Anda di halaman 1dari 20

9.6. 1.4.

Streamlining

Body Berbentuk STREAMLINING

Memperlambat terjadinya Separasi

Wake yang terjadi lebih Sempit

Gaya Drag yang terjadi lebh Kecil

1
9.6. 1.4. Streamlining

2
9.6. 2. LIFT

Lift (Gaya Angkat)


adalah gaya komponen dari Resultan
Gaya Aerodinamik yang tegak lurus arah
gerak aliran

Koefisien Lift (CL) didefinisikan:


FL
CL 
1
ρV 2 A p
2
3
9.6. 2. LIFT

Dimana Ap : planform area (luas dalam


bentuk datarnya)

Untuk Airfoil, CD & CL adalag merupkan


fungsi dari Re & (sudut serang)
dimana: ρV c
Re 
μ
Angle of attack () :
Sudut yang dibentuk antara airfoil chord
(c) dengan vektor kecepatan bebas (V )

4
9.6. 2. LIFT

Note:

•  = 0  CL  0  airfoil tidak simetri


•   CL  CLmax
• bila CLmax = CLmax    CL 
STALL
5
9.6. 2. LIFT

Note:

•  = 0  CL  0  airfoil tidak simetri

•   CL  CLmax

• bila CLmax = CLmax    CL 


6
STALL
9.6. 2. LIFT

7
Notations:
9.6. 2. LIFT
Conventional section: 23015
2 30 15

Section thickness (t/c) = 15 percent

Maximum camber location (30 x ½ =


15% chord = (x/c))
Design lift coefficient (3/2 x 0.2 = 0.3)

Laminar flow section: 662-215

6 6 2 - 2 15

Section thickness (t/c) = 15


percent
Design lift coefficient (0.2)
Maximum CL for favorable press.
Gradient (0.2)
Location of minimum pressure
(x/c = 0.6)
Series designation for laminar
flow
9.6. 2. LIFT

Terjadinya STALL pada Airfoil:


•   CL  CLmax
• Pada saat CLmax = CLmax bila 
 CL (mendadak) STALL

=0

9
9.6. 2. LIFT

  0  titik separasi di bagian atas bergeser


menuju hidung

 titik separasi di bagian atas bergeser menuju


hidung hingga mencakup sebagian besar /seluruhnya
 arah aliran atas berbalik  CL
STALL
10
9.6. 2. LIFT

Terjadinya STALL pada Airfoil:

Aliran berbalik arah di bagian atas


akibat terjadinya Separasi

11
9.6. 2. LIFT

Pengaruh Panjang Sayap Terbatas


• CL Lift  Lift 
  
• CD Drag  real Drag  test
(sayap terbatas) (sayap tak terbatas)

12
9.6. 2. LIFT

Dari Data Empiris tersebut dapat


disimpulkan bahwa:

ar  L/D Why ???

Note:
b
ar   b dan/atau c  sayap panjang tetapi kurus
c
b
ar   b dan/atau c  sayap pendek tetapi gemuk
c

Fenomena pada Burung:


• sayap panjang & kurus:
 L/D  L dan/atau D
 dapat terbang tinggi & menempuh
jarak jauh
• Sayap pendek & gemuk/lebar:
 L/D  L dan/atau D
 tidak dapat terbang jauh, tetapi daya tukik
besar
13
9.6. 2. LIFT

Pengaruh Panjang Sayap Terbatas

panjang 
panjang 

14
9.6. 2. LIFT

Pengaruh Panjang Sayap Terbatas


Sayap panjang tak terbatas (infinite wing)

Tidak menimbulkan masalah karena perbedaan


gaya tekan antara bagian
bawah & atas di ujung sayap sangat kecil

Bila panjang sayap dipotong  panjang sayap


terbatas (finite wing)

Terjadi fenomena khusus akibat bentuk


sayap terpotong, yaitu:

tekanan bag. Bawah > tekanan bag. Atas

Pada unjung sayap terjadi aliran


dari bawah ke atas

Di belakang ujung sayap terjadi “trailing Vortex”

menyebabkan (induced) aliran udara


di belakang sayap turun (“Downwash Velocity)
15
9.6. 2. LIFT

Pengaruh Panjang Sayap Terbatas

16
9.6. 2. LIFT

Jadi. : eff < 

CL & CD
• Besarnya penurunan angle of attack
() : CL
Δα 
π ar
• Menyebabkan kenaikan koefisien
2
drag (CD): CL
ΔC D  C L a r 
π ar
Note: kenaikan ini berupa Induced drag

CL  turun CD  naik
17
9.6. 2. LIFT

Drag pada Nonlifting dan Lifting Bodies

Note:
• Nonlifting body : bola, silinder …
• Lifting body : airfoil

18
9.6. 2. LIFT

Prinsip Efek Magnus:


Benda yang bergerak (translasi) sambil berotasi
akan mendapatkan gaya dengan arah tegak
lurus ke atas terhadap arah gerakan translasi
Pada Bola

Akibat rotasi:
• Separasi di sisi atas lebih lambat & di sisi
bawah lebih cepat
• Tekanan di sisi atas berkurang & di sisi
bawah bertambah

Wake dibiaskan ke bawah

Terjadi LIFT
19
9.6. 2. LIFT

Lift & Drag pada Silinder berputar


sebagai fungsidari Spin ratio

20

Anda mungkin juga menyukai