Paparan
Evidance
Favipiravir
Base
dan Keluaran
Medicine
Kehamilan
Covid-19
Identitas Jurnal
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.
Hingga 19 Agustus 2021, total kasus konfirmasi COVID-19 di dunia adalah 209.201.939
kasus dengan 4.390.467 kematian (CFR 2,1%) di 204 Negara Terjangkit dan 151 Negara Transmisi
Komunitas. Hingga 19 Agustus 2021, Pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan 3.930.300
orang terkonfirmasi positif COVID-19 dan ada 122.633 kematian (CFR: 3,1%) terkait COVID-19
yang dilaporkan dan 3.472.915 pasien telah sembuh dari penyakit tersebut.
Patogenesis
Infeksi sel saluran Keluarnya DAMPs & Dikenali oleh TLR dan
pernafasan PAMPs NLR
Sel Sitotoksik
Duplikasi materi genetic Mengeluarkan vesikel menghancurkan sel –sel
dan sintesis protein berisi virus baru alveolar yang sudah
terinfeksi
Komplikasi
Hampir sama dengan SARS, novel coronavirus juga bisa menimbulkan komplikasi yang
serius. Infeksi virus ini bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan bahkan kematian
Favipiravir dalam terapi covid-19
Favipiravir adalah obat yang dikembangkan sejak tahun 2014 yang merupakan agen antivirus spektrum
luas golongan inhibitor sintensi RNA
Dosis regimen favipiravir yang disetujui untuk influenza di Jepang adalah loading dose 3200 mg
pada hari pertama, diikuti dengan maintenance dose 600 mg dua kali sehari pada hari ke 2-5. Pada
penanganan covid 19, dosis lebih lama di berikan, yakni pada hari pertama 2x1600 mg, dan pada hari
ke 2 -7 atau hari ke 2 – 14, diberikan 2x 600 mg.
Kontraindikasi
Wanita Hamil
Ibu menyusui
Ringkasan Jurnal
Pendahuluan
Covid-19 Favipiravir
• Wanita yang terpapar Favipiravir 7 hari sebelum konsepsi dan terkonfirmasi + Covid-19
• Wanita yang sedang hamil dan terkonfirmasi + Covid-19
Kriteria Inklusi
Hasil
Sebagian besar ibu hamil berusia muda, yakni dibawah 35
tahun dan tidak ada riwayat merokok atau riwayat konsumsi
alcohol.
1 dari 4 wanita nullipara, dan sebagian besar wanita tidak
memiliki riwayat keguguran.
Hanya ada 1 wanita hamil yang memiliki riwayat pernikahan
sedarah dan memilki riwayat kongenital defek pada bayinya
(Musculoskeletal anomaly and Down Syndrome).
Satu dari setiap 4 wanita memiliki riwayat penyakit kronis.
Penyakit kronis yang paling umum adalah penyakit tiroid
(3/29), epilepsy (2/29), dan penyakit alergi (2/29).
Mereka menggunakan obat yang lainnya
untuk mengobati penyakit kronis, bersamaan
dengan penggunaan favipiravir.
Obat yang dikonsumsi sebagian besar seperti
NSAID, hydroxyquinolone, dan
parasetamol.
Dari data tersebut juga terdapat ibu hamil
yang mengonsumsi produk natural seperti
kayu manis, jahe, batang ceri.
Semua kehamilan tersebut tidak direncanakan, dan pada
saat melaporkan ke CPTU kebanyakan wanita hamil
tersebut baru menyadari diri nya hamil pada saat usia
kehamilan 4-16 minggu.
Dari 29 Ibu hamil yang mengkonsumsi obat Favipiravir,
5 diantaranya terminasi elektif, dan 24 sisanya lahir
hidup. Tidak ada yang mengalami keguguran.atau
meninggal dalam kandungan.
Terdapat 25 bayi yang lahir (12 laki-laki dan 13
perempuan), dan lebih dari setengah wanita hamil yang
lahir secara seksio sesarea (13/24).
2 Bayi lahir dengan prematur (usia kehamilan dibawah
37 minggu),
1 dari 25 bayi yang lahir hidup mengalami minor
congenital anomaly (case 9, patent foramen ovale). Ibu
dari bayi tersebut mengalami oligohiramnion pada usia
kehamilan 35 minggu.
2 wanita hamil melahirkan bayi di usia preterm dan lahir secara seksio sesarea,
salah satunya karena kehamilan kembar, dengan usia dibawah 32 minggu (case
12), dan satu lagi karena presentasi bayi yang abnormal pada usia 36 minggu
(case 8). Kemungkinan kelahiran premature pada bayi kembar lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang tidak kembar.
Tingkat terminasi elektif kehamilan sekitar 17.2% (5/29), mereka memutuskan
terminasi elektif karena takut pada resiko obat.
Kelemahan Studi
jumlah subjek penelitian yang masih sedikit.
Favipiravir tidak disetujui di sebagian besar negara sebagai pengobatan covid-19.
Penelitian ini hanya menyajikan data bagaimana keluaran kehamilan pasien covid
yang terpapar obat favipiravir.
Oleh karena itu, data ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk dilakukan
penellitian berikutnya.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa favipiravir tidak menimbulkan efek teratogenik yang begitu
besar, tetapi, penelitian ini masih terbatas, karena jumlah kasus yang tidak begitu banyak. Kasus Paparan
Favipiravir pada ibu hamil yang lain pun perlu di tindak lanjuti dan di laporkan. Penemuan pada
penellitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk tenaga medis yang lain dan juga pasien yang lainnnya,
namun untuk menarik kesimpulan pada penelitian ini, masih terlalu sedikit jumlah kasusnya. Sehingga
diperlukan data kasus ibu hamil lain yang terpapar favipiravir
Keterbatasan pada penelitian disini adalah kurangnya jumlah kasus yang dilaporkan, sehingga sebaiknya
ditelusuri kembali kasus ibu hamil yang terpapar favipiravir, sehingga bisa lebih akurat kesimpulannya
Critical Appraisal
No. Judul & Pengarang +/-
1. Abstrak 1 paragraf +
2. Secara keseluruhan informatif +
3. Tanpa singkatan selain yang baku +
4. Kurang dari 250 kata +
No. Pendahuluan +/- 7. Perkiraan dan perhitungan -
besar sampel
1. Terdiri dari 2 bagian/2 paragraf +
8. Perincian cara penelitian +
2. Paragraf pertama mengemukakan alasan + 9. Uji statistik
3. Paragraf kedua menyatakan hipotesis/tujuan + -
penelitian 10. Program komputer +
4. Didukung oleh penelitian relevan + 11. Persetujuan subjektif -
5. Kurang dari 1 halaman +
No. Bahan & Metode Penelitian +/-