Anda di halaman 1dari 29

Pengaruh Pelarut

Surfaktan X dan
Minyak Jelantah
terhadap Kualitas
Nilai Kalor
Batubara
Subbituminous

Maysuzie Aji Sati Tanjung (121120008)

Dita Kusumandhari (121120036)


LATAR
BELAKANG

HIPOTESI
TUJUAN PENDAHULUAN S

BATASAN
MASALA
H
LATAR BELAKANG

BERALIH KE
BBM LANGKA
BATUBARA

KUALITAS BATUBARA
DITINGKATKA PERINGKAT
N RENDAH
TUJUAN
1. Mereduksi pengotor dalam batubara sehingga
dapat menaikkan nilai kalor batubara
2. Membandingkan pnggunaan surfaktan X dan
minyak jelantah terhadap nilai kalor batubara
yang dihasilkan
3. Mencari nilai kalor optimum yang dapat
dihasilkan
BATASAN MASALAH
1. Batubara yang digunakan berupa bongkahan, diperoleh dari
lapangan pertambangan milik PT. Kalitim Prima Coal.
2. Bahan yang digunakan adalah surfaktan X dan minyak
jelantah
3. Massa batubara yang digunakan adalah 10 gram.
4. Variasi konsentrasi larutan surfaktan (gram surfaktan/gram
air) adalah 1:300, 1:350, 1:400, 1:450, 1:500 dan 1:1000.
5. Variasi suhu pemanasan minyak jelantah adalah 80 ⁰C, 100
⁰C, 120 ⁰C, 140 ⁰C.
6. Waktu perendaman batubara selama 2 jam.
HIPOTESIS
1. Semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin
tinggi nilai kalor yang dihasilkan.
2. Semakin besar konsentrasi zat pelapis (minyak) yang
digunakan maka semakin tinggi nilai kalor yang
dihasilkan.
3. Semakin besar konsentrasi zat pencuci (surfaktan)
yang digunakan maka semakin banyak pengotor yang
terikat
TINJAUAN PUSTAKA

BATUBARA

UPGRADING BROWN COAL

SURFAKTAN

MINYAK JELANTAH

PROSES
ADSORPSI
BATUBARA

Batubara merupakan bahan bakar fosil atau batuan sedimen


organik yang terbentuk karena faktor temperatur dan
tekanan pada sisa-sisa tumbuhan dan memiliki keterkaitan
dengan jumlah air dan mineral. Batubara terdiri dari
campuran bahan kimia organik yang kompleks,
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, dan sejumlah kecil
nitrogen, sulfur, dan beberapa senyawa lainnya. (Grainger
and Gibson, 1981)
BATUBARA LIGNIT
BATUBARA
SUBBITOMINOUS
BATUBARA BITUMINOUS
BATUBARA ANTRASIT
UPGRADING BROWN COAL
Upgrading Brown Coal merupakan proses
peningkatan nilai kalori batubara kalori rendah
melalui penurunan kadar air lembab dalam
batubara. Penurunan kadar air dalam batubara
dapat dilakukan dengan cara mekanik atau
perlakuan panas. Pengeringan cara mekanik
efektif untuk mengurangi kadar air bebas dalam
batubara basah, sedangkan penurunan kadar air
lembab harus dilakukan dengan cara pemanasan
atau penguapan.
SURFAKTAN
Surfaktan merupakan suatu molekul
ampiphilic, yaitu mempunyai gugus
head hidrofil (polar) dan gugus tail
hidrofob (non polar). Gugus
hidrofob cenderung berikatan
dengan senyawa hidrofob,
sedangkan gugus hidrofil cenderung
berikatan dengan senyawa hidrofil.
Aksi ganda dari surfaktan dapat
memberikan efek cleaning bagi
pengotor yang menempel pada
permukaan padatan.
MINYAK JELANTAH
Minyak jelantah adalah minyak limbah
yang berasal dari jenis-jenis minyak
goreng. Minyak ini merupakan minyak
bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga
yang dapat digunakan kembali untuk
keperluan kuliner, akan tetapi bila ditinjau
dari komposisi kimianya minyak jelantah
mengandung senyawa-senyawa yang
bersifat karsinogenik yang terjadi selama
proses penggorengan.
PROSES ADSROPSI
Mekanisme adsorpsi dipengaruhi oleh gaya
tarik menarik antara ion-ion dalam adsorben
(batubara) yang mengandung ion negatif dalam
minyak jelantah yang mengandung ion positif
sehingga terjadi pengikatan di permukaan
adsorben. Semakin lama proses adsorpsi, maka
semakin banyak adsorbat yang diserap adsorben
dan sebaliknya.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
proses adsorpsi:
1. Sifat-sifat fisik adsorben (luas
permukaan, ukuran partikel, ukuran
pori-pori)
2. Ukuran Molekul adsorbat
3. Temperatur
4. Waktu proses adsorpsi
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan:
Alat Bantu:
1. Batubara a. Timbangan
2. Surfaktan X b. Pipet Tetes
3. Aquades c. Kertas Saring
4. Minyak jelantah d. Erlenmeyer
e. Gelas Arloji
Alat Proses Pengenceran Surfaktan X:
f. Beker Gelas
2
Keterangan Gambar:
1. Labu Ukur
2. Corong
1
Alat Proses Pemanasan Batubara dengan minyak
jelantah (Oven):

Alat Bantu:
a. Gelas Arloji
b. Timbangan
c. Beker Gelas
d. Cawan Porselen
e. Penjepit
CARA KERJA
1. Persiapan Batubara
a. Proses adsoprsi menggunakan surfaktan
1) Membuat larutan surfaktan (dengan penyaringan).
a) Menimbang surfaktan untuk berbagai konsentrasi larutan 1:300,
1:350, 1:400, 1:450, 1:500, 1:1000
b) Menyiapkan aquades sebanyak 100 ml untuk larutan blanko.
c) Menimbang batubara (berat awal).
d) Merendam batubara ke dalam larutan surfaktan selama 2 jam.
e) Mengambil batubara yang sudah direndam kemudian
ditimbang (berat basah).
f) Mengeringkan batubara di bawah sinar matahari selama 2 hari.
g) Menimbang batubara yang telah dikeringkan (berat kering).
h) Melakukan kembali point a s/d g dengan larutan surfaktan tanpa
penyaringan.
b. Proses Adsorpsi Menggunakan Minyak Jelantah
Batubara 10 gram

Pencampuran
Batubara + Minyak jelantah
10 gr 150 ml

Pemanasan
( suhu dan waktu sesuai kondisi yang dijalankan )

Pendinginan / Didiamkan
1 jam

Disaring Minyak ditampung

Batubara / Endapan

Dikeringkan
( suhu 1000C selama 30 menit )
Grafik Pengaruh Konsentrasi Larutan Surfaktan yang Disaring
terhadap Nilai Kalor Batubara
Grafik Pengaruh Konsentrasi Larutan Surfaktan yang tidak
Disaring terhadap Nilai Kalor Batubara
Grafik Pengaruh Suhu Pemanasan terhadap Nilai Kalor
Batubara
Kadar Air Batubara pada Perendaman Larutan
Surfaktan Disaring
Berat Batubara
Setelah
Berat Dikeringkan (gr) Kadar Air
No. Keterangan Larutan
Batubara (gr) (%)

1 A 1 gr dalam 300 ml aquadest 10,1008 9,8923 2,06


2 B 1 gr dalam 350 ml aquadest 10,0983 9,8834 2,12
3 C 1 gr dalam 400 ml aquadest 10,0496 9,9309 1,81
4 D 1 gr dalam 450 ml aquadest 10,0456 9,8700 1,74
5 E 1 gr dalam 1000 ml aquadest 10,0437 9,9128 1,30
Kadar Air Batubara pada Perendaman Larutan
Surfaktan Tanpa Disaring
Berat Batubara
Setelah Dikeringkan
Berat Batubara (gr) Kadar Air
No. Keterangan Larutan
(gr) (%)

1 F 1 gr dalam 300 ml aquadest 10,1737 9,9654 2,04


2 G 1 gr dalam 350 ml aquadest 10,1279 9,8932 2,31
3 H 1 gr dalam 400 ml aquadest 10,1707 9,9441 2,22
4 I 1 gr dalam 450 ml aquadest 10,1608 9,9354 2,21
5 J 1 gr dalam 1000 ml aquadest 10,2005 9,8899 3,04
KESIMPULAN
1. Penggunaan surfaktan dalam usaha untuk meningkatkan nilai
kalor batubara kurang efektif, hal tersebut dapat dilihat dari
hasil pada grafik 1 dan 2 yang menunjukkan nilai kalor
cenderung turun seiring dengan kenaikan konsentrasi
surfaktan.

2. Penggunaan minyak jelantah dalam usaha untuk meningkatan


nilai kalor batubara terbukti efektif, hal tersebut dapat dilihat
dari hasil pada grafik 3 yang menunjukkan nilai kalor
batubara semakin meningkat seiring dengan kenaikan suhu
pemanasan.
SARAN
1. Sebaiknya pada perendaman batubara ditambahkan proses pengadukan
agar larutan dapat masuk merata ke seluruh permukaan batubara.

2. Sebaiknya dilakukan pemanasan pada saat batubara direndam dalam


larutan surfaktan agar pori-pori batubara dapat terbuka, sehingga surfaktan
dapat lebih mudah masuk ke dalam pori-pori tersebut.

3. Sebaiknya pengeringan dilakukan dalam kondisi tertutup agar kotoran


yang berasal dari udara bebas tidak dapt dapat menempel pada batubara
tersebut.

4. Sebaiknya pengeringan batubara dilakukan di dalam alat pengering seperti


oven yang suhunya lebih tinggi dibandingkan hanya dikeringkan di bawah
sinar matahari, agar air yang terkandung dapat menguap lebih banyak.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai