Anda di halaman 1dari 37

KEBIJAKAN PROGRAM

P2 PENYAKIT INFEKSI
SALURAN
PENCERNAAN (PISP)

drg. Antony Azarsyah, M.K.M


Epidkes Ahli Madya – Ketua Sub Tim Kerja
Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan,

Direktorat P2PM
Ditjen P2P, Kemenkes RI
9 Juni, 2022
PRIORITAS
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PISP
2020 - 2024
DIARE

DEMAM TIFOID

HEPATITIS A DAN E

HFMD

DLL (sesuai situasi yang berkembang)

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


TUJUAN KEGIATAN
P2 PISP
1. Menurunkan angka kejadian
penularan PISP
2. Menurunkan angka kesakitan dan
kematian PISP
3. Pencegahan dan pengendalian
stunting

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


STRATEGI P2 PISP
1 Advokasi dan sosialisasi PISP

2 Surveilans / pengamatan PISP

3 Pencegahan PISP

4 Deteksi dini PISP

5 Penanganan PISP

6 Tata kelola logistik PISP

7 Jejaring dan kemitraan

8 Penguatan SDM P2 PISP


Bimbingan teknis, monitoring
9 dan evaluasi

10 Penguatan koordinasi LS dan LP


ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PISP
1 Diare penyebab angka kesakitan dan kematian pada balita

2 Diare salah satu faktor determinan dari stunting

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia
3
dengan angka kematian mencapai 600.000 kasus .

4 Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk, penderita
terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15 tahun.

5 Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 14%. Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat
meningkat hingga 20% .

6 Secara Global, gejala infeksi hepatitis A terjadi pada 1,4 juta orang setiap tahunnya. (WHO)

7 WHO memperkirakan bahwa hepatitis A menyebabkan sekitar 7134 kematian pada tahun 2016 (terhitung 0,5% dari
kematian karena virus hepatitis)

Hepatitis A sering timbul baik secara sporadis maupun sebagai suatu epidemi dalam periode waktu satu sampai dua
8 bulan. Epidemi yang terjadi akibat kontaminasi pada air dan makanan dapat mengakibatkan ledakan kasus, dan
menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit

9 Di Indonesia berdasarkan diagnosis secara klinis pernah dilaporkan kejadian luar biasa HFMD.

Secara geografis Indonesia rawan bencana. Bayi dan anak balita merupakan kelompok rawan di daerah
10 risiko bencana untuk terjangkit penyakit infeksi saluran pencernaan, diantaranya karena asupan makanan menjadi
terganggu, hygiene-sanitasi yang tidak memadai
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN POST NEONATAL
29 HARI-11 BULAN INDONESIA TAHUN 2020
Pneumonia; 14.5

Diare; 9.8 Kelainan kongenital Jantung;


0.4
Kelainan kongenital lainnya; 0.5
Penyakit saraf; 0.9

Lain-lain; 73.9

PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN ANAK BALITA


(12-59 BULAN) DI INDONESIA TAHUN 2020
Diare; 4.55
Pneumonia; 5.05

Lain-lain; 47.41

Infeksi parasit;
42.83

Ditjen Kesmas, 2021


BEBAN PENYAKIT DIARE

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Potret Belanja Kesehatan pada Pengendalian Penyakit Menular

0.2% Imunisasi (1,17T ; 30,8%)


Total Belanja Penyakit Menular sebesar Rp. 19,5 T 3.5% • Porsi belanja
(4,0% dari belanja Kesehatan) Surveilans & Pengendalian Penyakit
kesehatan
(950M ; 25,0%)
9.6% terbesar pada
Deteksi Dini (756,2M ; 19,9%)
PPM di
Kemenkes, Kemenkes11.0% 30.8%
Belanja Modal (418M ;11,0%) Kemenkes adalah
3,8 T Pembinaan Faskes (364,8M ; 9,6%) untuk imunisasi
sebesar 1,17 T
Pemda 19.9% KIE (133M ; 3,5%)
dari total 3,8 T
25.0% Pemantauan status kesehatan • Porsi belanja
(7,6M ;0,2%)
kesehatan
K/L Lainnya, terbesar pada
Infeksi Saluran Pernapasan (5,2T; PPM di JKN
39,9%) adalah pada
26.9% Diare (3,5T ; 26,9%) infeksi saluran
JKN Tuberculosis (1,4T ; 10,9%)
pernapasan
sebesar 5,2 T
Penyakit Menular Lainnya (1,2T ;
9,3%) dari total 13,0 T
39.9%
JKN
10.9% Penyakit Tropis (1,0T ; 7,8%)
13,0 T HIV/AIDS & PMS (530,9M ; 4,1%)

9.3% Hepatitis (96,0M ; 0,7%)

7.8% Malaria (43,6M ; 0,3%)


0.02%
JKN K/L Lainnya Pemda Kemenkes 0.3% 0.7%
Imunisasi (2,5M ; 0,02%) Sumber: NHA,2019
4.1%
* Estimasi NHA 2019
FAKTOR RISIKO PENYAKIT MENULAR PISP & BERPOTENSI KEJADIAN
LUAR BIASA GORONTALO

✅ Prevalensi Diare ✅ Perilaku Buang Air Besar


20.0%
18.0%
Nasional 55.8% 44.2%
16.0%
14.0% 13.7%

12.0%
10.5%
10.0% Provinsi Gorontalo 86.2% 13.8%
8.3%
8.0%
6.4%
6.0% 4.7%
4.0% Boalemo 79.4% 20.6%
2.0% 1.6%

0.0%
Nasional Provinsi Boalemo 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%
Gorontalo
Perilaku Benar BuangDASAR
RISET KESEHATAN Air Besar
2018

Prevalensi Diare Balita Prevalensi Diare Semua Umur Perilaku Tidak Benar Buang Air Besar

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML RISET KESEHATAN DASAR 2018
FAKTOR RISIKO PENYAKIT MENULAR PISP & BERPOTENSI KEJADIAN
LUAR BIASA GORONTALO
✅ Sarana Air Bersih

Pemakaian Air per Orang per Hari


60.0%
52.2%
50.0%
42.1%41.1%
40.0%
35.9%

29.3%29.0%
30.0% 26.5%

20.0%
14.4%
11.1% 12.2%
10.0%
2.3% 3.1%
0.2% 0.6% 0.2%
0.0%
Boalemo Provinsi Gorontalo Nasional
< 5 liter 5 - 19.9 liter 20 - 49.9 liter 50 - 99.9 liter ≥100
RISET KESEHATAN DASAR 2018
FAKTOR RISIKO PENYAKIT MENULAR PISP & BERPOTENSI KEJADIAN
LUAR BIASA GORONTALO

✅ Jamban (Penanganan Tinja Balita) ✅ Status Gizi

Gizi Kurang
12.0%
Nasional 32.2% 67.8%
10.0% 9.7%

8.0% 7.1%
Provinsi Gorontalo 43.7% 56.3%
6.0% 5.3%

4.0%

2.0%
Boalemo 48.9% 51.1%
0.0%
Boalemo Provinsi Nasional
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Gorontalo
RISET KESEHATAN DASAR 2018
Aman Tidak Aman

RISET KESEHATAN DASAR 2018


FAKTOR RISIKO PENYAKIT MENULAR PISP & BERPOTENSI KEJADIAN LUAR BIASA
GORONTALO

✅ Tempat Pembuangan Air Limbah Utama dari Kamar ✅ Cuci Tangan dengan Benar
Mandi/Tempat Cuci di Rumah
60.0%
51.6% 51.6%
Nasional 8.4% 8.7% 35.8% 47.1% 50.0%

40.0% 36.9%

30.0%
Prov. Gorontalo 18.5% 9.5% 34.8% 37.2%

20.0%

10.0%
Boalemo 33.6% 10.6% 42.3% 13.5%
0.0%
Boalemo Provinsi Nasional
0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0%
Gorontalo
RISET KESEHATAN DASAR 2018
Penampungan tertutup Penampungan terbuka
Tanpa penampungan (di tanah) Langsung ke got/ kali/ sungai
RISET KESEHATAN DASAR 2018
FAKTOR RISIKO PENYAKIT MENULAR PISP & BERPOTENSI KEJADIAN LUAR
BIASA

RISET KESEHATAN DASAR 2018


FAKTOR RISIKO PENYAKIT MENULAR (DIARE) & BERPOTENSI KEJADIAN LUAR
BIASA

RISET KESEHATAN DASAR 2018

SDKI 2007
Persentase Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-5 Bulan
(BPS, 2021)
100.00

90.00
81.46
81.18
81.00
78.93
77.00
76.46
76.43
75.87
74.93
74.75
74.16
74.08
80.00

71.58
71.37
71.21
71.17
70.29
69.93
69.61
68.51
67.08
66.66
66.00
65.93
65.63
62.94
62.54
70.00

61.32
61.09
60.27
58.84
58.77
57.83
55.98
52.75
60.00

50.00

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
t r a a t r g t t a i t r li a a g a a t a a
ara mu tar gah art ara atan mu un ara ara pu mb ara ten Riau atan mu Ba kulu ceh tar gah art tun gar luku tar atan Riau ara tar gah talo esi
B Ti U e n ak B e T l i p i B B Pa Ja B an e l Ti g A U e n ak li g a U e l . B U e n on on
ra a n T y a S n am s ra n n M si S ep ua ra T r d
ga ggar anta awa Yog Jaw esi nta L awe ate ta
n B S a
ra Jaw Be ku i T i J Be e e n K p te an Go In
g a n e alu es Dk ka si T aw nta Pa ma ant
e n n m J Di aw a u l m m at M aw ng e u l a
e i l im S u li l a w S
T T
sa sa Ka
l Su Kal S Ka um Su . B Sula lim Su lim
u S p K a Ka
N Nu Ke
CAPAIAN PROGRAM DIARE PROVINSI GORONTALO
TRIWULAN I TAHUN 2022

✅ Rata-Rata Cakupan Penemuan Diare Balita

3.50%
3.26%
3.00%
3.00%

2.50%
2.27%
2.04% 2.02%
2.00% 1.86% 1.79%

1.50%

1.00%

0.50%

0.00% RISET KESEHATAN DASAR 2018


Kab. Boalemo Kab. Bone Provinsi Kab. Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Pohuwato Kota Gorontalo
Bolango Gorontalo Utara
CAPAIAN PROGRAM DIARE PROVINSI GORONTALO
TRIWULAN I TAHUN 2022

✅ Rata-Rata Cakupan Penemuan Diare Semua Umur

3.50%
3.24%
3.00% 2.93%

2.50%
2.25%
2.11%
2.00%
2.00%
1.75% 1.66%
1.50%

1.00%

0.50%

0.00%
Kab. Boalemo Kab. Bone Provinsi Kab. Gorontalo Kab. Pohuwato Kab. Gorontalo Kota Gorontalo
Bolango Gorontalo Utara
RISET KESEHATAN DASAR 2018
CAPAIAN PROGRAM DIARE PROVINSI GORONTALO
TRIWULAN I TAHUN 2022
✅ Rata-Rata Cakupan Pemberian Oralit dan Zinc Balita
100.00%
98.74%

90.00%
84.40% 82.61%
81.98%
80.00% 78.45% 76.35%

70.00% 66.19%

60.00%

50.00%

40.00%
29.39%
30.00%

20.00% 16.13%
10.89% 9.14% 9.80%
10.00% 4.79%7.34% 6.39% 6.81%
0.47% 3.40% 3.39%
0.47% 0.98%
0.00%
Kab. Boalemo Kota Gorontalo Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo Kab. Pohuwato Kab. Gorontalo Provinsi Gorontalo
Utara
RISET KESEHATAN DASAR 2018

Rata-Rata Cakupan Pemberian Oralit Balita Rata-Rata Cakupan Pemberian Zinc Balita
Rata-Rata Cakupan Pemberian Oralit dan Zinc Balita
P2 STUNTING MELALUI
TATALAKSANA ORALIT
DAN ZINC PADA
BALITA DIARE

21
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
TELAAH EFEKTIVITAS BEBERAPA INTERVENSI YANG TERBUKTI BERPERAN DIDALAM
PENURUNAN STUNTING DAN INDIKATOR DETERMINANNYA
KEJADIAN LUAR BIASA
PENYAKIT INFEKSI
SALURAN
PENCERNAAN

24
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
KEJADIAN LUAR BIASA DIARE INDONESIA
1600

1405
1400

1213
1200

1000

800 756

600

400

198
200 % % % %
30 2.47 6 3.04 34 2.4 36 4.7
0
2015 2016 2017 2018
Kasus Mati CFR %

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


KEJADIAN LUAR BIASA HEPATITIS A INDONESIA
4000

3500 3421

3000

2500

2000

1500

1000

564
500 318
126 % % % %
0 0 0 0 0 0 0 0
0
2016 2017 2018 2019

Kasus Mati CFR %


ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
KLB HEPATITIS A TAHUN 2019 (N = 3421)
Kab. Deli Serdang
Kab. Banjar Kab. Minahasa

Muara Enim & Ogan Ilir Bangkalan

DKI Jakarta, Kota Tangsel


& Kota Tangerang Kab. Cilacap Kab. Jember

Depok, Bogor & Kota


Bandung
RISKESDAS HEPATITIS A
Kab. Pacitan & Kab. Trenggalek
2007 0,6%
2013 19,3%
SUBDIT HPISP
DIT P2PML
2018 0,39%
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Indikator Utama Program PISP
2020 – 2021 & 2022 - 2024

Indikator Utama 2020-2021


Definisi Operasional Cara Perhitungan Sumber Data
Indikator Outcome
Persentase Kab/Kota yang Persentase Kab/Kota yang 80 % Jumlah kab/kota yang Laporan rutin
80 % Puskesmasnya Puskesmasnya melaksanakan melaksanakan tatalaksana Dinkes Prov
melaksanakan tatalaksana tatalaksana Diare sesuai standar bila: Diare sesuai standar dibagi
Diare sesuai standar cakupan pemberian Oralit dan Zinc 100% jumlah kab/kota yang ada di
pada penderita diare balita Indonesia dikali 100 %

Indikator Utama 2022-2024


Definisi Operasional Cara Perhitungan Sumber Data
Indikator Outcome
Jumlah balita diare yang
Persentase balita diare yang mendapat diobati sesuai standar dibagi Laporan rutin Dinkes
Persentase pengobatan kasus
tatalaksana standar dengan pemberian seluruh balita diare yang
diare sesuai standar Prov
oralit dan zinc berkunjung ke fasyankes dikali
100

28
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024
Target
Sasaran Program
Program/ (Outcome)/Sasaran Lokasi DO Cara Perhitungan
Kegiatan Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
Persentase Kab/Kota
2020 – 2021 yang 80 %
Kegiatan 2020 – 2021 Puskesmasnya Jumlah kab/kota yang
Pencegahan Persentase Kab/Kota 51 % melaksanakan melaksanakan
dan yang 80% puskesmasnya 34 Prov (262 58 % tatalaksana Diare tatalaksana Diare sesuai
Pengendalian melaksanakan Kab/Kota) (298 Kab/Kota) - - - sesuai standar bila: standar dibagi jumlah
Penyakit tatalaksana diare sesuai cakupan pemberian kab/kota yang ada di
Menular standar Oralit dan Zinc 100% Indonesia dikali 100 %
Langsung pada penderita diare
balita

2020 – 2021
Meningkatnya Persentase balita diare Jumlah balita diare yang
2022 -2024
Pencegahan Persentase yang mendapat diobati sesuai standar
dan pengobatan 34 Prov - - 50 70 85 tatalaksana standar dibagi seluruh balita
pengendalian kasus diare sesuai dengan pemberian oralit diare yang berkunjung ke
penyakit standar dan zinc fasyankes dikali 100
menular

29
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
SITUASI PROGRAM PENYAKIT INFEKSI SALURAN PENCERNAAN (DIARE)
INDONESIA TAHUN 2020 DAN 2021 (s/d Maret 2022)
CAPAIAN INDIKATOR 2020 DAN 2021
TARGET
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran 2020 2021
Kegiatan (Output)/Indikator Lokasi
Target Capaian Target Capaian

Persentase Kab/Kota yang 80%


puskesmasnya melaksanakan 34 Prov 51 % 44,2% 58% 71,60%
tatalaksana diare sesuai standar (262 Kab/Kota) (227 Kab/Kota (298 Kab/Kota) (368 kab/kota)
CAKUPAN LAYANAN DIARE BALITA INDONESIA
2020 2021
Cakupan
Target Capaian Target Capaian

Cakupan Pelayanan Diare Semua Umur 7.350.708 2.473.081 (33,64%)

Layanan Diare Balita 3.953.716 1.140.503 (28,8%) 3.690.984 879.596 (23,83%)


Oralit balita 100 % 90,8% 100% 91,23 %
Zinc balita 100 % 89,5% 100% 90,67%
Kematian Semua Umur 287 774
Kematian Balita 88 216
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML Sumber : Laporan Rutin Dinkes Provinsi
INTERVENSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PISP YANG DILAKUKAN OLEH
LINTAS PROGRAM DAN SEKTOR

Promosi kesehatan yang mencakup informasi gaya hidup sehat, penyakit dan cara
transmisinya, pengendalian faktor risikonya, serta pencegahan dan pengobatannya

INTRODUKSI VAKSINASI ROTAVIRUS (mulai 2022) DAN HEPATITIS A (skema out-of-pocket)

Melakukan pengendalian faktor risiko yang meliputi peningkatan dan penyediaan fasilitas
air dan sanitasi, perumahan sehat, pengendalian pencemaran

Melakukan deteksi dini kasus dan perawatan cepat dan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas komprehensif

Melakukan kegiatan surveilans termasuk pengawasan laboratorium dan kewaspadaan dini


dan penanggulangan kejadian luar biasa
Permasalahan dan Strategi Peningkatan Penemuan dan Tatalaksana Kasus

No. Masalah Strategi PIC


1. Penemuan kasus balita diare • Sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah daerah Dit P2PM
masih belum optimal terutama pada provinsi dengan cakupan <50% di Dinkes
tahun 2021
2. Kapasitas tenaga Kesehatan untuk Mengoptimalkan media komunikasi (melaksanakan
skrining derajat dehidrasidan •
peningkatan kapasitas dan monev secara online)
tindak lanjut tatalaksana pada untuk meningkatkan kemampuan dan kepatuhan
balita diare masih belum standar petugas dalam mengirim laporan
dan merata
3. Kepatuhan orang tua dan • Meningkatkan jejaring dan partisipasi fasyankes
pengasuh balita diare untuk swasta dan praktik mandiri untuk melaporkan kasus
menghabiskan zinc masih rendah balita diare.
• Sosialiasi dan advokasi pentingnya zinc bagi balita
diare serta kegiatan kunjungan rumah untuk
memantau kepatuhan minum zinc di kabupaten/Kota
lokus stunting

32
TANTANGAN
Frekuensi pergantian pengelola program PISP yang sering sehingga
1 kapasitas pengelola program PISP tidak maksimal dalam melaksanakan
program.

Rendahnya kepatuhan pengelola program untuk mengirimkan laporan


2 bulanan secara kelengkapan dan ketepatan

Tidak teralokasikan kegiatan layanan rehidrasi oral aktif (LROA), kegiatan

3 surveilans tifoid dan upaya pencegahan demam tifoid pada kelompok anak
sekolah dalam anggaran APBN pusat dan dana dekonsentrasi serta APBD
sehingga capaian indikator tidak maksimal.

Kurangnya dukungan serta kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat


4 terhadap penyakit infeksi saluran pencernaan terutama diare baik dalam
pelaksanaan tata laksana diare, surveilans KLB, pelatihan petugas
kesehatan, logistik (oralit dan zinc) dan alokasi anggaran untuk kegiatan-
kegiatan pendukung.

Tidak optimalnya kegiatan program dikarenakan banyak kegiatan yang


5 tidak dapat dilaksanakan dikarenakan hampir seluruh sumber daya
direalokasi untuk penanggulangan pandemi COVID 19.

6 Karena pandemi COVID 19, kasus diare yang mengakses layanan di


fasyankes berkurang.

7 Masih belum optimalnya dukungan dan kerja sama Lintas Sektor


Penyebab
Analisa Keberhasilan/Kegagalan
1. Tenaga. Hampir semua level baik di propinsi hingga kabupaten/kota
termasuk puskesmas mengalami masalah ketenagaan. Kurangnya jumlah
SDM, kualifikasi pendidikan yang belum sesuai, perpindahan yang begitu
cepat, beban kerja yang tinggi merupakan masalah yang hampir
ditemukan disemua tingkatan.
2. Pengetahuan dan ketrampilan. Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit serta tatalaksana kasus diare serta ketrampilan yang dimiliki oleh
petugas dalam penegakan diagnosa.
3. Anggaran. Permasalahan anggaran terutama berkaitan dengan efisiensi
dana di saat kegiatan sedang berjalan sehingga berpengaruh terhadap
kelancaran pelaksanaan program. Selain itu program diare juga tidak
menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan di daerah sehingga
berpengaruh terhadap alokasi anggaran yang di alokasikan.
4. Data. Ketepatan dan kelengkapan laporan dari provinsi masih rendah.
Begitu juga dengan validasi dan akurasi dari data tersebut. Data yang ada
belum dilakukan analisis, baik tingkat propinsi maupun kabupaten (baru
bersifat pengumpulan data). Data terkait balita, baik angka kesakitan
maupun kematin masih terkotak-kotak di masing-masing program, dengan
kata lain tidak ada integrasi data antar program.
5. Force Majeure. Tahun 2020 dunia termasuk di Indonesia mengalami
pandemi Covid 19. Hammpir seluruh sumber daya kesehatan terfokus
kepada penanganan Covid 19 sehingga berdampak besar terhadap
capaian program-program kesehatan termasuk program diare.
AKSELERASI DAN PENGUATAN PROGRAM
1. Peningkatan kapasitas Pengelola program dalam tatalaksana termasuk dalam pencatatan dan
pelaporan.
2. Penguatan surveilans aktif dan penemuan kasus aktif (active surveillans dan active case
finding)
3. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam tatalaksana penyakit.
4. Pemanfaatan teknologi informasi untuk penguatan kapasitas, bimbingan teknis, monitoring
dan evaluasi program pada masa pandemi ini
5. Optimalisasi sumber daya yang ada dalam rangka percepatan pencapaian target
6. Perbaikan kualitas data dan kapasitas petugas catpor
7. Optimalisasi integrasi lintas program
8. Integrasi data angka kesakitan dan kematian balita lintas program
9. Optimalisasi kemitraan dengan LSM, akademisi, mitra dalam dan luar negeri, ahli serta
lintas program dan lintas sektor.
10. PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO merupakan prioritas untuk mencegah terjadinya
penyakit menular
11. Peningkatan SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA penyakit menular
PENYAKIT INFEKSI SALURAN PENCERNAAN
PENYAKIT & CARA SPESIFIK DETEKSI DINI &
PENULARAN BESARAN PROMOTIF PREVENTIF TUJUAN KEGIATAN
PROTECTION TATALAKSANA
MASALAH
FECAL ORAL

1. Masyarakat dengan higiene dan


sanitasi yang masih buruk. 1.PHBS (ASI, MP ASI, air
2. Diare penyebab kematian Neonatal
bersih, CTPS, jamban,
dan Balita (SRS 2018, Ditjen Kesmas
2021) membuang tinja bayi dengan Imunisasi Hepatitis
HEPATITIS A & E 3. Diare merupakan faktor determinan A pada kelompok
stunting benar, Imunisasi campak) Risti 1. RDT Hepatitis A
4. KLB Hep A sering terjadi secara 2. RDT Tifoid
sporadis dan meluas. 2.Penyehatan lingkungan
3. Oralit dan Zinc
5. Setiap balita 3-4 kali/tahun terkena (Stop BAB sembarangan, 4. Surveilans aktif 1. Menurunkan
DIARE diare
6. Faktor risiko berdasarkan RKD 2018
Intervensi
CTPS, pengelolaan air minum
1. LROA
2. Imunisasi
5. Penemuan kasus angka kejadian
perubahan aktif
dan SSGI 2021
a) Cakupan oralit : 34,8%
perilaku melalui dan makanan RT,
Rotavirus
6. LROA penularan PISP
sosialisasi dan 3. Pemantauan
b) Cakupan Zinc : 26,1%
pembuatan Pengamanan sampah RT, kepatuhan
7. Penguatan 2. Menurunkan
c) Prev Diare Balita : 9,8% (SSGI kapasitas
TIFOID 2021) Media KIE baik Pengamanan limbah cair RT)
minum zinc
pada balita
petugas angka
d) CTPS : 49,8% cetak maupun kesehatan kesakitan dan
e) Gizi Buruk : 3,9% elektronik 3.Penyediaan air bersih diare
8. Penguatan
f) Proporsi Penanganan Tinja Balita dengan materi : 4.Pengelolaan sampah
4. Suplementasi
logistik PISP kematian PISP
Secara Aman oleh Rumah Tangga zinc di lokasi
1. PHBS 9. Pengobatan 3. Pencegahan
HFMD : 61,6%
g) Akses optimal air bersih : 46,5% 2. CTPS
3. PENULARAN,
5. Sarana pembuangan limbah bencana
karier Tifoid
dan
h) ASI eksklusif bayi 6-23 bulan : 6. Penguatan SKD KLB Diare 10.Update
52% (SSGI 2021) 4. PENCEGAHAN pedoman pengendalian
6. Prevalensi Tifoid : 1,6% (RKD 2007) dan Hepatitis A
1.Imunisasi Tifoid manajemen
7. Karier dan resistensi antibiotik Tifoid
7. Kolaborasi LP dan LS dalam 2.Survey karier program dan stunting akibat
8. Beban pembiayaan baik bagi
masyarakat maupun negara. pemeriksaan secara berkala tifoid pada tatalaksana diare
9. Secara geografis Indonesia rawan penjamah kasus
bencana. Bayi dan anak balita kualitas makanan dan air makanan
merupakan kelompok rawan di
daerah risiko bencana untuk 8.Kontrol Reservoir 3
6
terjangkit penyakit infeksi saluran 9.Kontrol transmisi
pencernaan, diantaranya karena
asupan makanan menjadi terganggu, 10.Kontrol populasi yang
hygiene-sanitasi yang tidak memadai
rentan
TERIMA KASIH

LINDUNGI
KAMI DARI
PENYAKIT
INFEKSI
SALURAN
PENCERNAAN

NTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML

Anda mungkin juga menyukai