Anda di halaman 1dari 30

LOW VISION

Oleh: Della Vega Nisha Ayuna (2006112005)


Preseptor: dr. Syarifah Rohaya, Sp. M

BAGIAN ILMU/SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2022
Pendahuluan
Low vision  gangguan fungsi penglihatan permanen, yang setelah dilakukan tindakan
1
optimal seperti pengobatan dan/atau koreksi refraksi masih memiliki ketajaman
penglihatan kurang dari 6/18 dan lebih baik atau sama dengan 3/60 pada mata yang
lebih baik atau lapangan pandang kurang dari 20 derajat dari titik fiksasi.

2 WHO : tahun 2019 ada 2,2 miliar orang di dunia memiliki gangguan penglihatan,
dimana 1 miliar mengalami gangguan penglihatan yang dapat dicegah atau belum
ditangani.

Kemenkes : tahun 2013 sebanyak 2,1 juta kasus dengan pravelensi terbanyak
pada kelompok usia diatas 75 tahun, dan lebih banyak pravelensi pada
3 perempuan daripada laki-laki.

Penyebab gangguan penglihatan terbanyak didunia : kelainan refraksi yang tidak


4 ditangani (43%) dan katarak (33%). Penyebab lainnya adalah glaukoma (2%), age-
related macular
degeneration (1%), retinopati diabetik (1%), trakoma (1%), opasitas kornea (1%).
Tinjauan Pustaka
Anatomi bola mata

Bola mata dilindungi oleh kelopak mata dan


bagian interior mata terbagi menjadi segmen
anterior (kornea, iris, badan siliar, dan lensa)
serta posterior (akuos humor, retina, koroid,
dan nervus optikus).

Dinding bola mata terdiri dari 3 lapisan jaringan dimulai dari


lapisan terluar yaitu sklera, uvea, dan lapisan terdalam yaitu
retina.
Refraksi dan akomodasi

Refraksi  beloknya sebuah


berkas cahaya yang berpindah
dari suatu medium transparan ke
medium transparan lainnya yang
memiliki densitas berbeda. Saat
berkas cahaya masuk ke mata,
cahaya ini dibelokan (direfraksi)
di permukaan anterior dan
posterior cornea. Kedua
permukaan dari lensa kemudian
yang merefraksikan berkas
cahaya lebih lagi agar dapat
terfokuskan dengan baik ke
retina. Objek dengan jarak kurang dari 6 meter lebih divergen
dan berkas cahaya harus direfraksi lebih lagi agar dapat
difokuskan ke retina. Tambahan refraksi ini dapat
dicapai dengan proses yang disebut dengan akomodasi
Low vision

Low vision  gangguan fungsi penglihatan permanen, yang setelah dilakukan tindakan
optimal seperti pengobatan dan/atau koreksi refraksi masih memiliki ketajaman
penglihatan
kurang dari 6/18 dan lebih baik atau sama dengan 3/60 pada mata yang lebih baik atau
lapangan pandang kurang dari 20 derajat dari titik fiksasi.
Klasifikasi
Klasifikasi Gangguan Penglihatan Berdasarkan ICD-10 2019
Kategori Ketajaman penglihatan
berdasarkan jarak
<  ≥
0 Gangguan penglihatan ringan   6/18
atau tidak ada gangguan
penglihatan
1 Gangguan penglihatan sedang 6/18 6/60
2 Gangguan penglihatan berat 6/60 3/60
3 Kebutaan 3/60 1/60*
4 Kebutaan 1/60* Persepsi
cahaya
5 Kebutaan Tidak ada persepsi cahaya
9   Tidak dapat dispesifikasi

*atau hanya menghitung jari pada jarak 1 meter


Epidemiologi

WHO
Tahun 2019 ada 2,2 miliar orang
di dunia memiliki gangguan
penglihatan, dimana 1 miliar
mengalami gangguan penglihatan
yang dapat dicegah atau belum
ditangani. Kemenkes 2013
severe low vision diketahui memiliki
angka prevalensi sebanyak 2,1 juta
kasus pada tahun 2013 dengan angka
terbanyak didapati pada rentang usia
65-74 tahun dengan 647.511 kasus dan
persentase tertinggi didapati pada usia
75+ tahun dengan prevalensi 13,90%.
Perhitungan Jumlah Penduduk dengan Severe Low Vision tahun 2013

Kelompok Jumlah % Jumlah


Umur (tahun) Penduduk Severe Low Severe
Vision Low Vision
5-14 48.024.776 0,03 14.407
15-24 42.612.927 0,06 25.568
25-34 43.002.751 0,13 55.904
35-44 36.617.212 0,30 109.852
45-54 26.763.141 1,00 267.631
55-64 15.164.793 3,00 454.944
65-74 8.519.877 7,60 647.511
75+ 4.008.635 13,90 557.200
Jumlah 224.714.112   2.133.017
Etiologi

Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di dunia :


• Kelainan refraksi yang tidak ditangani (43%)
• Katarak (33%)
• Glaukoma (2%)
• Age-related macular degeneration (1%)
• Retinopati diabetik (1%)
• Trakoma (1%)
• Opasitas kornea (1%).
Katarak
Katarak dan efeknya terhadap ketajaman penglihatan

  Laju Perkembangan Silau Efek pada Penglihatan Jauh Efek pada Penglihatan Dekat

Kortikal Sedang Sedang Ringan Ringan


Nuklear Lambat Ringan Sedang Tidak ada
Subkapsular posterior Cepat Bermakna Ringan Bermakna

Gambaran buram pada penderita


katarak
Retinopati Diabetik
Perubahan ketajaman penglihatan akibat retinopati diabetik awalnya disebabkan oleh
pembengkakan lensa setelah terpapar kadar gula yang tinggi secara berkepanjangan yang
bersifat reversibel maupun ireversibel (menyebabkan katarak). Sedangkan pada kasus
diabetes yang kronis, akan terjadi kerusakan pembuluh darah di retina yang pada tahap
akhir dapat menyebabkan kebocoran darah ke retina dan vitreous, menyebabkan
gangguan penglihatan.
Degeneratif makula terkait usia

penyakit yang disebabkan oleh degenerasi


fotoreseptor dan epitel pigmen di area makula.
Penyakit ini merupakan penyebab utama
kehilangan visualisasi sentral pada usia diatas 50
tahun.

Degenerasi makular yang mempengaruhi area


sentral dari retina, umumnya menyebabkan
kehilangan penglihatan area sentral secara
progresif
Glaukoma

Glaukoma  sekelompok kondisi yang


bermanifestasi pada kerusakan saraf optikus dan
hampir selalu berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraokuli, atau tekanan di dalam bola mata

Glaukoma umumnya dihubungkan dengan peningkatan tekanan


di
dalam bola mata yang menyebabkan adanya titik buta dan
konstriksi penglihatan perifer
Gejala

• Berkurangnya lapang pandang bagian tengah.


• Berkurangnya lapang pandang di bagian perifer, menimbulkan "tunnel vision".
• Sulit membedakan benda dengan warna yang hampir serupa atau membedakan fitur wajah.
• Menurunnya persepsi untuk menentukan posisi benda di sekitar sehingga sulit
memperkirakan ketinggian tangga atau kesulitan mengambil barang
• Pandangan buram atau berkabut
• Sensitivitas terhadap cahaya
Penegakkan Diagnosis
Ananmnesis :
• Mengenali wajah teman dan orang di sekitarnya.
• Membaca, memasak, menjahit dan mengenal alat-alat di sekitarnya.
• Melakukan aktivitas di rumah dengan penerangan yang redup.
• Membaca rambu-rambu lalu-lintas
• Riwayat penyakit

Pemeriksaan :
• Pemeriksaan tajam penglihatan
• Sensitivitas kontras
• Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan tajam penglihatan

Penilaian ketajaman penglihatan dengan kartu ETDRS pada jarak 1 meter


Pemeriksaan sensitivitas kontras

Kartu pemeriksaan sensitivitas kontras. A, kartu Vistech. Frekuensi spasial meningkat dari atas ke
bawah; kontras menurun pada setiap baris dari kiri ke kanan. Pasien harus dapat mendeteksi pola pada
gambar apakah miring ke kiri, kanan, atau tersusun vertical. B, kartu Pelli-Robson. Kontras pada huruf-
huruf yang tertera semakin menurun dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan di setiap barisnya
Pemeriksaan lapang pandang

Gambaran macular perimetry pada skotoma parasentral: titik-titik hijau


menunjukkan target yang terlihat oleh pasien; titik-titik merah
menunjukkan target yang terabaikan oleh pasien
Tatalaksana
Strategi yang direkomendasikan berdasarkan kampanye ”Vision 2020” termasuk :
• Penapisan untuk mengidentifikasi individu dengan low vision yang dapat dibantu dengan
pemakaian kacamata atau alat optik lainnya.
• Ketersediaan layanan refraksi untuk individu yang teridentifikasi mengalami gangguan
refraksi signifikan.
• Memastikan layanan optik untuk ketersediaan kacamata yang terjangkau untuk individu
dengan gangguan refraksi signifikan. Layanan tentang low vision bagi masyarakat yang
membutuhkan
Alat bantu Low Vision

Alat bantu lensa koveks

Kacamata bantu penglihatan kurang. Pasien memperlihatkan jarak membaca yang


dekat (dengan kacamata lentikular), tetapi dengan kedua tangan bebas memegang
bahan bacaan
Jenis-jenis kaca pembesar. (1) Kaca pembesar genggam yang
dapat dilipat; (2) Kaca pembesar genggam biasa; (3) Kaca
pembesar stand magnifiers.
Sistem Teleskop

Teleskop untuk penglihatan kurang. Kiri: teleskop monokular genggam.


Tengah: teleskop Galilean yang menempel pada kacamata dan dapat
diatur fokusnya. Kanan: kacamata dengan lensa autofokus
Alat non optis (adaptif)
Penggunaan ukuran tulisan yang lebih besar pada media cetak (misalnya majalah, buku,
kalender, dan lain-lain), arloji dan jam yang lebih besar dan mengeluarkan cahaya, instrumen
yang dapat
memberikan instruksi suara (misalnya komputer)
Pemberian warna, filter dan pencahayaan

Banyak pasien berpenglihatan kurang


mengeluhkan kurangnya kontras dan
Silau (glare), yang mencegah mereka
bepergian sendiri.

Biasanya diberikan lensa abu-abu catau agak gelap untuk mengurangi intensitas
cahaya. Untuk meningkatkan kontras dan mengurang efek berkas cahaya
gelombang pendek (short-wave), disarankan penggunaan lensa kuning atau
kuning kecoklatan (amber).
Membaca sistem elektrik

Portable video magnifier dan mouse-cam


Aktivitas sehari-hari yang sangat terganggu akibat low vision dan alat-alat bantu yang disarankan

Aktifitas Alat bantu Optis Alat Bantu Non-Optis

Berbelanja Kaca pembesar genggam Cahaya, petunjuk warna

Menyiapkan cemilan Kacamata bifokus Petunjuk warna, rencana penyimpanan yang konsisten

Makan di luar Kaca pembesar genggam Senter, lampu meja

Membedakan uang Kacamata bifokus, kaca pembesar genggam Menyusun dompet dalam kompartemen-kompartemen

Kacamata berkekuatan tinggi, kacamata bifokus, kaca pembesar genggam, kaca pembesar berdiri (stand Cahaya, teks berkontras tinggi, teks berukuran besar, lubang baca
Membaca tulisan/teks
magnifier), closed circuit television (reading slit)

Menulis Kaca pembesar genggam Cahaya, pena berujung besar, tinta hitam

Menekan tombol telepon Teleskop Angka telepon berukuran besar, catatan dengan tulisan tangan

Menyeberang jalan Teleskop Tongkat, menanyakan arah

Mencari tanda taksi dan bus Kaca pembesar genggam  

Membaca label obat Kaca pembesar genggam Kode warna, huruf berukuran besar

Membaca huruf di kompor Kaca pembesar genggam Kode warna

Menyesuaikan thermostat Kaca pembesar genggam Model dengan huruf berukuran besar

Menggunakan computer Kacamata tambahan berkekuatan sedang Warna kontras tinggi, program dengan huruf berukuran besar
Kesimpulan
• Low vision  gangguan fungsi penglihatan permanen, yang setelah dilakukan tindakan
optimal seperti pengobatan dan/atau koreksi refraksi masih memiliki ketajaman penglihatan
kurang dari 6/18 dan lebih baik atau sama dengan 3/60 pada mata yang lebih baik atau
lapangan pandang kurang dari 20 derajat dari titik fiksasi.

• Angka gangguan penglihatan di Indonesia sendiri juga masih tergolong tinggi pada rentang
usia 65-74 tahun dengan 647.511 kasus.

• Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di dunia adalah kelainan refraksi yang tidak
ditangani (43%) dan katarak (33%). Penyebab lainnya adalah glaukoma (2%),
age-related macular degeneration (1%), retinopati diabetik (1%), trakoma (1%), opasitas
kornea (1%).
kesimpulan

• Pada anamnesa, individu dengan low vision akan mengeluhkan kesulitan dalam menjalani
aktivitas sehari-harinya oleh karena penurunan fungsi penglihatan yang tidak dapat dikoreksi

• Dalam pemeriksaan fisik ditemukan menurunnya visus, lapang pandang, sensitivitas terhadap
kontras, warna, dan cahaya.

• Terdapat lima jenis alat bantu low vision yaitu alat optik seperti (1) kaca pembesar atau
(2) teleskop, (3) alat non-optis (adaptif), (4) pemberian pewarnaan, filter, dan pencahayaan,
dan (5) sistem membaca elektronik
Daftar Pustaka
• ICD-10 Version 2019. [Di akses 20 Oktober 2020]. Available from: https://icd.who.int
• World report on vision. [Di akses 20 Oktober 2020]. Available from: https://www.who.int
• Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan. Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. Riset Kesehatan dasar. 2013. [Di akses 20 Oktober
2020]. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/
• Vaghan D, Asbury T. Vaghan and Asbury’s General Ophthalmology. Eighteenth ed. USA; Mc Grawl-Hill Companies Inc. 2011:383–395.
• Rehman I, Hazhirkarzar B, Patel B. Anatomy, Head and Neck, Eye Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov
• Tortora G, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. Hoboken: Wiley; 2014.
• Harper R. Basic ophthalmology. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2010.
• Gupta M, Bordoni B. Neuroanatomy, Visual Pathway. [Di akses 21 Oktober 2020]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov

Anda mungkin juga menyukai