Anda di halaman 1dari 11

NAMA : SELVI MARLINA

NIM : N1B118033
JURUSAN : ARKEOLOGI
PRINSIP PENGERJAAN LABORATORIUM
ARKEOLOGI & JENIS-JENIS
LABORATORIUM ARKEOLOGI 
PRINSIP
PENGERJAAN
LABORATORIUM
ARKEOLOGI

Add a Footer 3
Prinsip Dasar Pengerjaan Laboratorium Arkeologi

B e r k o m i t m e n u n t u k m e n c a p a i p e n e l i ti a n y a n g t e r b a i k d a n
melakukan prosedur laboratorium yang sesuai dalam
m e n g a n a l i s i s a r t e f a k s e c a r a k o n s i s t e n d a n s i s t e m a ti s  

pe m il i ha n l o kasi d an ko nte ks pe n g ga l ia n ya n g te pat , d i m an a


t e r d a p a t b u k ti a t a u k u m p u l a n a r t e f a k p a d a s i t u s g a l i a n .
S e la i n i t u m el a kuka n pe mi l i ha n kol e ksi d en ga n me la ku ka n
pelabelan dan pengorganisasian artefak, serta dokumentasi
lengkap kol e ksi. 

Melakukan kemitraan dengan publik, dengan melibatkan


p a r ti s i p a s i l a n g s u n g .

Add a Footer 4
KONSEP ARTEFAK YANG AKAN DITELITI,
 Menyimpan bukti perilaku dalam bentuk manufaktur (mengubah bahan baku), teknik dan proses. Contohnya: tembikar kuno mengumpulkan bahan baku atau
mendapatkannya dari yang lain dan memanipulasi bahan-bahan tersebut dalam urutan langkah-langkah yang sering meninggalkan jejak fisik yang diamati
seperti sambungan tanah liat yang tidak diobservasi, tanda gesekan, slip dan desain spesifik lukisan di permukaan. (bukti langsung dari proses pembuatan)

Menyimpan bukti perilaku melalui fungsi yang tersirat dari bentuk dan juga menyimpan bukti perilaku dalam sejarah penggunaan aktualnya. Melalui
penggunaan analisis jejak pakai, dapat mengkonfirmasi bahwa penggunaan aktual dari artefak sesuai dengan kegunaannya. Sehingga jika ditemukan perkakas
yang aus atau rusak di situs arkeologi, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas merancang alat dilakukan oleh seseorang di suatu titik di lokasi situs masa lalu
yang sedang diteliti. Contohnya: penemuan kapak batu yang patah menandakan penebangan pohon, aus mano menyiratkan penggilingan jagung, dan titik
proyektil menyiratkan aktivitas bekas berburu. Kemudian dalam mengukur jumlah fragmen alat atau wadah bekas dari berbagai jenis fungsional dari bukti
spesifik di situs arkeologi, harus dapat memberikan informasi mengenai frekuensi kekerabatan berbagai kegiatan di berbagai lokasi situs masa lalu.

Menyimpan bukti perilaku dengan cara dimasukkan dalam catatan arkeologis. Dari penelitian etnoarchaeological, diketahui bahwa pengendapan artefak di
situs artefak tidak teracak, tetapi terpola oleh berbagai kesadaran dan perilaku tidak sadar. Artefak sering berpindah dari lokasi asalnya oleh berbagai proses
alam dan budaya, namun hasil dari pengendapan asli sebuah artefak berasal dari perilaku manusia yang berpola. Oleh karena itu, dengan menggunakan hasil
penelitian kelas menengah pada proses pembentukan situs, dapat dibuat kesimpulan tentang perilaku berkontribusi pada pola spasial yang dapat dilihat dari
distribusi artefak di dalam dan di situs arkeologi. Contohnya, jumlah dan variasi artefak harus telah dihitung sehingga dapat membandingkan langsung deposit
dari artefak

Add a Footer 5
Identifikasi pola pada perilaku masa lalu adalah cara utama
seorang arkeolog mempelajari hal-hal baru tentang masa
lalu karena artefak mengandung banyak bukti perilaku
langsung dan tidak langsung. Prosedur laboratorium dapat
berfokus pada pengumpulan data yang dapat mengukur
perilaku tersebut, dengan cara menggunakan jumlah dan
jenis artefak yang ditemukan dari berbagai konteks, dan
secara bersamaan menghubungkan argumen yang dapat
menentukan korelasi perilaku fisik dari karakteristik artefak,
untuk mempelajari variasi perilaku masa lalu dam ruang dan
waktu. 

6
ADAPUN DALAM SETIAP PENGERJAAN LABORATORIUM ARKEOLOGI, MEMILIKI TUJUAN KERJA YANG
HARUS DICAPAI, DIANTARANYA:

• Memberikan interpretasi fungsional dasar untuk setiap artefak yang dikumpulkan di lapangan, dengan cara merancang sistem klasifikasi artefak untuk menekankan perbedaan fungsional antar artefak.

• Menjaga kontrol barang-barang dari setiap artefak mulai dari pada saat masuk ke lab hingga saat dipindahkan ke fasilitas kurasi permanen. Artinya, segala yang terjadi pada setiap artefak harus dipastikan
bahwa setiap item diberikan label yang menyebutkan lokasi penemuannya.

• Memastikan bahwa prosedur analisis dasar dan data yang dihasilkan konsisten dengan standar saat ini. Selain itu terus meninjau laporan arkeologis baru untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan
sebanding dengan, dan kompatibel dengan, yang dikumpulkan oleh arkeolog yang bekerja di lembaga lain.

• Melakukan deskripsi rinci setiap artefak dan kuantifikasi artefak secara umum untuk memperkirakan parameter populasi untuk kategori fungsional artefak dalam berbagai konsteks situs. Dengan demikian,
mengklasifikasikan dan menghitung dan/atau menimbang setiap artefak yang masuk ke dalam lab.

• Membuat arsip/database komputer yang lengkap dan akurat. Data kontekstual dan analitis direkam secara detail dan produktif dalam mengatur dan mengambil artefak dan data artfeak untuk penelitian.

• Memastikan bahwa data artefak, bahkan ketika dikumpulkan oleh berbagai analis, objek tersebut dapat dihubungkan. Hal ini dilakukan karena dapat menggabungkan pengamatan yang dilakukan oleh
berbagai peneliti untuk suatu objek yang khusus dalam memfasilitasi identifikasi pola baru dalam budaya material. Contohnya, ketika mengidentifikasi jenis cat dan temper untuk sherds tembikar selama
dilakukan analisis yang berbeda, namun tetap ingin memastikan bahwa pada akhirnya dapat menentukan dan menunjukkan berbagai sherds kombinasi cat dan temper. Selain itu, hal ini juga memungkinkan
bagi peneliti lain untuk memeriksa pekerjaan dengan membandingkan setiap pengamatan dengan objek penelitian yang sebenarnya. Hal ini sebagai bukti penting dalam menghubungkan data yang
dikumpulkan dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti lainnya. Dalam upaya mencapai tujuan penelitian, sebaiknya peneliti memastikan bahwa setiap artefak yang akan dianalisis secara individual adalah
dengan mengaitkan serangkaian nomor pengidentifikasian.

• Mengantongi dan memberi label artefak saat menganalisis, sehingga ada satu kesatuan korespondensi antara basis data dan koleksi artefak.

• Menyiapkan koleksi untuk kurasi permanen menurut aturan dan standar profesional saat ini. Mengatur koleksi dengan cara membuat kantung setaip artefak dapat memudahkan untuk diketemukan dan
meunggunakan kemasan arsip yang berkualitas, yang dirancang agar dapat bertahan selama beberapa generasi.

7
 
Selain mengetahui  tujuan kerja dari prosedur pengerjaan laboratorium, setiap pengerjaan laboratorium arkeologi harus memiliki
kelembagaan yang jelas. Dimana konteks kelembagaan pekerjaan laboratorium sangat mengambil alih hasil dari pengerjaan laboratorium.
Kelembagaan pekerjaan laboratorium harus ada dan jelas, dimana setiap pengerjaan atau kerja arkeologi tidak dilakukan secara
perorangan, namun memerlukan beberapa ahli dan anggota untuk mencapai tujuan dari penelitian. Adapun konteks kelembagaan
pekerjaan laboratorium arkeologi yang pada umumnya dilakukan disetiap pekerjaan lapangan arkeologi, dapat diistilahkan sebagai
berikut:
• Staf karyawan penuh waktu yang diberikan pelatihan serta menjadi pengawas bagi peserta magang dalam sebuah penelitian.
Karyawan yang bertanggung jawab dalam mengerjakan berbagai tugas, termasuk kurasi, kontrol kualitas, desain dan manajemen
basis data, analisis khusus, analisis kuantitatif data artefak, dan penulisan untuk publikasi profesional.
• Staf musiman yang dapat diambil dari tenaga pendidik dan arkeolog. Tenaga pendidik bertanggung jawab untuk merancang dan
merevisi kurikulum pendidikan dan sebagai instruktur utama dalam program penelitian. Sedangkan para arkeolog melakukan berbagai
macam tugas laboratorium yang berfokus utama pada analisis artefak.
• Staf magang penelitian dan sukarelawan lokal. Staf magang dilatih di semua aspek laboratorium dasar, termasuk manajemen koleksi,
katalog dan analisis, entri data, dan mengontrol kualitas. Staf magang melakukan berbagai tugas dan menyelesaikan berbagai
pekerjaan. Sedangkan staf relawan lokal diambil dari penduduk sekitar lokasi penelitian yang dianggap memiliki bakat untuk kerja di
laboratorium dan dapat berkomitmen untuk mengerjakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang ada. Relawan dilatih dan diawasi oleh
staf laboratorium dalam melakukan berbagai tugas seperti pemrosesan artefak, termasuk mencuci, membuat katalog, analisis chipped-
stone, dan analisis tembikar.
• Peserta pendidikan publik yang dapat melibatkan berbagai usia mulai dari Sekolah Dasar, tidak dilibatkan dalam kerja lapangan,
namun dapat dilibatkan pada proses pencucian artefak dari situs penggalian. Sekaolah menengah dan dewasa dapat diajarkan cara
mengidentifikasi artefak yang perlu dikumpulkan dari lapangan. Selain itu dapat dilibatkan pada proses analisis artefak, entri data,
dan manajemen koleksi. Hal ini sangat banyak membantu dalam proses pekerjaan laboratorium.

8
Ada beberapa prinsip umum dalam menyusun proses laboratorium arkeologi, diantaranya:
mencocokkan keahlian dan kemampuan kognitif dari berbagai individu, sehingga yang lebih muda atau kurang berpengalaman dilibatkan dalam
tahap pemrosesan awal, dan yang lebih tua dan berpengalaman membantu pada tahap selanjutnya.
Memisahkan fungsi koleksi dan manajemen lab dari fungsi penelitian. Hal ini digunakan untuk mengatur koleksi dan memelihara bukti kontrol
daripada pengamatan catatan selama proses analisis, yang memuat tugas manajemen koleksi menuju langkah awal dari pemrosesan yang
dilakukan (peserta muda/tidak berpengalaman), hingga tugas pengumpulan data hingga tahap akhir (peserta tua/berpengalaman).

Menyususn prosedur dengan cara meminimalkan peluang untuk pencatatan kesalahan yang terjadi, sehingga lebih sedikit terjadi perubahan
retroaktif untuk data dan label yang diperlukan. Selanjutnya adalah menciptakan karya tambahan: semua catatan asli, label dan data yang dibuat
harus dikoreksi.

Membedakan berbagai langkah dalam mengidentifikasi artefak dari mengidentifikasi kriteria yang digunakan. Setiap ahli yang terlibat dalam
penelitian, memiliki pengetahuan umum yang dibawanya dalam proses klasifikasi. Oleh karena itu, perlunya memformalkan langkah-langkah yang
terlibat dalam mengklasifikasi artefak sehingga dapat mencapai setiap langkah yang diperlukan. Karena itu, sangat penting bagi setiap individu
yang terlibat dalam penelitian dapat mengidentifikasi dengan benar sesuai dengan tujuan dari penelitian, sebab setiap langkah dalam proses
sorting menggunakan kriteria identifikasi yang spesifik.
Menyesuaikan tingkat pengawasan dengan kehalusan pengamatan yang diperlukan dalam tugas yang diberikan. Misalnya pada proses pencucian
artefak yang memastikan artefak dibersihkan dengan baik, penelitinya tidak boleh dicampur dengan bagian lainnya, seperti staf yang dibagian
katalogisasi.

Menjaga keseimbangan antara efisiensi dan akurasi, dengan kata lain bahwa kebutuhan untuk mengukur sampel artefak secara akurat harus
seimbang dengan kenyataan bahwa estimasi dari parameter populasinya akan selalu tidak sempurna dari sumberdaya yang terbatas untuk
ditanggung dalam memproses peningkatan praktis dalam estimasi parameter populasi yang digunakan dalam penelitian (seperti proporsi artefak
dari berbagai jenis dalam suatu assemblage), sebagai lawan dari fokus akurasi.
Meminimalkan jumlah langkah perekaman yang terjadi antara penyortiran artefak dan memasukkan data yang dihasilkan dalam database
penelitian. Contohnya yakni membuat basis data komputer yang menyimpan informasi sumber dan analisis yang akurat untuk setiap artefak, dan
mengatur koleksi agar setiap catatan komputer sesuai dengan label dan isi kantong artefak.

99
ADA BEBERAPA JENIS LABORATORIUM ARKEOLOGI, DIANTARANYA:

Laboratorium arkeologi lingkungan. Laboratorium ini dikhususkan untuk mempelajari interaksi manusia dengan lingkungan masa
lalu, dengan fokus analisis pada peninggalan tanaman arkeologis dari sebuah situs yang mencakup waktu dari masa paleolitik hingga
periode historis. Pelaksanaan analisisnya menggunakan analisis mikroskopik spesimen tanaman (biji, arang kayu, phytoliths, pati biji-
bijian, dan serbuk sari), dan tanah menggunakan beberapa transmisi leica, yakni penggunaan cahaya stereomicroscopes. Di dalam
laboratorium ini yang dilakukan adalah menginventarisasi koleksi perbandingan botani dan memasukkan deskripsi ke dalam
database.

Laboratorium geospasial. Laboratorium ini digunakan ketika melakukan teknik analisis geospasial dan menggambar dalam penelitian
arkeologi. Di dalam laboratorium, biasanya terdapat perangkat keras komputer dan perangkat lunak komputer untuk kepentingan
penelitian GIS/RS, diantaranya: arcgis, ENVI, matlab, google sketch-up, lidar global mapping, agisoft photoscan, dan sketch fab.

Laboratorium basah paleoethnobotany. Laboratorium ini merupakan lanjutan setelah penelitian di laboratorium lingkungan. Di
ruang laboratorium basah, peralatan yang ada yaitu peralatan untuk melakukan ekstraksi strach, phytoliths, dan parasit dari
tanaman dan sampel tanah pada penelitian arkeologi. Di dalam laboratorium basah juga terdapat mikroskop serta perlengkapan
lainnya guna pelaksanaan penelitian laboratorium basah.

Laboratorium zooarchaeology. Laboratorium ini digunakan untuk memproses, membuat katalog, dan menganalisis sisa-sisa fauna
yang digali dari situs arkeologi. Tulang hewan dari masa paleolitik ke masa sejarah dipelajari dan dibandingkan dengan sampel dari
kumpulan korelatif besar dan variasi dari kerangka hewan yang telah diteliti.

10
THANK YOU
SUBTITLE GOES HERE

11

Anda mungkin juga menyukai