Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan
dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya.
Kaidah Kalimat Efektif
Kesepadanan merupakan hubungan timbal balik antara subjek dan predikat, predikat dan objek
serta keterangan yang berfungsi menjelaskan bagian kalimat. Selain itu, kalimat efektif harus
mengandung kesatuan pikiran atau ide pokok.
Contoh kalimat efektif: Anisa menata ruang tamu tadi pagi
Contoh kalimat tidak efektif:
1. Menata kemarin Anisa ruang tamu.
2. Ruang tamu Anisa kemarin menata.
3. Menata Anisa kemarin tamu ruang.
4. Ruang tamu Anisa menata kemarin.
Kesepadanan dibagi sebagai berikut.
1. Subjek dan predikat hadir secara jelas dalam kalimat.
2. Konjungsi intrakalimat dan antarkalimat.
3. Gagasan pokok di awal kalimat.
4. Penggabungan “yang” serta “dan”.
5. Penggabungan “sebab” dan “waktu”.
6. Penggabungan “akibat” dan “tujuan”.
Subjek dan Predikat Hadir secara Jelas dalam
Kalimat
Subjek dan predikat harus ada dalam kalimat. Keberadaan subjek dapat diketahui dengan
pertanyaan apa atau siapa. Pertanyaan bagaimana atau mengapa dapat diterapkan untuk
mengetahui keberadaan predikat.
Contoh:
1. Warga menolak pembangunan pabrik.
2. Kampung kami berada di lereng Merapi.
Konjungsi Intrakalimat dan Antarkalimat
Penulis harus dapat menggunakan konjungsi secara tepat. Konjungsi intrakalimat harus
digunakan untuk menghubungkan klausa dalam satu kalimat. Sementara itu, konjungsi
antarkalimat digunakan untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain.
Sebaiknya gagasan pokok diletakkan di awal kalimat. Jika kalimat itu merupakan kalimat
majemuk, gagasan pokok sebaiknya diletakkan di induk kalimat.
Contoh:
1. Ia dipukul mati ketika masih dalam masa pelatihan.
2. Ia masih dalam masa pelatihan ketika dipukul mati.
Penggabungan yang serta dan
Kata yang dapat menghasilkan kalimat majemuk bertingkat, sedangkan kata dan akan
menghasilkan kalimat majemuk setara.
Dua kalimat dapat digabungkan menjadi satu kalimat dengan hubungan sebab dan waktu agar
lebih efektif. Hubungan sebab dapat dinyatakan dengan kata sebab dan karena, sedangkan
hubungan waktu dapat dinyatakan dengan kata ketika.
Contoh:
1. Gelombang tsunami melanda kampung itu.
2. Penduduk melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi.
3. Ketika gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri
ke tempat yang lebih tinggi.
4. Karena gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri
ke tempat yang lebih tinggi.
Penggabungan akibat dan tujuan
Dua kalimat dapat digabungkan menjadi satu kalimat dengan hubungan akibat dan tujuan agar
lebih efektif. Hubungan akibat dapat dinyatakan dengan kata sehingga, sedangkan hubungan
tujuan dapat dinyatakan dengan kata agar atau kata supaya.
Contoh:
1. Semua perintah telah dijalankan.
2. Para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
3. Semua perintah telah dijalankan sehingga para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
4. Semua perintah telah dijalankan agar para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
2. Kesejajaran Bentuk
Dalam kesejajaran bentuk ide atau gagasan ditempatkan sama penting dan sama fungsinya ke
dalam struktur atau bentuk dalam kalimat. Contohnya, jika suatu ide atau gagasan dalam suatu
kalimat dinyatakan dengan frasa, gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan frasa
pula.
Contoh kalimat tidak sejajar:
Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya sebab
pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.
Perbaikan:
Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan sebab
pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.
Contoh lain:
Sebuah perusahaan jasa pernah mengeluh bahwa sekali ia tampak bangkrut, langganan
terbaiknya pun mulai menunda-nunda pembayaran hutang, mengklaim kerusakan-kerusakan
pada barang yang dikirim, mengeluh akan keterlambatan pengiriman barang dan seribu satu
keluhan lainnya.
3. Penekanan dalam Kalimat
Setiap kalimat memiliki ide atau gagasan pokok yang ditonjolkan oleh penulis atau pembicara
dengan cara meninggikan nada suara (lisan) atau memosisikan kata atau kelompok kata di
awal kalimat (tulis).
Contoh:
1. Saya berharap pada pertemuan yang akan datang kita dapat menyelesaikan masalah itu.
2. Pada pertemuan yang akan datang harapan saya masalah itu dapat diselesaikan.
3. Masalah itu saya harap dapat diselesaikan pada pertemuan yang akan datang.
Urutan Logis
Suatu kalimat dapat memberitakan suau kejadian atau peristiwa yang bersifat kronologis atau
berurutan. Urutan peristiwa itu sebaiknya ditulis oleh penulis secara logis.
Pengulangan kata dalam kalimat bertujuan memberi penegasan. Meskipun demikian, penulis
perlu berhati-hati karena pengulangan kata dapat mengakibatkan pemborosan.
Contoh:
1. Kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang, seperti kemajuan kesadaran
politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berekonomi, kesadaran berkebudayaan,
dan kesadaran bernegara.
2. Pembangunan yang dilaksanakan saat ini harus memperlihatkan kesinambungan antara
pusat dan daerah serta kesinambungan antara pusat dan swasta.
4. Kehematan
Kehematan dilakukan dengan cara menghilangkan bagian kalimat yang dianggap tidak
diperlukan. Penghilangan dapat dilakukan terhadap kata ataupun frasa.
Kehematan dapat dilakukan untuk kasus-kasus berikut.
1. Pengulangan subjek kalimat
2. Hiponimi
3. Pemakaian kata depan dari dan daripada
4. Redundansi
5. Pleonasme
Pengulangan Subjek Kalimat
Penulis sering mengulang subjek kalimat pada kalimat majemuk. Pengulangan tersebut tidak
diperlukan karena mengakibatkan kalimat tidak efektif.
Contoh:
1. Mereka kecewa karena mereka tidak diberikan honor yang layak.
2. Mahasiswa memutuskan tidak jadi melakukan studi tur karena mereka mengetahui masa
ujian telah dekat.
Perbaikan:
3. Mereka kecewa karena tidak diberikan honor yang layak.
4. Mahasiswa memutuskan tidak jadi melakukan studi tur karena mengetahui masa ujian
telah dekat.
Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan antara makna spesifik dan makna generik atau antaranggota
taksonomi. Contohnya, anjing dan kucing merupakan hiponim dari hewan.
Contoh:
1. Korprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menghadiri sidang hari Senin lalu.
2. Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon.
Perbaikan:
3. Korprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menghadiri sidang Senin lalu.
4. Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon.
Pemakaian Kata Depan “dari” dan “daripada”
Kata dari digunakan untuk menunjukkan arah dan asal. Sementara itu, kata daripada
digunakan untuk menunjukkan perbandingan.
Contoh:
1. Sekar berangkat dari Magelang pukul 06.00 WIB.
2. Fahmi berasal dari Mojokerto.
3. Kota ini lebih asri daripada kotaku.
Contoh yang tidak tepat:
4. Anak daripada Bapak Amir akan menikah.
5. Kemenangan ini merupakan kemenangan daripada masyarakat Indonesia.
Catatan
Kata daripada ditulis serangkai meskipun secara terpisah terdapat kata dari dan kata pada
yang pada ejaan terdahulu lazim digabung menjadi frasa dari pada. Frasa dari pada tidak
relevan karena sudah ada kata daripada.
Demikian pula, kata keluar ditulis serangkai meskipun secara terpisah terdapat kata ke dan
kata luar yang dapat membentuk frasa ke luar. Frasa ke luar tidak relevan lagi karena sudah
ada kata keluar.
Prinsipnya adalah jika suatu ungkapan dapat ditulis dalam satuan yang lebih kecil,
penulisan ungkapan tersebut dalam satuan yang lebih besar tidak relevan lagi.
Redundansi
Pleonasme merupakan gaya bahasa untuk menegaskan suatu hal. Untuk menunjukkan
penegasan tersebut, penulis sering memberikan keterangan yang berlebihan dalam kalimat.
Pleonasme lazim digunakan dalam karya sastra.
Contoh:
1. Bapak naik ke atas genteng untuk memperbaiki genteng yang bocor.
2. Elang itu turun ke bawah untuk menangkap mangsanya.
3. Petugas mengamati tiang listrik yang terletak di pinggir jalan.
5. Kevariasian
Penulisan kalimat dalam paragraf harus memperhatikan aspek variasi agar tidak terkesan
membosankan. Variasi dapat dilakukan dengan menentukan panjang pendek kalimat dan
pemilihan kosakata. Selain itu, variasi juga dapat dilakukan dengan dua cara berikut.
1. Variasi bentuk aktif-pasif
2. Variasi bentuk pasif persona
Variasi Bentuk Aktif-Pasif
Dalam paragraf, kalimat dapat ditulis secara bervariasi berdasarkan konstruksi aktif dan
konstruksi pasif agar tidak membosankan pembaca.
Contoh:
1. Minggu depan kami akan mengadakan rapat pimpinan. Dalam rapat itu kami membahas
berbagai kasus.
2. Minggu depan akan diadakan rapat pimpinan. Berbagai kasus dibahas dalam rapat itu.
3. Minggu depan akan diadakan rapat pimpinan. Dalam rapat itu kami akan membahas
berbagai kasus.
Variasi Bentuk Pasif Persona