Anda di halaman 1dari 37

REGULASI FITOTERAPI

Perundang2an FITOTERAPI
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1799/Menkes/Per/III/2010 tentang Industri Farmasi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 721) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 16 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 442);

• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional


Nasional;

• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan


Komplementer, Alternatif di Fasilitias Pelayanan Kesehatan;

• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 003/Menkes/Per/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu


Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan;

• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1134/Menkes/SK/IX/2010 tentang Komisi Nasional


Saintifikasi Jamu;
Alur pikir penyusunan Rencana Induk Pengembangan Bahan Baku
Obat Tradisional
Obat Tradisional dalam RENCANA INDUK ini mencakup bahan atau ramuan bahan
P tumbuhan, hewan, mineral termasuk biota laut atau sediaan galenik yang telah digunakan
secara turun temurun maupun yang telah melalui uji pra-klinik/klinik seperti obat herbal
E terstandar dan fitofarmaka, untuk menjembatani pengembangan obat tradisional ke arah
pemanfaatannya dalam pelayanan kesehatan formal dan pemanfaatan sumber daya alam
NG Indonesia.

E Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik yang selanjutnya disingkat CPOTB adalah
R seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk menjamin agar
produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai
T dengan tujuan penggunaannya.

I
A Industri Obat Tradisional yang selanjutnya disebut IOT adalah industri yang membuat semua
bentuk sediaan obat tradisional.
N
LANJUTAN…

Industri Ekstrak Bahan Alam yang selanjutnya disebut IEBA adalah industri yang
khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir.

Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha
yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan
tablet dan effervescent.

Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang
hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan
obat luar dan rajangan.
Regulasi Fitoterapi di Indonesia
Badan POM (Pengawas obat dan makanan) membagi obat
tradisional menjadi 3 kelompok berdasarkan 3 kriteria teknologi yang
diginakan, jenis klaim penggunaan dan tingkat penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, yaitu :

1. Obat traditional (Jamu)

2. Obat herbal terstandar (OHT)

3. Fitofarmaka
PENGELOMPOKAN DAN PENANDAAN OBAT HERBAL
INDONESIA

DATA EMPIRIK JAM


TURUN U
MENURUN SWA
PENGOBAT
AN

DATA PRA KLINIK HERBAL


(Bahan Uji Terstandar) TERSTAND
AR

DATA KLINIK FITOFARMAKA


(Bahan Uji terstandar)
PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM INDONESIA
JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITOFARMAKA

1. Disediakan secara tradisional 1. Terbuat dari ekstrak 1. Terbuat dari ekstrak, dan
(pil, serbuk seduh dsb) dapat disejajarkan
2. Dasar pengalaman 2. Dasar penelitian ilmiah dengan obat modern
2. Dasar penelitian ilmiah
3. Tanaman penyusun (5-10) atau 3. Tanaman penyusun
lebih maksimum 5 (lima) 3. Tanaman penyusun
4. Aman 4. Aman maksimum 5 (lima)
5. Pembuktian secara empiris 5. Pembuktian secara 4. Aman
ilmiah dengan data 5. Pembuktian secara ilmiah
6. Memenuhi persyaratan mutu yg praklinik dengan data klinik
berlaku 6. Memenuhi
persyaratan mutu 6. Memenuhi persyaratan
7. Bahan baku yg berlaku mutu yg berlaku
belum
terstandarisasi 7. Bahan baku terstandarisasi (FI, 7. Bahan baku terstandari
MMI) sasi (FI, MMI)
1. Obat traditional (Jamu)
a. Bahan Baku
Bahan Baku adalah semua bahan awal
baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang
berubah maupun tidak
berubah, yang digunakan dalam
pengolahan Obat Tradisional.
b. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah
komponen Obat Tradisional yang dimaksudkan
sebagai zat, pelarut, pelapis, pembantu, dan zat
yang dimaksudkan untuk
mempertinggi kegunaan, kemantapan,
keawetan,atau sebagai zat warna dan tidak
mempunyai efek farmakologis.
(PERMENKES NO.12 TAHUN 2014)
Lanjutan…
c. Pengedaran Obat Tradisional a. menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan
(PERMENKES NO.007 TAHUN 2012) keamanan dan mutu;
IZIN EDAR b. dibuat dengan menerapkan CPOTB;

1. Obat tradisional yang diedarkan di c. memenuhi persyaratan Farmakope Herbal


Indonesia atau persyaratan lain yang diakui;
wilayah Indonesia wajib memiliki izin
edar. d. berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun
temurun, dan/atau secara ilmiah; dan
2. Izin edar berlaku 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi e. penandaan berisi informasi yang objektif,
lengkap, dan tidak menyesatkan.
persyaratan.
3. Obat tradisional yang dapat diberikan
izin edar harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
Lanjutan…
4. Obat tradisional dilarang mengandung: 5. Obat tradisional dilarang dibuat
a. etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dan/atau diedarkan dalam bentuk
dalam bentuk sediaan tingtur sediaan:
yang pemakaiannya dengan
pengenceran; a. intravaginal;
b. bahan kimia obat yang b. tetes mata;
merupakan hasil isolasi atau c. parenteral; dan
sintetik berkhasiat obat;
d. supositoria, kecuali
c. narkotika atau psikotropika; digunakan untuk wasir.
dan/atau;
d. bahan lain yang berdasarkan pertimbangan
kesehatan dan/atau berdasarkan
penelitian membahayakan kesehatan.
Lanjutan…
REGISTRASI (2) Pemberi kontrak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa IOT, UKOT,
atau UMOT yang memiliki izin sesuai
ketentuan peraturan perundang-
1.Registrasi Obat Tradisional Produksi
Dalam Negeri undangan.
(3) Pemberi dan penerima kontrak
“Registrasi obat tradisional produksi dalam bertanggung jawab atas keamanan,
negeri hanya dapat dilakukan oleh IOT, UKOT, khasiat/manfaat, dan mutu obat
atau UMOT yang memiliki izin sesuai ketentuan tradisional yang diproduksiberdasarkan
peraturan perundang- undangan” Pasal 9 kontrak.
(4) Penerima kontrak hanya dapat berupa IOT atau
2. Registrasi Obat Tradisional Kontrak UKOT yang memiliki izin sesuai ketentuan
peraturan perundang- undangan dan sertifikat
(1) Registrasi obat tradisional kontrak hanya CPOTB untuk sediaan yang dikontrakkan. Pasal 10
dapat dilakukan oleh pemberi kontrak dengan
melampirkan dokumen kontrak.
Lanjutan…
3. Registrasi Obat Tradisional Lisensi
”Registrasi obat tradisional lisensi hanya dapat dilakukan oleh IOT atau UKOT penerima lisensi yang
memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan” Pasal 11
4. Registrasi Obat Tradisional Khusus Ekspor
5. Registrasi obat tradisional khusus ekspor dilakukan oleh IOT, UKOT, dan UMOT yang
memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Obat tradisional khusus ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bila ada persetujuan
tertulis dari negara tujuan. Pasal 13
Lanjutan…
(4) Pemenuhan persyaratan CPOTB bagi industri
5. Registrasi Obat Tradisional Impor di luar negeri dibuktikan dengan sertifikat
(1) Registrasi obat tradisional impor hanya dapat cara pembuatan yang baik untuk obat
dilakukan oleh IOT, UKOT, atau importir obat tradisional dan jika diperlukan dilakukan
tradisional yang mendapat penunjukan keagenan pemeriksaan setempat oleh petugas yang
dan hak untuk melakukan registrasi dari industri di berwenang.
negara asal.
(2) Importir sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi persyaratan: • (4) harus dilengkapi dengan data inspeksi
a. memiliki fasilitas distribusi obat tradisional sesuai terakhir paling lama 2 (dua) tahun yang
ketentuan yang berlaku; dan dikeluarkan oleh pejabat berwenang
b. memiliki penanggung jawab Apoteker. setempat.
(3) Penunjukan keagenan dan hak untuk melakukan
(6) Ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan
registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat diberikan untuk 1 (satu) nama produk kepada 1
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan.
(satu) IOT, UKOT, atau importir.
1. Komposisi fitofarmaka tidak boleh lebih dari
3. Fitofarmaka 5 (lima) bahan baku.
2. Penyimpangan dari ketentuan yang dimaksud
dalam ayat (1) akan dinilai secara khusus
a. Bahan Baku pada saat pendaftaran
1. Bahan baku Fitofarmaka dapat berupa 3. Penilaian yang dimaksud pada ayat (2) antara
simplisia atau sediaan galenik. lain meliputi kemampuan Industri Obat
Tradisional dalam melakukan pengujian
2. Bahan baku Fitofarmaka harus memenuhi secara kualitatif dan kuantitatif terhadap
persyaratan yang tertera dalam Farmakope fitofarmaka yang dimaksud pada ayat (2)
Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, Materia
Medika Indonesia, ketentuan atau persyaratan lain 4. Masing-masing bahan baku yang disebut
yang berlaku. dalam ayat (1) harus diketahui keamanan dan
3. Penggunaan ketentuan atau persyaratan lain diluar khasiatnya .
yang disebut dalam ayat (2) pasal ini harus 5. Keamanan dan kebenaran khasiat ramuan
mendapatkan persetujuan pada waktu pendaftaran harus telah dibuktikan dengan uji klinik.
fitofarmaka. Pasal 2.
b. Sediaan Pasal 5.
Bentuk sediaan harus dipilih sesuai dengan (PERMENKES NOMOR
sifat bahan baku dan tujuan penggunaan, sehingga 760/MENKES/PER/IX/1992)
bentuk sediaan tersebut dapat memberikan keamanan,
khasiat, dan mutu yang paling tinggi. Pasal 3.
Lanjutan…

c. Fitofarmaka sebelum diedarkan harus


mengalami pengujian secara kualitatif,
kuantitatif dan memenuhi persyaratan yang
berlaku.
Proses Produksi Obat Tradisional
(BPOM RI NOMOR : HK.OO.05.4.1380)
• Cara Pembuatal Obat Tradisional
yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek
yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Denganadanya perkembangan Jenis
yang bertujuan untuk menjamin agar produk produk obat bahan alam tidak hanya dalam
yang dihasilkan senantiasa bentuk Obat Tradisional (Jamu), tetapi juga
dalam bentuk Obat Herbal Terstandar, daN
memenuhi persyaratanmutu telah Fitofarmaka, maka Pedoman Cara Pembuatan
ditentukan sesuai dengan tujuan Ohat Tradisional yang Balk itu dapat pula
penggunaannya. diberlakukan bagi industri yang memproduksi
Mutu produk tergantung Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka.
bahan awal, prosesdari produksi dan
pengawasan mutu, banguNan,
peralatan dan personalia yang
menangani.
Lanjutan…

1. Personalia a. Semua personil yang langsung terlibat dalam


kegiatan pembuatan hendaklah
Personalia hendaklah mempunyai peilgetahuan,
dilatih dalam pelaksanaan
pengalaman, ketraillpilan dan kemampuan yang
pembuatan sesuai dengan prinsip – prinsip
sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia
Cara Pembuatan yang Baik.
dalam jumlah yang cukup. Mereka hendaklah
dalam keadaan sehat dan mampu menangani b. Pelatihan CPOTB hendaklah dilakukan
tugas yang dibebankan kepadanya. secara berkelanjutan.
c. Catatan hasil pelatihan hendaklah dipelihara,
dan keefektifannya hendaklah dievaluasi
secara periodik.
Lanjutan…

2. Bangunan • Bangunan •untuk pembuatan obat


• Bangunan industri obat tradisional tradisional hendaklah memiliki rancangan,
hendaklah menjamin aktifitas industri ukuran dan konstruksi yang memadai agar :
dapat berlangsung dengan aman. a. Tahan terhadap pengaruh cuaca, serta dapat
• Bangunan industri obat mencegah masuknya rembesan dan masuk
tradisional berada di lokasi yan terhindar dari
hendaklah bersarangnya serangga, binatang pengerat,
pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan. burung atau binatang lainnya;

• Bangunan industri b. Memudahkan dalam pelaksanaan kerja,


obat hendaklah memenuhi tradisional pembersihan dan pemeliharaan.
higiene dan sanitasi. persyaratan
Lanjutan… g. Tempat penimbangan;
Bangunan industri obat tradisional hendaklah memiliki h. Ruangan pengolahan
ruangan-ruangan pembuatan yang rancang bangun dan
luasnya sesuai dengan bentuk, sifat dan jumlah produk i. Ruangan atau tempat penyimpanan produk
yang dibuat, jenis dan jumlah peralatan yang antara dan produk ruahan;
digunakan, jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi j. Ruangan atau tempat penyimpanan bahan
ruangan, seperti: pengemas;
k. Ruangan atau tempat pengemasan;
a. Ruangan atau tempat administrasi;
l. Ruangan atau tempat penyimpanan produk jadi
b. Ruangan atau tempat penyimpanan termasuk karantina produk jadi;
simplisia yang baru diterima dari pemasok; m. Laboratorium atau tempat pengujian mutu;
c. Tempat sortasi; j. Jamban / toilet;
d. Tempat pencucian; n. Ruangan atau tempat lain yang dianggap perlu.
e. Ruangan, tempat atau alat pengeringan

f. Ruangan atau tempat penyimpanan simplisia


termasuk bahan baku lainnya yang telah diluluskan;
Lanjutan… 3.Penyaring yang mengandung asbes tidak boleh
digunakan.
3. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan 4.Bilamana ada ban mekanis terbuka atau
produk hendaklah memiliki rancang bangun konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan kerekan/katrol hendaklah dilengkapi dengan
dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap pengaman.
produk terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta
untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya. 5.Bahan-bahan yang diperlukan untuk tujuan khusus,
1. Peralatan yang digunakan tidak menimbulkan
seperti bahan pelumas, bahan penyerap kelembaban, air
serpihan dan atau akibat yang merugikan terhadap
produk. kondensor dan sejenisnya tidak boleh bersentuhan
2. Peralatan yang digunakan untuk menimbang,
langsung dengan bahan yang diolah.
mengukur, menguji dan mencatat hendaklah
diperiksa ketelitiannya secara teratur serta ditera
6.Peralatan yang digunakan untuk proses pengemasan
menurut suatu program dan prosedur yang tepat.
hendaklah sesuai dengan sediaan yang dibuat.
Lanjutan… •5. Penyiapan Bahan Baku
•Setiap bahan baku yang digunakan untuk

4. SANITASI DAN HIGIENE pembuatan hendaklah memenuhi persyaratan

Dalam produk
pembuatan hendaklah yang berlaku.

diterapkan tindakan sanitasi dan higiene yang 1. Pada saat penerimaan terhadap setiap kiriman

meliputi bangunan, peralatan dan bahan baku hendaklah dilakukan

perlengkapan, personalia, bahan pemeriksaan secara organoleptik dan

dan wadah serta faktor lain sebagai laboratoris.

sumber pencemaran produk. 2. Setiap bahan baku yang diterima hendaklah


diberi label yang dapat memberi informasi
mengenai nama daerah dan nama latin,
tanggal penerimaan, dan pemasok.
Lanjutan… 6.Simplisia yang telah dicuci hendaklah dikeringkan

3.Semua pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan baku lebih dahulu dengan cara yang tepat sehingga tidak

hendaklah dicatat dalam kartu atau buku persediaan yang terjadi perubahan mutu dan mencapai kadar air

meliputi nama, tanggal penerimaan atau pengeluaran, yang dipersyaratkan.

serta nama dan alamat pemasok. 7.Simplisia yang sudah bersih serta kering dan

4.Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dilakukan bahan baku yang bukan simplisia yang telah lulus

sortasi untuk membebaskan dari bahan asing dan kotoran dari pemeriksaan mutu bila tidak langsung

lain. digunakan hendaklah disimpan dalam wadah

5.Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dicuci tertutup dan diberi label yang menunjukkan status
simplisia dan bahan baku tersebut.
lebih dahulu dengan air bersih atau dibersihkan dengan cara
yang tepat sehingga diperoleh simplisia yang bersih, dan
terbebas dari mikroba patogen, kapang, khamir serta
pencemar lainnya.
Lanjutan… •6. Pengelolahan dan Pengemasan
•Pengolahan dan pengemasan hendaklah
8.Label sebagaimana dimaksud pada butir 7.7. hanya boleh dilaksanakan dengan mengikuti cara yang telah
dipasang oleh petugas yang ditunjuk pimpinan bagian ditetapkan oleh industri sehingga dapat menjamin
pengawasan mutu dan warna label dibuat berbeda dengan produk yang dihasilkan senantiasa
label yang digunakan pada 7.2. memenuhi persyaratan yang berlaku.
9.Pengeluaran simplisia yang akan diolah dilakukan oleh 1. Verifikasi
petugas yang ditunjuk dengan cara mendahulukan simplisia 2. Pencemaran

yang disimpan lebih awal (First In, First Out), atau yang 3. Sistem penomoran kode produksi
4. Penimbangan dan penyerahan
mempunyai batas kadaluwarsa lebih awal (First Expired,
5. Pengolahan
First Out).
6. Pengemasan dan
10.Semua bahan baku yang tidak memenuhi syarat
7. Penyimpanan
hendaklah ditandai dengan jelas, disimpan secara terpisah
menunggu tindak lanjut.
Lanjutan… 2.Pengawasan mutu hendaklah dilakukan terhadap
7. Pengawasan Mutu bahan baku, bahan pengemas, proses pembuatan,
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
cara pembuatan obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan 3.Pemeriksaan dan pengujian secara berkala
tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan hendaklah dilakukan terhadap bahan baku dalam
adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai persediaan, untuk
dari bahan awal sampai pada produk jadi.
1. Sistem pengawasan mutu hendaklah dirancang dengan tepat memberikan keyakinan bahwa
bahannya
untuk menjamin bahwa tiap produk mengandung bahan penyimpanan, wadah dan

dengan mutu yang benar dan dibuat pada kondisi yang tepat dalam kondisi yang baik.

serta mengikuti prosedur standar sehingga produk tersebut 4. Produk jadi yang masih berada dalam industri

senantiasa memenuhi persyaratan produk jadi yang berlaku. maupun yang ada di peredaran hendaklah dipantau
secara berkala.
Regulasi Obat Tradisional di Negara Eropa
Negara-negara eropa, terutama Jerman, termasuk negara yang telah lama membuat
ketentuan dan peraturan tentang pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional. Karena
terdapat perbedaan regulasi di antara negara-negara Eropa, di wilayah Uni Eropa pada
tahun 1989 didirikan sebuah badan yang bernama European Scientific Cooperation on
Phytotherapy (ESCOP) yang bertujuan untuk memberikan dukungan keilmuan bagi upaya
harmonisasi regulasi diantara Negara negara anggota.
Saat ini regulasi Uni Eropa sangat ketat terkait produksi dan penggunaan obat
tradisional. Sejak dikeluarkan peraturan baru pada tahun 2004 (Herbal Directive/EU
Directive 2004/24) yang berlaku penuh pada tahun 2011, berbagai produk obat
tradisional, khususnya produk obat tradisional Cina (Traditional Chinese
Medicine/TCM), tidak lagi dapat beredar di negara anggota Uni Eropa.
Dalam peraturan baru tersebut, obat tradisional dengan sebutan Traditional Herbal
Medicine Products/THMP) adalah produk obat tradisional yang hanya mengandung
tanaman dan bahan olahannya, dan telah digunakan sedikitnya selama 30 tahun,
termasuk penggunaan di Eropa sedikitnya selama 15 tahun.
Peraturan ini dikeluarkan setelah ditemukannya efek samping obat tradisional Cina
untuk penurun berat badan yang menyebabkan kerusakan ginjal di Belgia. Jika tidak
dapat memenuhi ketentuan tersebut, maka produk obat tradisional harus melampirkan
hasil uji klinik tentang keamanan dan khasiat. Dengan demikian obat tradisional luar
Eropa tidak dapat mudah masuk, kecuali menyediakan data ilmiah, yang membutuhkan
biaya yang sangat besar dan waktu penelitian yang sangat lama.
Regulasi Obat Tradisional di USA

Badan regulasi FDA (Food Drug Administration) mengatur peredaran obat tradisional baik sebagai

kosmetik, pangan kesehatan maupun obat. Biasanya para produsen mendaftarkan produknya sebagai

pangan kesehatan (dietary supplement), karena untuk didaftarkan sebagai obat herbal, produsen harus

melakukan aplikasi melalui skema investigational new drug application (NDA) dan new drug application

(NDA) yang sangat ketat. Untuk memenuhi ketentuan ini, diperlukan waktu yang lama dan biaya yang

besar dalam penelitian kilinik obat tradisional.


WHO telah merumuskan pandangan dan kebijakannya
tentang obat tradisional dalam sebuah terbitan berjudul
“Strategi WHO tentang Obat Tradisional 2002-2005“.

Menekankan pentingnya permasalahan strategis antara lain :


• 1. Kebijakan/aturan yang diperlukan untuk menjamin kelayakan mutu.
• 2. Keamanan, khasiat dan kualitas (jaminan bagi pengguna agar obat yang dikonsumsi
berkhasiat dan aman).
• 3. Akses yang mudah bagi masyarakat yang membutuhkan obat tradisional
(keterjangkauan, kemudahan dan ketersediaan).
• 4. Pemakaian yang rasional (jaminan kepatutan dan harga yang rasional).
Peta Jalan BBOT (Bahan Baku Obat Tradisional)

• Peta jalan bahan baku obat tradisional dibedakan dalam dua kelompok, yaitu Peta Jalan
BBOT Simplisia, yang difokuskan pada penyediaan bibit tanaman bermutu dan bahan
baku simplisia, dan Peta JalanBBOT Ekstrak, yang difokuskan pada produksi ekstrak
untuk kepentingan naisonal (ektrak nasional) dan rancang bangun peralatan.Peta jalan
dibagi dalam periode lima tahunan untuk keperluan monitoring dan evaluasi capaian. Peta
jalan BBOT Simplisia dan BBOT Ektrak dapat dilihat pada Gambar berikut :
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai