In
di ruas jalan Pasar Jumat
si
egt
ra
r
te g
as
i
In
asi
Int
egr
Pelayanan
eg
Int
ras
Informasi
Sistem
Pembayaran
2
KONDISI EKSISTING RUAS JALAN PASAR JUMAT
Jumat
Kondisi Perkerasan
1. Lebar efektif ruas Jl. Pasar Jumat untuk 4 lajur – 2 arah – terbagi atau 4/2 D adalah 3,5 meter
untuk setiap arahnya,
2. Masing-masing untuk arah timur dan barat. Jenis perkerasan jalannya adalah jenis
perkerasan lunak atau aspal dengan kondisi jalan yang datar dan rata atau tidak bergelombang.
3. Terdapat jalanan yang tergenang air dan titik yang berlubang. Dari pemantauan juga diketahui
bahwa sebagain besar marka jalan tersedia dengan kondisi yang masih baik, yaitu dengan
warna yang masih jelas dan dapat dilihat dengan baik oleh pengguna ruas jalan.
KONDISI EKSISTING RUAS JALAN PASAR JUMAT
Jumat
1.Penerangan jalan tersedia dalam jumlah banyak serta berfungsi dengan baik dan tidak
terhalang rimbunan pohon
2. Ruas Jl. Pasar Jumat memiliki penerangan yang cukup di malam hari. Rambu lalu lintas juga
tersedia dalam keadaan baik, yaitu dapat terlihat jelas oleh pengguna jalan\
3. Sebagian besar rambu lalu lintas ini menunjukkan arah daerah atau kawasan yang dapat
ditempuh dengan menggunakan ruas Jl. Pasar Jumat.
4. Jl. Pasar Jumat yang menghubungkan kawasan Kota Tangerang Selatan, Kota Jakarta Selatan,
bahkan dapat tembus hingga Kota Depok. Selain itu, lampu lalu lintas juga tersedia dalam
keadaan baik meski belum dapat membantu mengatur arus lalu lintas secara signifikan
KONDISI EKSISTING RUAS JALAN PASAR JUMAT
Kondisi Hambatan Samping
Hambatan samping pada ruas Jl. Pasar Jumat termasuk dalam kategori tinggi
1. Angkot mendominasi kegiatan hambatan samping ini, berbanding lurus dengan jumlahnya yang banyak mengingat kawasan
Jl. Pasar Jumat merupakan kawasan dengan simpul transportasi besar yang menyediakan layanan berbagai moda
transportasi umum untuk menuju ke kawasan lainnya seperti Bogor, Depok, dan Tangerang Selatan
2. Sebagai simpul transportasi besar juga menyebabkan tingginya kegiatan pedagang kaki lima (PKL) yang menjajakan
jualannya dan pergerakan pejalan kaki
2. Dana ERP dapat - UU No. 22 tahun 2009 jo PP No. 32 tahun 2011 jo PP No. 92 tahun 2012 menegaskan
dikelola oleh Badan atau bahwa pengendalian kendaraan bermotor hanya dapat dikenakan retribusi, hal ini “menutup”
lembaga khusus dan tidak kemungkinan skema pengelolaan dana pembatasan lalu lintas dengan ketentuan lainnya,
hanya oleh Pemerintah misalnya dengan menerapkan PNBP;
Daerah; - Penerapan ERP oleh pemerintah daerah masing-masing, harus tersedia pedoman, baik dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan ataupun petunjuk teknis/pelaksanan untuk
penyelenggaraan ERP sehingga tercipta harmonisasi disetiap daerah
3. Pembatasan kendaraan - UU No. 22 tahun 2009 dan PP No. 32 tahun 2011 menetapkan pembatasan kendaraan
Hukum dapat diterapkan di jalan dengan pengenaan retribusi hanya dapat diterapkan dijalan daerah, padahal untuk
nasional menciptakan kelancaran berlalu lintas penerapan ERP juga seharusnya dapat diterapkan
dijalan-jalan nasional, khususnya jalan yang menjadi penghubung ke daerah sekitar Jakarta,
seperti Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi;
4. Sepeda motor dapat - UU No. 22 tahun 2009 jo PP No. 32 tahun 2011 jo PP No. 92 tahun 2012 menegaskan
dikenakan retribusi lalu bahwa sepeda motor dikecualikan dari retribusi pengendalian kendaraan bermotor. Hal ini
lintas berarti bahwa ERP tidak dapat diterapkan pada pengguna sepeda motor;
5. Skema kerjasama ERP - Pasal 5 PerPres 38/2015 jo Pasal 3 Peraturan Bappenas 2/2020:
dapat dilakukan melalui - Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) adalah skema kerjasama antara
KPBU atau kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam menyediakan infrastruktur untuk kepentingan umum
investasi - Infrastruktur transportasi sarana dan/atau prasarana angkutan massal perkotaan dan lalu
lintas termasuk terminal dan/atau Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit (Transit
Oriented Development)
- Infrastruktur jalan, antara lain: l) jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal; 2) jalan tol; 3)
jembatan tol; 4) jembatan non tol; dan/ atau 5) penerangan jalan umum
Indikator Transportasi Penilaian Penerapan Electronic Road Pricing (ERP)
Aspek/Dimensi Indikator Hasil Analisis
1. Ketersediaan moda Diperlukan integrasi antar moda transportasi, baik BRT, non-BRT, kendaraan berbasis rel dan
transportasi umum yang angkutan umum lainnya yang memiliki SPM pada kawasan yang menerapkan kebijakan jalan
terintegrasi berbayar. Sehingga, dapat meminimalisir dampak sosial dan menambah pilihan moda transportasi,
sehingga memudahkan masyarakat dalam bermobilisasi
2. Pengadaan dan Perlunya pengadaan dan peningkatan fasilitas pejalan kaki, karena berjalan kaki merupakan
peningkatan fasilitas pergerakan paling dasar dalam perpindahan antar moda transportasi umum. Sehingga, diperlukan
pejalan kaki pengadaan fasilitas pejalan kaki dan peningkatan kualitas untuk fasilitas yang ada sesuai dengan
panduan yang telah dikeluarkan oleh banyak pihak berdasarkan studi dan benchmarking dari
wilayah lain
3. Kerja sama dan Diperlukannya kerja sama dan kesepahaman dengan pihak Kepolisian, Kementerian dan dinas
kesepahaman antar pihak terkait mengenai penerapan kebijakan jalan berbayar nantinya. Terutama mengenai kepemilikan
kendaraan
4. Ketersediaan integrasi Diperlukannya integrasi teknologi yang mempertimbangkan kemudahan adaptasi, tingkat akurasi
teknologi dan dapat diterapkan di berbagai daerah, serta tidak tergantung pada teknologi tertentu
5. Ketersediaan teknologi Diperlukannya teknologi yang secara komprehensif dapat digunakan untuk fungsi lain seperti
yang komprehensif mengawasi kendaraan Over Dimension Over Loading agar kondisi jalan dapat berada dalam
Transportasi keadaan optimum dan dalam waktu yang relatif lama
6. Ketersediaan Standar Perlu adanya Standar Pelayanan Minimum (SPM) dari pengelola ERP agar standar pelayanan
Pelayanan Minimum kepada masyarakat dapat terpantau dan diperbaiki
(SPM) dari pengelola ERP
7. Pemberian sosialisasi Perlu disosialisasikan kepada masyarakat bahwa ERP adalah jalan berbayar yang dikenakan
kepada masyarakat kepada masyarakat karena menggunakan kendaraan pribadi atau biaya atas turut menyumbang
terhadap kemacetan
8. Pengembangan Penerapan kebijakan jalan berbayar (ERP) tidak luput dari pengembangan yang bersifat
berkelanjutan berkelanjutan, dimana pengelola terbuka dengan pilihan dan kemungkinan lain yang dapat
menjadi pertimbangan agar penerapan kebijakan ini menjadi lebih optimal dan tepat sasaran.
Diantara topik yang dapat dipetimbangkan adalah kendaraan sepeda motor juga dikenakan
kebijakan jalan berbayar dengan menimbang jumlah kendaraan sepeda motor yang semakin
bertambah dari tahun ke tahun, sehingga menyumbang lebih banyak emisi karbon dibanding
kendaraan lainnya. Serta lainnya adalah berakibat kepada tingginya tingkat kecelakan lalu lintas
terhadap pengendara dan pembonceng sepeda motor sebagai korban. Selain itu, diperlukan
Pendekatan Kawasan yang membahas penerapan ERP dengan pendekatan kawasan, tidak lagi
dengan penerapan pada ruas jalan tertentu yang tidak berkelanjutan.
Indikator Ekonomi dan Keuangan Penilaian Penerapan Electronic Road Pricing
Aspek/Dimensi Indikator (ERP) Hasil Analisis
1. Value for Money Dengan melihat pada empat komponen (sub indikator) sebagaimana
(merupakan diamanatkan dalam Permen PPN Nomor 2 Tahun 202, yaitu
indikator yang 1. Keunggulan sektor swasta dalam pelaksanaan KPBU termasuk
menunjukkan pengelolaan risiko.
apakah suatu 2. Terjaminnya efektivitas, akuntabilitas dan pemerataan pelayanan publik
proyek dalam jangka panjang.
infrastruktur lebih 3. Alih pengetahuan dan Teknologi.
baik menggunakan 4. Terjaminnya persaingan sehat, transparansi dan efisiensi dalam proses
Ekonomi dan skema KPBU atau pengadaan.
Keuangan sebaliknya) Maka pelaksanaan Electronic Road Pricing (ERP) menggunakan skema
(KPBU) KPBU adalah lebih baik ketimbang dilakukan oleh instansi pemerintah
secara mandiri.
2. Skema Berdasarkan pada hasil analisis, maka pelaksanaan KPBU pada ERP
Pendapatan KPBU Jabodetabek adalah lebih tepat bila menggunakan skema Availability
Payment (AP) ketimbang menggunakan skema User Charges
3. Kapasitas Fiskal Berdasarkan pada hasil analisis terhadap Pemkot Tangerang Selatan,
Daerah Pemkot Bogor, Pemkot Bekasi, dan Pemkab Bogor, maka ke-4 Pemda
tersebut memiliki kapasitas fiskal yang tergolong Tinggi / Sangat Tinggi. Hal
ini mendukung bagi penerapan KPBU menggunakan skema AP.
Catatan:
Penerapan kelayakan skema KPBU memerlukan dukungan yang kuat dari segi aturan hukum ERP
yang ada sesuai pada indikator Hukum penilaian penerapan ERP (Tabel Indikator Penilaian
Penerapan Electronic Road Pricing (ERP)
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK
TERIMA
KASIH
9