Anda di halaman 1dari 41

CLINICAL COST

MODELING (CCM)

Tri Muhammad Hani, dr.,


Clinical Cost Modeling (CCM)
 Dikembangkan oleh :
1. International Centre for Casemix and Clinical Coding (ITCC)
University Kebangsaan Malaysia (UKM)
2. United Nations University-International Institute of Global
Health (UNU-IIGH)
 Dibawah pimpinan Prof. Syed Mohamed Al-Junid, MD., MSc.,
PhD, DSLHTM, FAMM
Demo Aplikasi CCM UNU-IIGH
Pengertian CCM
 Adalah suatu metode penghitungan Unit Cost Rawat Jalan (RJTL) dan
Unit Cost Rawat Inap (RITL)
 Unit Cost Rawat Jalan  Per – Kunjungan
 Unit Cost Rawat Inap  Per – Hari
 Hasil akhir dari CCM adalah :
1. Unit Cost untuk tiap Jenis Layanan Per Ruangan / Per SMF / Per
UPF  Rawat Inap
2. Unit Cost untuk tiap Jenis Layanan Per Poliklinik  Rawat Jalan
 Karena dibedakan berdasarkan Jenis Layanan  Clinical Cost
Prinsip-Prinsip CCM

 Membagi Unit Organisasi RS  Pusat Biaya (Cost Centre)


menjadi 3 :
1.Pusat Biaya Penunjang Umum (Overhead Cost Centre)
2.Pusat Biaya Penunjang Medik (Intermediate Cost Centre)
3.Pusat Biaya Pelayanan Medik (Final Cost Centre)
 Menggunakan metode alokasi : Step-Down Cost Acounting
(SDCA)
Prinsip-Prinsip CCM

 Menggunakan kaidah tertentu untuk :


a. Dasar Alokasi
b. Lokasi Ditribusi Biaya (Alokasi Biaya)
 Tujuan akhir adalah memperoleh : Cost RITL dan Cost RJTL
 Cost RITL  Per Hari, Per Jenis Pelayanan (Peny. Dalam,
Bedah, Obgyn, Anak dan lain)
 Cost RJTL  Per Kunjungan, Jenis Pelayanan (Peny. Dalam,
Bedah, Obgyn, Anak dan lain)
7 (Tujuh) Langkah CCM :
1. Menentukan Pusat Biaya (Cost Centre)  Sesuai SOTK RS
2. Mengelompokkan Pusat Biaya (Cost Centre) dalam 3 kelompok :
Overhead, Intermediate dan Final.
3. Menentukan Dasar Alokasi (Alocation Base) dan lokasi distribusi
masing-masing Pusat Biaya (Cost Centre)
4. Menghitung Nilai Alokasi (Alocation Rate) masing-masing Dasar
Alokasi
5. Melakukan Alokasi Tahap Pertama : Membebankan Biaya Asli (Direct
Cost) dari kelompok Overhead ke Kelompok Intermediate dan
Kelompok Final  Biaya Asli Overhead menjadi NOL
6. Melakukan Alokasi Tahap Kedua : Membebankan Biaya Asli dan
Hasil Alokasi Tahap Pertama Kelompok Intermediate ke Kelompok
Final  Sampai seluruh biaya pada Kelompok Intermediate menjadi
NOL (Berpindah semua ke kelompok Final)

7. Membagi Total Biaya pada Kelompok Final dengan Utilisasi  Untuk


mendapatkan Unit Cost (Clinical Cost)
 Utilisasi RJTL  Jumlah Kunjungan
 Utilisasi RITL  Jumlah Hari Perawatan
1. Menentukan Pusat Biaya (Cost Centre)

 Berdasarkan SOTK Rumah Sakit


 Rumah Sakit minimal harus terdiri dari unsur : Administrasi,
Penunjang Medik dan Pelayanan Medik.
 Administrasi : Direksi, Keuangan, Kepegawaian, Rumah Tangga,
IPSRS, Laundry, Rekam Medik, SIRS dll
 Penunjang Medik : Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Rehab Medik
dll
 Pelayanan Medik : IGD, OK, Rawat Jalan, Rawat Inap, VK dll
2. Mengelompokkan Pusat Biaya

 Dikelompokkan menjadi 3 :
1. Unit Penunjang Umum (Overhead)
2. Unit Penunjang Medik (Intermediate)
3. Unit Pelayanan Medik (Final)
 Menggunakan kaidah CCM – SDCA yang berlaku  Agak
berbeda dengan pengelompokan pada umumnya berdasar
SOTK RS
3 (Tiga) Kelompok Pusat Biaya
RS

Penunjang Umum

Overhead Cost

Penunjang Medik

Intermediate Cost

Pelayanan Medik

Final Cost
Kelompok Penunjang Umum (Overhead Cost Centre)

PENUNJANG UMUM
Laundr Rekam
Direksi CSSD Gizi IPSRS
y Medis
Kelompok Penunjang Medik (Intermediate Cost Centre)
PENUNJANG MEDIK

IGD

BEDAH SENTRAL (OK)

KAMAR BERSALIN (VK)

ICU/PICU/NICU

FARMASI

RADIOLOGI

LABORATORIUM

BANK DARAH

REHAB MEDIK

KAMAR JENAZAH
Kelompok Pelayanan Medik (Final Cost Centre)

PELAYANAN MEDIK

RAWAT JALAN RAWAT INAP

POLI POLI POLI POLI POLI UPF UPF UPF UPF UPF
DAL ANA BED OBG LAIN DAL ANA BED OBG LAIN
AM K AH YN 2 AM K AH YN 2
3. Menentukan Dasar Alokasi (Allocation Base) dan
Lokasi Distribusi

 Yang ditentukan Dasar Alokasi nya hanya : Penunjang


Umum dan Penunjang Medik saja
 Unit Penunjang Umum yang terdapat beberapa jenis biaya
dan berbeda dasar alokasi nya  Dipisah.
 Contoh : Bagian Rumah Tangga  Biaya Listrik dan Biaya
Cleaning Service berbeda dasar alokasi nya  Harus
dipisah
NO PUSAT BIAYA DASAR ALOKASI LOKASI DISTRIBUSI
1 Direksi - Administrasi Direct Cost Intermediate dan Final
2 IPSRS Luas Lantai Intermediate dan Final
3 RT - Listrik Luas Lantai Intermediate dan Final
4 RT - Telephon Jumlah Pegawai Intermediate dan Final
5 RT - Cleaning Services Luas Lantai Intermediate dan Final
6 RT - Security Luas Lantai Intermediate dan Final
7 RT - BHP/ART/ATKC Jumlah Pegawai Intermediate dan Final
8 CSSD Jumlah Hari Rawat Intermediate dan Final
9 Laundry Jumlah Hari Rawat Intermediate dan Final
10 Gizi Jumlah Hari Rawat Intermediate dan Final
11 Rekam Medis Jumlah Pasien RITL + Jumlah Kunjungan RJTL Intermediate dan Final
12 SIRS Jumlah Pegawai Intermediate dan Final
13 Diklit Jumlah Pegawai Intermediate dan Final
14 Farmasi Jumlah Hari Rawat dan Jumlah Kunjungan RJTL Final RITL - RJTL
15 Radiologi Jumlah Hari Rawat dan Jumlah Kunjungan RJTL Final RITL - RJTL
16 Laboratorium Jumlah Hari Rawat dan Jumlah Kunjungan RJTL Final RITL - RJTL
17 Bank Darah Jumlah Hari Rawat Final RITL
18 Rehabilitasi Medik Jumlah Hari Rawat dan Jumlah Kunjungan RJTL Final RITL - RJTL
19 ICU/ICCU Jumlah Hari Rawat Final RITL
20 PICU/NICU Jumlah Hari Rawat Final RITL
21 Instalasi Bedah Sentral (OK) Jumlah Hari Rawat Final RITL
22 Kamar Bersalin (VK) Jumlah Hari Rawat Final RITL
23 IGD Jumlah Kunjungan RJTL Final RJTL
24 Kamar Jenazah Jumlah Hari Rawat Final RITL
25 Hemodialisa Jumlah Hari Rawat dan Jumlah Kunjungan RJTL Final RITL - RJTL
4. Menghitung Nilai Alokasi (Allocation Rate)

 Istilah yang dipakai oleh United Nations University-International


Institute of Global Health (UNU-IIGH) adalah Allocation Stastitic
 Menggunakan prinsip penghitungan Relative Value Unit (RVU)
 Menggunakan dua variabel, yaitu : NUMERATOR dan
DENOMINATOR
 Numerator = Jumlah alokasi yang diserap Pusat Biaya (Cost Centre)
tertentu
 Denominator = Jumlah TOTAL / SELURUH alokasi
 Rumus Allocation Rate (AR) : NUMERATOR / DENOMINATOR
Allocation Rate (AR) Farmasi
Untuk Luas Lantai :

465 / 10670 = 0,044


5. Melakukan Alokasi Tahap Pertama

 Alokasi Biaya (Distribusi Biaya)  Pembebanan Biaya.


 Menggunakan Metode STEP-DOWN COST ACOUNTING (SDCA)
 Prinsipnya : MEMINDAHKAN Biaya dari Unit Penunjang Umum
(Overhead) ke Unit Penunjang Medik (Intermediate) dan Unit Pelayanan
Medik (Final).
 Tujuan Akhir  SELURUH Biaya pada Unit Penunjang Umum
(Overhead) BERPINDAH ke Unit Penunjang Medik (Intermediate) dan
Unit Pelayanan Medik (Final)  Sehingga Biaya Overhead menjadi
NOL.
Alokasi Tahap Pertama
6. Melakukan Alokasi Tahap Kedua

 Menggunakan Metode STEP-DOWN COST ACOUNTING (SDCA)


 Prinsipnya : MEMINDAHKAN Biaya dari Unit Penunjang Medik
(Intermediate) dan Unit Pelayanan Medik (Final).
 Biaya dari Unit Penunjang Medik (Intermediate) TERMASUK biaya
pembebanan dari Unit Penunjang Umum (Overhead) pada Alokasi
TAHAP PERTAMA.
 Tujuan Akhir  SELURUH Biaya pada Unit Penunjang Medik
(Intermediate) BERPINDAH ke Unit Pelayanan Medik (Final) 
Sehingga Biaya Intermediate menjadi NOL.
Alokasi Tahap Kedua
7. Membagi Total Cost Dengan Utilitas

 Total Cost : Jumlah SELURUH biaya yang sudah


terkumpul pada Unit Pelayanan Medik (Final Cost Centre)
 Memasukkan data Utilitas yang ada.
 Untuk RITL  Utilitas : Jumlah HARI RAWAT
 Untuk RJTL  Utilitas : Jumlah KUNJUNGAN RJTL
 Untuk RITL : Bertujuan  Menghitung Unit Cost Per
Ruangan/SMF/UPF dan Unit Cost Per Poliklinik
 Untuk RJTL : Bertujuan  Menghitung Unit Cost Per Poliklinik
 Unit Cost Per Ruangan/SMF/UPF dan Per Poliklinik  CLINICAL
COST (CC)
 Jadi Outputnya :
a. CC RITL Penyakit Dalam, CC RITL Anak, CC RITL Bedah, CC
RITL Obgyn dll
b. CC RJTL Poli Penyakit Dalam, CC RJTL Poli Anak, CC RJTL
Poli Bedah, CC RJTL Poli Obgyn, dll
Unit Cost (Clinical Cost) UPF
Penyakit Dalam :

Rp 6.136.356.346,- / 14472 =
Rp 424.016
 Model Pembebanan / Alokasi / Distribusi seperti diatas yang
dipergunakan oleh NCC Kemenkes dalam menyusun TARIF INA
CBGs.
 Karena target penyusunan tarif Case Mix – INA CBGs adalah
tarif RJTL dan tarif RITL  Yang berada pada posisi Unit
Pelayanan Medik
 Karena pembebanan Unit Pelayanan Medik berasal dari
pembebanan Unit Penunjang Medik juga  maka bentuknya
adalah tarif PAKET
What Next ?
 Kalau sudah ketemu Clinical Cost Per Case Main Group
(CMG)  Manfaatkan data hasil grouping dalam bentuk
“TXT”  Sampai mendapat data Jumlah Koding RJTL dan
RITL
 Lakukan Data Cleaning  lalu Data Triming (Per Kode
CBGs)  Sampai memperoleh CBG Cost per kode CBGs
 CBG(a) Cost
 “a” adalah contoh satu jenis kode CBGs
1. Hitung Cost Weight (CW) per kode CBGs  CW CBG(a)
CW CBG(a) = CBG(a) Cost / Average Cost
2. Hitung CaseMix Index (CMI) per kode CBGs  CMI(a)
CMI(a) = CW CBG(a) X Jumlah Kasus CBG(a) / Total Kasus di RS
3. Hitung Hospital Base Rate (HBR)  HBR(a)
HBR(a) = Total Cost RS / (Jumlah Seluruh Kasus di RS X CMI(a)

Tarif CBG(a) = HBR(a) X CW CBG(a) X AF


Apa itu “AF” ?
 AF atau Adjusment Factor  Faktor Konstanta
 AF identik dengan Pricing Policy (Kebijakan Tarif) pada metode
penghitungan tarif konvensional
 Jika rumus Tarif = JS + JP + PP (Pricing Policy)
 Pricing Policy (PP) pada penghitungan tarif konvensional  PM +
Inflasi/Bank Rate + ATP dan WTP + Shadow Price (Intip Toko Sebelah)
 Pricing Policy (PP) pada penghitungan tarif CBGs RS  Identik 
Pertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal
 Intinya Adjusment Factor adalah KEBIJAKAN TARIF (Pricing Policy)
Pertanyaan Besar ...
 Kalau RS menghitung tarif CBGs sendiri, apakah dijamin AKAN SAMA dengan
tarif CBGs nya NCC Kemenkes ?
(Untuk Jenis RS, Kelas RS, Regional dan Kelas Rawatan yang SAMA)
 Jawab  98%TIDAK AKAN SAMA.
 Mengapa ?  Karena NCC :
1. Menggunakan data agregat (Kumulatif) dari data-data seluruh RS yang jadi
sampel
2. Menggunakan Average (Mean) atau Median terhadap data-data yang masuk
dari RS sampel
3. Menggunakan banyak Adjusment Factor (AF) dan pasti berbeda dengan AF
RS kita.
AF NCC Kemenkes
1. Mempertimbangkan RS Pendidikan / Penilitian / Pengembangan
2. Mempertimbangkan Kelas RS
3. Mempertimbangkan RS Pemerintah dan RS Swasta
4. Mempertimbangkan kasus yang memerlukan perawatan lama
5. Mempertimbangkan tindakan High Technology  Transplantasi
6. Mempertimbangkan perbedaan Inflasi berdasarkan lokasi wilayah
7. Mempertimbangkan perbedaan biaya transportasi berdasarkan lokasi
wilayah
Lha terus ngapain repot-repot ngitung Tarif CBGs RS
sendiri ?
1. Memberikan gambaran perbedaan tarif CBGs RS kita dengan tarif CBGs
NCC Kemenkes  Bahan negosiasi / asistensi ke NCC Kemenkes
2. Mengoreksi Adjusment Factor (AF) jika terdapat deviasi yang sangat
besar antara tarif CBGs RS dengan CBGs NCC Kemenkes
3. Untuk menyusun tarif Prospective Payment System (PPC) lokal 
Program JAMKESDA yang tidak mengikuti tarif CBGs nya NCC
Kemenkes
4. Menyusun tarif rospective Payment System (PPC) lokal sebagai bahan
negosiasi dengan Asuransi Non JKN (CBO In-Health dll)
Sebuah Impian dan Keingingan...
 Mungkinkah ke depan  NCC Kemenkes TIDAK lagi meminta data
costing terhadap RS sampel ?

 Tapi... NCC Meminta Tarif CBGs Per Rumah Sakit  SELURUH RS di


Indonesia  BUKAN lagi RS Sampel

 Lalu NCC Kemenkes melakukan  Penghitungan Average (Mean) atau


Median Tarif Per Kode CBGs berdasarkan : Jenis RS (Negeri / Swasta),
Kelas RS, Kelas Rawatan dan Regionalisasi
Sehingga diharapkan :
 Adjustmen Factor (AF) diminimalkan  kalau memungkinkan
dihilangkan (karena AF sudah dilakukan di tiap RS)
 Tarif CBGs yang dihasilkan lebih mendekati dengan tarif CBGs nya
rumah sakit  Sehingga mengurangi komplain RS terkait
“ketidaksesuain” dan “keanehan” tarif CBGs NCC Kemenkes dengan
real cost rumah sakit.

Mungkinkah itu semua bisa terlaksana ?


Wa’alahuallam bishowab...
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai