INTERNASIONAL
OLEH :
FINA AULIYA ZULFA MARSHUSH 20010055
ROHMAD KURNIAWAN 20010053
PENGANTAR
Sistem moneter yaitu sistem yang menetapkan kebijakan dan tindakan-tindakan yang
mempengaruhi interaksi faktor moneter dalam suatu negara, termasuk pengawasan
cadangan valuta asing; di Indonesia otoritas sistem moneter terdiri atas Bank
Indonesia, Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan.
1. performance criteria, yaitu suatu periode untuk mencapai target yang harus dilaksanakan
oleh suatu negara sehubungan dengan upaya untuk memperoleh pinjaman dana.
2. structural benchmark. Kriteria ini berupa pengawasan tindakan-tindakan tambahan yang
disyaratkan oleh IMF dalam pelaksanaan program penyesuaian. Jika terdapat masalah
dalam kaitannya dengan performance criteria, persetujuan pencairan dana dapat tertunda
sebagai hasil dari sidang Dewan Gubemur IMF.
3. prior action, berupa tindakan yang dilakukan negara dimana harus mengindikasikan
keseriusan dalam pelaksanaan program ekonomi IMF. Tindakan ini dapat dilakukan dengan
cara mempersiapkan terlebih dahulu sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program IMF.
KUALITAS SEBUAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL DAPAT
DIEVALUASI BERDASARKAN TIGA KRITERIA POKOK, YAITU:
1. kriteria penyesuaian (adjustment), merujuk pada fasilitas, prosedur, proses atau kemudahan mekanisme koreksi atas setiap
ketidakseimbangan neraca pembayaran yang terkandung dalam masing-masing sistem. Sebuah sistem moneter internasional
yang baik juga harus mampu menciptakan meminimalkan biaya dan waktu yang diperlukan untuk penyesuaian tersebut.
2. kriteria liquiditas (liquidity) mengacu pada sejumlah aset cadangan internasional yang tersedia guna mengatasi berbagai
ketidakseimbangan temporer pada neraca pembayaran. Berdasarkan pada kriteria seperti ini, sebuah sistem moneter internasional
yang baik adalah suatu sistem yang mampu memanfaatkan secara leluasa dalam rangka mengoreksi defisit atau surplus neraca
pembayaran tanpa mengganggu beroperasinya perekonomian domestik yang dapat menimbulkan tekanan-tekanan inflasioner
terhadap negara-negara lain secara keseluruhan.
3. kriteria kepercayaan (confidence). Kriteria ini merujuk pada sejauh mana masyarakat internasional memiliki pengetahuan dan
menaruh kepercayaan atas mekanisme penyesuaian dan ketersediaan cadangan internasional dalam mengatasi berbagai masalah
pembayaran internasional, yang ada pada sebuah sistem. Atas dasar kriteria ini, sebuah sistem moneter internasional dikatakan
baik apabila masyarakat dunia memberikan kepercayaan yang memadai terhadapnya.
SEJARAH SISTEM
MONETER INTERNASIONAL
• Suatu standar ganda dalam mata uang bebas yang • Hukum Gresham = rasio pertukaran antara dua logam
digunakan baik untuk emas maupun perak. secara resmi (adalah) tetap, dan hanya logam yang
• Inggris Raya dipakai sampai tahun 1816 berlimpah saja yang digunakan sebagai uang.
• Amerika Serikat 1792 – 1873
• Prancis dipakai sampai tahun 1878 • Akibatnya, logam yang lebih langka (di negara/wilayah
• Cina, India, Jerman, dan Belanda tersebut) tidak diedarkan. Dengan kata lain, “Uang
menggunakan standar perak. buruk” (berlimpah) harus mengusir “uang baik”
(langka)
STANDAR EMAS KLASIK
• Standar emas klasik masih memiliki • Standar emas internasional juga tidak dapat
pendukung setianya dengan argumen mengikat negara-negara besar, yang punya
bahwa “emas adalah alat lindung nilai agenda politik yang tak sejalan dengan
yang efektif terhadap inflasi harga”. penggunaan standar emas, untuk mematuhi
aturan main bersama.
INTERWAR PERIOD: 1915-1944
• Standar emas klasik berakhir pada masa setelah Perang • Banyak negara ‘sepertinya’ kembali ke standar emas
Dunia I, dimana negara-negara yang kalah khususnya klasik setelah mulai pulih dari dampak perang. Namun,
Jerman, Austria, Hungaria, Polandia, dan Rusia itu cuma kedok saja agar mereka bisa
mengalami hiperinflasi. mengimplementasikan kebijakan sterilisasi emas.
• Sterilisasi Emas kebijakan untuk menyesuaikan arus
• Contoh: Jerman mengalami kenaikan indeks harga masuk dan keluar emas, dengan cara pengurangan
jumlah uang dalam negeri dan peningkatan kredit
sebesar 1 triliun kali lipat daripada saat sebelum perang.
dalam negeri.
• ‘Usaha’ untuk kembali ke standar emas klasik hancur
• Fluktuasi nilai mata uang di masa 1920-an membuat total dengan terjadinya Great Depression (1929) dan
banyak negara menerapkan kebijakan depresiasi habis- kekacauan itu mengakibatkan ditarik keluarnya emas
habisan agar dapat memperoleh untung di pasar ekspor besar-besaran dari ‘tangan’ bank-bank di negara-negara
global. besar.
INTERWAR PERIOD: 1915-1944
Tahap 4: Investor panik, ingin melarikan modal ke luar negeri, tapi semua
di luar negeri juga bernasib sama
SISTEM BRETTON WOODS
• Untuk mencegah kembali terjadinya nasionalisme ekonomi • Sistem Bretton Woods pada dasarnya mewajibkan tiap
dengan “aturan main” yang tidak jelas selama Interwar Period, negara untuk membentuk nilai pari (par value) mata
perwakilan 44 negara bertemu di Bretton Woods, New uangnya masing-masing terhadap dolar Amerika Serikat,
Hampshire (1944) dan setuju untuk mengadopsi sistem yang sepenuhnya dikonversi ke emas.
moneter internasional yang baru.
• Negara yang fundamental ekonominya stabil, harus
• Pada tahun 1945, perjanjian ditandatangani dan melahirkan mempertahankan nilai pari nya dengan toleransi rentang rate
IMF dan IBRD/World Bank. jual dan belinya ±1%
• IMF = membuat, mewujudkan, dan menegakkan serangkaian • Negara yang fundamental ekonominya masih tidak stabil,
aturan eksplisit yang mengatur kebijakan moneter boleh untuk melakukan perubahan nilai pari mata uangnya
internasional. (sejauh dirasa perlu)
• Memacu setiap negara untuk makin kokoh • Austria, Belgia, Prancis, Luxemburg, Belanda & Jerman
membangun persahabatan politik dan menjaga negara yang memenuhi teori OCA
perdamaian sebagai satu ‘keluarga besar’ • Denmark, Italia, & Inggris negara yang tidak
memenuhi teori OCA
KURS TETAP VS KURS FLEKSIBEL
• Sementara anggota inti EMU yang meliputi Prancis dan Jerman menyukai
sistem nilai tukar tetap (fixed-rate), negara-negara maju lain seperti
Amerika Serikat dan Jepang lebih suka dengan sistem nilai tukar fleksibel
(floating-rate).
• Pilihan antara sistem nilai tukar tetap atau fleksibel cenderung mengakibatkan
adanya trade-off (pilihan) antara otonomi kebijakan nasional dengan
integrasi ekonomi internasional.
PENUTUP
• Keyakinan harus dapat memberikan perlindungan untuk mencegah krisis kepercayaan, dimana
sering ujung-ujungnya mengakibatkan situasi panic selling atau pemindahan alokasi aset ke aset
lain atas dasar kepanikan