis
didapatkan benjolan ukuran 2 cm, berbatas tegas, mobile,
tanda peradangan (-), pembesaran KGB axilla (-). Pemeriksaan
penunjang untuk diagnosis kondisi ini adalah:
A. Mamografi
B. USG Payudara
C. Tomografi
D. CT Scan
E. Rontgen
Analisa Soal
• Keluhan pasien 25 tahun, benjolan di payudara
kanan sejak setahun lalu, pemeriksaan lokal
benjolan 2 cm, batas tegas, mobile, tanpa tanda
peradangan dan pembesaran KGB mengarahkan
pada diagnosis fibroadenoma mammae (FAM).
• Pemeriksaan untuk kondisi ini adalah USG
payudara untuk membedakan massa solid dan
kistik.
• Mamografi digunakan untuk skrining pada pasien
yang asimtomatik, terutama untuk pasien diatas
35 tahun.
The Breast
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Paget’s disease (Ca Insitu),
Peau d’orange , hard, Painful, not clear border,
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
mammae the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic 20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
mammae tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides 30-55 years intralobular stroma . “leaf-like”configuration.Firm,
Tumors smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or
bloody nipple discharge
Pemeriksaan Radiologis Payudara
• USG Mamae
– Tujuan utama USG mamae adalah untuk
membedakan massa solid dan kistik
– Sebagai pelengkap pemeriksaan klinis dan
mamografi
– Merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk
wanita usia muda (<35) dan berperan dalam
penilaian hasil mamografi ‘ dense’ breast
Mammography
• Skrening wanita usia 50thn atau lebih yang
asimptomatik
• Skrening wanita usia 35 thn atau lebih yang
asimtomatik dan memiliki resiko tinggi terkena kanker
payudara :
– Wanita yang memiliki saudara dengan kanker payudara
yang terdiagnosis premenopaus
– Wanita dengan temuan histologis yang memiliki resiko
ganas pada operasi sebelumnya, spt atypical ductal
hyperplasia
• Untuk pemeriksaan wanita usia 35 thn atau lebih yang
simptomatik dengan adanya massa pada payudara
atau gejala klinis kanker payudara yang lain
www.rad.washington.edu
• Treatment FAM:
– Watchfull waiting
– Traditional open excisional biopsy
• Biopsy
– Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk
diperiksa
– Untuk menentukan adanya suatu penyakit
352
Seorang pasien wanita bernama Ny. Stefie Galmora berusia 27
tahun datang di antar suaminya. Pasien post melahirkan
secara spontan di dukun dua jam sebelumnya. Setelah bayi
keluar plasenta dikeluarkan dengan cara ditarik kencang,
perdarahan dari jalan lahir terus menerus, lalu pasien pingsan.
Pemeriksaan fisik TD 90/60 mmHg, N 110 x/menit, P 18
x/menit, S 350C. Pemeriksaan TFU teraba 2 jari bawah pusat,
kontraksi uterus hilang timbul. Diagnosis kondisi ini adalah…
A. Retensio plasenta
B. Inversio uteri
C. Atonia uteri
D. Robekan jalan lahir
E. Sisa plasenta
Analisa Soal
• Pasien mengalami perdarahan post partum setelah
sebelumnya plasenta dilahirkan dengan cara ditarik
kencang. Pemeriksaan terdapat tanda syok, TFU teraba 2
jari bawah pusat dengan kontraksi uterus hilang timbul.
Kemungkinan penyebab perdarahan pada pasien adalah
adanya sisa plasenta.
• Retensio plasenta merupakan kondisi dimana plasenta
tidak lahir, tidak tepat untuk kasus di soal karena plasenta
sudah dilahirkan.
• Inversio uteri tidak dipilih karena pada soal uterus masih
teraba, sementara pada inversio uteri tidak teraba.
• Atonia uteri juga tidak tepat karena TFU sudah dua jari di
bawah pusat menandakan uterus mengaami kontraksi yang
membuat proses involusi terjadi.
• Robekan jalan lahir tidak dipilih karena tidak ada
keterangan mengenai robekan pada soal.
Hemorrhagia Post Partum
• Definisi Fungsional
– Setiap kehilangan darah yang memiliki potensial untuk
menyebabkan gangguan hemodinamik
• Insidens
– 5% dari semua persalinan
Hemorrhagia Post Partum: Diagnosis
G E J A L A D A N TA N D A G E J A L A & TA N D A YA N G DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADANG ADA
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek • Syok Atonia uteri
• Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer)
• Plasenta belum lahir setelah 30 menit • Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
• Perdarahan segera (P3) berlebihan
• Uterus kontraksi baik • Inversio uteri akibat tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput (mengandung • Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya
pembuluh darah) tidak lengkap • fundus tidak berkurang sebagian plasenta
• Perdarahan segera • (kontraksi hilang-timbul)
Hemorrhagia Post Partum: Diagnosis
GEJALA DAN
G E J A L A D A N TA N D A TA N D A YA N G
DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADANG
ADA
• Uterus tidak teraba • Syok neurogenik Inversio uteri
• Lumen vagina terisi massa • Pucat dan limbung
• Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
• Perdarahan segera
• Nyeri sedikit atau berat
• Hipertensi Kronik
• Hipertensi Gestasional
• PreEklampsia
• PreEklampsia Berat
• Superimposed PreEklampsia
• HELLP Syndrome
• Eklampsia
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Gestasional
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan
menghilang setelah persalinan
• Diagnosis
- Tekanan darah sistolik ≥140 atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg
– Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah kembali
normal <12 minggu pasca salin
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Tidak ada gangguan organ
• Tatalaksana Umum
– Pantau TD, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
– Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan,
diberikan antihipertensi
– Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,
rawat untuk penilaian kesehatan janin.
– Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
– Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Kronik
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan
• Diagnosis
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg
– Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal yang terjadi akibat hipertensi kronik ini
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Kronik: Tatalaksana
• Sebelum hamil sudah diterapi & terkontrol baik, lanjutkan pengobatan
• Suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
354
Seorang pasien wanita bernama Ny. Maxima Wimbeldon berusia 28
tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu datang dengan keluhan nyeri
perut bawah sejak beberapa jam yang lalu. Keluhan tersebut disertai
keluarnya darah bercampur lendir. Pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg,
N 80 x/menit. TFU 37 cm, letak kepala, DJJ 144 x/menit, his 3x/10
menit selama 40 detik. Pembukaan 3 cm, effacement 75%, presentasi
kepala anterior. Setelah 3 kali evaluasi selama 24 jam tidak ada
kemajuan persalinan. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Fase laten memanjang
B. Fase aktif memanjang
C. Kala I fase laten
D. Kala I fase aktif
E. Kala II
Analisa Soal
• Pasien hamil aterm dalam kondisi in partu
dengan pembukaan 3 cm, his 3x/10 menit
selama 40 detik, effacement 75% kala I
fase laten.
• Setelah 3 kali evaluasi dalam 24 jam tidak ada
kemajuan persalinan, menandakan adanya
fase laten yang memanjang sehingga jawaban
yang tepat adalah opsi A.
• Masalah kala I:
– Gangguan His/ Power: Masalah kala III:
• Inersia uteri persalinan Retensio Plasenta
lama
• Kontraksi uterus hipertonik
• Inkoordinasi kontraksi uterus
– Gangguan Passage
• Disproprosi kepala-panggul
– Gangguan Passenger Masalah kala IV:
• Malposisi, malpresentasi Perdarahan Post Partum
• Disproporsi kepala-panggul Atonia uteri (Tone)
Robekan (Tissue)
Masalah kala II: Jaringan (Tissue)
Distosia Bahu Faktor koagulasi
Kala II lama (thrombin)
Persalinan Lama
• Waktu persalinan memanjang karena
kemajuan persalinan yang terhambat.
• Terapi:
– Massage dengan minyak
zaitun
– Tarik perlahan dan jepit
dengan jari selama
beberapa detik atau
menggunakan nipple
retractor
– Menggunakan nipple
shield saaat menyusui
Diagnosis
• Grade 1
– Puting tampak datar atau masuk ke dalam
– Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola.
– Terkadang dapat keluar sendiri tanpa manipulasi
– Saluran ASI tidak bermasalah, dan dapat menyusui dengan biasa.
• Grade 2
– Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan dilepas
– Terdapat kesulitan menyusui.
– Terdapat fibrosis derajat sedang.
– Saluran ASI dapat mengalami retraksi namun pembedahan tidak diperlukan.
– Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan otot polos.
• Grade 3
– Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan membutuhkan pembedahan untuk
dikeluarkan.
– Saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui
– Dapat terjadi infeksi, ruam, atau masalah kebersihan
– Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah
356
Seorang wanita berumur 35 tahun bernama Ny. Shotiah
datang dengan keluhan nyeri perut sejak 1 jam yang lalu.
Pasien mengaku terlambat haid dua bulan. Pasien sudah
menikah enam tahun. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum
lemah, TD 80/60 mmHg, nadi 100 x/menit lemah.
Pemeriksaan palpasi bimanual goyang portio nyeri (+).
Pemeriksaan laboratorium Hb 6,8. Diagnosis pasien ini
adalah…
A. Peritonitis difusa
B. Salfingitis
C. Apendisitis perforasi
D. Kehamilan ektopik terganggu
E. PID
Analisa Soal
• Pasien mengaku terlambat haid dua bulan datang dengan
keluhan nyeri perut, tampak lemah, terdapat tanda syok
(penurunan tekanan darah), pemeriksaan palpasi: nyeri
goyang portio (+) dan anemia (Hb 6,8). Adanya nyeri perut
pada pasien terlambat haid, anemia, tanpa perdarahan
jalan lahir yang signifikan disertai nyeri goyang portio,
mengarahkan pada kehamilan ektopik terganggu.
• Peritonitis difusa demam, nyeri perut, ada gangguan
pencernaan.
• Salfingitis merupakan bentuk paling sering dari PID,
gejala serupa dengan PID
• Apendisitis perforasi nyeri perut terutama kanan bawah,
demam, masalah pencernaan (mual, muntah, konstipasi,
diare)
• PID nyeri perut, nyeri goyang portio, tidak terdapat
terlambat haid.
Kehamilan Ektopik Terganggu
• Kehamilan yang terjadi
diluar kavum uteri
• Gejala/Tanda:
– Riwayat terlambat
haid/gejala & tanda hamil
– Akut abdomen
– Perdarahan pervaginam
(bisa tidak ada)
– Nyeri goyang porsio
– Keadaan umum: bisa baik
hingga syok dan penurunan
kesadaran
– Kadang disertai febris
Neurologic basis for abdominal pain in
Ectopic Pregnancy
• Pain receptors in the abdomen KET
respond to mechanical and chemical
stimuli.
• Ectopic pregnancies usually occur in Darah mengiritasi
the fallopian tube, but sometimes peritoneum
within the cervical canal or a
cesarean delivery scar.
Saraf simpatis bekerja
• Clinical manifestations are usually
related to free blood in the
peritoneal cavity due to extrauterine
Nyeri
pregnancy rupture or bleeding, and
vary depending upon the location
Neurologic basis for abdominal pain in Ectopic
Pregnancy
• Pain receptors in the abdomen respond to mechanical and chemical
stimuli.
• Stretch is the principal mechanical stimulus involved in visceral
nociception, although distention, contraction, traction,
compression, and torsion are also perceived
• Visceral receptors responsible for these sensations are located on
serosal surfaces, within the mesentery, and within the walls of
hollow viscera.
• Visceral mucosal receptors respond primarily to chemical stimuli,
while other visceral nociceptors respond to chemical or mechanical
stimuli.
• Ectopic pregnancies usually occur in the fallopian tube, but
sometimes within the cervical canal or a cesarean delivery scar.
• Clinical manifestations are usually related to free blood in the
peritoneal cavity due to extrauterine pregnancy rupture or
bleeding, and vary depending upon the location
Implantasi embrio
Memicu inflamasi
Sumber: Sivalingam VN, Duncan WC, Kirk E, Shephard LA, Horne AW. Diagnosis and management of ectopic pregnancy. J Fam Plann Reprod
Health Care, 2011;: 1-10
KET: Kuldosentesis
Tatalaksana Khusus
• Laparotomi: eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi)
• Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
• Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu
• Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari
selama 6 bulan
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
357
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Pekanyah berusia 20 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 9 bulan datang ke Puskesmas dengan keluhan
perut kencang-kencang yang semakin lama semakin kuat sejak 8 jam
yang lalu. Air ketuban belum keluar. Pertambahan berat selama hamil
adalah 25 kg. Pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis, TD 110/70
mmHg, N 80x/menit, R 20 x/menit, S 36,50C. Pemeriksaan kehamilan
TFU 41 cm, His 2x/10 menit selama 20 detik. Portio tebal dan lunak,
pembukaan 3 cm hodge I. Apa yang menghambat persalinan pasien
tersebut?
A. Hambatan pengeluaran bahu
B. Hambatan pengeluaran plasenta
C. Hambatan kala 1 persalinan
D. Ancaman kala 3 persalinan
E. Ancaman solusio plasenta
Analisa Soal
• Pasien hamil aterm datang dengan tanda in partu
sejak 8 jam his 2x/10 menit selama 20 detik,
portio tebal dan lunak, pembukaan 3 cm Hodge I.
Selama kehamilan, pasien bertambah berat
badan 25 kg. Kemungkinan pasien ini mengalami
hambatan kala 1 persalinan.
• Opsi A dan B tidak dipilih karena merupakan
masalah pada persalinan kala 2 dan 3, sementara
pasien masih kala 1.
• Opsi D dan E tidak ada istilah ancaman kala 3
atau ancaman solusio plasenta.
Persalinan Lama
• Waktu persalinan memanjang karena
kemajuan persalinan yang terhambat.
• Awal Kala I
– Tiap 10 menit sekali, lama 20-40 detik
• Selama Kala I
– Meningkat 2-4 kali/10 menit, lama 60-90 detik
• Kala II
– 4-5 kali/10 menit, lama 90 detik, disertai periode relaksasi
• Pemantauan Manual
– Pantau his selama 10 menit, telapak tangan ditelakkan di fundus untuk
mengetahui kekuatan dan lama kontraksi
– Pantau DJJ dan lihat tanda-tanda hipoksia
– Lakukan pencatatan pada partograf
358
Seorang pasien wanita bernama Ny. Evina berusia 22 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 28 minggu datang untuk pemeriksaan
kehamilan rutin. Saat ini pasien tidak ada keluhan.
Pemeriksaan fisik TD 150/90 mmHg, N 80 x/menit, P 20
x/menit, S 36,80C. Tidak ada riwayat DM maupun hipertensi
sebelumnya. Dokter melakukan pemeriksaan rutin didapatkan
protein urin +2. Apa diagnosis pasien tersebut?
A. Preeklampsia
B. Preeklampsia berat
C. Hipertensi gestasional
D. Hipertensi kronik
E. Superimposed preeklampsia
Analisa Soal
• Pasien hamil 28 minggu tekanan darah 150/90
mmHg, protein urin +2, tanpa ada riwayat
tekanan darah tinggi sebelumnya sehingga tidak
sesuai untuk hipertensi kronik maupun
superimposed preeklampsia.
• Adanya proteinuria menyingkirkan opsi hipertensi
gestasional.
• Pasien belum dapat memenuhi preeklampsia
berat karena tekanan darah <160/110 mmHg
darah sehingga jawaban yang paling tepat adalah
pilihan A yaitu pre eklampsia.
Hipertensi Kronik
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan
• Diagnosis
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg
– Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal yang terjadi akibat hipertensi kronik ini
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Kronik: Tatalaksana
• Sebelum hamil sudah diterapi & terkontrol baik, lanjutkan pengobatan
• Suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Gestasional
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan
menghilang setelah persalinan
• Diagnosis
– TD ≥140/90 mmHg
– Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah kembali
normal <12 minggu pasca salin
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Tidak ada gangguan organ
• Tatalaksana Umum
– Pantau TD, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
– Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan
– Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,
rawat untuk penilaian kesehatan janin.
– Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
– Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Superimposed Preeklamsia
Superimposed preeklampsia
- Sudah ada hipertensi kronik sebelum hamil atau saat
usia kandungan <20 minggu disertai dengan kriteria
preeklamsia
Eklampsia
- Kejang umum dan/atau koma
- Ada tanda preeklampsia
- Tidak ada kemungkinan penyebab lain seperti
epilepsi, perdarahan subarachnoid, atau meningitis
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
Preeklampsia
• Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ.
• Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein
urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
preeklampsia, yaitu:
– 1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
– 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
– 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
abdomen
– 4. Edema Paru
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
– 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
kepala, gangguan visus
– 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi
tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
Pre Eklampsia Berat
Pre Eklampsia & Eklampsia: Kejang
• Pencegahan dan Tatalaksana Kejang
– Bila terjadi kejang perhatikan prinsip ABCD
• MgSO4
– Eklampsia untuk tatalaksana kejang
– PEB pencegahan kejang
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
• Syarat pemberian MgSO4: Terdapat refleks patella, tersedia
kalsium glukonas, napas> 16x/menit, dan jumlah urin
minimal 0,5 ml/kgBB/jam
• Antihipertensi
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
Route of delivery in Severe Preeclampsia
https://www.uptodate.com/contents/treatment-related-toxicity-from-the-use-of-radiation-therapy-for-
gynecologic-
malignancies?search=Radiation%20Proctitis&source=search_result&selectedTitle=6~29&usage_type=default&
display_rank=6#H15665245
Radiation Therapy Related Toxicity for
Gynecology Malignancies
• Gastrointestinal toxicity (GI) toxicity most common
source of side effects.
• Acute radiation injury
– The small bowel is very sensitive to the early effects of RT,
and when it is contained within the RT field, radiation
injury can present acutely as nausea and vomiting
– In general, the symptoms of bowel wall mucosal injury can
include cramping, diarrhea, anorexia, malaise, rectal
discomfort, and tenesmus.
– Acute effects on large bowel can produce fecal urgency,
clustered bowel movements, and tenesmus. Bowel
obstruction, ileus, and GI bleeding are not characteristic of
acute enteropathy, but can be seen as late toxicity.
Radiation Therapy Related Toxicity for
Gynecology Malignancies
• Late GI toxicity In most cases, there is a latency of
six months to several years until late bowel
complications are observed
• The symptoms of late GI toxicity include:
– Chronic diarrhea
– Malabsorption
– Recurrent bouts of ileus or obstruction
– Proliferative mucosal telangiectasias or ulcerations – The
development of mucosal telangiectasias and/or ulcerations
is related to vascular sclerosis and is most commonly
observed in the rectosigmoid colon (radiation-induced
proctopathy). The signs can include painless
hematochezia, tenesmus, or pain.
Radiation Therapy Related Toxicity for
Gynecology Malignancies
• Treatment of GIT radiation injury symptomatic
– Proctitis and rectal discomfort often respond to small
enemas with hydrocortisone or cod liver oil, anti-
inflammatory suppositories, and a low-residue diet
with no grease, spices, or insoluble fiber
– Ondansetron
– Antidiarrheal medications
– Sucralfate, mesalazine, and glutamine
– Probiotic
361
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Baniaspati berusia
27 tahun datang dengan keluhan keluar cairan dari vagina.
Cairan tersebut berbau. Pasien juga mengeluh nyeri saat
berhubungan seksual. Riwayat hamil 9 tahun yang lalu dan
saat ini menggunakan AKDR. Pemeriksaan fisik TD 110/70
mmHg, N 80 x/menit, P 18 x/menit. Inspekulo: tampak sekret
berwarna kuning dan berbau. Diagnosisnya adalah…
A. Radang panggul
B. Vaginitis
C. Ca uteri
D. Kista bartolin
E. Vaginismus
Analisa Soal
• Pasien keluar cairan dari vagina dan berbau, nyeri saat
berhubungan seksual, pemeriksaan inspekulo: tampak
sekret berwarna kuning dan berbau mengarahkan pada
vaginitis. Yang tersering adalah bakterial vaginosis.
• Radang panggul gejala: nyeri perut bawah, pemeriksaan:
nyeri goyang portio
• Ca uteri perdarahan di luar siklus menstruasi, tampak
massa di vagina, perut terasa begah.
• Kista bartolin benjolan di bibir vagina, asimtomatik
• Vaginismus nyeri saat berhubungan seksual, akibat
kontraksi otot vagina, berhubungan dengan gangguan
psikiatri
Bakterial Vaginosis
• Bakterial vaginosis atau nonspesifik vaginitis adalah suatu istilah
yang menjelaskan adanya infeksi bakteri sebagai penyebab
inflamasi pada vagina
• Etiologi
– Bakteri yang sering didapatkan adalah Gardnerella vaginalis,
Mobiluncus, Bacteroides, Peptostreptococcus, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum , Eubacterium, Fusobacterium, Veilonella,
Streptococcus viridans, dan Atopobium vaginae
• Gejala klinis
– Keputihan, vagina berbau, iritasi vulva, disuria, dan dispareuni
• Faktor risiko
– Penggunaan antibiotik, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim,
promiskuitas, douching, penurunan estrogen.
Bakterial Vaginosis: Pemeriksaan
• Didapatkan keputihan yang homogen
• Labia, introitas, serviks dapat normal maupun didapatkan tanda
servisitis.
• Keputihan biasanya terdapat banyak di fornix posterior
• Dapat ditemukan gelembung pada keputihan
• Pemeriksaan mikroskopis cairan keputihan harus memenuhi 3 dari 4
kriteria Amsel untuk menegakkan diagnosis bakterial vaginosis
– Didapatkan clue cell (sel epitel vagina yang dikelilingi oleh kokobasil)
– pH > 4,5
– Keputihan bersifat thin, gray, and homogenous
– Whiff test + (pemeriksaan KOH 10%
didapatkan fishy odor sebagai akibat dari
pelepasan amina yang merupakan produk
metabolisme bakteri)
Bakterial Vaginosis: Tatalaksana
• Pada infeksi asimtomatik tidak perlu diberikan terapi
• Pada infeksi simtomatik: antibiotik merupakan pilihan utama
• Pilihan obat:
• Metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari
• Metronidazole gel 0.75%, one full applicator (5 g) intravaginally, once a day
for 5 days
• Clindamycin cream 2%, one full applicator (5 g) intravaginally at bedtime
for 7 days
• Alternative regiment
– Tinidazole 2 g orally once daily for 2 days
– Tinidazole 1 g orally once daily for 5 days
– Clindamycin 300 mg orally twice daily for 7 days
– Clindamycin ovules 100 mg intravaginally once at bedtime for 3 days
• Perempuan hamil: 2 x 500 mg selama 7 hari atau 3 x 250 mg selama 7
hari atau Klindamisin 2 x 300 mg selama hari
http://emedicine.medscape.com/article/254342 & http://www.cdc.gov/std/tg2015/bv.htm
Bakterial Vaginosis: Komplikasi
• Komplikasi Umum
– Endometritis, penyakit radang panggul, sepsis
paskaaborsi, infeksi paskabedah, infeksi
paskahisterektomi, peningkatan risiko penularan HIV
dan IMS lain
• Komplikasi obstetrik
– Keguguran, lahir mati, perdarahan, kelahiran
prematur, persalinan prematur, ketuban pecah dini,
infeksi cairan ketuban, endometritis paskapersalinan
dan kejadian infeksi daerah operasi (IDO)
Bakterial Vaginosis pada Kehamilan:
Komplikasi
• Gejala
– Duh tubuh berbau ikan busuk dan berwarna
keabuan
• Pemeriksaan
– Clue cells, sniff test
http://emedicine.medscape.com/article/973237-medication
Tatalaksana
Identifikasi sumber
Jika terus berdarah, Kompresi bimanual eksterna + perdarahan lain
Infus oksitosin dalam NS** • Laserasi jalan
Infus untuk restorasi cairan & jalur obat esensial, kemudian
lahir
lanjutkan KBI
• Hematoma
parametrial
Tidak berhasil • Ruptur uteri
• Inversio uteri
• Sisa fragmen
plasenta
Rujuk; Selama perjalanan Kompresi
bimanual eksterna **Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml
Berhasil Kompresi aorta abdominalis larutan NaCl 0,9%/Ringer
Tekan segmen bawah atau aorta Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan
abdominalis; lanjutkan infus infus 20 IU 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20
unitdalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer
oksitosin dalam 500 ml NS/RL/ jam Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti.
Terkontrol Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus tidak membaik,
dimulai dari yang konservatif. pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan:
B-Lynch/embolisasi arteri uterina/ Ligasi a. uterina & ovarika/ histerektomi subtotal
Transfusi Rawat & Observasi
Atonia Uteri: Terapi
• Atonia Uteri - Bimanual Massage
366
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Kenanga berusia 25
tahun G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu datang dengan
keluhan nyeri kepala dan nyeri ulu hati sejak 3 jam yang lalu.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. Saat ini
tekanan darah 180/100 mmHg, N 90 x/menit, P 20 x/menit.
Denyut jantung janin (+) 138 x/menit. His (-). Proteinuria (+).
Diagnosis pasien tersebut adalah…
A. PEB Impending eklampsia
B. PEB
C. Eklampsia
D. PEB dengan edema paru
E. Superimposed PEB
Analisa Soal
• Pasien hamil 38 minggu datang dengan nyeri
kepala dan nyeri ulu hati, ada riwayat
hipertensi sebelumnya hipertensi kronik.
• Pemeriksaan tekanan darah 180/100 mmHg,
DJJ (+) 138 x/menit, proteinuria (+) sesuai
dengan superimposed preeklampsia.
Hipertensi Kronik
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan
• Diagnosis
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg
– Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal yang terjadi akibat hipertensi kronik ini
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Kronik: Tatalaksana
• Sebelum hamil sudah diterapi & terkontrol baik, lanjutkan pengobatan
• Suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Superimposed Preeklamsia
Superimposed preeklampsia
- Sudah ada hipertensi kronik sebelum hamil atau saat
usia kandungan <20 minggu disertai dengan kriteria
preeklamsia
Eklampsia
- Kejang umum dan/atau koma
- Ada tanda preeklampsia
- Tidak ada kemungkinan penyebab lain seperti
epilepsi, perdarahan subarachnoid, atau meningitis
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
367
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Monalita berusia 40
tahun datang ke dokter dengan keluhan keluar darah saat
berhubungan seksual, ada darah keluar dari vagina di luar
siklus menstruasi. Riwayat melahirkan dua kali, selama ini
metode kontrasepsi yang dilakukan koitus interruptus. Pada
pemeriksaan inspekulo tampak massa bertangkai dari serviks.
Pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnosis adalah:
A. Pemeriksaan darah
B. LED
C. Kolposkopi
D. Biopsi
E. USG transvaginal
Analisa Soal
• Keluhan pasien adalah keluar darah saat
berhubungan seksual, keluar darah di luar siklus
menstruasi, dan pada pemeriksaan, tampak
massa bertangkai dari serviks. mengarah pada
polip serviks.
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah biopsi.
• Pemeriksaan ini bertujuan untuk menyingkirkan
adanya kemungkinan keganasan.
• Selain sebagai diagnostik, biopsi juga dapat
dilakukan sebagai terapeutik (polipektomi).
Polip Serviks
• Tumor dari endoserviks tumbuh berlebihan dan
bertangkai, ukuran bbrp mm, kemerahan, rapuh
• Tangkai dapat memanjang sampai menonjol dari
kanalis servikalis ke vagina dan bahkan sampai
introitus
• Tangkai mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan
polip mengalami peradangan
dengan metaplasia skuamosa
atau ulserasi dan perdarahan
Polip Serviks
• Etiologi
– Akibat infeksi, inflamasi kronik, respon abnormal terhadap
estrogen, kongesti pembuluh darah di kanal serviks
• Terapi
– Tidak perlu dibuang kecuali berdarah, sangat besar, atau
berbentuk tidak biasajaringan yang diambil dilakukan
pemeriksaan histopatologi (biopsy)
– Dipotong oleh forsep khusus lalu hentikan perdarahan
(ekstirpasi massa)
http://www.webmd.com/women/tc/cervical-polyps-topic-overview
368
Seorang wanita bernama Ny. Anisa Subrandito berusia 25
tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri perut bawah
disertai keluar sekret kuning kental dan berbau sejak 3 hari
yang lalu. Pasien sudah menikah tetapi belum memiliki
keturunan. Pada pemeriksaan ginekologi didapatkan sekret
mukopurulen dan bau disertai dengan tanda chandelier (+).
Plano test (-). Diagnosis pasien tersebut adalah:
A. Kehamilan ektopik
B. Salpingitis akut
C. Mioma uteri
D. Ruptur uteri
E. Ca serviks
Analisa Soal
• Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah,
keluar sekret kuning kental dan berbau, pada
pemeriksaan ginekologi didapatkan sekret
mukopurulen dan bau disertai dengan tanda chandelier
(+) mengarahkan pada salpingitis akut
• Chandelier sign salah satu tanda patognomonik
untuk PID dimana pasien mengalami nyeri hebat ketika
dilakukan pemeriksaan bimanual hingga melakukan
gerakan tangan ke atas seperti menggapai lampu
(chandelier).
• Tanda ini merupakan gejala klinis, tidak ditemukan
dalam USG.
• Kehamilan ektopik tidak dipilih karena plano test (-).
Analisa Soal
• Mioma uteri perdarahan banyak dan lama
selama masa haid ataupun di luar masa haid.
• Ruptur uteri pasien kesakitan, kontraksi
uterus hilang, dan ligamentum rotundum
teraba seperti kawat listrik.
• Ca serviks perdarahan dari jalan lahir saat
berhubungan seksual, perdarahan di luar
siklus menstruasi. s
PELVIC INFLAMMATORY DISEASE
• Infeksi pada traktus genital atas wanita yang melibatkan
kombinasi antara uterus, ovarium, tuba falopi, peritonium
pelvis, atau jaringan penunjangnya.
• PID terutama terjadi karena ascending infection dari traktus
genital bawah ke atas
• Patogen: Dapat berupa penyakit akibat hubungan seksual atau
endogen (Tersering: N. Gonorrhea & Chlamydia Trachomatis)
• Faktor Risiko:
Kontak seksual
Riwayat penyakit menular seksual
Multiple sexual partners
IUD
• Salphingitis akut biasanya disamakan dengan PID karena merupakan bentuk paling sering
dari PID
• Faktor Risiko
– Instrumentasi pada serviks dan uteri (IUD, biopsi, D&C)
– Perubahan hormonal selama menstruasi, menstruasi retrogard
• Diagnosis
• Nyeri perut bawah, nyeri adneksa bilateral, nyeri goyang serviks
• Tambahan: suhu oral > 38.3 C, keputihan abnormal, peningkatan C rekative protein, adanya bukti
keterlibatan N. gonorrhoeae atau C. trachomatis
• Terapi
– Rawat inap dengan antibiotik IV (cefoxitin dan doksisiklin)
– Rawat jalan dengan cefotixin IM dan Doksisiklin oral
– Operatif bila antibiotik gagal
http://emedicine.medscape.com/article/275463-overview#a2
PID:Current concepts of diagnosis and management,Curr Infect Dis Rep, 2012
USG pada PID
• USG banyak dilakukan untuk evaluasi PID. Gambaran
PID pada pemeriksaan USG adalah: tuba falopii yang
menebal, terisi cairan, dan gambaran seperti roda gigi
(cogwheel sign).
• Pada pasien dengan endometritis, USG akan
menunjukkan gambaran cairan atau gas dalam ruang
endometrium, penebalan yang heterogen, atau garis
endometrium yang samar, namun penemuan ini pun
tidak konsisten.
• Bila terjadi abses tubo-ovarium, akan tampak
kumpulan kistik multilocular berdinding tebal, disertai
multiple fluid levels.
PID: Pengobatan
• Harus berspektrum luas
• Semua regimen harus efektif melawan N. gonorrhoeae dan C.
trachomatis karena hasil skrining endoserviks yang negatif tidak
menyingkirkan infeksi saluran reproduksi atas
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid.htm
369
Seorang pasien bernama Ny. Imprisan berusia 28 tahun
G2P1A0 hamil 28 minggu datang dengan keluhan gatal dan
keputihan. Pemeriksaan fisik ditemukan TD 110/80 mmHg, N
80 x/menit, P 18 x/menit. Pemeriksaan kulit sekitar vagina
tampak erithem, pada liang vagina keluar cairan putih yang
menggumpal seperti susu. Apa kemungkinan organisme
penyebab penyakit pada pasien tersebut?
A. Hemophillus ducreyi
B. Gardnerella vaginalis
C. Candida albicans
D. Neisseria gonorrhoeae
E. Trichomonas vaginalis
Analisa Soal
• Pasien hamil 28 minggu datang dengan keluhan gatal
dan keputihan, tampak eritem, keluar cairan putih yang
menggumpal seperti susu mengarahkan pada
candidiasis dan penyebabnya adalah Candida albicans.
• Hemophillus ducreyi penyebab ulkus mole, ulkus di
kemaluan yang kotor dan terasa nyeri
• Gardnerella vaginalis penyebab bakterial vaginosis,
keputihan keabuan, bau amis
• Neisseria gonorrhoeae penyebab gonore, keputihan
atau asimtomatik
• Trichomonas vaginalis keputihan kuning hijau,
berbusa, bau tidak enak, strawberry cervix.
Kandidiasis vaginalis
• Kandidiasis adalah infeksi pada vagina
yang disebabkan oleh jamur Candida sp.
• Diagnosis:
– Duh tubuh vagina putih kental dan
bergumpal, tidak berbau
– Rasa gatal
– Disuria/nyeri berkemih
– Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan
KOH 10% untuk melihat pseudohifa dan
miselium
• Faktor predisposisi
– Penggunaan antibiotik spektrum luas,
peningkatan kadar estrogen, diabetes
melitus, HIV/AIDS, imunokompromais.
• Mikroskopik:
– Sel berbentuk panjang-panjang
pseudohifa
– Sel-sel bulat/oval yeast-like cells
– Terdapat blastospora
Kandidiasis Vaginalis: Terapi (PPK
Perdoski 2017)
• Klotrimazol 500 mg, intravagina dosis tunggal (A, 1)
• Klotrimazol 200 mg, intravagina selama 3 hari (A, 1)
• Nistatin 100.000 IU intravagina selama 7 hari
• Flukonazol*** 150 mg, per oral, dosis tunggal (Tidak boleh untuk ibu hamil)
• Itrakonazol*** 2x200 mg per oral selama 1 hari (Tidak boleh untuk ibu hamil)
• Itrakonazol*** 1x200 mg/hari per oral selama 3 hari (Tidak boleh untuk ibu
hamil)
• CDC: Mikonazol 100 mg, intravaginal, selama 7 hari
• CDC: Mikonazol 200 mg intravaginal selama 3 hari
• Catatan:
– Wanita hamil sebaiknya tidak diberikan obat sistemik
Diagnosis Banding
Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
Terapi
Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
370
Seorang pasien perempuan bernama Ibu Sandra berusia 55
tahun P5A1 datang dengan keluhan keluar benjolan dari jalan
lahir. Benjolan semakin lama semakin besar, awalnya masih
dapat masuk dan dimasukkan dengan jari, tetapi Sekarang
sudah berada di luar. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80
mmHg, N 80 x/menit, P 16 x/menit. Apa mekanisme yang
menyebabkan benjolan tersebut adalah…
A. Kelemahan ligamentum sakrouteri
B. Kelemahan ligamentum rotundum
C. Kelemahan otot dasar panggul
D. Usia tua
E. Multipara
Analisa Soal
• Keluhan keluar benjolan dari jalan lahir, benjolan
makin lama makin besar, awalnya masih dapat
masuk dan dimasukkan dengan jari, tetapi
sekarang sudah berada di luar mengarahkan
pada prolaps organ pelvic (POP).
• Multiparitas menjadi salah satu faktor risiko
kondisi ini.
• POP pada pasien ini belum dapat ditentukan
apakah kompartemen anterior atau posterior,
maka mekanisme yang menyebabkan benjolan
tersebut adalah kelemahan otot dasar panggul.
Pelvic organ prolapse (POP)
• The herniation of the pelvic organs to or beyond the vaginal walls. Commonly used
terms to describe specific sites of female genital prolapse include:
• Anterior compartment prolapse – Hernia of anterior vaginal wall often associated
with descent of the bladder (cystocele)
• Posterior compartment prolapse – Hernia of the posterior vaginal segment often
associated with descent of the rectum (rectocele)
• Enterocele – Hernia of the intestines to or through the vaginal wall.
• Apical compartment prolapse (uterine prolapse, vaginal vault prolapse) – Descent
of the apex of the vagina into the lower vagina, to the hymen, or beyond the
vaginal introitus
– The apex can be either the uterus and cervix, cervix alone, or vaginal vault,
depending upon whether the woman has undergone hysterectomy. Apical
prolapse is often associated with enterocele.
• Uterine procidentia — Hernia of all three compartments through the vaginal
introitus.
• The terms anterior vaginal wall prolapse and posterior vaginal wall prolapse are
preferred to cystocele and rectocele because vaginal topography does not reliably
predict the location of the associated viscera in POP
POP
• Risk Factor :
– Advance age
– Parity
– Obesity
– Hysterectomy
– Family history
– Race and ethnicity
Cystocele
Symptoms
• In mild cases of anterior prolapse, you may not notice any
signs or symptoms. When signs and symptoms occur, they
may include:
• A feeling of fullness or pressure in your pelvis and vagina
• Increased discomfort when you strain, cough, bear down or
lift
• A feeling that you haven't completely emptied your bladder
after urinating
• Repeated bladder infections
• Pain or urinary leakage during sexual intercourse
• In severe cases, a bulge of tissue that protrudes through your
vaginal opening and may feel like sitting on an egg
Prolaps Uteri
Definisi
• Penurunan uterus dari posisi anatomis yang seharusnya
Komplikasi
• Keratinasi mukosa vagina dan portio, ulkus dekubitus, hipertrofi serviks,
gangguan miksi & stres inkontinensia, ISK, infertilitas, gangguan partus,
hemoroid, inkarserasi usus
Classification of
Genitourinary Prolapse
• The Pelvic Organ Prolapse Quantification
(POPQ)by The international continence society. It
is based on the position of the most distal portion
of the prolapse during straining
– Stage O: no prolapse
– Satge 1 : more than 1 cm above the hymen
– Stage 2 : witihin 1 cm proximal or distal to the plane
of the hymen
– Stage 3 : more than 1 cm below the plane of the
hymen but protrudes no further than 2 cm less than
the total length of vagina
– Stage 4: there is complete eversion of the vagina
• Baden Walker or Beecham classification
systems:
– 1st degre : cervix is visible when the perineum is
depressed – prolapse is contained within the
vagina
– 2nd degree: cervix prolapsed through the introitus
with the fundus remaining in the pelvis
– 3rd degree: procidentia (complete prolaps)- entire
uterus is outside the introitus
Treatment
• Treatment is indicated for women with symptoms of
prolapse or associated conditions (urinary, bowel, or
sexual dysfunction).
• Obstructed urination or defecation or hydronephrosis
from chronic ureteral kinking are all indications for
treatment, regardless of degree of prolapse .
• Treatment is generally not indicated for women with
asymptomatic prolapse
• Treatment is individualized according to each patient’s
symptoms and their impact on her quality of life
• Women with symptomatic prolapse can be managed expectantly,
or treated with conservative or surgical therapy.
• Both conservative and surgical treatment options should be
offered. There are no high quality data comparing these two
approaches.
1. Expectant management — Expectant management is a viable
option for women who can tolerate their symptoms and prefer to
avoid treatment.
2. Conservative management — Conservative therapy is the first
line option for all women with POP, since surgical treatment incurs
the risk of complications and recurrence:
– Pessarium, pelvic floor muscle excercise, esterogen therapy
3. Surgical treatment — Surgical candidates include women with
symptomatic prolapse who have failed or declined conservative
management of their prolapse. There are numerous surgeries for
prolapse including vaginal and abdominal approaches with and
without graft materials
371
Seorang pasien wanita bernama Ny. Subradiah berusia 55
tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak lima hari
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 100/70
mmHg, N 80 x/menit, P 22 x/menit. Pemeriksaan paru
didapatkan ronkhi basah di basal paru. Sebelumnya
pasien sudah pernah terdiagnosis penyakit kista ovari.
Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut?
A. Kartagener syndrome
B. Meigs syndrome
C. Efusi pleura
D. Pseudo-Meigs syndrome
E. Alport syndrome
Analisa Soal
• Pasien dengan riwayat kista ovarium datang dengan
keluhan sesak napas, ronkhi basah di basal paru
mengarah pada meigs syndrome karena memenuhi
sebagian dari trias meigs syndrome yakni tumor jinak
ovarium, efusi pleura, dan asites.
• Kartagener syndrome sindrom yang ditandai dengan
diskinesia siliar primer dan situs invertus totalis.
• Pseudo-meigs syndrome gejala menyerupai meigs
syndrome, tetapi disebabkan oleh tumor organ pelvic selain
ovarium, umumnya berhubungan dengan keganasan di
gastrointestinal
• Alport syndrome kelainan genetik yang meliputi
penyakit ginjal, tuli, dan kelainan mata.
Meigs Syndrome
• Trias dari tumor jinak ovarium, efusi pleura, dan asites yang akan
mereda setelah tumor diangkat
http://emedicine.medscape.com/article/255450
372
Seorang pasien wanita bernama Ny. Ella Badriah berusia 25
tahun G1P0A) usia kehamilan 37 minggu datang dibawa oleh
keluarganya dengan keluhan kencang-kencang di perut sejak
satu hari sebelumnya. Kencang-kencang tersebut terasa
teratur dan semakin sering. Pemeriksaan fisik TD 170/100
mmHg, N 90 x/menit, P 20 x/menit. Dokter melakukan
pemeriksaan urin hasilnya proteinuria ++. Pengobatan yang
diberikan adalah…
A. MgSO4 4 gram
B. MgSO4 6 gram
C. MgSO4 8 gram
D. MgSO4 20 gram
E. MgSO4 22 gram
Analisa Soal
• Pasien mengalami pre eklampsia berat atas
dasar adanya peningkatan tekanan darah
(170/100 mmHg) di kehamilan 37 minggu dan
disertai proteinuria. Pasien juga mengeluh
kencang-kencang di perut satu hari
sebelumnya.
• Tatalaksana yang tepat untuk kondisi ini
adalah pemberian MgSO4 4 g sebagai dosis
awal.
Preeklampsia
• Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ.
• Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein
urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
preeklampsia, yaitu:
– 1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
– 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
– 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
abdomen
– 4. Edema Paru
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
– 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
kepala, gangguan visus
– 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi
tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
Pre Eklampsia Berat
Pre Eklampsia & Eklampsia: Kejang
• Pencegahan dan Tatalaksana Kejang
– Bila terjadi kejang perhatikan prinsip ABCD
• MgSO4
– Eklampsia untuk tatalaksana kejang
– PEB pencegahan kejang
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
• Syarat pemberian MgSO4: Terdapat refleks patella, tersedia
kalsium glukonas, napas> 16x/menit, dan jumlah urin
minimal 0,5 ml/kgBB/jam
373
Seorang pasien perempuan berusia 38 tahun datang
dengan keluhan perut bawah terasa penuh. Keluhan
muncul setelah melahirkan setahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg, N 80
x/menit, P 14 x/menit. Pemeriksaan USG ditemukan
penonjolan serviks ke anterior. Diagnosis yang paling
mungkin dari kondisi tersebut adalah…
A. Fistula rektovagina
B. Inkontinensia alvi
C. Prolaps uteri
D. Rektokel
E. Sistokel
Analisa Soal
• Pasien datang dengan perut bawah terasa penuh, setelah
melahirkan setahun yang lalu. Pemeriksaan USG tampak
penonjolan serviks ke anterior mengarahkan pada
prolaps uteri.
• Fistula rektovagina adanya saluran antara rektum dan
vagina, feses keluar dari vagina.
• Inkontinensia alvi tidak dipilih karena tidak ada gejala
yang menunjukkan adanya masalah buang air besar
• Rektokel tidak dipilih, karena biasanya gejalanya berupa
sulit BAB disertai benjolan di kemaluannya dan ada
posterior bulging yang saat ditekan keluar feses dari anus
• Sistokel tidak dipilih, karena gejala berupa keluhan
buang air kecil dan infeksi saluran kemih berulang.
Prolaps Uteri
Definisi
• Penurunan uterus dari posisi anatomis yang seharusnya
Komplikasi
• Keratinasi mukosa vagina dan portio, ulkus dekubitus, hipertrofi serviks,
gangguan miksi & stres inkontinensia, ISK, infertilitas, gangguan partus,
hemoroid, inkarserasi usus
Classification of
Genitourinary Prolapse
• The Pelvic Organ Prolapse Quantification
(POPQ)by The international continence society. It
is based on the position of the most distal portion
of the prolapse during straining
– Stage O: no prolapse
– Satge 1 : more than 1 cm above the hymen
– Stage 2 : witihin 1 cm proximal or distal to the plane
of the hymen
– Stage 3 : more than 1 cm below the plane of the
hymen but protrudes no further than 2 cm less than
the total length of vagina
– Stage 4: there is complete eversion of the vagina
• Baden Walker or Beecham classification
systems:
– 1st degre : cervix is visible when the perineum is
depressed – prolapse is contained within the
vagina
– 2nd degree: cervix prolapsed through the introitus
with the fundus remaining in the pelvis
– 3rd degree: procidentia (complete prolaps)- entire
uterus is outside the introitus
Treatment
• Treatment is indicated for women with symptoms of
prolapse or associated conditions (urinary, bowel, or
sexual dysfunction).
• Obstructed urination or defecation or hydronephrosis
from chronic ureteral kinking are all indications for
treatment, regardless of degree of prolapse .
• Treatment is generally not indicated for women with
asymptomatic prolapse
• Treatment is individualized according to each patient’s
symptoms and their impact on her quality of life
• Women with symptomatic prolapse can be managed expectantly,
or treated with conservative or surgical therapy.
• Both conservative and surgical treatment options should be
offered. There are no high quality data comparing these two
approaches.
1. Expectant management — Expectant management is a viable
option for women who can tolerate their symptoms and prefer to
avoid treatment.
2. Conservative management — Conservative therapy is the first
line option for all women with POP, since surgical treatment incurs
the risk of complications and recurrence:
– Pessarium, pelvic floor muscle excercise, esterogen therapy
3. Surgical treatment — Surgical candidates include women with
symptomatic prolapse who have failed or declined conservative
management of their prolapse. There are numerous surgeries for
prolapse including vaginal and abdominal approaches with and
without graft materials
374
Seorang pasien perempuan berusia 23 tahun P2A0 datang
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir setelah 7 hari
post melahirkan di tolong oleh bidan. Pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal. Pemeriksaan lokalis abdomen
cembung, fundus uteri tidak dapat dinilai, kontraksi
uterus tidak teraba, robekan perineum grade I. Kondisi
klinis pada pasien adalah:
A. Pengecilan uteri sesuai usia
B. Atonia uteri
C. Subinvolusional uteri
D. Perdarahan post partum lambat
E. Prolaps uteri
Analisa Soal
• Pasien mengalami late post partum hemorrhage
atas dasar adanya keluhan keluar darah dari jalan
lahir setelah 7 hari persalinan. Pada pemeriksaan
fundus uteri tidak dapat dinilai, kontraksi uterus
tidak teraba mengarahkan pada subinvolusi
uteri.
• Atonia uteri tidak dipilih karena merupakan
penyebab perdarahan post partum awal (early
post partum hemorrhage), sifatnya akut dan
segera terjadi setelah persalinan.
• Pilihan D tidak dipilih karena tidak spesifik.
Subinvolusi uterus
• Kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi
dan menyebabkan terjadi perdarahan post partum
• Etiologi:
– Infeksi pada endometrium
– Sisa plasenta
– Bekuan darah intrauteri
– Mioma uteri
• Manifestasi klinis :
– Gejala tidak langsung muncul, perdarahan biasanya
muncul beberapa minggu postpartum (paling sering 4-6
minggu postpartum)
Late (secondary) pph
• Secondary (also called
late) PPH is generally
defined as any
significant uterine
bleeding occurring
between 24 hours and
12 weeks postpartum
• However, definitions
vary (eg, between 48
hours and 6 weeks
postpartum).
Normal Uterine involution
• Immediately after delivery of the placenta, the uterus begins to return
to its nonpregnant size and condition, a process termed uterine
involution.
• Contraction of the interlacing myometrial muscle bundles constricts the
intramyometrial vessels and impedes blood flow, which is the major
mechanism preventing hemorrhage at the placental site.
• Phase :
– Immediately after delivery the fundus is normally firm,
nontender, globular, and located midway between the symphysis
pubis and umbilicus.
– In the next 12 hours it rises to just above or below the umbilicus,
then recedes by approximately 1 cm/day to again lie midway
between the symphysis pubis and umbilicus by the end of the first
postpartum week.
– It is not palpable abdominally by two weeks postpartum and attains
its normal nonpregnant size by six to eight weeks postpartum.
• This process is modestly affected by predelivery uterine
overdistention, multiparity, and cesarean delivery (the
uterus is slightly larger in these cases), and by
breastfeeding (the uterus is slightly smaller in women
who are breastfeeding)
• The weight of the uterus decreases from approximately
1000 g immediately postpartum to 60 g six to eight
weeks later.
• Although assessment of uterine size is routinely
performed in the early postnatal period, there is no
evidence that uterine size is predictive of complications
375
Seorang pasien perempuan
berusia 29 tahun P2A0 datang ke
Puskesmas post melahirkan
datang dengan membawa
bayinya yang menangis merintih.
Ditemukan keadaan plasenta
seperti gambar di bawah.
Hal apakah yang mungkin
menjadi penyebab kejadian
tersebut:
A. Kalsifikasi plasenta
B. Faktor paritas
C. Riwayat ANC
D. Usia ibu
E. Malnutrisi
Analisa Soal
• Pasien datang membawa
bayi yang menangis
merintih, kemungkinan
bayi tersebut mengalami
asfiksia.
• Salah satu faktor risiko
asfiksia adalah insufisiensi
plasenta akibat kalsifikasi
plasenta, seperti yang
nampak pada gambar di
soal.
Kalsifikasi
plasenta
Neonatal Asphyxia
http://en.wikipedia.org/wiki/Perinatal_asphyxia
Placental Vascular Calcification
• Placental calcification is the deposition of calcium-phosphate
minerals in placenta tissue.
• Placental calcification is diagnosed non-invasively by
ultrasonographic examination and identification of echogenic foci,
and is used as a marker of viral infection
• Placental calcification is classified by Grannum grading. The
Grannum classification system includes grades 0, I, II, and III. Grades
0 placentas display homogenous texture with minimal mineral
deposition; on the other end of the spectrum grade III placentas
are highly calcified and characterized by echogenic indentations
resembling cotyledons.
• Highly calcified grade III placentas often prompt expedited delivery
and have been associated with a higher risk of adverse pregnancy
outcome.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6090024/
Placental Vascular Calcification:
Complication
• Pregnancy-induced hypertension
• Fetal growth restriction
• Low birth weight
• Fetal distress
• Perinatal asphyxia
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6090024/
376
Seorang pasien wanita bernama Ny. Tarandita berusia 28
tahun G1P0A0 hamil 32 minggu datang di antar suaminya
untuk memeriksa kehamilan. Pasien belum ada tanda
inpartu. Pemeriksaan leopold didapatkan leopold 1
tampak keras bulat, leopold 2 teraba memanjang di sisi
kiri, leopold 3 teraba lunak, belum masuk PAP. Apa
presentasi janin tersebut:
A. Presentasi kepala
B. Presentasi bokong
C. Presentasi kaki
D. UUK
E. UUB
Analisa Soal
• Pasien hamil 32 minggu datang untuk
pemeriksaan.
• Leopold 1 keras bulat kepala,
• Leopold 2 teraba memanjang di sisi kiri
punggung kiri.
• Leopold 3 teraba lunak, belum masuk PAP
bokong.
• Dengan demikian presentasi janin adalh
presentasi bokong.
Presentasi Bokong
• Bila bokong merupakan bagian terendah janin
• Ada 3 macam presentasi bokong: complete breech(bokong
sempurna),Frank breech (bokong murni), incomplete breech
(termasuk di dalamnya presentasi bokong kaki)
• Partus lama merupakan indikasi utk melakukan SC, karena
kelainan kemajuan persalinan merupakan salah satu tanda
disproporsi
• Etiologi
• Multiparitas, hamil kembar,
hidramnion, hidrosefal,
plasenta previa, CPD
• Faktor Predisposisi
– Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
– Kelainan gastrointestinal
– Penyakit kronis
– Riwayat Keluarga
Beck, K. L., Conlon, C. A., Kruger, R., & Coad, J. (2014). Dietary determinants of and possible solutions to
iron deficiency for young women living in industrialized countries: a review. Nutrients, 6(9), 3747–3776.
doi:10.3390/nu6093747
Komplikasi Maternal dari Anemia
• Anemia berat dapat menimbulkan sejumlah komplikasi pada ibu
dan fetus.
• Komplikasi maternal mayor akibat anemia umumnya terjadi pada
ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 6 gr/dL.
• Meski demikian, kadar Hb yang rendah dapat meningkatkan
morbiditas dalam kehamilan seperti infeksi, peningkatan lama
rawat di rumah sakit, dan masalah kesehatan umum lainnya.
• Pada kondisi berat, terutama pada wanita dengan Hb < 6 gr/dL,
komplikasi berbahaya dapat terjadi akibat gagal jantung kongestif
dan penurunan oksigenasi jaringan, termasuk pada otot jantung.
• Anemia defisiensi besi berat atau anemia methemorragik dapat
mengakibatkan komplikasi pada kehamilan seperti plasenta previa,
solusoi plasenta, persalinan melalui tindakan section caesaria, dan
perdarahan post partum.
Sifakis S. Anemia in Pregnancy. Annals of the New York Academy of Sciences. February 2000.
Komplikasi Fetal dari Anemia
• Efek anemia pada ibu hamil terhadap janin
masih belum jelas. Namun, pada beberapa
literatur disebutkan anemia berhubungan
dengan penurunan kadar hemoglobin pada
bayi premature, abortus spontaneous, bayi
berat lahir rendah, dan kematian janin.
Sifakis S. Anemia in Pregnancy. Annals of the New York Academy of Sciences. February 2000.
378
Seorang pasangan suami istri datang dengan keluhan belum
memiliki keturanan sejak menikah 1,5 tahun yang lalu. Suami
berusia 30 tahun, istri berusia 28 tahun. Istri mengaku
menstruasi teratur setiap bulan. Suami memiliki kebiasaan
minum kopi dan ada riwayat asam urat sehingga
mengonsumsi obat allopurinol. Pasangan ini mengaku rutin
melakukan hubungan intim dan berolahraga. Apa yang
menjadi penyebab risiko infertilitas pada suami?
A. Kafein dari kopi
B. Allopurinol
C. Gangguan anatomi
D. Aktivitas fisik kurang
E. Frekuensi hubungan intim kurang
Analisa Soal
• Pasangan suami istri belum memiliki keturunan
setehal 1,5 tahun menikah, rutin berhubungan
intim infertilitas primer.
• Suami memiliki kebiasaan minum kopi dan
riwayat asam urat sehingga mengonsumsi
allopurinol
– Kafein dalam kopi tidak memengaruhi infertilitas
– Allopurinol dapat menurunkan kemampuan sperma
untuk membuahi oosit menyebabkan infertilitas.
• Karena itu pilihan jawaban yang tepat adalah B.
Infertilitas
• Infertilitas :
– kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan sekurang-
kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara teratur tanpa
kontrasepsi, atau biasa disebut juga sebagai infertilitas primer.
• Infertilitas sekunder:
– ketidakmampuan seseorang memiliki anak atau mempertahankan
kehamilannya.
• Infertilitas idiopatik :
– pasangan infertil yang telah menjalani pemeriksaan standar meliputi tes
ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil normal
• Fekunditas: kemampuan seorang perempuan untuk hamil.
• Data dari studi yang telah dilakukan pada populas, kemungkinan seorang
perempuan hamil tiap bulannya adalah sekitar 20 sampai 25%
• Pada perempuan di atas 35 tahun, evaluasi dan pengobatan dapat
dilakukan setelah 6 bulan pernikahan.
Faktor Resiko Infertilitas
• Gaya Hidup
Faktor Laki – laki
Infertilitas dapat juga disebabkan oleh faktor laki-laki, dan
setidaknya sebesar 30-40% dari infertilitas disebabkan oleh
faktor laki-laki, sehingga pemeriksaan pada laki-laki penting
dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan infertilitas.
• Fertilitas laki-laki dapat menurun akibat dari:11
– Kelainan urogenital kongenital atau didapat
– Infeksi saluran urogenital
– Suhu skrotum yang meningkat (contohnya akibat dari varikokel)
– Kelainan endokrin
– Kelainan genetik
– Faktor imunologi
Infertilitas pada Pria: Etiologi
https://www.andrologyaustralia.org/your-health/male-infertility/
379
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Dyahsari berusia 35 tahun
G3P1A1 kehamilan 36 minggu datang dengan keluhan keluar cairan
dari vagina dan keluar tali pusat 10 menit yang lalu. Riwayat ANC rutin,
pemeriksaan USG didapatkan cairan ketuban sangat banyak.
Pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tanda vital dalam batas normal,
pemeriksaan obstetric his 2x dalam 10 menit selama 10 detik, DJJ
90x/menit regular, dan teraba tali pusat pada jalan lahir dengan
pembukaan 3 cm. Apa tindakan yang paling tepat?
A. Sectio caesaria
B. Forcep
C. Partus per vaginam
D. Vakum
E. Observasi kemajuan persalinan
Analisa Soal
• Pasien hamil 36 minggu, in partu kala I fase
laten, keluar cairan dan darah serta tali pusat
sejak 10 menit yang lalu, mengarahkan pada
prolaps tali pusat (tali pusat menumbung).
• Adanya polihidramnion merupakan salah satu
faktor risiko prolaps tali pusat.
• Pada pasien sudah terdapat tanda gawat janin
(DJJ 90x/m) sehingga tatalaksana paling tepat
adalah tindakan sectio caesaria.
Prolaps Tali Pusat
• Terjadi ketika tali pusat keluar dari uterus sebelum
janin
• Faktor Risiko
Prolaps Tali Pusat
• Diagnosis Prolaps tali pusat dapat dipastikan bila:
– Tali pusat tampak atau teraba pada jalan lahir lebih rendah
dari bagian terendah janin (tali pusat terkemuka, saat
ketuban masih utuh)
– Tali pusat tampak pada vagina setelah ketuban pecah (tali
pusat menumbung, saat ketuban sudah pecah)
• Faktor Predisposisi
– Multiparitas
– Kehamilan multipel
– Ketuban pecah dini
– Hidramnion
– Tali pusat yang panjang
– Malpresentasi
Prolaps Tali Pusat
Occult prolapse
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
Tatalaksana umum Prolaps Tali Pusat
Tali pusat terkemuka
– Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi
dengan posisi knee chest atau Trendelenburg
– Rujuk ibu untuk seksio sesarea
Tali pusat menumbung Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut atau tidak.
Tidak berdenyut: janin telah mati sebisa mungkin pervaginam tanpa
tindakan agresif
Masih berdenyut:
Berikan oksygen.
Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau memindahkan
tali pusat yang tampak pada vagina secara manual
Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest
Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi
kompresi pada tali pusat
Rujuk untuk SC. Pada saat proses transfer dengan ambulans, posisi knee
chest kurang aman, sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri.
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
Tatalaksana Khusus Prolaps Tali Pusat
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
380
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Lucie berusia 16
tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu datang dengan
keluhan nyeri perut yang tembus ke punggung sejak 6
jam yang lalu. Ada darah dan lendir keluar dari jalan lahir.
Pemeriksaan fisik TFU 30 cm, letak kepala, his
3x/10menit, divergen, pembukaan serviks 5 cm, station
+3. Fase persalinan pasien ini adalah:
A. Fase laten
B. Fase laten memanjang
C. Fase aktif + inertia uteri
D. Fase aktif
E. Fase aktif memanjang
Analisa Soal
• Pasien hamil aterm, nyeri perut tembus ke
punggung sejak 6 jam, darah dan lendir keluar
dari jalan lahir, his 3x10 menit, divergen,
pembukaan serviks 5 cm, station +3 in
partu, kala I fase aktif.
Kala Persalinan
PERSALINAN dipengaruhi 3 • PEMBAGIAN FASE / KALA
FAKTOR “P” UTAMA PERSALINAN
1. Power Kala 1
His (kontraksi ritmis otot polos Pematangan dan pembukaan
uterus), kekuatan mengejan ibu, serviks sampai lengkap (kala
keadaan kardiovaskular respirasi pembukaan)
metabolik ibu. Kala 2
2. Passage Pengeluaran bayi (kala
Keadaan jalan lahir pengeluaran)
Kala 3
3. Passanger Pengeluaran plasenta (kala uri)
Keadaan janin (letak, presentasi, Kala 4
ukuran/berat janin, ada/tidak Masa 1 jam setelah partus,
kelainan anatomik mayor) terutama untuk observasi
(++ faktor2 “P” lainnya :
psychology, physician, position)
Kala Persalinan: Sifat HIS
Kala 1 awal (fase laten)
• Tiap 10 menit, amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm
• Frekuensi dan amplitudo terus meningkat
Kala 2
• Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.
• Refleks mengejan akibat stimulasi tekanan bagian terbawah menekan anus dan rektum
Kala 3
• Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Kala Persalinan: Kala I
Fase Laten
• Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam)
Fase Aktif
• Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam
• Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
Kala Persalinan: Kala II
• Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Kemenkes RI.
381
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Gustiah Randi
berusia 28 tahun P1A0 datang dengan keluhan nyeri di
payudara setiap menyusui bayinya. Pasien mengaku baru
keluar ASI setelah 3 hari post partum. Karena nyeri tersebut,
pasien takut tidak bisa menyusui dengan baik. Pada
pemeriksaan lokalis tampak payudara kanan bengkak, putting
eritem dan luka (+). Diagnosis pasien tersebut adalah…
A. Cracked nipple
B. Mastitis
C. Abses payudara
D. Abses sub areola
E. Fistula sub areola
Analisa Soal
• Pasien post partum datang dengan keluhan rasa nyeri tiap
menyusui bayinya, payudara kanan bengkak, puting eritem,
serta luka mengarahkan pada cracked nipple.
• Mastitis tidak dipilih karena pada pasien tidak terdapat
tanda peradangan pada payudara, dan pasien tidak demam
• Abses payudara gejala menyerupai mastitis ditambah
fluktuasi (+)
• Abses sub areola abses yang terjadi pada wanita tidak
menyusui, ditandai dengan bengkaknya area areolar
disertai tanda peradangan, faktor risiko: tindik payudara
(piercing)
• Fistula sub areola adanya fistula atau saluran di area
areolar, dapat terjadi akibat tindik payudara. Bila terinfeksi
dapat menjadi abses subareolar.
Gangguan Proses Menyusui: Cracked Nipple
• Perawatan puting payudara
– Jangan digosok terlalu keras atau menggunakan sabun
meningkatkan kekeringan dan iritasi
– Apabila basah/terlalu lembab diangin-anginkan
• Tatalaksana
– Gunakan ASI/lanolin/krim untuk melembabkan
– Tetap susui bayi
– Gunakan nipple shield sebagai alternatif terakhir karena
dapat mengurangi produksi ASI
382
Seorang ibu bernama Ny. Fitsratyah berusia 25 tahun G1P0A0
usia kehamilan 12 minggu datang dengan keluhan badan
lemas. Sebelumnya pasien muntah-muntah >5x per hari
disertai penurunan nafsu makan. Sejak 2 minggu terakhir
pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 2 kg.
Bibir pasien tampak kering. Pemeriksaan fisik TD 80/60
mmHg, N 110 x/menit, ketonuria (+). Apa tatalaksana awal
pasien ini?
A. Infus NaCl 0.9%
B. Infus D5%
C. Infus multivitamin
D. Oksigen 2l/menit nasal kanul
E. Berikan minum
Analisa Soal
• Pasien hamil 12 minggu, datang dengan
keluhan badan lemas, muntah >5x per hari,
penurunan nafsu makan, penurunan berat
badan 2 kg dalam 2 minggu, bibir tampak
kering hiperemesis gravidarum.
• Penurunan tekanan darah, pneingkatan nadi,
ketonuria (+) HEG grade 2.
• Tatalaksana awal yang tepat adalah rehidrasi
dengan infus NaCl 0.9%.
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
• Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
• Kondisi pada kehamilan yang ditandari dengan mual muntah yang
berat, menurunnya berat badan, dan gangguan elektrolit
• Terjadi pada trimester 1: Mulai setelah minggu ke-6 dan biasanya
akan membaik dengan sendirinya sekitar minggu ke-12
Etiologi
• Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan peningkatan hCG, hCG
yang meningkat dapat menyebabkan hipertiroidisme intermiten
karena meningkatkan reseptor hormone TSH
Komplikasi
• Akibat mual muntah → dehidrasi → elektrolit berkurang,
hemokonsentrasi, aseton darah meningkat → kerusakan liver
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Faktor Resiko
• Faktor resikonya adalah keadaan apapun yang
menyebabkan hCG meningkat, seperti:
– Obesitas
– Kehamilan gemeli
– Nuliparitas
– Mola hidatidosa
– Riwayat kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• Mual muntah pada kehamilan tanpa komplikasi, frekuensi <5 x/hari
• 70% pasien: Mulai dari minggu ke-4 dan 7
• 60% : membaik setelah 12 minggu
• 99% : Membaik setelah 20 minggu
Hyperemesis gravidarum
• Mual muntah pada kehamilan dengan komplikasi
– dehidrasi
– Hiperkloremik alkalosis,
– ketosis
Grade 1 Penurunan nafsu makan, nyeri epigastrium, peningkatan nadi
>100x/menit, tekanan darah menurun, dehidrasi
Grade 2 Apatis, nadi meningkat dan lemah, ikterik, oliguria, hemokonsentrasi,
nafas bau aseton
Grade 3 Syok hipovolemik, Somnolen-Koma, Ensefalopati Wernicke
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
Diagnosis
Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kementerian Kesehatan RI
383
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Tsaniah berusia
26 tahun P1A0 post partum normal datang untuk kontrol
post partum setelah 3 hari sebelumya melahirkan. Pasien
mengeluh masih keluar darah banyak. Pada pemeriksaan
ditemukan adanya robekan mukosa vagina tetapi mukosa
perineum serta sfingter ani masih intak. Derajat
berapakah robekan pada pasien ini?
A. Grade I
B. Grade II
C. Grade 3a
D. Grade 3b
E. Grade 4
Analisa Soal
• Pasien post partum 3 hari, masih mengalami
perdarahan. Pada pemeriskaan ditemukan
robekan mukosa vagina, mukosa perineum
dan sfingter ani masih intak sesuai dengan
ruptur perineum grade I.
I Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura
posterior tanpa mengenai kulit perineum. Tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5583769/
386
Seorang ibu bernama Ny. Widuri berusia 28 tahun datang
dengan perdarahan pervaginam sejak beberapa hari yang lalu.
Pasien sedang hamil dua bulan. Plano test (+). Hasil
pemeriksaan USG Abdomen: snow storm appearance. Dokter
melakukan kuretase dan jaringan diperiksakan ke
laboratorium PA. Hasil PA menunjukkan vili membesar,
cysterna vili, dan hypertrofi trofoblas. Diagnosis pasien ini
adalah:
A. Mola invasif
B. Mola hidatidosa
C. Koriokarsinoma
D. Abortus
E. Plasenta site mola
Analisa Soal
• Pasien mengalami perdarahan per vaginam sejak beberapa
hari, hamil 2 bulan, plano test (+), USG abdomen
menunjukkan snow storm appearance mengarahkan
pada kehamilan mola.
• Pemeriksaan PA menunjukkan villi membesar, cysterna
villi, dan hipertrofi trofoblas mengarahkan pada mola
hidatidosa.
• Mola invasif tidak dipilih karena pada temuan patologi
akan terdapat infiltrasi vili hingga ke miometrium.
• Koriokarsinoma ditandai dengan adanya anaplastik
sitotrofoblas dan syncytiotrophoblast tanpa vili korionik.
• Plasenta site mola istilah yang lebih tepat adalah
placental site nodule, merupakan tempat implantasi
plasenta ditandai dengan adanya trofoblas non-neoplastik.
Mola Hidatidosa
• Definisi
– Latin: Hidatid tetesan air, Mola Bintik
T I P E KO M P L I T T I P E PA R S I A L
• Perdarahan pervaginam setelah • Seperti tipe komplit hanya lebih
amenorea
ringan
• Uterus membesar secara abnormal dan
menjadi lunak • Biasanya didiagnosis sebagai
• Hipertiroidism aborsi inkomplit/ missed abortion
• Kista ovarium lutein • Uterus kecil atau sesuai usia
• Hiperemesis dan pregnancy induced kehamilan
hypertension
• Peningkatan hCG 100,000 mIU/mL • Tanpa kista lutein
• Indikasi
– Plasenta Previa sentralis dan lateralis(posterior)
– Panggul Sempit(Panggul dengan CV 8 cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan pervaginam, 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan,
baru setelah gagal dilakukan seksio caesaria sekunder
– Disproporsi sefalo-pelvik(ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan
panggul)
– Ruptura uteri mengancam
– Partus Lama
– Partus Lama(prolonged labor)
– Partus Tak Maju
– Distosia servik
– Pre-eklampsia dan hipertensi
Sectio Caesarea: Indikasi
• Malpresentasi janin:
– Letak Lintang
Semua primigravida dengan letak janin lintang harus
ditolong dengan operasi seksio sesaria
– Letak Bokong, dianjurkan seksio sesaria bila:
• Panggul sempit
• Primigravida
• Janin besar dan Berharga
• Presentasi dahi dan muka(letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil
• Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
• Gemelli
Sectio Caesarea: Kontra Indikasi
Kontra Indikasi Absolut Kontra Indikasi Relatif
1. Pasien menolak 1. Infeksi sisitemik (sepsis,
2. Infeksi pada tempat suntikan bakteremia)
3. Hipovolemia berat, syok 2. Infeksi sekitar suntikan
4. Koagulapati atau mendapat 3. Kelainan neurologis
terapi antikagulan
4. Kelainan psikis
5. TIK meninggi
5. Bedah lama
6. Fasilitas resusitasi minimal
6. Penyakit jantung
7. Kurang pengalaman/ tanpa
didampingi konsultan 7. Hipovolemia ringan
anesthesia. 8. Nyeri punggung kronis
388
Seorang ibu bernama Ny. Urisyah berusia 20 tahun G1P0A0
usia kehamilan 18 minggu datang untuk kontrol antenatal care
pertama kali. Pasien mengalami luka di bibir vagina dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium VDRL (+). Pemeriksaan
USG: hidrops fetalis. Pengobatan yang bisa diberikan untuk
mencegah kelainan kongenital adalah:
A. Benzatin penisillin, 2.4 juta unit, IM, single dose
B. Benzatin penisilin, 2.4 juta unit, IM, 3 kali pemberian
selang 1 minggu
C. Penisilin prokain, 1 juta unit, IM
D. Doksisiklin 2x100mg 7 hari
E. Benzatin penisilin, 1.2 juta unit, IM
Analisa Soal
• Pasien hamil 18 minggu, dengan luka di bibir
vagina dan pemeriksaan VDRL (+) sifilis
dalam kehamilan, kemungkinan sifilis primer.
• Pengobatan untuk mencegah kelainan
kongenital adalah benzatin penisilin 2,4 juta
unit, IM, dosis tunggal.
• Pilihan B merupakan tatalaksana untuk sifilis
latent lambat (late latent syphilis).
Sifilis Pada Kehamilan
• Gejala dan tanda seperti sifilis pada umumnya
http://www.cdc.gov/std/tg2015/syphilis-pregnancy.htm
Sifilis Pada Kehamilan: Tatalaksana
Sifilis Pada Kehamilan: Tatalaksana
https://www.uptodate.com/contents/syphilis-in-pregnancy#H1972014971
389
Seorang ibu Ny. Qanitasyiah berusia 32 tahun G3P2A0
usia kehamilan 37 minggu datang dengan keluhan nyeri
perut, mulas-mulas, sejak sehari yang lalu. Pada
pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan lengkap,
portio melesap, bagian terbawah janin teraba lunak.s
Perasat yang digunakan yang sepenuhnya bergantung
pada kekuatan ibu meneran adalah:
A. Bracht
B. Daventer
C. Muller
D. Mc Robert
E. Woods
Analisa Soal
• Pasien hamil 37 minggu, in partu, bagian terbawah
janin teraba lunak presentasi bokong.
• Perasat yang menggunakan kekuatan ibu untuk
meneran adalah perasat Bracht.
• Daventer perasat untuk melahirkan bahu belakang
• Muller perasat untuk melahirkan bahu dan lengan
• Mc robert Manuver yang dilakukan pada distosia
bahu
• Woods rotasi bahu belakang pada tatalaksana
distosia bahu.
Perasat Bracht
• Bokong janin dipegang hingga kedua ibu jari penolong
ada pada bagian belakang pangkal paha & empat jari-
jari lain berada pada bokong janin (gambar 1)