Anda di halaman 1dari 17

Sebab-sebab

Perbedaan
Pendapat Ulama
Kajian Online
Manusia Selalu Berbeda

َ ِ‫ك َولِ َذل‬


‫ك‬ َ ُّ‫ين ِإال َم ْن َر ِح َم َرب‬ َ ُ‫اح َدةً َوال يَ َزال‬
َ ِ‫ون ُم ْختَلِف‬ ِ ‫اس ُأ َّمةً َو‬
َ َّ‫ك لَ َج َع َل الن‬َ ُّ‫َولَ ْو َشا َء َرب‬ 
َ ‫اس َأجْ َم ِع‬
‫ين‬ ِ َّ‫ألن َجهَنَّ َم ِم َن ْال ِجنَّ ِة َوالن‬
َّ ‫ك أل ْم‬ َ ِّ‫ت َكلِ َمةُ َرب‬ ْ ‫َخلَقَهُ ْم َوتَ َّم‬

 JikaTuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia


umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.
 Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan
untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu
(keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan
memenuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang
durhaka) semuanya. (Hud: 119)
Defenisi Ikhtilaf (Perbedaan)
 Ikhtilaf
secara bahasa: setiap orang memilih jalan
berbeda dengan jalan yang diambil oleh orang
lain.
 Berdasarkan makna bahasa tidak terkandung
makna saling tarik menarik, sikut-sikutan dan
berbantahan dalam kosa kata ikhtilaf. Cuma
kejiwaan sebagian orang yang tidak siap melihat
orang berbeda dengan dirinya.
Ikhtilaf Secara Istilah
 Ikhtilaf
menurut defenisi yang biasa dipakai oleh
ulama adalah: “Berbeda-bedanya ijtihad,
pandangan, pendapat dan perkataan ulama dalam
satu masalah. Seperti dalam satu masalah mereka
mengatakan hukumnya wajib, sebagian ulama
berpendapat sunah, sebagian lagi berpendapat
hukumnya mubah saja. Contoh ini berlaku untuk
niqab.
Posisi Ikhtiaf
 Ikhtilafhanya terjadi pada persoalan “furu’iyah”
(cabang-cabang agama), bukan pada permasalahan
“ushul” (dasar atau pokok agama).
 Ulama tidak akan mungkin berbeda pendapat pada
masalah rukun iman, rukun Islam dan perkara-
perkara qath’i seperti shalat lima waktu sehari
semalam, jumlah raka’at shalat fardhu, kewajiban
membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan dan
hajisekali seumur hidup.
Ikhtilaf Resmi Adanya
 Allah dan Rasul-Nya yang mengizinkan untuk
berbeda pendapat. Seperti ambigunya makna
kalimat (‫روء‬jj‫)ق‬, (‫)عسعس‬.
 Rasulullah tidak mengomentari sahabat yang
shalat di perjalanan sebelum sampai di Bani
Quraizhah.
1. Tidak sampainya dalil kepada
seorang ulama
 Kisah Ibnu Abbas mengingkari tindakan Ali bin
Abi Thalib yang membakar orang murtad.
 Abu Musa Al Asy’ari minta izin masuk rumah
Umar.
 Hadits tentang tha’un (wabah) yang hanya
diketahui oleh Abdurrahman bin ‘Auf.
2. Boleh jadi sebuah dalil sampai kepada
seorang alim, tapi ia lupa.

 Rasulullah diingatkan tentang ayat-ayat al Qur’an


ketika mendengar seseorang membacanya di
tengah malam.
 Kisah Abu Mas’ud yang menarik tangan
Hudzaifah ketika menjadi imam shalat di tempat
yang lebih tinggi dari pada makmum.
3. Tidak pastinya maksud sebuah dalil
 Seperti perbedaan ulama tentang kebolehan
menyentuh mushhaf al Qur’an bagi orang yang
tidak dalam keadaan berwudhu’ berdasarkan hadits

(‫نإالطاهر‬j‫رآ‬j‫لق‬jj‫مسا‬jj‫ ي‬j‫)ال‬

Al Qur’an tidak boleh disentuh kecuali oleh orang


yang dalam keadaan suci.
4. Hadits atau nash tidak menunjukkan terhadap
hal yang dimaksudkan

 Seperti kalimat (‫روء‬jj‫)ق‬

 Boleh jadi dalil sampai kepada seorang alim,


riwayatnya pun bisa diterima, dia pun tidak lupa,
namun ia yakin bahwa yang ditunjukkan oleh nash
itu bukan perkara yang dimaksudkan.
5. Adanya dalil lain yang selevel yang
menentang dalil ini

 Dari Busrah binti Shafwan, Rasulullah


bersabda:“Siapa yang telah menyentuh
kemaluannya hendaklah ia berwudhu’.
 Dari Thalq bin Ali, Rasulullah bersabda: Dia
hanyalah bagian dari dirimu.
7. Berbeda kekuatan atau kemampuan
 Kekuatan akal dan pemahaman, seperti perempuan
yang bertanya tentang hukum memandikan
jenazah bagi perempuan haidh.
 Kekuatan kepribadian, seperti Umar bin Khattab
yang mampu menyatakan pendapatnya dan siap
menghadapi resiko dari orang-orang yang tidak
menyetujuinya.
7. Perbedaan dalam kadar keilmuan.

 Karena manusia berkembang. Ilmu, pengalaman


dan pemahaman terus meningkat dan berubah.
 Seperti Imam Syafi’i yang memiliki istilah qaul
qadim (pendapat lama) dan qaul jadid (pendapat
baru).
8. Perbedaan kondisi, situasi, keadaan,
lingkungan dan suasana.

 Perbedaan fatwa Rasulullah tentang mencium istri di


siang bulan Ramadhan.
 Perbedaan fatwa Ibnu Abbas tentang taubat bagi
pembunuh.
 Tentang orang Arab Badui yang kencing di dalam
masjid.
 Nabi menyampaikan berbagaimacam amalan yang
paling utama sesuai dengan keadaan si penanya.
9. Tabi’at, bawaan diri dan sifat masing-
masing orang alim.

 Imam Malik memilih untuk hidup berkecukupan,


menerima hadiah, tapi tetap istiqamah di atas
kebenaran dan teguh dalam memegang prinsip.
 Imam Ahmad memilih hidup dalam kezuhudan,
tidak mau menerima hadiah dan tegar dalam
penderitaan.
10. Bervariasi dalam Ibadah
 Nabimengajarkan do’a yang banyak ketika
memulai shalat (do’a iftitah), tasbih ketika ruku’
dan sujud.
11. Hawa dan fanatik buta

 Penyebab terakhir ini tidak boleh dimiliki oleh


seorang muslim. Ini adalah salah satu sifat
jahiliyah yang harus dihindari oleh siapapun.

Anda mungkin juga menyukai