K3 SEKTOR INFORMAL
GOOGLE KELOMPOK K3
1.Siti Masithah Lbs (201000303)
2.Nurhayani Hasibuan (201000306)
3.Tabitha Ewita (201000325)
4.Najwa Syifa Salsabila Zuain (201000329)
5.Ananda Putri Syahrida Nasution (201000335)
6.Dita Maharani Harahap (201000359)
7.Rasya Juwita Difany Sitorus (201000371)
8.Nathalia Christina Sitorus (201000372)
9.Shakila Donna Anantha (201000378)
10.Sania Dwi Irianti Werfete (201000380)
Tab 01 X +
4.Pelaksanaan K3 di puskesmas
Tab 01 X +
1.CIRI SEKTOR INFORMAL DARI BERBAGAI AHLI/PENELITI
A.Menurut Mulyadi S., (2003 : 94-95) ciri-ciri sektor informal sebagai berikut GOOGLE
GOOGLE
All Title Team Contents Table Closing Search Tool
1. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik. Usaha pada sektor informal tidak menggunakan fasilitas /
kelembagaan yang tersedia seperti sektor formal.
2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha
3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.
4. Kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah kadang tidak sampai sektor ini.
5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain subsektor.
6. Teknologi yang digunakan bersifat primitive
7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil
8. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one man enter prises dan kalau mengerjakan buruh berasal dari keluarga.
9. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi.
10. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan masyarakat kota/desa yang berpenghasilan menengah.
11. Produktivitas dan pendapatan lebih rendah dari usaha-usaha besar.
Tab 01 X +
1.CIRI SEKTOR INFORMAL DARI BERBAGAI AHLI/PENELITI
b.Simanjuntak dalam Manning dan Effendi (1985) memberikan ciri-ciri yang tergolong sebagai sector
informal,yaitu: GOOGLE
GOOGLE
All Title Team Contents Table Closing Search Tool
C.Santos (dalam Safaria, 2003 : 8), adalah jumlah barang sedikit dengan mutu rendah, modal sangat
terbatas, teknik operasinya masih tradisional, kesempatan kerja yang elastis, terdapat banyak tenaga
kerja yang tidak diberi upah, pemberian kredit terjadi secara pribadi, serta ketergantungannya terhadap
faktor- faktor eksternal relatif rendah.
D.Wirosardjono (dalam Budi, 2006 : 33), mendefenisikan sektor informal sebagai sektor kegiatan
ekonomi kecil - kecilan yang mempunyai ciri sebagai berikut : Pola kegiatan tidak teratur baik dalam
arti waktu, permodalan, maupun penerimaannya; Tidak tersentuh oleh ketentuan atau peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah; Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun omset - omsetnya biasanya
kecil dan atas dasar hitung
E.Breman (dalam Manning, Eds. 1991:142),sektor informal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: padat
karya, tingkat produktivitas yang rendah, pelanggan yang sedikit dan biasanya miskin, tingkat
pendidikan formal yang rendah, penggunaan teknologi menengah, sebagian besar pekerja keluarga dan
pemilik usaha oleh keluarga, gampangnya keluar masuk usaha, serta kurangnya dukungan dan
pengakuan pemerintah.
Tab 01 X +
1.CIRI SEKTOR INFORMAL DARI BERBAGAI AHLI/PENELITI
a. Kegiatan usaha tidak di terkonfigurasi secara baik, dikarenakan unitusaha tidak mempunyai lembaga
yang formal.
b. Mayoritas unit usaha tidak memiliki izin.
c. Model usaha yang dijalankan cenderung tidak beraturan baik jam kerjamaupun lokasi
d. Kebijakan pemerintah terhadap sektor informal dinilai sangat lemah.
e. Kegiatan usaha berpindah dari sub sektor ke sub sektor lain.
f. Teknologi yang digunakan cenderung masih tradisional.
g. Modal yang dikeluarkan sangat kecil, sehingga pendapatannya pun sangat sedikit.
h. Pendidikan formal tidak diperhitungkan dalam menjalanka usaha ini,hanya berdasarkan pengalaman
saja.
i. Secara umum unit merupakan golongan one man enterprise, dan apabila mempunyai tenaga kerja, tidak
jauh dari keluarga terdekatnya
j. Modal yang dikeluarkan biasanya berasal dari tabungan sendiri atau pinjaman
Tab 01 X +
2.MEMAPARKAN PERMASALAHAN K3 SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA & INTERNASIONAL
Permasalahan pada tenaga kerja sektor informal secara umum yang terjadi di Indonesia adalah miskin atau
berpenghasilan rendah di bawah upah minimum sehingga senantiasa mengalami kesulitan finansial, berpendidikan
rendah bahkan sangat rendah dan nyaris tidak berpendidik- an, tidak terampil dan berteknologi sederhana, bertempat
tinggal di lingkungan pemukiman kumuh yang minim pelayanan publik (seperti listrik, air bersih, sanitasi, pendidikan,
kesehatan dan akses jalan, dan kurang mendapatkan akses informasi yang memadai. Sementara itu dari aspek
kesehatan dan keselamatan kerja, permasalahan yang dihadapi tenaga kerja sektor informal adalah tidak mempunyai
jaminan kesehatan, tidak terdaftar secara resmi, serta tidak ada kompensasi akibat kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja. Kesadaran dan pengetahuan akan berbagai potensi bahaya dari pekerjaan, kondisi, bahan dan peralatan di
tempat kerja sangat minim sehingga sangat rentan untuk terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Angka
kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Penyebab kecelakaan kerja selain bahaya
(hazard) yang berasal dari bahan dan lingkungan kerja, pekerja informal juga tidak memiliki kesadaran akan bahaya di
lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe environment).• Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan (health
literacy) tentang metode kerja, lingkungan kerja yang memenuhi standar kesehatan dan keamanan bekerja (Kemenkes
RI, 2012))
Tab 01 X +
2.MEMAPARKAN PERMASALAHAN K3 SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA & INTERNASIONAL
1.Salah satu sektor informal di Provinsi Kalimantan Selatan adalah industri tekstil atau kain Sasirangan. Kelompok
pekerja atau pengrajin sasirangan ini juga berpotensi terhadap adanya bahaya/risiko dari kegiatan unit kerja proses
produksi yaitu dari pembuatan pola (menggambar), penjelujuran (menjahit dan mengikat kain), pewarnaan
(mencelupkan kain kedalam larutan yang berisi zat pewarna); pelepasan benang (mendedel bekas jahitan), penjemuran
(menjemur kain) dan penyetrikaan (merapikan bahan kain sasirangan yang sudah selesai dibuat)Sektor informal
industry atau pengrajin Sasirangan yang dipilih sebagai subjek penelitian karena termasuk unit usaha industri tekstil
yang mempunyai resiko cukup tinggi terpapar Occupational Health Hazard yang dapat mempengaruhi status kesehatan
pekerja, dalam waktu lama potensi menimbulkan penyakit akibat pajanan hazard lingkungan kerja dan bahkan dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum adanya kepedulian
(caring) akan pentingnya budaya K3 dan belum ada peringatan untuk mencegah bahaya atau risiko kerja. Bertolak dari
hal itu perlu suatu konsep model budaya kerja yang mencerminkan perilaku actively caring (kepedulian aktif) untuk
penanganan terjadi accident (kecelakaan) atau mencegah potensi Occupational Health Hazard dengan berdasarkan
Tab 01 X +
2.MEMAPARKAN PERMASALAHAN K3 SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA & INTERNASIONAL
2.KECELAKAAN KERJA PADA PERAJIN ROTAN DI PITAMEH DAN TANAH SIRAH KECAMATAN LUBUK
BEGALUNG KOTA PADANG
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan terhadap 12 perajin di salah satu tempat usaha kerajinan rotan yang
ada di Kawasan Pitameh,ternyata 91,67% (11 orang) pernah mengalami kecelakaan kerja dalam tiga bulan terakhir
berupa luka robek,tersayat,tergores,terpukul palu,serta tertusuk paku dan 58% (7 orang) perajin memiliki tingkat
pengetahuan rendah.Berdasarkan observasi,kotak p3k tidak tersedia di tempat kerja dan ternyata semua perajin rotan
(12 orang) tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang
membahayakan.Kondisi lingkungan kerja di salah satu tempat usaha kerajinan rotan ini juga kurang mendukung bagi
pekerja untuk dapat bekerja dengan nyaman,sebab berdasarkan observasi ruangan kerja tidak begitu terang,bahan baku
kerajinan rotan hanya diletakkan di tepi-tepi ruangan dan tidak disusun dengan rapi serta peralatan kerja yang
berserakan di lantai sehingga tempat kerja terasa penuh dan tidak enak dilihat.Kondisi lingkungan kerja yang tidak
baik akan menyebabkan berkurangnya gairah dan semangat kerja disamping sering terjadinya kecelakaan kerja dan
Tab 01 X +
2.MEMAPARKAN PERMASALAHAN K3 SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA & INTERNASIONAL
Desa Margoluwih merupakan salah satu desa yang memiliki sentra industri pembuatan genteng. Desa
Margoluwih memiliki 14 dusun, salah satunya Dusun Klaci yang memiliki sebanyak 48 pabrik pembuatan
genteng dengan alat yang masih bersifat tradisional dan turun temurun. Dari segi ergonomi dan
penerapannya masih sangat kurang ergonomis. Hal ini dapat dilihat dari sikap bekerja para pekerja yang
kurang nyaman, seperti sikap kerja berdiri, membungkuk dan jongkok. Posisi membungkuk merupakan
salah satu kondisi bekerja yang dapat menyebabkan otot menjadi lebih tegang, sehingga dapat berisiko
mengalami keluhan musculoskeletal.Oleh karena itu, sikap saat bekerja perlu diperhatikan adalah sikap kerja
dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman. Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu
sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran
atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, saraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan
menjadi rileks dan tidak menyebabkan keluhan muskuloskeletal dan sistem tubuh yang lain.
Tab 01 X +
2.MEMAPARKAN PERMASALAHAN K3 SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA & INTERNASIONAL
Pabrik Tahu X merupakan salah satu pabrik yang membuat tahu di Kota Semarang. Pabrik ini masih
menggunakan tenaga manusia dan masih menggunakan alat-alat tradisional dalam proses produksinya.
Pabrik ini memiliki karyawan yang berjumlah 35 pekerja. Rentang usia pekerja pada pabrik ini mulai dari 18
– 50 tahun Jam kerja normal pada pabrik mulai dari pukul 07.00 – 16.00. Pada proses pembuatannya 35
pekerja dibagi menjadi 7 jenis pekerjan yaitu penanganan kedelai, penggilingan kedelai, pemasakan kedelai,
penyaringan bubur kedelai, pencetakan tahu, pemotongan dan pengiriman. Berdasarkan hasil analisis
univariat didapatkan sebagian besar pekerja berusia kategori muda (≤ 35 tahun), memiliki masa kerja baru (8
jam), memiliki beban kerja fisik kategori berat, mengalami kelelahan kerja kategori sedang dan pernah
mengalami kejadian minor injury.Pada penelitian yang dilakukan oleh Murniyati responden banyak
mengalami kejadian minor injury terpeleset diakibatkan lantai kerja yang licin.sehingga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan pada pekerja Pabrik tahu X dikaitkan dengan jenis pekerjaan serta kondisi
Tab 01 X +
2.MEMAPARKAN PERMASALAHAN K3 SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA & INTERNASIONAL
1.Ubaidillah (38), seorang mantan buruh migran asal Cirebon yang pernah bekerja di Korea Selatan mengalami kecelakaan kerja yang
mengakibatkan bola matanya sebelah kanan menderita cacat permanen. Hingga hari ini, mata kanannya masih ditutup kain perban
pelindung.Kecelakaan kerja tersebut dialami Ubaidillah pada awal tahun 2010. Saat itu, ia dan beberapa temannya kerja di sebuah proyek
bangunan. Tiba-tiba alat berat yang digunakannya jatuh dan menimpa mata kanannya,risiko kecelakaan kerja di luar negeri sangat besar karena
mayoritas wilayah kerja para buruh migran adalah di sektor pekerjaan kasar. Masalah ini dikarenakan kurangnya pemahaman tentang
pengendalian risiko penerapan k3 meliputi penggunaan APD,rambu-rambu peringatan dan standarisasi pengaman pada saat berkerja di ketinggian.
2.Pakistan dalam dekade 10 tahun merupakan negara terbesar dalam kekuatan mempekerjakan manusia, sekitar 20% bekerja dalam bidang
industri. Praktek K3 pada industri tekstil di Pakistan masih dipertanyakan dan dilihat dari kejadian sebelumnya yang pernah terjadi adalah dari
kondisi lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe condition). Suatu permasalahan yang terjadi adalah peristiwa kebakaran di pabrik tekstil
Karachi dimana 300 orang pekerja terbakar hidup - hidup dan meninggal karena lemes kekurangan oksigen. Penyebab kejadian itu adalah tidak
adanya penetapan keselamatan akan bahaya kebakaran, tidak ada pemisahan bahan dari bahaya api (hazard), tidak ada persiapan jalan keluar
darurat atau pelatihan keterampilan kewaspadaan kebakaran, tidak ada pemeriksaan sebelum lisensi dan tidak ada diklat tentang pemakaian
kelengkapan keselamatan kerja
Tab 01 X +
2.MEMAPARKAN PERMASALAHAN K3 SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA & INTERNASIONAL
5.Saramon, 2014 dari Thailand, menemukan bahwa para pekerja yang bekerja
di industri tekstil (lebih dari 10 tahun) sebanyak 30,6% dan (62,1%) berada
pada rentang usia 20-39 tahun. Pekerja yang memakai pelindung telinga 7,3%
dan hanya 16% pekerja yang menggunakan Alat Pelindung Diri. Pekerja
dengan penyakit saluran pernafasan 20,5%, masalah telinga 23,8%, problem
mata 33, 8%, penyakit kulit ada 14,2%, hipertensi 6,4%, gastritis 5,9%,
muskuloskeletal 4,6% dan 11,4% menderita kurang gizi
Tab 01 X +
3.MASALAH SEKTOR INFORMAL DIKAITKAN DENGAN MASA PANDEMI
Permasalahan yang terjadi akibat pandemic Covid-19 terhadap pekerja sektor informal seperti penyedia jasa
pangkas rambut yaitu, pendapatan yang menurun drastis dengan berkurangnya pelanggan. Kemudian masalah
lain muncul ketika mereka harus tetap memenuhi kebutuhannya dan mereka harus berhutang terus menerus
hanya demi menutupi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, untuk pekerja UMKM sendiri mereka harus rela
dipangkas upah hariannya demi tetap bekerja dan terkadang mereka harus menghadapi kemungkinan
terburuknya yaitu pemutusan hubungan kerja (PHK) dikarenakan kebijakan pengurangan pekerja. Tak hanya
itu stigma negatif juga sering mereka rasakan baik dari pelanggan, atasan ataupun orang yang memiliki derajat
diatasnya, mereka sering dibilang pembawa penyakit dan dijauhi ataupun diperlakukan tidak baik secara verbal
maupun nonverbal dan hal tersebut menjadi pukulan secara psikologis bagi mereka dan menambah beban
pikiran mereka.Permasalahan yang terjadi akibat pandemi Covid-19 terhadap para pekerja sektor informal
contohnya, yaitu pedagang kaki lima dan ojek online. Beberapa permasalahan tersebut yakni, risiko terpapar
virus Covid-19 karena mereka berada dalam pilihan antara kesehatan atau ekonomi. Kedua, pemberlakukan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang menyebabkan risiko larangan dagang bagi para pedagang kaki
lima dan larangan menarik penumpang bagi para ojek online yang menyebabkan risiko terhadap penurunan
penghasilan yang signifikan bagi para pedagang kaki lima dan ojek online. Ketiga, risiko terhadap
bertambahnya pengeluaran di masa pandemi Covid-19 dan yang terburuk adalah tidak terpenuhinya kebutuhan
Tab 01 X +
3.MASALAH SEKTOR INFORMAL DIKAITKAN DENGAN MASA PANDEMI
-Dinamika pelaku usaha sektor informal di Kota Palembang mengalami permasalahan yang semakin kompleks
sejak adanya Covid-19. Pelaku usaha informal yang pada awalnya dapat secara bebas mengelar barang
dagangan, terhambat akibat Covid-19 dan berbagai kebijakan yang menyertainya. Kurang lebih ada empat
dampak yang dirasakan oleh pelaku usaha akibat Covid-19, yaitu: 1) Penurunan omzet; 2) Kesulitan
mendapatkan bahan baku; 3) Turunnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu produk, dan 4) Menurunnya
pendapatan, sehingga harus melakukan pengurangan karyawan, Menyikapi kondisi ini, pelaku usaha informal
harus memiliki strategi bertahan hidup untuk menghadapinya. Istilah strategi bertahan hidup diambil dari
konsep livelihood strategies yang dikemukakan (Chaudhuri, 2018), yaitu cara rumah tangga untuk memperoleh
pendapatan dengan mengoptimalkan berbagai sumber daya yang dimiliki sehingga dapat menghasilkan sesuatu
yang bernilai ekonomis. Berbagai strategi bertahan hidup biasanya dilakukan oleh masyarakat rentan perkotaan
dalam masa krisis, seperti nafkah ganda, pengurangan kuantitas barang yang dikonsumsi atau dengan cara
menambah penghasilan melalui pekerjaan sampingan atau bekerja di sektor informal
-Studi lain yang dilakukan Armansyah, et.al (2019) terhadap pekerja perempuan di sektor informal di Kota
Palembang bahwa mengharapkan bantuan berupa dengan memanfaatkan aset sosial seperti hubungan keluarga
atau pertemanan dan uang berupa pinjaman adalah cara untuk bertahan hidup karena tidak memiliki aset seperti
keahlian, pendidikan, modal ataupun teknologi.
Tab 01 X +
3.PELAKSANAAN K3 OLEH PUSKESMAS
Pusat Kesehatan Masyarakat atau lebih sering disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya, dengan mengutamakan keamanan dan keselamatan
pasien, petugas dan pengunjung.Sebagai contoh pelayanan promotif meliputi penyuluhan atau konseling kesehatan kerja penyakit tidak
menular ataupun menular,penyebaran informasi tentang kesehatan kerja,aktivitas kebugaran bagi pekerja,dan surveilans kesehatan kerja
melalui pengumpulan data,dan pengelolaan maupun analisis.Sementara untuk pelayanan preventif, meliputi pengenalan risiko bahaya
ditempat kerja,penyediaan APD dan inventarisasi jenis pekerjaan agar dapat mengetahui resiko yang mungkin timbul (PAK dan
KAK),membantu pelaksaan pemeriksaan kesehatan awal dan berkala,dan mendeteksi dini faktor resiko PTM.
Uraian tugas pokok pelayanan kesehatan kerja menurut peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi R.I No Per.03/Men/1982, pasal 2
yaitu:
1.Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus
2.Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
3.Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
4.Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
5.Pembinaan dan pengawasan perlenfgkapan sanitair
6.Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja
7.Pertolongan pertama pada kecelakaan
8.Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan petugas
9.Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
10.Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja, pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang
mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatannya.
Tab 01 X +
Daftar Pustaka
1.Yusida,Hikmah. 2017. Kepedulian Aktif Untuk K3 Sektor Informal.
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/download/category/5-buku-ajar?download=95:hikmah-yusida-tjipto-suwandi-ah-yusuf-qomariyatus-sholihah
2.Syahrial.2020. Dampak Covid-19 terhadap tenaga kerja di Indonesia. Jurnal ners (online) .
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners/article/download/1022/842.
3. Akmal M Farraz’, Adha Fathiah . 2021. Alat Analisis Strategi Bertahan Hidup Sektor Informal Perkotaan Selama Pandemi Covid-19: Review Literatur.
Sosiologi andalas. 7. 1-9.
file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/48-Article%20Text-218-2-10-20210425.pdf
4.Syahrial.2020. Dampak Covid-19 terhadap tenaga kerja di Indonesia. Jurnal ners (online) .
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners/article/download/1022/842
5.Widya Handayani,Yuniar Lestari,Ice Yolanda Puri.2011 (http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/download/147/145)
6. Peran Sektor Informal Sebagai Katup Pengaman Masalah Keternagakerjaan.2009.
https://www.bappenas.go.id/files/3513/5027/3734/kajian-peran-sektor-informal2010090310304327490__20110518101103__3050__0.pdf
7.Taufik Ritonga.2013.Tingkat Kemampuan Pengusaha Sektor Informal Dalam Mengakses Lembaga Perbankan Di Kota Medan.
14827-ID-727-tingkat-kemampuan-pengusaha-sektor-informal-dalam-mengakses-lembaga-perbanka.pdf (neliti.com)
8. bab 2-converted.pdf (unpas.ac.id)
9. Iwan Muhamad Ramdan.2012. Memperbaiki Kondisi Kesehatan Dan Keselamatan Kerjasektor Informal Melalui Program Corporate Social Responsbility
Perusahaan.https://media.neliti.com/media/publications/22207-ID-memperbaiki-kondisi-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-sektor-informal-melalui-prog.pdf
10.Informal Sektor.https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/TM_6_INFORMAL_SECTOR.pdf
11. Bayu Christyono Eko Atmojo.2018. Gambaran Potensi Bahaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Bengkel Reparasi Elektronik.
http://lib.unnes.ac.id/35754/1/6411414125_Optimized.pdf
12.Za Ramadhani.2020. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3329/3/CHAPTER%201.pdf
13. Annisa Fitriani, Ekawati,Ida Wahyuni.2021. Hubungan Durasi Kerja, Beban Kerja Fisik, Dan Kelelahan Kerja Terhadap Terjadinya Kejadian Minor Injury
Pada Pabrik Tahu X Kota Semarang. file:///C:/Users/Asus/Downloads/28514-64130-1-PB%20(1).pdf