Anda di halaman 1dari 33

Gangguan

Pendarahan

KEPERAWATAN MATERNITAS II
Pendarahan awal kehamilan
Perdarahan Awal kehamilan Menurut Puspita Sari dan Prabowo (2018), yaituperdarahan yang terjadi sebelum kehamilan 22
minggu dengan ciri khas darah yang keluar biasanya segar (merah terang atau berwarna coklat tua (coklat kehitaman), terjadi
ringan dan menetap selama beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar. Perdarahan pada kehamilanmuda atau
usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnyadisebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12 %
kehamilanakanberakhirdengankeguguran yang pada umumnya (60-80%) disebabkan oleh kelainankromosom yang ditemui pada
spermatozoa ataupun ovum.

Menurut Leveno (2014) Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dapat diklasifikasikan antara lain
1) Abortus
2. Kehamilan EktopikTerganggu (KET)
3. Mola hidatidosa
A. Abortus
 Definisi
Abortus diartikan sebagai berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu hidup di luar kandungan(Ika Pantikawati. 2010).
Abortus adalah Keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan
dengan berat badan kurang dari 500 gr atau umur kehamilan kurang dari
20 minggu (Yeyeh, 2010).

 Etiologi
• Kelainan telur
• Penyakit ibu
• Faktor suami
• Faktor lingkungan

 Faktor risiko
Faktor risiko terjadinya abortus meliputi
• faktor maternal
• faktor janin
• faktor plasenta

 
 
Klasifikasi
a) Abortus Spontan
Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan ± 20% dari semua abortus.
• Abortus imminens (keguguran mengancam)
• Abortus incipiens (keguguran berlangsung)
• Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap)
• Abortus completus (keguguran lengkap)
• Missed abortion (keguguran tertunda)
• Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)
• Abortus febrilis

b) Abortus provocatus
Abortus provocatus merupakan keguguran yang disengaja (digugurkan) merupakan penyebab 80% dari semua
abortus.
• Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics
• Abortus provocatus criminalis
Manifestasiklinis
a) Abortus imminens
Tanda dan gejala:
Perdarahan per-vaginam sebelum mingguke 20.
Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.
Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
Serviks tertutup.

b) Abortus incipiens
Tanda dan gejala:
• Perdarahan per vaginam masih, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
• Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
• Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.
 
c) Abortus incomplete
Tanda dan gejala:
• Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.
• Nyeri perut bawah mirip kejang.
• Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap sebagai corpus allienum.
• Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati)
d) Abortus completus
Tanda dan gejala:
•Serviks menutup.
•Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
•Gejala kehamilan tidakada.
•Uji kehamilan negatif.

e) Missed abortion
Tanda dan gejala:
•Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin.
•Buah dada mengecil kembali.
•Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.

f) Abortus habitualis
Tanda dan gejala
• Kehilangan berat badan
• Adanya cairan putih- merah jambu yang keluar dari vagina
• Kontraksi (menyakitkan, terjadi setiap 5-20 menit sekali)
• Keluarnya jaringan seperti gumpalan dari vagina
• Berkurangnya tanda kehamilan secara tiba-tiba
 
g) Abortus febrilis
Tanda dan gejala:
 Demam kadang – kadang menggigil.
 Lochea berbau busuk.
 Patofisiologi
Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin
yang kemudian diikuti dengan perdarahan kedalam desi dua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada
daerah implantasi, infiltrasi sel- sel peradangan akut dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas
seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan
kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi).
Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum
perdarahan. Oleh karenaitu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi
perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vilikorialis belum menanamkan diri dengan erat kedalam
desi dua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10 hingga minggu ke-12 korion tumbuh
dengan cepat dan hubungan vilikorialis dengan desi dua makin erat hingga mulai saat tersebut saring sisa-sisa korion
(plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.
Lanjutan….
B. Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan Ektopik Terganggu ialah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi
kapasitas ruang implantasi misalnya tuba. (Saifuddin, 2008) Kehamilan ektopik terganggu adalah terjadibilatelur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavumuterik. Kehamilan ekstra uterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik terganggu karna kehamilan
pada pars interstisialis tubah dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Apabila pada kehamilan ektopik
terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
(fadiun&feryanto, ahmad,2011)
 _Etiologi
 Faktor dalam lumen tuba:
o Endosal pingitis dapat menyebabkan perlekatann endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
o Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkelok–kelok dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
o Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.
Faktor pada dinding tuba:
•Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi ovum yang difertilisasi dalam tuba
•Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tuba dapat menahan ovum yang difertilisasi di tempat itu
Faktor di luardinding tuba:
•Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan ovum
•Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba misalnya : tumor abdomen, tumor ovarium.
Faktor lain:
Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya, dapat memperpanjang perjalanan ovum yang difertilisasi
keuterus sehingga menyebabkan implantasi prematur.
Klasifikasi
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopii (paling sering,90-95% dengan 70-80% diampula). Sangat jarang terjadi diovarium,
cavum abdominal, canalis servikalis, dan intraligamenter. Karena itu kehamilan ektopik sering diklasifikasikan antara lain  
a) Kehamilan ektopik tuba, dibedakan menjadi :
 Kehamilan pars ampularis tuba (kasusterbanyak 55%)
 Kehamilan pars ishtmika tuba (25%)
 Kehamilan pars interstitialis tuba (2%)
 Kehamilan pars infundibulum tuba
b) Kehamilan ektopik di luar tuba, dibedakan menjadi :
• Kehamilan ovarial
• Kehamilan intraligamenter
• Kehamilan servikal
• Kehamilan abdominal
• Kehamilan heterotropik, kehamilan ganda dimana satu janin berada dikevum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik.
 Faktor Resiko
a. Faktor risiko ringan
1.Penggunaan kontrasepsi
2.Abortus
3.Terapi Infertilitas
4.Merokok
b. Faktor risiko sedang
Merupakan faktor resiko sedang untuk terjadinya kehamilan ektopik adalah operasi abdomen sebelumnya, walaupun peranan operasi abdomen dalam terjadinya
kehamilan ektopik belum jelas. Dalam satu penelitian, tidak ada peningkatan resiko kehamilan ektopik pada operasi sesar serta operasi ovarium. Tetapi pada penelitian
lain ditemukan bahwa kistektomi ovarium meningkatkan resiko kehamilan ektopik sebagai akibat dari pembentukan jaringan parut peritubal
c. Faktor risiko berat
1.Kerusakan tuba karenainflamasi, infeksi, dan operasi:
2.Infeksi Pelvis
3.Riwayat kehamilanektopiksebelumnya
 
 Manifestasi Klinis
 pendarahan pervaginam
 nyeri abdomen
 pembesaran uterus
 gejala lain: menggigil,pingsan dan palpitasi dari akibat hipertensi

 Komplikasi
• Pendarahan
• Syok
• Infeksi

 Patofisiologi
Sebuah ovum difertilisasi dibagian ampulla tuba, sehingga setiap hambatan perjalanan ovum kedalam rongga rahim memungkinkan
terjadinya kehamilan tuba.Mukosa tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya,
dimana vaskularisasi kurangbaik, dan desi dua tidak dapat tumbuh dengan sempurna. Pada kehamilan tuba, ovum yang difertilisasi dapat
tersangkut di bagian mana saja dari tuba Fallopii, sehingga bisa menyebabkan kehamilan ampulla, isthmus dan interstitial. Tetapi, ovum yang
difertilisasi jarang mengalami implantasi di fimbria. Ampulla adalah tempat yang paling sering, diikuti isthmus. Kehamilan interstitial terjadi
kira – kira tiga persen dari semua kehamilan tuba. Suatu kehamilan ektopikprimer dapat berlanjut menjadi kehamilan ektopik sekunder
sehingga mengakibatkan kehamilantubo-abdominal, tubo-ovarian, dan kehamilan intraligamenter.Karena tuba kekurangan lapisan sub
mukosa, ovum yang difertilisasi mendesak epitelium dan zigot melekat pada dinding muskularis. Hal ini terjadi karena pada bagian perifer
dari zigot sebuah kapsul secara cepat memproliferasi trofoblas yang menginvasi dan mengikis muskularis dan melemahkan dinding tuba.
Embrioatau fetus pada kehamilan ektopik sering tidak ada atau kecil karena kehamilanakansegera menekan fimbria (abortus tuba) atau terjadi
ruptur dinding tuba. Salah satu dari situasi ini akan menyebakan perdarahan intra-abdominal.
 Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian beberapa hal perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu : kondisi pasien pada saat itu, keinginan pasien mengenai fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi organ pelvik, kemampuan tekhnik bedah dokter dan kemampuan
tekhnologi yang ada. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salping ektomi pada kehamilan tuba
atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan salping ostomi atau reana stomosis tuba. Misalnya
dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salping ektomi.
Lanjutan….
C. Molahidatidosa
Molahidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembungkecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu
disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Hamil anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan abnormal
berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin sehingga terbentuk jaringan permukaan
membran (vili-vili) mirip gerombolan buah anggur.

 Etiologi
1. Faktor ovum
2. Imuno selektif dari trofoblas
3. Usia
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
5. Paritas tinggi
6. Defisiensi protein
7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya.

 Klasifikasi
a) Mola hidatidosa komplet (klasik)
Jika tidakditemukanjanin. Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi Dari sulitterlihatsehingga diameter beberapa centimeter.
2) Mola hidatidosain komplet (parsial),
Jika disertai janin atau bagian janin. Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin.
 
 Manifestasi Klinis
 pendarahan
 uterus membesar
 Tidak dirasakan gerakan janin
 mual dan muntah
 hiperemesis gravidarum
 embolisasi
 Patofisiiologi
Setelah ovum dibuahi,terjadi pembagian dari sel tersebut.Tidak lama kemudian terbentuk biastokista yang mempunyai lumen dan
dinding luar.Dinding ini terjadi atas sel-sel ekstoderm yang kemudian menjadi tropoblash. Sebagian vili berubah menjadi gelembung
berisi cairan jernih, biasa tidak ada janin. Gelembung-gelambung atau tesikel ukurannya bervariasi mulai dari yang mudah dilihat,
sampai beberapa sentimeter, bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Masa tersebut dapat tumbuh cukup besar
sehingga memenuhi cavum uteri. Pembesaran uterus sering tidak sesuai dan melebihi usia kehamilan. Pada beberapa khusus,
sebagian pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan
sampai aterm. Keadaan ini disebut mola parsial. Ada beberapa kasus pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan normal
sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang.
 Komplikasi
 Pendarahan hebat
 pendarahan yang berulang yang menyebabkan anemia
 Infeksi sekunder
 perforasi
 
 Penatalaksanaan
 Perbaikan Keadaan Umum
 Pengeluaran jaringan mala dengan cara kuretase dan histerektomi
 Pemeriksaan tindak lanjut
Pendarahan Kehamilan Lanjut
Perdarahan pada masa kehamilan lanjut yaitu perdarahan yang terjadi pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum
persalinan. Perdarahan tidak normal bila terdapat tanda-tanda seperti keluar darah merah segar atau kehitaman dengan berbau,
perdarahan banyak kadang-kadang/tidak terus menerus, perdarahan disertai rasa nyeri, perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta
previa, solusio plasenta, dan ruptur uteri.
A. Plasenta Previa
a) Defenisi Previa
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagaian dari ostium
uteri internum sehingga plasenta berada di depan jalan lahir (Maryunani dan Eka, 2013:136).
b) Etiologi plasenta previa
belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor risiko telah ditetapkan sebagai kondisi yang berhubungan dengan terjadinya
plasenta previa. Faktor risiko hamil usia tua, multiparitas, kehamilan ganda, merokok selama masa kehamilan, janin laki-laki,
riwayat 11 aborsi, riwayat operasi pada uterus, riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya dan IVF. C. Faktor resiko
Faktor risiko hamil usia tua, multiparitas, kehamilan ganda, merokok selama masa kehamilan, janin laki-laki, riwayat 11 aborsi,
riwayat operasi pada uterus, riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya dan IVF.
c) Faktor resiko
Faktor risiko hamil usia tua, multiparitas, kehamilan ganda, merokok selama masa kehamilan, janin laki-laki, riwayat 11 aborsi,
riwayat operasi pada uterus, riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya dan IVF.
d) Klasifikasi Plasenta previa
totalis Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum. Plasenta previa margnalis Plasenta previa
margnalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum. Plasenta previa letak rendah Plasenta previa
letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada
jarak lebih kurang 2 cm dari ostium internum.Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
e) Patofisiologi
Perdarahan terjadi
 Pembentukan SBR
 Cervix yang mulai mendatar
 Cervix yang membuka
f) Manifestasi klinis
 Terjadi pada akhir trumester-2 keatas
 Perdarahan Spontan dan tidak sakit
 Warna darah merah segar
 Perdarahan berulang
 Pada plasenta letak rendah perdarahan terjadi pada proses persalinan
 Bagian janin terbawah masih tinggi

g) Penatalaksanaan
 Pencegahan Plasenta Previa
 Multiparitas, merupakan salah satu factor penyebab bisa terjadinya plasenta previa
 Usia ibu tidak boleh lebih dari 35 tahun karena merupakan salah satu factor penyebab bisa terjadinya plasenta previa.
 mengetahui Riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
 mengetahui Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesaria (risiko meningkat seiring peningkatan jumlah seksio sesaria).
 USG dapat mengetahui hamil tunggal atau ganda (ukuran plasenta lebih besar pada kehamilan ganda).
 Tidak merokok (kemungkinan plasenta berukuran lebih besar karena rokok).
h) Komplikasi.
o Prolaps tali pusat
o Prolaps plasenta
o Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kuretas
o Robeka-robekan jalan lahir karena tindakan
o Perdarahan post partum
o Infeksi karena perdarahan yang banyak
o Bayi prematur atau lahir mati
o Anemia

B. Solusio Plasenta
 Defenisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasinya yang normal pada
lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.
 Etiologi
o Kategori sosio ekonomekonomi: mis: usia muda, primipara, single parent, pendidikan rendah, rekuren -
Kategori fisik: mis: Trauma tumpul, KLL, KDRT
o Kategori kelainan rahim: mis: Mioma uteri, uterus berseptum
o Kategori penyakit ibu: mis: hipertensi, kelainan pembekuan darah
o Kategori Sebab iatrogeni mis: perokok berat/ narkoba
 Faktor risiko Penyebab Terjadinya Solusio Plasenta Hipertensi atau tekanan darah tinggi. Faktor trauma (jatuh,
kena tendangan, dan lain-lain). Faktor usia. Leiomyoma uteri (uterine leiomyoma).
 Klasifikasi
o Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
o Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
o Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
 Patofisiologi
Solusio plasenta diawali oleh perdarahan ke dalam desidua hasalis. Desidua kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis
yang melekat ke miometrium. Akibatnya, proses ini pada tahap yang awal memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang
menyebabkan pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang berada didekatnya (Cunningham, 2001).
 Manifestasi klinis
o Pendarahan berwarna tua/ kehitaman
o Rasa nyeri perut dan uterus tergang
o Mudah terjadi gawat janin/ mati
o Fundus uteri lebih tinggi
o Keadaan ibu tidak sesuai dengan perdarahan
 Penatalaksanaan
o Batasi asupan kafein
o Berhenti merokok
o Harus mendapatkan perawatan kehamilan ( ANC ) secara rutin
o Jauhkan diri dari alkohol
 Komplikasi
o Anemia
o Syok pada ibu
o Gagal Ginjal
o Uterus COUVELAIRE
o Sindroma Sheehan
o Kematian janin

C. Ruptur Uteri
 Defenisi
Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan yaitu robeknya
dinding uterus pada saat kehamilan atau persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu.
 Etiologi
Disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang telah ada sebelumnya. Misalnya: trauma, Riwayat operasi, Proses
persalinan.
 Faktor risiko
trauma pada abdomen, riwayat sectio caesarea, atau penggunaan forceps saat persalinan.
 Klasifikasi
• Kerusakan atau rupture uterus yang telah ada sebelum hamil (dalam kehamilan)
• Pembedahan pada rupture
• Trauma uterus koinsidental
• Kelainan bawaan
• Sebelum kelahiran anak
• Cacat rupture
 Patofisiologi
pemisahan jaringan uterus dengan jaringan serosa secara spontan atau karena penyebab iatrogenik dan
traumatik. Hal ini menyebabkan isi rahim keluar dari rongga uteri dan masuk ke rongga peritoneum. Ketika ada
robekan, darah dan isi dari rahim akan mengisi ruang peritoneum sehingga menyebabkan aliran darah ke fetal
menjadi terganggu.
 Manifestasi klinis
o Kesakitan
o Perdarahan
o Penurunan Hb
o Penurunan tekanan darah
o Nadi cepat
o Anemis
o Palpasi sangat nyeri dan mudah teraba bagian janin
 Penatalaksanaan
perbaiki keadaan umum, atasi syok dengan pemberian cairan dan darah, berikan antibiotika, oksigen.

 Komplikasi Syok hipovolamik karena perdarahan hebat dan sepsis akibat infeksi.
o Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu : syok perdarahan, gagal ginjal, Kelainan pembekuan darah,
Mekanisme gangguan pembekuan darah
o Komplikasi yang dapat terjadi pada janin : fetal distress, Gangguan pertumbuhan/ perkembangan,
hipoksia, dan anemia.
Pendarahan Postpartum

 Defenisi
Persalinan adalah suatuu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melaluai vagina
kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan sat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antra 500-1.000
gr. persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 28-36 minggu dengan berat janin antara 1.000 -2.5000
gr.
Perdarahan pasca persalinana adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir. perdarahan
primer ( perdarahan pasca persalinan dini ) terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder
( perdarahan masa nifas ).
Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah persalinan
pervaginam.
 
 Etiologi
● Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir.
● Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
● Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan.
 Patofisiologi Perdarahan Post Partum
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah, didalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah
dalam stratum spongiosum, sehingga sinus-sinus maternalis, ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi,
pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan
terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan
yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah
perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
●  
● Klasifikasi Perdarahan Postpartum
○ Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam
pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri.
○ Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam
pertama kelahiran. Perdarahan postpartum 13 sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan
rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
● Faktor Risiko
Faktor risiko PPP dapat ada saat sebelum kehamilan, saat kehamilan, dan saat. Faktor risiko selama kehamilan
meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat perdarahan postpartum, kehamilan ganda, plasenta previa, preeklampsia,
dan penggunaan antibiotik. Sedangkan untuk faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa anterior, plasenta
previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37⁰C, korioamnionitis, dan retensio plasenta (Briley etal., 2014).
Risiko perdarahan akan meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pada wanita dengan indeks massa
tubuh lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2% dengan persalinan normal.
 Manifestasi klinis
perdarahan terus menerus dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek ditandai dengan
perubahan tanda-tanda vital seperti denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah
menjadi pucat dan dingin, nafas sesak, terengah-engah, berkeringat, dan akhirnya koma bahkan sampai meninggal.
Gambaran perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi dan tekanan darah untuk
mengalami perubahan besar sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyakdarah tersebut
menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekana darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas
dingin, dan lain-lain (Nurhayati, 2019).

● Komplikasi Perdarahan Post Partum


Syok, KID, Sindrom Sheesan ( nekrosis hipofisis pars anterior ) adalah kehilangan darah berlebihan yang dapat
menyebabkan beberapa komplikasi seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan cepat dan penurunan aliran darah.
Gejala-gejala ini dapat membatasi aliran darah ke hati, otak, jantung atau ginjal dan menyebabkan syok.
 Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
● Pencegahan : obati anemia dalam kehamilan. pada pasien dengan riwayat perdarahan pasca
persalinan sebelumya, persalinan harus bersalangsung di rumah sakit. jangan memijat dan
mendorong uterus kebawah sebelum plasenta lepas. berikan 10 unit oksitosinim setelah anak lahir
dan 0,2 mg ergometrin im setelah plasenta lahir.
● Penanganan : Tentukan apakah terdapat syok, bila ada segera berikan transfuse cairan, atau darah,
kontrol perdarahan dan berikan oksigen. bila ada keadaan umum telah membaik , lakukan
pemeriksaan untuk menentukan etiolagi.
Stroke Hemoragik
 Defenisi
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di dalam atau di sekitar otak pecah. Kondisi ini menyebabkan darah mengalir
ke dalam rongga di dalam tengkorak, bukan ke jaringan otak. Akibatnya, tekanan di dalam kepala meningkat dan jaringan otak
mengalami kerusakan.

 Faktor risiko stroke hemoragik


Stroke hemoragik dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi risiko terjadinya kondisi ini meningkat seiring pertambahan
usia. Stroke hemoragik juga lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.
Di samping itu, ada faktor risiko lain yang dapat memicu stroke hemoragik, seperti:
● Kebiasaan merokok
● Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
● Konsumsi obat antikoagulan atau pengencer darah, seperti warfarin
● Penggunaan obat-obatan terlarang atau NAPZA
● Pola makan yang tidak sehat
● Kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi, misalnya gagal ginjal kronis dan eklamsia
● Waktu tidur yang berlebihan, atau gangguan tidur seperti sleep apnea
● Kondisi genetik yang menyebabkan dinding pembuluh darah lemah dan mudah pecah, seperti sindrom Ehler-Danlos
 Etiologi
Etiologi stroke dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu iskemik dan hemoragik. Pada stroke iskemik, etiologi stroke dapat berupa
plak arterosklerotik dan emboli yang berasal dari jantung atau bukan dari jantung.
Pada stroke hemoragik, stroke dapat terjadi disebabkan oleh pecahnya aneurisma, adanya malformasi arterio-venosa, serta adanya trauma
pada kepala.
Stroke iskemik disebabkan oleh aliran darah yang terhenti yang dapat disebabkan oleh emboli, thrombosis, atau hipoperfusi. Stroke
iskemik dibagi berdasarkan penyebab, yaitu stroke arterotrombotik, stroke emboli, dan stroke lakunar.
 Patofisiologi
Patofisiologi stroke melibatkan gangguan fungsi otak yang berkembang cepat. Stroke dapat disebabkan oleh proses iskemia ataupun
perdarahan otak. Stroke Iskemik, Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan cerebral blood flow (CBF) yang menyebabkan suplai
oksigen ke otak berkurang.Jaringan serebro vaskular yang terjadi pada keadaan iskemia.
 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke biasanya dimulai dengan penanganan akut dalam kondisi emergensi dan dilanjutkan dengan rehabilitasi pasien
jangka panjang. Selain itu, pemilihan jenis terapi juga dilihat dari waktu masuk layanan kesehatan dan onset dari stroke. Stroke memiliki
jendela terapi 3-6 jam.
Beberapa hal yang harus dilakukan pada kasus stroke akut adalah:
● Lakukan intubasi bila pasien tidak sadar atau Glasgow Coma Scale di bawah 8. Pastikan jalan napas pasien aman jika intubasi tidak dapat
dilakukan
● Jika pasien mengalami hipoksia (saturasi oksigen di bawah 94%), berikan oksigen. Mulai dari pemberian 2 liter per menit menggunakan 
nasal kanuldan tingkatkan hingga 4 liter per menit sesuai kondisi pasien
● Dapat dilakukan elevasi kepala 30 derajat, tetapi penelitian terbaru mempertanyakan posisi kepala mana yang lebih baik. 
 Komplikasi
1. Edema otak
2. Pneumonia
3. Infeksi saluran kencing
4. Kejang
5. Penggumpalan darah
Gangguan Pembekuan darah pada masa Kehamilan
 Defenisi gangguan pembekuan darah
Pembekuaan darah mempunyai bahasa medis, yaitu thrombophilia. Kondisi ini bisa terjadi pada siapapun
termasuk ibu hamil. Thrombophilia merupakan merupakan kondisi di mana darah ibu hamil kekurangan cairan
dan mengandung protein ACA (Anticardiolipin Antibody) yang tinggi.
 Etiologi
kurangnya pasokan nutrisi dan oksigen dalam tubuh sehingga mengakibatkan pengumpalan darah.
Penyebab lainnya juga seperti pola makan yang tidak sehat dan kelebihan kadar anticardiopilin antibodi
(kelainan pengentalan darah)
 Faktor risiko
- trombosit tungkai
- pengumpulan darah diplasenta
- keguguran
- stroke dan gangguan pembuluh darah
 Komplikasi
menurut Daniel Roshan, MD, seorang spesialis obat untuk janin dan dokter kandungan di new york city
“komplikasi dari pengentalan darah di organ vital mengakibatkan emboli paru yang bisa mengakibatkan
kematian”
Referensi
● Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilanmuda. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T.
IlmuKebidananSarwonoPrawirohardjo.EdisiKeempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2009;459-91
● Bobak, dkk (2004). Buku Ajar KeperawatanMaternitas. Edisi 4. EGC. Jakarta, hal: 106-122; 143
● Manuaba, IBG (1998). IlmuKebidanan, PenyakitKandungan dan KB. EGC. Jakarta, hal: 106-110; 125-126;
128-130; 133.
● Prawirohardjo S. IlmuKebidanan. Edisikeempat. Cetakanketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka
SarwonoPrawirohardjo; 2011
● Fadlun, dkk. 2011. AsuhanKebidananPatologis. Jakarta :SalembaMedika
● Sinclair constance,2010. Buku saku kebidanan.EGC : Jakarta.
● Reader Martin,2002. Keperwatan maternitas.EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai