Anda di halaman 1dari 9

CANDIDIASIS

C. albicans
Alifia Gholizhatul Fitri 21801101013
Danar Arif Ramadhan Utaman 21801101033
Devi Alfianty 21801101051
Candida
• [Taksonomi agen penyebab penyakit]
• Kingdom: Fungi
• Filum: Ascomycota
• Kelas: Saccharomycetes
• Ordo: Sacchsromycetales
• Famili: Saccharomycetaceae
• Genus: Candida
• Spesies: Candida albicans , Candida dublinensis , Candida glabrata, Candida
guilliermondii, Candida kefyr, Candida krusei, Candida lusitanie , Candida parapsilosis,
Candida tropicalis, Candida stellatoidea, Candida pseudotropicali
• Sero-/Biovar/Strain: serologic A dan B
Morfologi
• Candida tampak sbg ragi (yeast) lonjong, kecil,
berdinding tipis, bertunas, gram positif,
berukuran 2-3 x 4-6 micrometer, yang
memanjang menyerupai hifa (pseudohifa).
• Candidia membentuk pseudohifa ketika tunas-
tunas tumbuh namun gagal melepaskan diri,
membentuk rantai sel-sel yang memanjang.
• Candida albicans bersifat dimorfik. Pada biakan
suhu 37°C membentuk sel ragi, pada 30°C
membentuk pseudohifa.
• Berkembang biak dengan membentuk tunas
(budding).
• Pertumbuhan permukaan terdiri atas sel-sel
bertunas lonjong, pertumbuhan di bawahnya
terdiri atas pseudomiselium.
• Pseudomiselium terdiri atas pseudohifa yang
memebntuk blastokonidia pada nodus-nodus
dan klamidokonidia pada ujung-ujungnya.
Siklus Hidup
• Daur hidup candida albicans memiliki 2 fase yaitu
fase aseksual ketika uniseluler dan secara
paraseksual ketika memiliki psudohifa atau hifa
sejati. Pada fase kapang candida albicans
bereproduksi dengan cara paraseksual
menggunakan hifa sejati, sedangan pada fase
khamir menggunakan pseudohifa.aktivitas
paraseksual dari candida albicans terjadi ketika ada
peribahan beberapa sel dar berwarna 4putih
menjadi opaque yang dikarenakan oleh feromon
biofilm. Paraseksual terjadi dengan cara konjugasi
antara dua strain diploid tersebut menjadi
tetraploid. Kemudian tetraploid bersatu menjadi
diploid. Aktivitas paraseksual memicu terbentukny
candida albicans dengan cepat tanpa resiko tiggi
terbentuknya spora yang imunogenik.
Distribusi Geografis
Jamur candida memiliki penyebaran yang
cukup merata di Indonesia. Jamur ini
umumnya memiliki prevelansi tinggi di
negara berkembang dan menyerang seluruh
populasi umum. Candidiasis diduga banyak
terjadi di daerah tropis dengan kelembaban
udara yang cukup tinggi, termasuk
Indonesia. Kasus candidiasis terutama
candidiasis kutis di indonesia menempati
urutan ketiga dalam insiden dermatomikosis.
Tetapi pada beberapa kota, yaitu makassar,
medan dan Denpasar, Candidiasis
menempati urutan pertama.
Cardinal Sign & Gold Standard Diagnosis
Cardinal Signs
•Gejala umum :
1. Candida pada paronikia
• Menyebabkan pembengkakan, eritema, pembentukan nanah
2. Candida pada bagian lipat paha
• Nampak keputih-putihan, eritema, papula dan pustule perifer Gold Standard Diagnosis
3. Candida pada mulut
• Tampak sebagai lapisan putih pada lidah, kadang disertai bercak-bercak di
sudut mulut dan mengalami maserasi juga retak-retak • Kultur jamur menggunakan media
khusus seperti agar Saboraud
dekstrosa.
•Ciri Khas :
• Histopatologi jaringan
Candidiasis menyebabkan rasa sakit seperti terbakar dan perih, beberapa lagi
merasakan rasa panas/terbakar saat makan dan minum. Kondisi ini disebabkan
oleh Candida sp yang melekat pada permukaan mukosa serta biasanya disertai
pendarahan ringan. Hal ini yang biasanya mengakibatkan muncul rasa sakit dan
terbakar di rongga mulut sebagai bentuk inflamasi.
•Bentuk lesi candidiasis pada permukaan kulit umumnya berbentuk plak
berwarna putih.
Pencegahan Penatalaksanaan
• Tidak ada cara khusus untuk menghindari • Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan
terpajan candida. Salah satu tindakan memeriksa secara visual bentuk dan penampakan ruam.
pencegahannya adalah menghindari Selain itu, dokter juga akan memeriksa kondisi kulit di
gangguan keseimbangan pada flora normal daerah tersebut.
dan gangguan daya tahan tubuh. • Kultur kulit. Setelah memeriksa kondisi kulit dan ruam
pada saat pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan
• Menghindari kontak langsung dengan swabbing (apusan) pada daerah kulit yang terkena
penderita, karena penularan utama dari jamur candidiasis. Hasil sampel kulit yang diperoleh dari swabbing
ini adalah melalui kontak langsung, kemudian diperiksa di laboratorium untuk memastikan
khususnya tinggi pada kelompok aktif keberadaan jamur Candida sehingga bisa dipastikan apakah
seksual. terjadi candidiasis atau tidak.
• Tidak terlalu sering mengkonsumi antibiotik¸ • Analisis urine. Analisis urine berguna untuk membantu
karena penggunaan obat-obatan seperti diagnosis candidiasis genitourinarial. Urine dapat dianalisis
untuk mengecek keberadaan sel darah merah dan putih,
antibiotik spektrum luas dapat
protein, dan sel-sel ragi. Selain itu, urine juga dapat dikultur
mempengaruhi flora normal di mukosa mulut untuk memeriksa keberadaan jamur.
sehingga menciptakan lingkungan yang
sesuai untuk jamur kandida berproliferasi
Pengobatan
• Pengobatan candidiosis biasanya berupa obat topikal antijamur berbentuk krim untuk dioleskan pada
kulit. Tujuan pemberian obat ini adalah untuk menghambat penyebaran infeksi dan membunuh jamur
Candida. Khusus untuk infeksi candidiasis yang sudah berkembang menjadi infeksi sistemik
(menyerang seluruh tubuh), dapat diberikan obat-obatan antijamur berbentuk oral.
• Beberapa golongan obat-obatan antifungal, baik topikal maupun oral yang dapat diberikan untuk
mengobati candidiasis, antara lain adalah:
• Antijamur golongan azole. Obat ini, terutama yang dikemas dalam bentuk topikal, seringkali
diberikan sebagai pengobatan pertama infeksi jamur, termasuk candidiasis. Selain dalam bentuk topikal,
antijamur azole juga dapat diberikan dalam bentuk oral untuk mengobati candidiasis sistemik. Contoh
obat-obatan golongan ini adalah fluconazole, itraconazole, voriconazole, dan
• Polyene. Ini merupakan obat antijamur berspektrum luas. Contohnya adalah amphotericin B dan
nystatin.
• Penghambat sintesis golongan glukan. Obat antijamur golongan ini berfungsi untuk mengobati
candidiasis yang tergolong berat, sistemik, serta invasif. Obat ini juga dapat diberikan pada penderita
candidiasis yang tidak dapat ditangani dengan obat amphotericin B. Contoh obat-obatan penghambat
sintesis golongan glukan adalah caspofungin, micafungin, dan
• Azole topikal. Fungsi obat ini sama seperti antijamur azole lainnya, hanya dikemas dalam bentuk
topikal sebagai krim oles. Contoh obat ini adalah clotrimazole, butoconazole, miconazole vaginal,
tioconazole, dan terconazole vaginal
Referensi
• Staf Pengajar Departemen Parasitologi, FKUI, Jakarta. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI Jakarta
• Dr. Maria Magdalena Simatupang: Candida albicans, 2009
• Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
• Bobak, I.M., Lowdermilk, M.L., Jensen, M.D., 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta : EGC.
• Dias, L.B., Marcia, D.S.C.M., Maria, W.S., Herawati E. Kandidiasis rongga mulut, gambaran
klinis, dan terapinya. Bandung. FKG Unpad; 2008
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30360714

Anda mungkin juga menyukai