Anda di halaman 1dari 39

Kedaulatan Negara

dalam Hukum
Internasional

Oleh: Dr. Jelly Leviza, S.H. M.Hum


Bahan Kuliah Hukum Internasional FH USU
Medan
2019
1. Asal Kata Kedaulatan
2. Pengertian Kedaulatan
3. Negara sebagai Subjek Hukum Internasional
4. Syarat Negara Berdaulat
5. Pemikiran atas Kedaulatan Negara
6. Pelanggaran atas Kedaulatan
7. Aspek Utama Kedaulatan Menurut Konsep
Hukum Internasional
8. Persoalan Kedaulatan dalam implementasi
9. Kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi
mengandung 2 (dua) pembatasan
10. Kedaulatan Teritorial/Wilayah
11. Simbol-simbol Kedaulatan NKRI
12. Beberapa peristiwa penting dalam
menciptakan kedaulatan modern
13. Tantangan atas Kedaulatan
14. Cara-cara PerolehanWilayah
1. Asal Kata Kedaulatan
• Kedaulatan Negara berasal dari
kata : “souvereignty” (Inggris)

• “superanus” (Latin), berarti : “yang


teratas”; “kekuasaan tertinggi”
2. Pengertian Kedaulatan
(Mochtar Kusumaatmadja)
• Adalah kekuasaan yang terbatas, yaitu: ruang
berlakunya kekuasaan suatu negara tertentu
dibatasi oleh batas-batas wilayah negara
tersebut.

• Berarti suatu negara hanya memiliki


kekuasaan tertinggi di dalam batas-batas
wilayahnya.
3. Negara sebagai Subjek Hukum
Internasional
• States are sovereign, meaning they do not recognize
any superior power other than theirs.
• All states are equal in their relations (since 1648 in
Europe and since decolonization in the rest of the
world). This is why it is often said that the
international community is a horizontal community,
as contrasted to a vertically-organized community
like states are within their boundaries.

• It is NOT an anarchic community. It does not have a


political authority superior to sovereign states, but it
does have its own laws: international law.
4. Syarat Negara Berdaulat
Konvensi Montevideo tentang Rights and
Duties of States of 1933, Pasal 1 menyatakan:

“The State as a person of international law


should possess the following qualifications:
• (a) a permanent population; (b) a defined
territory; (c) government; and (d) capacity to
enter into relations with other States”
A Definition
• “The supreme, absolute power by which any
independent state is governed; supreme
political authority; the self-sufficient source of
political power from which all other political
powers are derived; the right of regulating its
internal affairs without foreign dictation; the
supreme right to make laws and execute
them, to raise and collect taxes, and the right
to make war and treaties.”
5. 2 pemikiran atas kedaulatan
negara
1. Kedaulatan sebagai upaya dalam komunitas
internasional untuk memelihara kerjasama
internasional antar negara-negara berdaulat dan
untuk nilai-nilai universal seperti: HAM dll.

1. Kedaulatan sebagai kecenderungan konservatif


antar beberapa negara untuk mempertahankan
kedaulatan dalam menghadapi keadaan yang
yang tidak diinginkan di dunia.
6. Pelanggaran atas Kedaulatan
• The United States went
to war, along with the
members of the UN,
against Iraq in 1990
because Iraq invaded
the sovereignty of
Kuwait.

• This was a clear


violation of the “rules of
sovereignty”
7. Aspek Utama Kedaulatan Menurut
Konsep Hukum Internasional
• Aspek ekstern kedaulatan: hak tiap negara untuk
secara bebas berhubungan dengan negara lain.

• Aspek intern kedaulatan: hak eksklusif suatu


negara untuk menentukan bentuk dan kerja serta
tindakan lembaga-lembaga negara.

• Aspek teritorial kedaulatan: kekuasaan penuh


dan eksklusif yang dimiliki negara atas individu
dan benda-benda yang ada diwilayahnya
8. Persoalan Kedaulatan dalam
implementasi
• The real problem comes when you have to
deal with places that do not “fit,” or “play by”
the rules.
• Those countries which have sovereignty, but
can’t exercise it (Somalia, Liberia, Ivory Coast,
Colombia…)
• Those countries that practice “sovereignty”
but have no right to it (North Cyprus, Taiwan
—in China’s eyes)
Persoalan Kedaulatan dalam HI:

• negara mempunyai kekuasaan tertinggi


sehingga tidak mengakui suatu kekuasaan yang
lebih tinggi dari kekuasaannya tersebut

• Kedaulatan negara merupakan penghalang bagi
perkembangan HI

• (HI tidak mungkin mengikat negara-negara
berdaulat ) …?
Lanjutan...
• Dalam Hukum HAM internasional dan HLI muncul
keprihatinan dimana kedaulatan negara dianggap bisa
menjadi penghalang bagi perlindungan HAM dan
lingkungan.

• Keprihatinan ini terkait kondisi dimana perlindungan


HAM dan lingkungan dengan mudah dikorbankan di
bawah otoritas administrasi negara yang lebih
menempatkan kepentingan pembangunan ekonomi
sebagai kepentingan utama.

• Untuk mencegah pelanggaran seperti di atas maka


diperlukan super-State controls, seperti yang sering
dikemukakan oleh beberapa pakar hukum HAM dan
lingkungan internasional.
9. Kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi
mengandung 2 (dua) pembatasan,yaitu:
1. Kekuasaan itu terbatas pada batas-batas
wilayah negara yang memiliki kekuasaan
tersebut.

2. Keluar dari wilayah negara tersebut, maka


akan
ditemui batas kedaulatan negara lain.

Sifat HI: koordinatif
10. Kedaulatan Teritorial/Wilayah

• Pengertian: kedaulatan yang dimiliki oleh


suatu negara dalam melaksanakan yurisdiksi
eksklusif di wilayahnya.

• “Wilayah” merupakan konsep HI. Jadi subyek


hukum yang tidak memiliki wilayah, tidak
mungkin disebut sebagai “negara”.
11. Simbol-simbol
Kedaulatan NKRI
• BAB XV UUD 1945 (Pasal 35 sampai 36B):
Bendera negara Indonesia ialah Sang Merah
Putih, Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia,
lambang negara ialah Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, dan
lagu kebangsaan ialah Indonesia Raya.

• Simbol negara itu diatur lebih lanjut dalam


UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaaan.
Where did it come from?
• Originally the term
sovereignty referred to
the sovereign, or ruler
who was the head of
the “state” so it
referred to a person.
Indeed, through most
of history the ruler
was the law, and the
US was one of the
first states to set that
aside firmly
12. Beberapa peristiwa penting dalam
menciptakan kedaulatan modern

• The Treaty of Westphalia, 1648


• The American Revolution: 1776
• The French Revolution, 1789
• The Revolutions of 1848
• World War 1, 1914-1918
• The Russian Revolution of 1917
• World War 2, 1939-1945
• The formation of the EU 1957
13. Tantangan atas
Kedaulatan
• Some writers are talking about
“globalization as the end of the Nation
State.”
• Is it? Probably not
One View of the Future
This is Strobe Talbot, Deputy Secretary of
State under Pres. Clinton, who made the
following, rather remarkable observation:

All countries are basically social arrangements…No matter how permanent and
even sacred they may seem at one time, in fact they are all artificial and
temporary…Within the next 100 years…nationhood as we know it will be
obsolete; all states will recognize a single, global authority.
Who are the big players?
Who Rules?
• To whom, and where,
do these companies
belong? How do you
regulate them? Are
they becoming more
powerful than states?
• How might this
happen?
• Does it matter?
14. Cara-cara PerolehanWilayah

• 1. Occupation;
• 2. Prescription;
• 3. Accretion;
• 4. Cession;
• 5. Conquest;
1. Occupation
 Article 42 of the 1907 Hague
Regulations (HR) states that a
" territory is considered
occupied when it is actually http://east-sea.de/en/2020/04/02/english-china-serious-violation-of-international-law-by-
occupation-of-paracel-islands/
placed under the authority of
the hostile army. The
occupation extends only to the
territory where such authority
has been established and can
be exercised. “

 Wilayah yang akan di okupasi


harus “terra nuliius” (land
belonging to no one).
• Abad XVI: penemuan “terra nullius” dan
pemilikan simbolis telah dianggap cukup
memberikan “hak kepemilikan” bagi negara
yang menemukan.

https://i.ytimg.com/vi/GMPjdLvuErg/hqdefault.jpg
 Sejak saat kepentingan negara-negara Eropa
mulai berbenturan. Discovery saja tidaklah cukup
untuk memberikan hak kepemilikan.

 Namun harus diikuti pula dengan “actual exercise


of effective authority”.

 Island of Palmas Case (1928): Max Huber


“Occupation constitute a claim to territorial
sovereignty, must be effective, that is offer certain
guarantees to other states and their nationals”.

 “Continuous and peaceful display of authority”.


Artic
Klaim Uni Soviet atas area di Artic,
berdasarkan prinsip:

1. Contiguity:
berdasarkan alasan hubungan geografis
dengan wilayah yang di klaim;
2. Continuity:
berdasarkan alasan perlindungan keamanan
atau potensi pengembangan wilayah yang di
klaim;
2. Prescription
 Salah satu metode mendapatkan wilayah
yang dulunya mungkin merupakan wilayah
negara lain yang menjadi hilang karena
alasan-alasan tertentu dengan berlalunya
waktu.

 Melalui: Immemorial Possession dan


Adverse Possession.
A. Immemorial Possession;
Dimana kedaulatan negara yang mengklaim sebuah
wilayah telah berjalan sekian lamanya sehingga
negara yang dulu mungkin memiliki kedaulatan
disana telah “terlupakan”.

B. Adverse Possession;
Dimana negara yang dulunya memiliki kedaulatan atas
wilayah diketahui, namun negara lainnya telah
menjalankan kedaulatannya dalam waktu yang lama
sehingga menghilangkan kedaulatan pemilik lama.
3. Accretion
 Penambahan area baru dalam wilayah negara
karena kejadian alamiah, seperti terbentuknya
delta sungai atau munculnya pulau baru.

 Perubahan aliran sungai:


a) Tiba-tiba;
batas wilayah tetap pada “river bed”.
b). Perlahan;
Non Navigable dan Navigable (thalweg).
4. Cession

 Peralihan wilayah dari satu negara ke negara


lainnya, umumnya melalui Treaty/Agreement.

 Negara yang mengalihkan haruslah negara


yang berdaulat atas wilayah tersebut; “Nemo
dat qoud non habet”.
5. Conquest

 Menurut hukum internasional klasik,


penggunaan kekuatan bersenjata
dimungkinkan untuk melakukan perluasan
kedaulatan wilayah.

 Dilakukan melalui:
a. Subjugation;
b. Implied Abandonment;
* Subjugation atau Debellation:
Kondisi dimana angakatan bersenjata suatu negara
telah dihancurleburkan oleh kekuatan pendatang
yang kemudian menguasai dan menaklukkan
wilayah tersebut.

* Implied Abandonment
Kondisi dimana angkatan bersenjata yang kalah
dalam peperangan pergi meninggalkan suatu wilayah
sehingga memungkin angkatan bersenjata negara
lain untuk masuk dan menaklukan wilayah tersebut.
Larangan Penggunaan
Kekuatan Militer
 The League of Nations (1919); General Treaty for the
Renunciation of War (1928); Stimson Doctrine
(1932);

 The UN Charter (1945) prohibits the threat or use of


force against the territorial integrity of political
independence of any state, or in any manner
inconsistence with the purpose of the United Nations;
 Security Council Resolution 242 (22 Nov 1967)
pendudukan Israel atas Sinai, Gaza, West Bank dan
Golan Heights sebagai “the inadmissibility of the
acquisition of territory by war”.

 The General Assembly Declaration on Principles of


International Law of 1970 (Res. 2625 [XXV]:
“The territory of a state shall not be the object of
acquisition by another state resulting from the threat
or use of force. No territorial acquisition resulting
from the threat or use of force shall be recognized as
legal”.
Peaceful Acquisition : Modern Approach

1. Recognition;
2. Acquiescence (Fisheries Case);
3. Preclusion or Estoppel (Preah Vihear Case);
4. Possession and Administration (Sipadan Ligitan
Case dan Pulau Batu Puteh Case);
5. Affiliations of the Territory’s Inhabitans (Western
Sahara Case);
6. Geographical & Economical Factors (Fisheries
Case);

Anda mungkin juga menyukai