Anda di halaman 1dari 33

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

1
PROFIL INDONESIA

Populasi : Kurang lebih 230 juta penduduk Jumlah Etnis / Suku Bangsa : Lebih dari 200 Etnis / Suku Bangsa
Musim : Musim Panas dan Musim Penghujan Jumlah Bahasa Daerah : 583 Bahasa daerah
Jumlah Pulau / Kepulauan : 17.583 Agama : Islam (98%), Protestan + Katholik +
Jumlah Sungai : 500 sungai besar dan sungai kecil Hindu + Budha (2%)
(30% diantaranya melintas di wilayah Struktur Pemerintahan
padat penduduk) Pemerintah Pusat : - Presiden & Wakil Presiden + Kabinet
Jumlah Hutan : Merupakan hutan tropis ketiga terbesar Pemerintah Daerah : - Propinsi (Gubernur) : 33
di dunia - Kabupaten / Kota (Bupati / Walikota) :
Jumlah Gunung Berapi : Lebih dari 500 gunungapi 325
(128 diantaranya masih aktif) - Desa / Kelurahan :  33.000

2
UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2007
Tujuan Penanggulangan Bencana :
Disamping untuk melindungi masyarakat dari ancaman
bencana dan menyelaraskan dengan berbagai peraturan
perundang-undangan yang ada, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 juga bertujuan untuk :
“membangun sistem penanggulangan bencana secara
terencana, terkoordinasi dan menyeluruh dengan tetap
menghargai budaya lokal, membangun kemitraan publik dan
swasta, mendorong kesetiakawanan dan kedermawanan,
serta menciptakan perdamaian dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara”.

3
4
SISTEM NASIONAL PB
adalah sistem pengaturan yang
menyeluruh tentang kelembagaan,
penyelenggaraan, tata-kerja dan
mekanisme serta pendanaan dalam
penanggulangan bencana, yang
ditetapkan dalam pedoman atau
peraturan dan perundangan.

5
Sistem Nasional
Penanggulangan Bencana

Komponen:
 Legislasi

 Kelembagaan

 Perencanaan

 Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi
 Pendanaan

 Penyelenggaraan

66
LEGISLASI
Peraturan Perundangan
 Nasional:
◦ Undang-undang Nomor 24/2007
◦ Peraturan Pemerintah
 Penyelenggaraan PB (PP No. 21 Tahun 2008)
 Pendanaan dan Pengelolaan bantuan (PP No. 22 Tahun 2008)
 Peran Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah (PP
No. 23 Tahun 2008)
◦ Peraturan Presiden
 Pembentukan BNPB (PERPRES No. 8 Tahun 2008)
 Permendagri No. 46 Tahun 2008
 Daerah:
◦ Peraturan Daerah
 Pembentukan BPBD

77
KELEMBAGAAN
BNPB-BPBD
 Suatu lembaga pemerintah non-departemen yang
dipimpin oleh seorang Kepala setingkat Menteri.
 Dasar pembentukan:
◦ UU Nomor 24 Tahun 2007
◦ Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
◦ Permendagri No.46 Tahun 2008
 Harus : Utuh, Fungsional dan Berdaya

8
Visi dan Misi BNPB
 Visi
◦ Ketangguhan bangsa menghadapi bencana
 Misi
◦ Melindungi bangsa dari ancaman bencana melalui pengurangan
risiko.
◦ Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal
◦ Menyelenggarakan penanggulangan bencana yang terencana,
terpadu dan terkoordinasi dalam mengerahkan seluruh potensi
sumberdaya, masyarakat dan swasta.

9
PERENCANAAN PB
 Pemaduan PB dalam Perencanaan Pembangunan (Nasional /
Daerah)
◦ PB dalam RPJP (D), RPJM (D) dan RKP (D)
◦ Penyusunan Rencana Aksi
 Perencanaan PB
◦ Rencana PB (DM Plan)
◦ Rencana Kedaruratan (Emergency Plan)
◦ Rencana Kontinjensi (Contingency Plan)
◦ Rencana Operasi (Operation Plan)
◦ Rencana Pemulihan (Recovery Plan)

1
10
0
IPTEK
 Pendidikan dan Pelatihan
◦ Memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum
sekolah
◦ Membuka program studi “disaster management” di perguruan
tinggi
◦ Melakukan pelatihan manajer dan teknis
◦ Mencetak tenaga profesional dan ahli PB
 Penelitian dan pengembangan Iptek Kebencanaan
◦ Pemahaman karakteristik ancaman/hazard dan teknologi
penanganannya
 Penerapan Teknologi Penanggulangan Bencana, contoh:
◦ Pemetaan dan Tataruang
◦ Deteksi dini/EWS (gunungapi, Tsunami, Banjir, Tanah
Longsor,dll)
◦ Bangunan Tahan Gempa/building code (PU)

1
11
1
PENDANAAN
 Dana DIPA (APBN/APBD)
◦ untuk mendukung kegiatan rutin dan operasional
lembaga/departemen terutama untuk kegiatan
pengurangan risiko bencana
 Dana Contingency
◦ untuk penanganan kesiapsiagaan
 Dana Siap Pakai (on call)
◦ untuk bantuan kemanusiaan (relief) pada saat terjadi
bencana atau pada saat dinyatakan kondisi darurat
 Dana Bantuan Sosial berpola Hibah
◦ Dana yang dialokasikan untuk bantuan pasca bencana di
daerah
 Dana yang bersumber dari masyarakat

1
12
2
PENYELENGGARAAN PB
Politik
Perencanaan
Situasi Tidak Pencegahan
Ada Bencana Pengurangan Risiko
Pendidikan
Pelatihan
Penetapan
Prabencana Penelitian
Kebijakan Penaatan Tata Ruang
Pembangunan Situasi Terdapat Mitigasi
Potensi Bencana Peringatan Dini
Kesiapsiagaan
Pentahapan

Ekonomi
Kajian Cepat
Sosial

Status Keadaan Darurat


Saat Tanggap Penyelamatan & Evakuasi
Darurat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Perlindungan
Pemulihan
Prasarana dan Sarana
Rehabilitasi
Sosial
Ekonomi
Pascabencana
Kesehatan
Rekonstruksi
Kamtib
Lingkungan
Lingkungan
1
13
3
PERUBAHAN PARADIGMA PB

1. Reaktif, responsif 1. Preventif, antisipatif


2. Penanganan darurat 2. Pengurangan risiko
bencana
3. Prakarsa Pemerintah
3. Desentralistik
4. Sektoral
4. Tanggungjawab semua
5. Sentralistik unsur/pihak
6. Tanggungjawab 5. Multi-sektor
Pemerintah 6. Tanggungjawab semua
pihak/masyarakat.

1
4
Pengertian
PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN BENCANA

Adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan


kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi.
(UU 24/ 2007 Ps. 1 ayat 5)

1
5
Kegiatan Penyelenggaraan PB

Pra Pasca
Tanggap Darurat
Bencana Bencana

1. Pada tahapan pra-bencana, kegiatan di bidang ”pencegahan


dan mitigasi” menempati porsi terbesar.
2. Pada saat terjadi bencana, kegiatan di bidang ”tanggap
darurat” menempati porsi/peran lebih besar.
3. Pada tahapan pasca-bencana, kegaitan di bidang ”rehabilitasi
dan rekonstruksi” menempati porsi lebih besar.

1
6
Sistem Komando pada Proses Penanganan Darurat ke Pasca-Bencana

 Situasi tidak Saat Tanggap Darurat


terdapat •Rehabilitasi
potensi bencana •Rekonstruksi

 Situasi terdapat Incident Command System


potensi bencana
BENCANA

Periode
Panik
Periode
Darurat Periode
Terkendali Darurat
Lanjutan
Kaji Transisi/ Periode
Pemulihan Darurat
Cepat (Early Recovery) Rehabilitasi &
Rekonstruksi

PRA- SAAT KEJADIAN PASCA-


BENCANA BENCANA BENCANA

Koord & Pelaksana Koord, Komando & Pelaksana Koord & Pelaksana
1
7
- Koordinasi
- Pelaksana` Komando
-Koordinasi
- Pelaksana
Pencegahan
• Mitigasi Tanggap Darurat
• Kesiapsiagaan • Rehabilitasi
• Rekonstruksi
RUTIN
Dana Kontinjensi Dana Siap-Pakai / On-Call Bantuan Pola Hibah

SEBELUM PADA SAAT SETELAH

Pra-Bencana Tanggap Pasca-Bencana


Darurat

UU No. 24 Tahun 2007, ps. 27. 1


8
RELIEF Pemulihan Dini

Rekonstruksi

Krisis

HUMANITARIAN Pemulihan
Kemandegan
Hilang momentum
Ketimpangan penyelesaian
pengulangan kerentanan
Ketergantungan
Terlupakan
dll

Fase Transisi
1
9
RELIEF Pemulihan Dini

Rekonstuksi
Terfokus
Ketangguhan
Krisis Kemandirian
Pengurangan risiko
komprehensif
Bantuan Rehabilitasi
Kelancaran transisi
keberlanjutan
Dll.

HUMANITARIAN Pemulihan
Kemandegan
Hilang momentum
Ketimpangan penyelesaian
Pekerjaan awal/foundaitonal pengulangan kerentanan Pembangunan
Kearah pemulihan
Pemulihan fungsi pemerintahan Ketergantungan
pemrograman Terlupakan
Dll.

Fase Transisi
2
0
PRA- SAAT KEJADIAN PASCA-BENCANA
BENCANA BENCANA

Incident Coommand System


BENCANA
Transisi

Periode
Panik
Periode
Darurat
Terkendali Periode
Darurat Pemulihan
Dini
Lanjutan (Early
Recovery)
Periode
Rehabilitasi &
Rekonstruksi

Pencegahan, Mitigasi & Tanggap Darurat Pemulihan Pasca-Bencana


Kesiapsiagaan

2
1
REHABILITASI
Perbaikan dan pemulihan semua
aspek layanan publik/masy.
sampai tingkat memadai.

Sasaran utama : normalisasi/berjalannya secara wajar


berbagai aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat
seperti pada kondisi sebelum terjadinya bencana.

(UU. No. 24 Th 2007, ps. 57, 58).

2
2
Kegiatan Rehabilitasi
- perbaikan lingkungan
- perbaikan sar-pras umum
- bantuan perbaikan rumah masyarakat
- pemulihan sosial psikologis
- pelayanan kesehatan
- rekonsiliasi dan resolusi konflik
- pemulihan sos-ek-bud
- pemulihan keamanan dan ketertiban
- pemulihan fungsi pemerintahan
- pemulihan fungsi pelayanan publik.
( UU. No. 24 Tahun 2007 Ps. 57, 58 dan
PP No. 21/ 2008 ps. 56)

2
3
Kegiatan Rekonstruksi
- pembangunan kembali prasarana dan sarana
- pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
- pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
- penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan lebih baik dan tahan bencana
- partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,

dunia usaha dan masyarakat


- peningkatan kondisi sosial-ekonomi-budaya
- peningkatan fungsi pelayanan publik dan
- peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat

( UU. No. 24 Th 2007 ps. 57, 59 dan PP no. 21/ 2008 ps. 75)

2
4
2
5
Pola – 1 : Badan Ad Hoc (BRR Aceh & Nias)

 Gempabumi & tsunami di Aceh, 26 Desember 2004.


 Dibentuk badan Ad Hoc oleh Presiden (BRR untuk Aceh &
Nias).
 Terdiri dari unsur pemerintah & non-pemerintah.
 Berorientasi proyek (16 April 2005 – 16 April 2009).
 Waktu : 4 tahun
 Mekanisme :
- BRR mengelola sendiri anggaran.
- Dana berasal dari dalam negeri dan masy. Internasional.
- BRR melaksanakan rehabilitasi & rekonstruksi.
- Bertangungjawab langsung kepada Presiden.
 Dampak : marginalisasi solidaritas sosial.

2
6
Pola – 2 : Subsidi Pemerintah Pusat
 Bencana di beberapa Provinsi ( 2005, 2006 dan 2007 ).
 Penanganan pemulihan oleh Pemerintah Pusat.
 Dana diberikan langsung ke daerah bencana.
 Mekanisme :
- Rehabilitasi & rekonstruksi direncanakan oleh Pemerintah
Daerah dan diusulkan ke Pemerintah Pusat.
- Pemerintah Pusat (lintas sektor) melakukan verifikasi usulan
ke daerah bencana.
- Penetapan sementara alokasi anggaran.
- Pengusulan usulan alokasi kepada Menteri Keuangan.
- Menteri Keuangan mengirim surat ke DPR untuk persetujuan
alokasi anggaran.
- PEMDA melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi.
- Monitoring & evaluasi rehabilitasi & rekonstruksi, s.d.
100% selesai (lintas sektor dari Pemerintah Pusat).
 Dampak : ketergantungan kepada Pemerintah (kadang-kadang
mengada-ada).

2
7
Pola – 3 : Pemberdayaan Masyarakat-1
(Yogyakarta & Jawa Tengah)
 Gempa-bumi, 27 Mei 2006 din Yogyakarta dan Jawa Tengah.
 Pemerintah Pusat membentuk Tim Teknis Nasional (ad-hoc team)
dengan KEPPRES 9 / 2006).
 Waktu rehab & rekon : 2 tahun
 Penyaluran dana :
- Tim Asistensi Provinsi menggunakan dana bantuan Pemerintah
langsung kepada masy/korban bencana dengan fokus pada rehab
& rekons rumah penduduk.
 Kebijakan umum:
- “Kebijakan satu pintu” dalam rehab & rekon.
- Rekonstruksi memberdayakan dan partisipasi masy.
- Dana bantuan Pemerintah Pusat :
* Anggaran berasal dari Pem. Pusat, Pemda dan masyarakat.
* Dana dari masyarakat donor sebagai “gap filler”.
 Dampak: pulihnya solidaritas sosial

2
8
Pola – 4 : Pemberdayaan Masyarakat - 2
(Bengkulu & Sumatera Barat)

 Gempa bumi Bengkulu & Sumatera Barat, 12 & 13


September 2007.
 Pemprov membentuk tim teknis (ad-hoc) dengan Keputusan Gub.
 Waktu pelaks. program : 2 tahun ( 2007-2009 ).
 Mekanisme :
- Dana bantuan Pemerintah diserahkan ke Pemprov.
- Pemprov menyerahkan ke Pemda Kab/Kota.
- Pemda Kab/Kota menyampaikan kepada masy. korban
bencana, dengan fokus pada rehab & rekons perumahan
penduduk dan infrastruktur.
 Rehab & rekons mengikuti pola yang diterapkan di Yogyakarta & Jawa
Tengah dengan memprioritaskan “kearifan lokal”.
 Dampak : belum optimal karena perbedaan kultur (sosial budaya).

2
9
Keuntungan Kerugian
- Masy tidak terlibat aktif dalam program/
POLA -1 - Ketersediaan anggaran dan kegiatan rehabilitasi & rekonstruksi.
(BRR Aceh) dikelola oleh BRR. - Berorientasi proyek.
- Rehabilitasi & rekonstruksi sebagian besar
dilaksanakan oleh pihak ketiga.

POLA-2 - Dana disiapkan Pemerintah dan - Tidak semua daerah/lokasi menerima bantuan
(Subsidi) disalurkan melalui Pemda Kab/ Pemerintah, karena keterbatasan dana Pemerintah.
Kota/Dinas terkait.

POLA - 3 - Masy lokal aktif terlibat dalam - Dana diserahkan langsung kepada masy./korban
(Yogya & program rehabilitsi dan bencana melalui Nomor Rekening Korban sehingga
Jateng) rekonstruksi. sering menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaan.

POLA – 4 - Implementasi rehabilitasi dan - Sebagian besar masy/korban bencana mengingin-


(Bengkulu & rekonstruksu mengikuti kan bantuan secara merata.
Sumatera peraturan pemerintah sejalan - Terlalu lama masy korban bencana menunggu
Barat) dengan anggaran pemerintah. turunnya dana bantuan pemerintah, disebabkan
- Bantuan pemerintah diserahkan Pemda Kab/Kota ragu-ragu dalam mendistribusi-
kepada korban bencana melalui kan bantuan, dan menunggu mekanisme/
lembaga kebencanaan daerah peraturan penggunaan dana rehabilitasi dan
(Provinsi & Kab/Kota). rekonstruksi.

3
0
KEBIJAKAN REHABILITASI &
REKONSRUKSI
 Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam masa pasca bencana bertanggung
jawab memulihkan kondisi dan melindungi masyarakat dari
dampak bencana.
 Rehabilitasi dan Rekonstruksi dilaksanakan secara terpadu dan
terkoordinasi dengan melibatkan semua unsur pemerintah,
swasta dan masyarakat.
 Pemerintah dan atau pemerintah daerah bertanggung jawab
untuk mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana
secara memadai dalam APBN / APBD.
 Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan oleh satuan
kerja pemerintah daerah dan atau instansi / lembaga terkait di
daerah dengan melibatkan BPBD yang dikoordinasikan oleh
kepala BNPB.

3
1
STRATEGI REHABILITASI &
REKONSTRUKSI

 Melaksanakan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dengan


membuat prioritas berdasarkan analisis kerusakan/kerugian akibat
bencana.
 Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi melalui kelompok masyarakat dengan memperhatikan
aspek kesetaraan dalam hal hak dan kewajiban.
 Masyarakat korban bencana bertanggung jawab dalam membangun
kembali tempat tinggalnya, Pemerintah/Pemerintah Daerah memberikan
dukungan dan fasilitasi.
 Membangkitkan dan mengembangkan modal sosial (social capital) dalam
rangka meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana.
 Pemberian bantuan dana dari Pemerintah kepada Pemerintah
Daerah dilaksanakan secara proporsional setelah dilakukan
verifikasi oleh tim antar departemen yang dikoodinasikan oleh
Kepala BNPB (sebagaimana rekomendasi hasil “ dengar pendapat “
DPR RI tanggal 25 Juni 2008, yang saat ini program dan
anggarannya tersebar di Kementrian/Lembaga lain).

3
2
33 3
3

Anda mungkin juga menyukai