Anda di halaman 1dari 12

Peran Badan

Intelijen Negara
Terhadap Aksi Teror
Bom Sarinah
LATAR BELAKANG
Terorisme terus membayangi kedamaian hidup masyarakat
Indonesia yang sedang berbenah dan membangun suatu
negara demokrasi yang kuat.

Seperti yang terjadi pada Kamis 14 Januari 2016 yaitu serangkaian


aksi teror yang diduga dilakukan oleh sekelompok orang simpatisan
ISIS melakukan bom bunuh diri dan serangan kepada Polisi dan
warga sipil di Starbucks dan Pos Polisi Thamrin Jakarta.

Melalui kasus ini, kita dapat menilai kinerja dari aparat keamanan negara
Indonesia. Salah satunya adalah peran Badan Intelijen Negara, pihak Kepolisian,
Densus 88, dan juga aparat keamanan yang lain dalam menanggapi kasus bom
Sarinah.
1.Bagaimana peran Badan Intelijen
Negara dalam menangani kasus
terorisme ?

RUMUSAN 2.Bagaimana koordinasi Badan


MASALAH Intelijen Negara dengan aparat
keamanan negara dalam menangani
kasus terorisme?
TUJUAN PENELITIAN
1.Untuk mengetahui bagaimana Badan Intelijen Negara
menangani kasus terorisme
2.Untuk mengetahui koordinasi dari Badan Intelijen
Negara dengan aparat keamanan negara dalam
menangani kasus terorisme

MANFAAT PENELITIAN
1.Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang kasus terorisme di Sarinah.
2.Untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa bahwa
pentingnya peran salah satu lembaga negara yaitu BIN
(Badan Intelijen Negara)
3.Untuk menyadarkan mahasiswa khususnya masyarakat
bahwa pentingnya kesatuan seluruh warga negara
Indonesia dalam menghadapi kasus terror.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TEROR BOM DI SARINAH

Teror bom di Sarinah merupakan serangan Jakarta 2016 yang


termasuk serentetan peristiwa berupa sedikitnya enam
ledakan, dan juga penembakan di daerah sekitar Plaza
8 orang tewas Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, DKI Jakarta,
24 luka-luka Indonesia pada tanggal 14 Januari 2016.

Ledakan terjadi di dua tempat. Sedikitnya delapan orang


(empat pelaku penyerangan dan empat warga sipil)
dilaporkan tewas dan 24 lainnya luka-luka akibat serangan
ini.  
TRAGEDI BOM SARINAH
BIN (Badan Intelijen Negara)
Badan Intelijen Negara, disingkat BIN, adalah lembaga pemerintah
nonkementerian Indonesia  yang bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang intelijen. Paska kemerdekaan, Agustus 1945,
Pemerintah Indonesia mendirikan badan intelijen republik yang pertama,
yang dinamakan Badan Istemewa.

Lembaga ini menjadi payung gerakan intelijen dengan beberapa unit ad


hoc,
bahkan operasi luar negeri. Sejak 1945 s/d sekarang,
organisasi intelijen negara telah berganti nama sebanyak 6 (enam) kali :
BRANI (Badan Rahasia Negara Indonesia).
BKI (Badan Koordinasi Intelijen).
BPI (Badan Pusat Intelijen).
KIN (Komando Intelijen Negara).
BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara).
BIN (Badan Intelijen Negara).
APARAT KEAMANAN
NEGARA
Berdasarkan pasal 30 UUD ayat 4 :

1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta


dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

2. Usaha pertahanan dan keamanan negara


dilaksanakan melalui system pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai
kekuatan pendukung.

3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan


Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai
alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
Polri dalam kaitannya dengan Pemerintahan adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, yang bertujuan
untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi
terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia.

Tugas pokok Kepolisin Negara Republik Indonesia adalah:

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

2. Menegakan hukum, dan

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada


masyarakat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pemerintah Indonesia sejalan dengan amanat
Badan intelijen negara menjelaskan bahwa Jika ingin sebagaimana ditentukan yakni melindungi segenap
penanganan terorisme lebih aman, perlu perbaikan bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Undang-Undang No. 15 tahun 2003 tentang Pemerintah juga berkewajiban untuk mempertahankan
Terorisme. Rangkaian peristiwa pemboman yang kedaulatan serta memelihara keutuhan dan integritas
terjadi di wilayah Negara Republik Indonesia telah nasional dari setiap bentuk ancaman baik yang datang dari
menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas, . luar maupun dari dalam. Lebih lanjut Kepala BIN
Terorisme merupakan kejahatan lintas negara, menjelaskan bahwa berdasarkan Undang Undang Nomor 17
terorganisasi, dan bahkan merupakan tindak pidana Tahun 2011 tentang Intelijen Negara disebutkan bahwa BIN
Internasional. memiliki wewenang melakukan penyadapan, pemeriksaan
aliran dana, dan penggalian informasi terhadap sasaran.
Namun dalam pasal 34, BIN tidak memiliki kewenangan
untuk melakukan penangkapan maupun penahanan.
Intelijen perlu kewenangan tambahan terkait penanganan potensi ancaman seperti gerakan teroris,
separatis, maupun radikal. Badan Intelijen Negara (BIN) mendeteksi adanya gerakan-gerakan
tersebut. Dengan demikian, BIN membutuhkan koordinasi dengan aparat keamanan seperti TNI dan
Polri seperti yang dijelaskan pada pasal 30.

Dari pembacaan Pasal 30 secara utuh dapat disimpulkan, meski TNI dan Polri berbeda dalam struktur
organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing keduanya bekerja sama dan saling
mendukung dalam suatu "sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta". Oleh karena itu, apabila kita
konsisten dengan amanat Pasal 30 Ayat (2), yaitu membangun sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta, perlu disiapkan UU tentang Pertahanan dan Keamanan Negara yang lebih bermuatan semangat dan
kinerja "sishankamrata".
KESIMPULAN

Pada kasus bom sarinah, BIN ( Badan


Intelijen Negara ) akhirnya membuat suatu

BAB V kebijakan baru dengan merevisi UU yang


berkaitan dengan hak dan kewajiban BIN

PENUTUP dalam mengatasi ancaman teror di NKRI.

SARAN

Diharapkan pada penelitian


selanjutnya untuk lebih menekankan pada
metode penelitian observatif sehingga
dapat menghasilkan suatu hasil penelitian
yang lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai