Anda di halaman 1dari 23

PEMBIAYAAN

KAWASAN KONSERVASI

TUTUT SUNARMINTO
KINERJA PENGELOLAAN
 Keberhasilan pengelolaan Kawasan Lindung (KL) diukur melalui
kinerja pengelola dalam mencapai tujuan
 Fenomena yang terjadi menunjukkan pengelolaan KL di Indonesia belum
sesuai target
 Pengelolaan KL secara internal dipengaruhi oleh keterbatasan
sumberdaya: manusia (kualitas dan kuantitas), sarpras dan dana
pengelolaan (Wiratno, 2009)
 Salah satu aspek terlemah yang menyebabkan pengelolaan KL tidak
efektif, yaitu kecukupan dan kemapanan pendanaan (Leverington et al.,
2010)
PENGERTIAN ANGGARAN
 Anggaran secara umum dapat diartikan sebagai rencana keuangan
yang mencerminkan pilihan kebijakan suatu institusi atau lembaga
tertentu untuk suatu periode di masa yang akan datang
 Anggaran juga dipahami sebagai pernyataan yang berisi perincian
penerimaan dan belanja operasional maupun belanja modal,
bersama dengan rencana untuk tahun yang akan datang (Rinusu,
2003)
PERANAN ANGGARAN
 UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara: anggaran berperan
sebagai alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi
 Fungsi akuntabilitas: pengeluaran anggaran hendaknya dapat
dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan hasil berupa outcome atau
output dari dibelanjakannya dana-dana publik tersebut
 Alat manajemen: sistem penganggaran selayaknya dapat membantu
aktivitas berkelanjutan untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi
program instansi
 Alat kebijakan ekonomi: anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan
NILAI/BESARAN ANGGARAN
 Pengelolaan kawasan dipandang akan efektif apabila rata-rata
pembiayaan sebesar US$20/ha/th (Ditjen PHKA, 2006)
 Pemerintah Indonesia baru sanggup menganggarkan dana sebesar
US$2,35/ha/th pada tahun 2006 (McQuistan et al., 2006)
 Namun saat ini sudah terjadi perkembangan yang sangat
menggembirakan berkaitan dengan alokasi anggaran bagi kawasan
konsevasi, yaitu pada beberapa Balai Taman Nasional (BTN) memperoleh
alokasi anggaran yang sudah lebih dari US$20/ha/th.
 Filipina menganggarkan US$5,75/ha/th , Thailand US$20,65/ha/th dan
Amerika Serikat US$76,12/ha/th pada tahun 2006.
EFEKTIVITAS ANGGARAN
 Efektivitas pengelolaan KL dipengaruhi oleh penyelengaraan anggaran
 Efektivitas anggaran dipengaruhi jumlah anggaran yang memadai dan
ketepatan dalam pengalokasiannya
 Pengelolaan KL di Indonesia belum dikelola secara maksimal karena
keterbatasan alokasi sumberdaya, termasuk alokasi anggaran pengelolaan,
legitimasi pengelolaan, serta perma-salahan kebijakan dan instrumen
regulasi (Soekmadi, 2005)
 Secara umum tahapan akuntabilitas terdiri dari penyusunan rencana,
pengelolaan kegiatan dan evaluasi kinerja
EFEKTIVITAS ANGGARAN
 Kualitas tata kelola termasuk alokasi dan distribusi anggaran
yang tidak optimal akan menyebabkan pengelolaan KL tidak
dapat berjalan secara efektif dan efisien (Dudley 2008)
 Efektivitas anggaran dapat diukur dengan menganalisis
kinerja anggaran yang mendukung kegiatan-kegiatan KL
 Penyelenggaraan anggaran yang tepat sangat penting dalam
mencapai tujuan pengelolaan KL
SUMBER ANGGARAN
 Sumber pendanaan Kawasan Konservasi (KK) berasal dari pemerintah,
intemasional, multilateral, bilateral, swasta, dan komunitas (Emerton et al.,
2006)
 Tiga sumber anggaran: dana pemerintah, kerjasama intemasional melalui
dana donor dan pendapatan yang dihasilkan unit manajemen KL
(Bovamicket et al. 2010)
 Alokasi dana pemerintah dapat mencapai 35-45% dari total kebutuhan
anggaran pengelolaan KK (Lopez dan Jimenez, 2006).
 Beberapa negara, termasuk negara berkembang, dana pengelolaan National
Park (TN) sepenuhnya berasal dari anggaran pemerintah pusat (Bukley,
2012)
ANGGARAN PENGELOLAAN KL DI INDONESIA

 Pendanaan utama dalam pengelolaan KL di Indonesia bersumber dari anggaran


pemerintah sebagai konsekuensi hak kepemilikan negara (state property) dengan
tipe tata kelolanya oleh pemerintah (governance by government)
 Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memberikan porsi yang signifikan
berupa pendanaan yang stabil dalam jangka panjang untuk melindungi barang
publik yang terdapat di dalam KL (Mansourian et al., 2008)
 Anggaran diturunkan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
dengan uraian belanja transaksi kas yaitu: Belanja Pegawai, Belanja Barang
dan Belanja Modal
PERMASALAHAN ANGGARAN
DALAM PENGELOLAAN KL DI INDONESIA
 Permasalahan anggaran dalam pengelolaan KL di Indonesia berupa kesulitan
dalam melakukan pencairan dan sumber dana dari pemerintah tidak
mencukupi
 Kasus pada TNWK terdapat pengelolaan bersama (Collaborative
Management) dengan pihak-pihak dalam bentuk kemitraan, antara lain:
Yayasan Badak Indonesia (YABI), Masyarakat Veteriner Bagi Konservasi
Satwaliar Sumatera (Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation –
VESSWIC), Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS),
Wildlife Conservation Society (WCS), dan lain-lain
 Dana yang dimiliki oleh para mitra digunakan untuk pengembangan berbagai
program dan kegiatan dari mitra yang terintegrasi dengan visi TNWK seperti
upaya pelestarian badak dan reforestasi
SUMBER ANGGARAN
Anggaran BBTN Gunung Gede Pangrango 2018
Realisasi
Sumber Dana Alokasi (Rp)
Rp % Ang %Fisik
Rupiah Murni (RM) 25.786.698.000 22.672.840.929 87,93 100
PNBP 2.686.000.000 2.552.993.699 95,05 100
SBSN 25.382.806.000 25.051.366.900 98,69 100
Total 51.172.190.000 50.277.201.528 98.26 100

Sumber: Purnama (2019)


ALOKASI ANGGARAN
 Alokasi 53% untuk program wisata alam
Realisasi
Sumber Dana
Rp %
Perencanaan 101 413 000 0,35
Pengembangan sumberdaya manusia 281 560 000 0,98
Promosi 646 010 000 2,26
Pembangunan sarana prasarana 25 382 806 000 88,49
Pemeliharaan sarana prasarana 2 270 780 000 7,92
Total 28 682 569 000 100,00
 Anggaran program wisata alam terbagi menjadi dua yaitu anggaran yang berasal
dari SBSN senilai Rp 25.382.806.000 dan anggaran dari RM dan PNBP senillai Rp
2.268.413.000
PERENCANAAN ANGGARAN
 Pengelolaan KL dimulai dengan suatu perencanaan yang komprehensif,
sebagaimana diatur tersendiri dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.41/Menhut-II/2008 tanggal 2 Juli 2008 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
 Rencana pengelolaan TN terdiri dari Rencana Pengelolaan Jangka Panjang
(RPJP) yang disusun untuk jangka waktu 25 tahun, Rencana Pengelolaan
Jangka Menengah (RPJM) untuk jangka waktu 5 tahun dan Rencana
Pengelolaan Jangka Pendek untuk jangka waktu 1 tahun
 Perecanaan kegiatan pada KL dilakukan bersamaan dengan perencanaan
keuangan atau penganggaran
PERENCANAAN ANGGARAN

 Secara umum, rencana kerja tiap tahun mengarah kepada


pelaksanaan tugas KL yang dijabarkan kedalam tiga pilar
konservasi dan prasyarat agar tugas tersebut dapat berjalan
secara optimal serta mengedepankan penyelesaian
permasalahan yang teridentifikasi dengan memperhatikan
kebijakan-kebijakan bidang PHKA yang ada
 Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran dapat ditinjau
dari siapa yang membuatnya (Ismail dan Prawironegoro,
2009)
PERENCANAAN ANGGARAN
 Pada kasus TN, pendekatan top-down merupakan langkah-langkah
penyampaian batasan umum oleh Balai TN kepada seksi dan resort di
bawahnya tentang penyusunan rencana kerja yang ditetapkan oleh pusat
berupa program yang harus dilaksanakan oleh UPT
 Pendekatan bottom up adalah diberikannya kesempatan pada tingkat resort
untuk mengajukan usulan dan berpartisipasi dalam pembuatan anggaran
 Gabungan kedua pendekatan tersebut memungkinkan mekanisme timbal balik
yang saling mendukung sehingga terjadi keterpaduan dan konsisten yang
mengarahkan pada keber-hasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
indikator output dan outcome, sebagaimana tercantum dalam penetapan
kinerja UPT
ALUR PENGUSULAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN
ANGGARAN
MEKANISME PENGAJUAN
ANGGARAN
MEKANISME PENGAJUAN ANGGARAN
PRIORITAS ANGGARAN
 Prioritas angaran disusun berdasarkan prioritas program yang
ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi/institusi
 Sifat prioritas anggaran adalah dinamis, yaitu bisa berubah setiap
tahun berdasarkan kondisi yang ada.
 Namun semua dinamika anggaran mengacu pada suatu
perencanaan yang disusun, baik untuk jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.
PRIORITAS ANGGARAN
 Jadi, meskipun dimungkinkan adanya dinamika prioritas
panggaran namun pada prakteknya dalam institusi negara sulit
terjadi suatu perubahan yang radikal dan cepat. Hal ini berakibat
pada sering terjadi institusi tsb tidak mampu mengambil peluang
yang ada secara optimal atau tidak mampu berinvestasi untuk
antisipasi perubahan pada masa mendatang, setidaknya pd
jangka menengah.
 Saat ini pada kasus Balai TNGGP prioritas anggaran diberikan
kepada program pengembangan wisata alam (ekowisata) sebesar
53% dari keseluruhan anggaran (Purnama 2019).
PRIORITAS ANGGARAN
 Anggaran bagi program pengembangan wisata alam di
BTNGGP sebagian besar (89%) diperuntukkan bagi
pengembangan sarana dan prasarana
 Penetapan prioritas dalam pengalokasian juga didasarkan
kemudahan dalam pertanggungjawaban anggaran yg biasanya
untuk hal yang berkaitan dengan pembangunan fisik lebih
mudah untuk dikendalikan/dipantau dan hasilnya secara mudah
dapat diamati/dirasakan.
KEMAPANAN ANGGARAN
 Pada sisi kemapanan anggaran, pembiayaaan pengelolaan KL belum
menjadi kebijakan prioritas dalam pembangunan nasional yang
teridentifikasi dari perubahan dan pergeseran anggaran sebagai perubahan
arah kebijakan pemerintah yang berimplikasi pada kebijakan keuangannya
(Hardansyah 2013)
 Alokasi anggaran yang telah ditetapkan dalam APBN pun bisa saja tidak
dapat direalisasikan atau mengalami perubahan yang merupakan dampak
adanya perubahan arah kebijakan dan prioritas anggaran pemerintah dalam
pembangunan nasional dan sistem pengelolaan keuangan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai