Anda di halaman 1dari 31

Wet Land Constructed

Phytoremediasi

SUMCO training & consulting


www.sumcorporation.com / www.sumcoindonesia.com

1
Wet Land Constructed

 Wetland merupakan area transisi antara tanah


dengan air. Konsep ini bisa terjadi secara
alami atau buatan salah satu tujuannya adalah
untuk mempertahankan air permukaan.
 Wetland membuat kondisi area tanah agar
tetap dalam keadaan basah, air mengalir lebih
lambat karena akar tanaman yang ada.

2
Manfaat Wet Land
1. Menaikkan kualitas air
2. Menyimpan air di saat hujan deras hingga banjir.
3. Me-recycle nutrisi yang ada dan material lainnya
4. Sebagai tempat habitat flora fauna kecil
5. Rekreasi pasif seperti untuk hoby fotography dan
melihat burung-burung
6. Active recreation seperti berburu
7. Education and research
8. Estetika taman

3
Keuntungan Wet Land Constructed

1. Biaya wetland lebih murah di bandingkan


model treatment lainnya.
2. Biaya operation dan perbaikan rendah
3. Sesekali di butuhkan biaya maintenance
seperti lab test.
4. Fluktuasi lebih di tolerir melalui model ini
5. Bisa di gunakan sebagai proses recycle dan
reuse.
4
Kekurangan Wet Land Constructed

1. Lahan yang di butuhkan besar dan luas


2. Quality kadang tidak konsisten
3. Tetap sensitif terhadap racun misalkan
ammonia dan pestisida
4. Jika ada polutan akan menurunkan qualitas

5
6
7
8
9
Peltrandra virginica

Sagittaria Lancifolia

10
Scirpus Pungens

Scirpus Validus

11
Iris Versicolor

Iris Versicolor

12
13
Typha Latifolia

Typha Angustifolia

14
Saururus Cernuus

Phalaris Arundinacea

15
Pontederia Cordata

Pragmithes Australis

16
17
Juncus Effusus

Eleocharis Palustris

18
Carex Spp

Nupar Luteum

19
Acorus Calamus

Zizania Aquatica

20
21
22
Komponen dalam Rawa Buatan
1. Substrat (tanah, pasir, kerikil, dll) dengan berbagai
tingkat konduktivitas hidrologis.
2. Tumbuhan yang dapat hidup dalam kondisi anaerob
di media yang jenuh dengan air atau tergenang air.
3. Genangan air (baik yang mengalir di atas atau di
bawah permukaan tanah).
4. Hewan yang bertulang belakang dan tidak bertulang
belakang.
5. Populasi organisme mikro aerob dan anaerob.

23
Wet land Process

1. Unit Wetland didahului dengan bak pengendap


untuk menghindari cloging pada media koral oleh
partikel-partikel besar.
2. Konstruksi berupa bak/kolam dari pasangan batu
kedap air dengan kedalaman ± 1 meter.
3. Kolam dilengkapi pipa inlet dan pipa berlubang
untuk outlet.
4. Kolam diisi dengan media koral (batu pecah atau
kerikil) diameter 5 mm s.d. 10 mm, setinggi/setebal
80 cm.

24
Wet land Process
5. Ditanami tumbuhan air dicampur beberapa jenis yang berjarak
cukup rapat, dengan melubangi lapisan media koral sedalam 40
cm untuk dudukan tumbuhan.
6. Dialirkan air limah setebal 70 cm dengan mengatur level
(ketinggian) outlet yang memungkinkan media selalu tergenang
air 10 cm dibawah permukaan koral.
7. Disain luas kolam berdasarkan beban BOD yang masuk per hari
dibagi dengan Loading rate pada umumnya untuk daerah tropis ±
40 kg BOD/Ha per hari.
8. Sistem pengolahan limbah denngan wetland disarankan hanya
untuk skala lingkungan maksimum 2000 jiwa dan perkantoran
atau gedung-gedung sekolah karena kebutuhan lahanya cukup
tinggi antara 1,25 m2/jiwa s.d. 2,5 m2/jiwa dibandingkan
fakultatif pond hanya 0,2 m2/jiwa s.d. 0,5 m2/jiwa atau hanya 1/5
dari kebutuhan lahan rawa buatan.

25
Phytoremediasi : Proses pemanfaatan tanaman
tertentu untuk membantu mengolah limbah

26
Proses Phytoremediasi
1. Phytoacumulation (phytoextraction) yaitu proses
tumbuhan menarik zat kontaminan dari media
sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan,
proses ini disebut juga Hyperacumulation
2. Rhizofiltration (rhizo = akar) adalah proses
adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar
untuk menempel pada akar. Proses ini telah
dibuktikan dengan percobaan menanam bunga
matahari pada kolam mengandung zat radio aktif di
Chernobyl Ukraina.
27
Proses Phytoremediasi
3. Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat
contaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin
terserap kedalam batang tumbuhan. Zat zat tersebut
menempel erat (stabil ) pada akar sehingga tidak
akan terbawa oleh aliran air dalam media.
4. Rhyzodegradetion disebut juga enhenced
rhezosphere biodegradation, or plented-assisted
bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-
zat kontaminan oleh aktivitas microba yang berada
disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan
bacteri.

28
Proses Phytoremediasi
5. Phytodegradation (phyto transformation) yaitu proses yang
dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan yang
mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang
tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih
sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu
sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau
di luar sekitar akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh
tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzym
berupa bahan kimia yang mempercepat proses degradasi.
6. Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat
contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi
larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk
selanjutnya di uapkan ke atmosfir. Beberapa tumbuhan dapat
menguapkan air 200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk
setiap batang.

29
Tanaman Phytoremediasi

 Anturium Merah/Kuning, Alamanda


Kuning/Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana
Presiden Merah/Kuning/Putih, Dahlia, Dracenia
Merah/Hijau, Heleconia Kuning/Merah, Jaka,
Keladi Loreng/Sente/Hitam, Kenyeri
Merah/Putih, Lotus Kuning/Merah, Onje
Merah, Pacing Merah/Putih, Padi-padian,
Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol
Merah/Putih, Spider Lili, dll.
30
Phytoremediation

31

Anda mungkin juga menyukai