1. Pengertian airfoil
bentuk dari potongan melintang sayap yang dihasilkan oleh perpotongan tegak
lurus sayap terhadap pesawat, yang merupakan bentuk sayap secara dua dimensi
dan dapat menghasilkan gaya angkat (lift) atau efek ketika melewati suatu aliran
udara.
2. Bagian airfoil
a) Maximum thickness : ketebalan maksimum pada suatu airfoil dan
menunjukan persentase dari chord.
b) Location of maximum thickness : posisi yang diukur untuk thickness.
c) Thickness : ketebalan pada airfoil
d) Leading edge : bagian depan dari airfoil.
e) Leading edge radius : untuk mengetahui sudut dari LE
f) Maximum camber : jarak antara mean camber line dan chord line dan
membantu bentuk dari mean camber line.
g) Location of maximum camber : posisi yang akan diukur dari max. camber.
h) Mean camber line : garis tengah yang membagi antara permukaan bagian
atas dan permukaan bawah dari airfoil.
i) Chord line : garis lurus menghubungkan leading edge dan trailing edge.
j) Chord : panjang dari leading edge sampai trailing edge dan karakteristik
dimensi longitudinal dari suatu airoil.
k) Trailing edge : bagian belakang dari airfoil
l) Upper surface : bagian atas airoil.
m) Lower surface : bagian bawah dari airfoil.
n) Wing tip : bagian paling ujung dari fuselage
o) Wing root : bagian yang melekat pada fuselage.
3. NACA (National Advisory Commite for Aeronautics)
Sebuah lembaga yang melakukan penelitian tentang airfoil secara lebih baik dan
lebih sistematis. Ada macam-macam NACA:
1. NACA 4 digit: berdasarkan pendekatan bentuk sayap yang efektif yang
digunakan saat itu, seperti yang dikenal adalah airfoil. airfoil NACA 2412
memiliki maksimum camber 0,02 terletak pada 0,4c dari leading edge dan
memiliki ketebalan maksimum 12% chord atau 0,12c. Airfoil yang tidak
memiliki kelengkungan, dengan camber line dan chord berhimpit
disebut airfoil simetrik. Contohnya adalah NACA 0012 yang merupakan
airfoil simetrik dengan ketebalan maksimum 0,12c.
Contoh : NACA (4 digit)
h
Digit 1 : rasio antara max camber dengan chord ¿ x 100 %
c
x
Digit 2 : rasio antara location maksimum camber dengan chord ¿ x 100 %
c
t
Digit 3 & 4 : rasio antara thickness dengan chord ¿ x 100 %.
c
NACA 2412
2
Digit 1 : x 100 %=2 % (0-9,5%)
100
4
Digit 2 : x 100 %=40 % (0-90%)
100
12
Digit 3&4 : x 100 %=12 % (1-40%)
100
2. NACA 5 digit: Pada seri ini, digit pertama dikalikan 3/2 kemudian dibagi
sepuluh memberikan nilai desain koefisien lift. Setengah dari dua digit
berikutnya merupakan persen posisi maksimum camber terhadap chord. Dua
digit terakhir merupakan persen ketebalan terhadap chord. Contohnya, airfoil
23012 memiliki CL desain 0.3, posisi maksimum camber pada 15% chord dari
leading edge dan ketebalan sebesar 12% chord.
3. NACA seri-1(16series): merupakan seri pertama yang dikembangkan
berdasarkan perhitungan teoritis. Airfoil seri 1 yang paling umum digunakan
memiliki lokasi tekanan minimum di 0,6 chord, dan kemudian dikenal sebagai
airfoil seri-16. Penamaan airfoil seri 1 ini menggunakan lima angka. Misalnya
NACA 16-212. Digit pertama menunjukkan seri 1. Digit kedua menunjukkan
persepuluh posisi tekanan minimum terhadap chord. Angka dibelakang tanda
hubung: angka pertama merupakan persepuluh desain CL dan dua angka
terakhir menunjukkan persen maksimum thickness terhadap chord. Jadi
NACA 16-212 artinya airfoil seri 1 dengan lokasi tekanan minimum di 0,6
chord dari leading edge, dengan desain CL 0,2 dan thickness maksimum 0,12.
4. NACA 6 digit :
4. Kategori berdasarkan bentuknya
a) Symmetrical
Airfoil ini memiliki bentuk kurva atas yang lebih melengkung dari pada
kurva permukaan bawah. Airfoil jenis ini paling umum digunakan pada
pesawat konvensional seperti trainer, sailplane dan beberapa aerobatik.
c) Flat bottom
Jenis airfoil ini memiliki trailing edge yang melengkung keatas sehingga
secara keseluruhan membentuk menyerupai huruf S yang tipis. Airfoil ini
biasa digunakan untuk pesawat flying wing (tail less), karena airfoil reflex
menghasilkan efek momen (rotasi) positif, yaitu nose-up pada pesawat,
sehingga menggantikan fungsi horizontal stabilizer.
Aliran pada profil airfoil adalah aliran dua dimensi(2D). aliran pada sayap dengan
panjang(span) yang terhingga merupakan aliran 3D. ada aliran udara dalam arah
span(spanwise). Aliran pada airfoil = aliran pada sayap dengan panjang ∞.
Daerah tekanan rendah pada permukaan atas(upper surface) sedangkan daerah
tekanan tinggi pada permukaan bawah(lower surface). sayap dengan sudut twist
untuk memperoleh distribusi downwash yang mendekati konstan
sehingga induced drag dapat diminimalkan. Adanya aliran diujung (tip) sayap
dari permukaan bawah ke permukaan atas sayap, menyebabkan perubahan aliran
udara diatas dan dibawah sayap. Permukaan atas : aliran berbelok menuju wing
root, sedangkan permukaan bawah : aliran berbelok menuju wing tip. Aliran atas
dan bawah bertemu di wing tip dan menghasilkan aliran berputar : wing tip vortex.
Wing tip menimbulkan aliran sekunder ke arah bawah. Aliran udara ke bawah
akibat pengaruh wing tip vortex disebut downwash dengan simbol(w). Downwash
hanya terjadi pada sayap dengan panjang span yang terbatas(aliran 3D). Besarnya
downwash pada setiap section sayap sepanjang span akan bervariasi tergantung
dari kekuatan wing tip vortex yang terjadi. Induced drag adalah hasil dari kerja
sayap yang mempertahankan pesawat dan sayap mengangkat pesawat dengan cara
seederhana mengalihkan aliran udara ke bawah.
Efek dari adanya downwash:
- Karena adanya kombinasi antara downwash dan aliran free stream
(V∞), maka akan menghasilkan relative stream local.
- Karena adanya perubahan aliran secara local (relative stream) maka
akan merubah sudut serang local dari section sayap secara local.
Komponen gaya pada airfoil: tidak ada downwash, tidak ada perubahan sudut
serang, vector lift tegak lurus terhadap aliran free stream(V∞).
Adanya downwash dan efeknya terhadap free stream yang mengakibatkan
terjadinya relative stream memiliki dampak yang penting tehadap section airfoil
lokal dari sayap:
AOA yang dirasakan oleh local secara actual merupakan sudut antara
chord dengan relative stream(tidak terhadap free stream). Sudut
serang ini disebut sudut efektif (∝eff ¿ : ¿ : sudut induced)
∝eff =∝−∝i
Akibat perubahan sudut serang efektif, maka vector gaya angkat akan
berubah menjadi tegak lurus terhadap relative stream. Akibatnya, ada
tambahan komponen gaya dari vector lift yang berubah dalam arah
sejajar(V∞): induced drag( D1)
C D =C d +C Di
Induced drag merupakan gaya hambat yang terjadi karena adanya pusaran pada
ujung sayap. Hall ini terjadi karena pertemuan udara yang mengalir di atas dan
dibawah sayap sehingga menimbulkan pusaran (vortex ujung sayap)
Wing tip vortices: vortex yang terjadi di wing tip, sedangkan trailing edge
vortices : vortex yang terjadi di trailing edge. Induced drag(hambatan induksi)
terbangkit akibat menigkatnya gaya angkat(lift).
Besarnya induced drag tergantung dari:
- Besarnya lift yang dihasilkan oleh sayap(wing) dan geometri
dari wing.
- Seiring dengan menurun/berkurangnya kecepatan udara, sudut
serang(AOA) harus naik, akibatnya induced drag menigkat.
Lift effect: konsekuensi dari induced drag yaiut tidak dapat dihindari karena
factor-faktor yang sama dalam membangkitkan gaya angkat.
1
L= ρ V 2 S C L
2
1
D= ρ V 2 S C D
2
S2 S
Aspect ratio : AR= = for rectangle
A C
A= S.C
Wash in : sudut pasang di wing tip lebih besar daripada di wing root.
Wash out: sudut pasang di wing tip lebih kecil daripada di wing root.
Taper ratio :
Cr
Ct
Karakteristik airfoil:
Twist: angle of attack pada root tidak sama dengan angle of attack pada
tip.
b2
Aspect ratio : AR=
s
Taper : chord di ujung lebih kecil dari chord di root.
Rasio ketebalan: ketebalan bervariasi dalam rentang tersebut
Airfoil: dapat berubah dari lebar sayap.
Sweep: ujung sayap terletak di belakang atau di depan akar sayap
Sudut twist yaitu sudut yang dibentuk antara chord line, chord root, dan tip chord.
Aspect ratio adalah perbandiingan antara span dengan chord sayap. Semakin
panjang sayap dengan lebar yang sama maka aspect ratio semakin besar.
7. Shape wing
8. Terjadinya resultan
Sebuah tekanan positif dihasilkan karena sifat udara yang mengalir di bawah
sayap, terutama pada angle of attack yang tinggi. Pada sebuah titik di dekat
leading edge, aliran udara pada hakekatnya sebenarnya berhenti (stagnation point)
dan dengan bertahap kecepatannya akan bertambah. Di titik yang sama di trailing
edge, kembali lagi aliran udara itu mencapai kecepatan yang sama dengan
kecepatan aliran udara di permukaan atasnya. ketika aliran udara makin pelan di
bawah sayap, sebuah tekanan positif ke atas terjadi menekan sayap, jika
kecepatan fluida berkurang, tekanan harus bertambah. bagian-bagian sepanjang
permukaan di mana tekanannya adalah negatif atau kurang dari tekanan atmosfer
dan juga bagian-bagian dengan tekanan positif atau lebih besar dari tekanan
atmosfer, Tekanan negatif pada permukaan atas sayap membuat gaya yang lebih
besar daripada tekanan positif yang mengenai permukaan bawah sayap. Pada
angle of attack yang besar, pusat tekanan (Center of Pressure) pindah ke depan
sedangkan pada angle of attack yang kecil pusat tekanan berpindah ke bagian
belakang. Pusat tekanan ditentukn oleh perhitungan dan percobaan di terowongan
angin dengan cara memberikan angle of attack yang berbeda-beda pada airfoil di
sepanjang jangkauan kerja normal. Pada waktu angle of attack diubah,
karakteristik penyebaran tekanan juga berubah.
Gaya tekanan positif (+) dan negatif (–) dijumlahkan pada setiap nilai angle of
attack dan didapat resultan hasilnya. Total resultan tekanan diperlihatkan oleh
vektor resultan gaya.
9. Hukum Newton
Hukum Newton adalah hukum yang menggambarkan hubungan antara gaya
yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya.
Hukum newton 1 : Bunyi “Jika resultan pada suatu benda sama dengan
nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak
akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap”.
Contoh penerapan Hukum Newton I dapat kamu amati apabila kamu
sedang dalam kendaraan yang sedang bergerak kemudian direm secara
mendadak, maka badan kamu akan terdorong ke depan. Itulah yang
dimaksud dengan “kecenderungan untuk tetap melaju”. Contoh lainnya
dapat kamu amati apabila kamu sedang duduk pada kendaraan yang diam
kemudian bergerak secara mendadak, maka badan kamu akan tersentak ke
belakang. Itulah yang dimaksud dengan “kecenderungan untuk tetap
diam”. Inersia adalah kecenderungan suatu benda agar tetap
mempertahankan keadaannya (tetap bergerak atau tetap diam) atau biasa
dikatakan sebagai kelembaman suatu benda. Hukum pertama Newton
disebut juga sebagai Hukum Inersia atau Hukum Kelembaman.
Hukum newton 3
Bunyi: “Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda
kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah
terhadap benda pertama.” Contoh penerapannya adalah saat kamu
memukul meja (artinya memberikan gaya kepada meja), maka meja
tersebut akan memberikan gaya kembali kepada tangan kamu dengan
besar yang sama dan berlawanan arah dengan arah gaya yang kamu
berikan. Oleh karena itu, semakin besar kamu memukul meja, maka
tangan kamu akan semakin sakit karena meja melakukan gaya yang juga
semakin besar ke tangan kamu.
Hukum newton 3 dengan rumus :
F 1=−F2
F aksi =Freaksi
Dimana:
F 1 = gaya yang diberikan pada benda 2 (N).
F 2 = gaya yang diterima kembali pada benda.