10 Agt - Materi Surveilans Pd3i - Webinar Sosialisasi Surv Pd3i
10 Agt - Materi Surveilans Pd3i - Webinar Sosialisasi Surv Pd3i
Surveilans
PD3I
9 - 10 Agustus 2021
TUJUA
N
ini?
Surveilans Kesehatan
• Pengumpulan, analisis,
dan interpretasi data Monitoring
Surveilens aktif
RS
Verifikasi rumor
Deteksi dini
dari surveillans
penanganan
dini
ORI/Imunisasi
massal, pemberian
obat pencegahan
SISTEM KEWASPADAAN DINI :
PENEMUAN KASUS DAN RESPON ALERT
Sistem yang ada saatc
KASUS
BERBASIS
INDIVIDU
POLIO (AFP), CAMPAK, DIFTERI, TETANUS NEONATORUM
PD3I
Poliomyelitis
(POLIO c
300
1988, GPEI 800
650
Jumlah kasus (ribuan)
600
369 359
400
230
200 74 37 22 30
200
0
2009 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
2010
Kasus terakhir
100 Kasus terakhir Virus polio liar 3
Virus polio liar 2
17 Oktober
2019, eradikasi
0 virus polio liar
tipe 3
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2012
2013
2011
*as of 7 Aug. 2018; case count will be updated regularly (current numbers:
http://www.polioeradication.org/Dataandmonitoring/Poliothisweek.aspx 2014, Sertifikasi Bebas Polio
2015, Eradikasi Polio Liar 2
Bagaimana VPV (Virus Vaksin) berubah menjadi
VDPV?
Anak
diimunisasi
VPV berkembang
biak dan Pentingnya cakupan
bermutasi imunisasi yang tinggi:
memberikan
perlindungan kepada
anak dan
Kasus di Yahukimo: mutasi >60 kali,
masyarakat/komunita
cakupan imunisasi rendah dalam waktu lama Anak sakit s (herd-immunity)
cVDPV tipe 1
O cVDPV tipe 2
cVDPV tipe 1
cVDPV tipe 1
DEFINISI AFP (LUMPUH LAYUH
AKUT)
• Semua anak berusia <15 tahun
dengan
• Kelumpuhan yang bersifat layuh
(lemas/flaccid)
• Terjadi secara mendadak (1-14
hari)
• Tidak disebabkan oleh trauma/ruda
paksa/kekerasan
(jika ada keraguan, laporkan sebagai
kasus AFP!)
Konsep Surveilans AFP
Sebelum & sesudah Program Imunisasi berhasil
POLIO
Non Non
POLIO POLIO
INGAT:
Gejala AFP dapat ditemukan juga pada penyakit selain tersebut di atas.
Bila diagnosis pasti belum dapat ditegakkan dapat dituliskan suspek dan
DD- nya
Peran Puskesmas dan Dinas
Kesehatan
• Koordinasi dg unit yg berpotensi menemukan kasus Dinas Kesehatan:
AFP, Campak & TN: posyandu, kader PKK, klinik • Memberikan
swasta, pesantren, sekolah, pengobatan Pelatihan,
tradisional, gereja, dll • Supervisi
• sebarluaskan informasi ttg: Pengertian AFP, suportif
Surveilans AFP & Peran serta masy dlm AFP menyiapka
• Lacak setiap laporan/kelumpuhan unt n media
KIE
memastikan • Koordinasi
• Laporkan dan setiap kasus AFP, Campak, TN dlm Pelacakan kasus
wkt 24 jam setelah ditemukan ke DinKes Kab/kota dan
• Amankan tinja sebelum dikirim ke Kab/prop pengiriman
sampel
Pelacakan
Kasus
• Setiap kasus AFP yang ditemukan harus segera dilacak dan
dilaporkan ke unit pelaporan yang lebih tinggi selambat-lambatnya
dalam waktu 24 jam setelah laporan diterima.
• Tim : Puskesmas/RS, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
• Langkah-langkah:
1. Menyiapkan formulir FP-1 dan Media Edukasi (KIE)
2. Lengkapi formulir FP-1
3. Mengumpulkan 2 Spesimen Tinja Penderita
4. Memberi edukasi kepada keluarga/orang tua :
a. Pentingnya Imunisasi Polio
b. Perlunya dilakukan fisioterapi
Paman Sami, PKM Pasir Putih
Tidak Boleh
kosong
Tanggal pelacakan
Tidak Boleh tidak boleh
kosong mendahului tanggal
mulai sakit / lumpuh
Tanggal pengambilan
dan pengiriman
spesimen harus diisi
dan sesuai dengan
data pada form
pengiriman
spesimen Tidak
Boleh
kosong
Contoh Laporan
Pengumpulan
Dari kasus
Spesimen
Spesimen adekuat jika:
a. Dua spesimen didapatkan ≤14 hari setelah munculnya
kelumpuhan dengan jeda minimal 24 jam antara sampel 1
dan 2.
b. Volume 8-10 gram (sebesar satu ruas ibu jari orang dewasa
atau satu sendok makan jika feses encer)
c. Spesimen kondisi baik (tidak bocor, suhu dingin 4-8 derajat)
(idealnya diterima oleh lab <72 jam setelah pengumpulan, akan
tetapi jika tidak bisa, dapat disimpan dalam freezer/-20 C, dan
dikirimkan dalam keadaan beku/frozen dengan cold-pack)-
*jangan lupa beri label
Rumah pasien
Penyebab Spesimen Tidak Adekuat
DinKes DinKes
Cek! Cek!
Propinsi Kabupaten
Terlambat lapor
Kurir
Kurang dingin
Kurang volume
Bocor
Kering/busuk
Lab/BBLK
Kunjungan Ulang 60 Hari
(KU60) dan Resume
Medis
• Perlu dilakukan Kunjungan Ulang 60 hari (KU60) terhitung dari hari
pertama munculnya kelumpuhan, jika:
1. Spesimen tidak adekuat meskipun hasil lab negatif
2. Hasil lab adalah ditemukan virus polio vaksin (Sabin), sebagai bahan
pertimbangan para ahli apakah kelumpuhan terkait virus dari vaksin.
• Tujuan: apakah masih ada kelumpuhan >60 hari, kelumpuhan permanen,
bahan pertimbangan bagi ahli untuk klasifikasi final (Polio, Kompatibel,
Bukan Polio, VAPP)
• Jika sudah menerima hasil laboratorium, segera dikomunikasikan dengan
kabupaten/kota, puskesmas/RS, keluarga pasien
61
Surveilans Campak di Puskesmas
Petugas lab
Kss Campak Klinis Ambil spesimen serum 1cc, kirim ke
kabupaten
Puskesmas
Petugas Surveilans
Dokter poliklinik
Catat di form MR01
Case manajemen & Vit A
TATALAKSAN
A KONTAK
ERAT
KEMOPROFILAKSIS/ Evaluasi status
OBAT imunisasi
PENCEGAHAN
Pengawasan minum obat
pada: ≥3 dosis, atau ≥3 dosis, atau
<3 dosis atau
- Hari ke-1 : awal minum dosis dosis
tidak diketahui
obat terakhir terakhir
- Hari ke-2 : memastikan 2 >5 tahun <5 tahun
hari pertama minum obat <1 tahun: lengkapi Berikan 1 dosis - Anak yang
secara adekuatkuman imunisasi dasar (3) imunisasi belum
mulai mati 1-6 tahun: difteri ulangan dapat dosis
- Hari ke-7: ketaatan minum imunisasi dasar (3) ke-4,
obat sampai selesai dan lanjutan berikan
Pengawasan efek samping ≥7 tahun: 3 dosis - Anak yang
interval 0-1-6 sudah dapat
Jika timbul gejala dosis ke-4:
difteri, rujuk fasyankes *pertimbangan lain (misal tidak ada catatan, KLB: tidak perlu
semua kontak erat diberikan 1 dosis imunisasi difteri
TETANUS
NEONATORUM
Tetanus Neonatorum
9 MR, JE*
12 PCV3*
* hanya di Prov/Kab/Kota Terpilih 1 SD 2 SD
18 DPT/HepB/Hib4, MR2 5 SD 6 SD
Untuk melengkapi IRL, berikan imunisasi sbb jika anak datang dengan usia :
> 24 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
≤ 1 tahun √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1-2 tahun √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2-3 thn √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 -4 thn √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 - 5 thn √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan : Keterangan :
= Tidak boleh diberikan = boleh diberikan
SEMAKIN LAMA MENUNDA, SEMAKIN BESAR RISIKO ANAK TERKENA PD3I
PERTUSIS
PERTUS
IS
• Pertusis (Batuk rejaning cough/batuk rejan/batuk seratus hari) adalah penyakit
menular pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertussis.
• sering menyerang anak-anak (khususnya usia dibawah 5 tahun) dan tersebar
di seluruh dunia, tidak tergantung etnis, cuaca ataupun lokasi geografis.
• Penularan: manusia ke manusia
• Pertusis memiliki tingkat penularan yang tinggi dan menular melalui droplet
kecil (aerosolized droplet) terutama yang keluar pada saat batuk atau bersin.
Definisi
Kasus:
• Suspek: Orang dengan batuk yang berlangsung minimal 2 minggu dengan minimal 1
tanda berikut,
a. Batuk paroksismus (batuk terus menerus)
b. Inspiratory Batuk rejaning
c. Muntah setelah batuk (post-tussive vomiting)
d. Muntah tanpa ada penyebab yang jelas
ATAU
• Kasus apnea (berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak usia <1 tahun dengan batuk
tanpa ada batasan durasi
ATAU
• Jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada batasan durasi