Anda di halaman 1dari 11

STUNTING

Stunting ?
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.

Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia
dua tahun.

Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak,
menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat
dewasa(MCA Indonesia, 2014).
Penyebab Stunting

1.Asupan gizi yang tidak tercukupi


2.Kurangnya pengetahuan
3.Penyakit Infeksi
Ciri-ciri
Stunting

1. Pertumbuhan melambat
2. Pertumbuhan gigi terhambat
3. Wajah tampak lebih muda dari usianya
Dampak Stunting bagi Perkembangan

Gangguan perkembangan adalah kondisi anak tidak mampu mencapai tugas perkembangan pada waktu yang telah
diperkirakan. Gangguan dapat terjadi pada banyak area perkembangan misalnya pada motorik, bahasa, social, atau
berpikir.

Grantham Mc Gregor menyimpulkan bahwa perkembangan motorik dan kognitif berhubungan erat dengan status gizi
yang dinilai berdasarkan Tinggi Badan/Umur

Stunting menyebabkan terhambatnya perkembangan motoric kasar maupun halus, karena pada anak stunting terjadi
keterlambatan kematangan sel-sel saraf terutama di bagian cerebellum yang merupakan pusat koordinasi gerak motorik
(Mc Gregor dan Henningham, 2005).
Stunting di Indonesia dan
Samarinda

Pada saat ini Indonesia diposisikan termasuk kedalam 5


besar negara yang mengalami stunting setelah negara India,
Tiongkok, Nigeria, dan Pakistan dengan jumlah anak usia
dibawah 5 tahun yang mengalami stunting.
Di Kaltim sendiri, stunting pun terjadi. Contohnya pada 2019 lalu, Kukar menempati posisi
tertinggi dengan kasus stunting di Kaltim. Mencapai 2.840 kasus. Komisi IV DPRD Kaltim pun
turut menaruh perhatian pada stunting. Disampaikan oleh Fitri Maisyaroh, anggota Komisi IV
bahwa, selain permasalahan Covid-19, perlu pula untuk memprioritaskan permasalahan stunting
pada anak. Hal tersebut juga telah disampaikan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim agar
stunting tetap jadi prioritas.
“Keluhan-keluhan tim dari Dinkes sendiri yang menyebutkan bahwa memang masih
membutuhkan tenaga-tenaga medis. Seperti di Puskesmas, khususnya di daerah-daerah yang
lumayan jauh dari pusat kota,” ungkap Fitri beberapa waktu lalu.
Menurut Fitri, sebenarnya masalah kesehatan itu tidak hanya identik dengan mengobati orang
sakit. Namun, edukasi kepada masyarakat tentang hidup sehat itu tak kalah krusialnya. Oleh
sebab itu, Dinkes Kaltim mengharapkan peran tersebut ada di puskesmas-puskesmas yang
tersebar di berbagai daerah di Kaltim dan dibarengi dengan tenaga medis yang memadai.
Kaltimtoday.co, Samarinda 
Pencegahan yang dapat diberikan

1. Pemberian edukasi
2. Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil
3. Berkan ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan
4. Berikan makanan pendamping ASI dengan gizi yang cukup bagi
bayi diatas 6 bulan hingga 2 tahun
5. Berikan imunisasi lengkap dan vitamin A
6. Pantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat
7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Upaya yang dilakukan
Pemkot Samarinda dalam
kasus Stunting

Kaltimtoday.co, Samarinda – Pemkot Samarinda terus berupaya untuk menekan angka kasus
stunting. Salah satunya melalui Tim Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting (KP2S). Ada
beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) terkait yang terlibat.
Sekretaris DKK Samarinda, dr Irama Fitamina Majid mengungkapkan, sejumlah OPD itu
berkolaborasi dan bersinergi untuk penanganan percepatan penurunan stunting. Hal itu mengacu
dan sesuai dengan amanah Peraturan Presiden (PP) Nomor 72/2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai