Anda di halaman 1dari 20

 

KONSEP TEORI NEGLIGENCE

Disusun oleh:
Kelompok I

1. Agus Purnama 7. Wawan Kurniawan


2. Hana Febriyanti 8. Damayanti polapa
3. Irma Gita 9. Rini
4. Wahyuni Agustian 10. Dayana
5. Lusiana 11. Tri Imroatun
6. Sahariah 12. Teti Oktianingsih
 
BAB I
PENDAHULUAN
 
• Latar Belakang
• Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
langsung baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional,
keperawatan menjalankan dan melaksanakan
kegiatan praktek keperawatan dengan mengunakan
ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai
profesi adalah mempunyai body of knowledge yang
dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat
diimplementasikan kepada masyarakat langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mutu Pelayanan
Mutu pelayanan kesehatan ( Azwar, 1996 : 17 ) mempunyai banyak
segi atau bersifat multi dimensional, yaitu mutu menurut pemakai
pelayanan kesehatan (pasien dan keluarga ) dan menurut
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (rumah sakit).

B. Mutu Pelayanan Keperawatan


 
Berdasarkan kebijakan Depkes RI 1998, mutu pelayanan keperawatan
adalah pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar keahlian
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien, sehingga pasien
dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaan kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan
keunggulan kompetitif melalui pelayanan yang bermutu, efisien,
inovatif, dan menghasilkan customer responsiveness
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• C. Standar Praktek Keperawatan 

Standar praktek keperawatan telah disahkan oleh


MENKES RI dalam Surat Keputusan Nomor : 660 /
Menkes / SK / IX / 1987. Kemudian diperbaruhi
dan disahkan berdasarkan SK DIRJEN YANMED
RI No : OO.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993.
Kemudian pada tahun 1996, DPP PPNI menyusun
standar profesi keperawatan SK No : 03 / DPP / SK
/ I / 1996 yang terdiri dari standar pelayanan
keperawatan, praktek keperawatan, standar
pendidikan keperawatan dan standar pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
Tujuan standar keperawatan menurut Gillies ( 1989 ) adalah :

• Meningkatkan asuhan keperawatan


• Mengurangi biaya asuhan
keperawatan
• Melindungi perawat dari kelalaian
dalam melaksanaka tugas dan
melindungi pasien dari tindakan yang
tidak terapeutik.
Standar pelayanan keperawatan menurut Depkes RI
1996 adalah meliputi:
• Standar 1 : falsafah keperawatan
• Standar 2 : tujuan asuhan keperawatan.
• Standar 3 : pengkajian keperawatan
• Standar 4 : diagnosa keperawatan.
• Standar 5 : perencanaan keperawatan.
• Standar 6 : intervensi keperawatan
• Standar 7 : evaluasi keperawatan.
• Standar 8 : catatan asuhan keperawatan
Liabilitas dalam praktek keperawatan

• Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki


oleh seseorang terhadap setiap tindakan
atau kegagalan melakukan tindakan.
Perawat profesional, seperti halnya tenaga
kesehatan lain mempunyai tanggung jawab
terhadap setiap bahaya yang timbulkan dari
kesalahan tindakannya. Tanggungan yang
dibebankan perawat dapat berasal dari
kesalahan yang dilakukan oleh perawat baik
berupa tindakan kriminal kecerobohan dan
kelalaian.
Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan

• Hukum adalah kumpulan peraturan


yang berisi kaidah-kaidah hukum,
sedangkan etika adalah kumpulan
peraturan yang berisi kaidah-kaidah
non hukum, yaitu kaidah-kaidah
tingkah laku (etika) (Supriadi, 2001).
Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:

• Memberi kerangka kerja untuk menetapkan


kegiatan praktek perawatan apa yang legal
dalam merawat pasien.
• Membedakan tanggung jawab perawat dari
profesi kesehatan lain
• Membantu menetapkan batasan yang
independen tentang kegiatan keperawatan
• Membantu mempertahankan standar
praktek keperawatan dengan membuat
perawat akontabilitas dibawah hukum yang
berlaku
Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima
praktek keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:

– Undang – undang No. 38 tahun 2014 tentang Undang-


undang Keperawatan
– Undang – undang No. 36 tahun 2014 Tentang Petugas
Kesehatan
– Undang – undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
– Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen
– Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998
tentang Rumah Sakit
– Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang
dilengkapi surat ederan Direktur Jendral Pelayanan Medik
No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan
standard praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di
Rumah Sakit.
– Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan
praktik perawat dan direvisi dengan SK Kepmenkes
No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik
perawat.
Tanggung jawab profesi perawat

• Perawat adalah salah satu pekerjaan


yang memiliki ciri atau sifat yang
sesuai dengan ciri-ciri profesi. Saat ini
Indonesia sudah memiliki pendidikan
profesi keperawatan yang sesuai
dengan undang-undang sisdiknas,
yaitu pendidikan keprofesian yang
diberikan pada orang yang telah
memiliki jenjang S1 di bidang
keperawatan, bahkan sudah ada
pendidikan spesialis keperawatan.
• Komite Etik Rumah Sakit

• Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai


suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota
dari berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah
sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik
yang timbul dalam rumah sakit.
• Kelalaian (NEGLIGENT)

• Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian


termasuk dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam
malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian. Kelalaian adalah
segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar
standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain
(Sampurno, 2005).
Prinsip Pemberian Obat

• Perawat harus terampil dan tepat


saat memberikan obat, tidak
sekedar memberikan pil untuk
diminum (oral) atau injeksi obat
melalui pembuluh darah
(parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien
terhadap pemberian obat tersebut.
BAB III
KASUS NEGLIGENCE DAN PEMBAHASAN

• Kasus
• Tn. S , umur 47 tahun, dirawat di ruang perawatan penyakit dalam di salah satu Rumah Sakit
pemerintah, dengan diagnosa medis penyakit Gagal ginjal kronik. Pasien mendapat terapi antibiotic
cefriaxon 1 gr / 8 jam ( pkl 10.00. pkl 18.00, pkl 02.00 ). Pada suatu hari perawat D yang bertugas
dinas malam mendapat tugas untuk memberikan terapi injeksi kepada Tn B. Dikarenakan lelah dan
mengantuk, perawat D tidak melihat rencana pemberian injeksi dann. S , umur 47 tahun, dirawat di
ruang perawatan penyakit dalam di salah satu Rumah Sakit pemerintah, dengan diagnosa medis
penyakit Gagal ginjal kronik. Pasien mendapat terapi antibiotic cefriaxon 1 gr / 8 jam ( pkl 10.00. pkl
18.00, pkl 02.00 ). Pada suatu hari perawat D yang bertugas dinas malam mendapat tugas untuk
memberikan terapi injeksi kepada Tn B. Dikarenakan lelah dan mengantuk, perawat D tidak melihat
rencana pemberian injeksi dan melakukan pemberikan injeksi Cefriaxon pada Tn.S pada pkl 22.00
wib, Perawat D tidak melakukan komunikasi terapeutik berupa inform consent dengan pasien
terlebih dahulu sebelum melakukan injeksi, ia langsung saja melakukan injeksi. Keluarga
menanyakan tentang pemberian injeksi pada Tn.S yang biasanya dilakukan pada pkl 02.00 , tapi saat
ini diberikan pkl 22.00, saat ditanya perawat D menjawab dengan singkat dan nada yang ketus dan
segera berlalu dari hadapan pasien dan keluarga. Pada saat injeksi pun perawat D tidak
menjelaskan tujuan pemberian obat tersebut, perawat D juga tidak menggunakan sarung tangan
saat melakukan injeksi.

• melakukan pemberikan injeksi Cefriaxon pada Tn.S pada pkl 22.00 wib, Perawat D tidak melakukan
komunikasi terapeutik berupa inform consent dengan pasien terlebih dahulu sebelum melakukan
injeksi, ia langsung saja melakukan injeksi. Keluarga menanyakan tentang pemberian injeksi pada
Tn.S yang biasanya dilakukan pada pkl 02.00 , tapi saat ini diberikan pkl 22.00, saat ditanya perawat
D menjawab dengan singkat dan nada yang ketus dan segera berlalu dari hadapan pasien dan
keluarga. Pada saat injeksi pun perawat D tidak menjelaskan tujuan pemberian obat tersebut,
perawat D juga tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan injeksi.
Analisa Kasus

• Kasus kelalaian pada Tn.B terjadi karena perawat tidak


melakukan tindakan keperawatan yang merupakan kewajiban
perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat tidak
melakukan tindakan keperawatan sesuai standar operasional
prosedur tindakan keperawatan, dan bentuk kelalaian perawat
ini termasuk dalam bentuk misfeasance. Terdapat beberapa
hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan tindakan
keperawatan dengan benar, diantaranya sebagai berikut:
– Perawat tidak kompeten dalam melakukan komunikasi terapeutik
– Perawat tidak melaksanakan pemberian obat sesuai dengan SOP
– Perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan tidak
memperhatikan hak klien untuk memperoleh informasi tentang
tindakan yang dilakukan.
Analisa Kasus
– Kurangnya komunikasi perawat kepada
pasien dan kelaurga tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan
perawatan pasien. Karena kerjasama
pasien dan keluarga dengan perawat
merupakan hal yang penting.
– Kurang atau tidak melibatkan keluarga
dalam merencanakan asuhan
keperawatan
Penyelesaian Masalah

• Penyelesaian Kasus Tn.S dan kelalaian perawat


diatas, harus memperhatikan berbagai hal baik
dari segi pasien dan keluarga, perawat secara
perorangan, Rumah Sakit sebagai institusi dan
juga bagaimana padangan dari organisasi profesi.
Pasien dan keluarga perlu dikaji dan dilakukan
testimoni untuk mendapatkan keterangan atas
kejadian tersebut, bila dilihat dari kasus bahwa
Tn.S dan kelurga tidak mendapatkan inform
consent dan penjelasan oleh perawat dalam
melakukan tindakan pemberian obat apalagi
tidak sesuai dengan jadwal pemberian obat.
Upaya Pencegahan dan Perlindungan Bagi Penerima
dan Pemberi Layanan Asuhan Keperawatan

• Hal yang perlu dilakukan dalam


upaya pencegahan dan
perlindungan bagi penerima
pelayanan asuhan keperawatan,
adalah sebagai berikut:

• Bagi Profesi atau Organisasi Profesi


keperawatan
• Bagi Rumah Sakit dan Ruangan
BAB IV
PENUTUP
 
• A. Kesimpulan

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek,


tetapi kelalaian termasuk dalam arti
malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek
tidak selalu ada unsur kelalaian. Dapat
dikatakan bahwa kelalaian adalah melakukan
sesuatu yang harusnya dilakukan pada
tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan
atau melakukan tindakan dibawah standar
yang telah ditentukan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai