Bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan oleh
sebagian besar masyarakat pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan kaidah bahasa dalam penggunaannya. Bahasa baku biasanya menggunakan bahasa standar, yaitu bahasa yang menggunakan acuan standarisasi, yaitu merujuk pada kamus bahasa Indonesia. FUNGSI BAHASA BAKU Dipergunakan dalam wacana teknis.
Sebagai alat komunikasi resmi.
Digunakan dalam pembicaraan di depan umum
Digunakan dalam pembicaraan dengan orang-
orang yang dihormati. SIFAT-SIFAT BAHASA BAKU
– 1.Kemantapan yang dinamis
– 2. Cendekia – 3. Penyeragaman kaidah PEMBAKUAN BAHASA INDONESIA – Pembakuan Bahasa Indonesia dilakukan oleh badan pemerintahan yang resmi disebut Pusat Pembinaan dan Pengembangan. Bahasa atau yang biasa disebut Pusat Bahasa. Penyetandaran Bahasa baku Bahasa Indonesia selama ini diresmikan sebagai Bahasa pemersatu, sampai sekarang mengalami beberapa perubahan. Pembekuan Bahasa Indonesia yang pertama dilakukan pada tahun 1901 dengan adanya pembekuan Bahasa Indonesia Van Ophuijsen, kedua pada tahun 1947 dengan adanya istilah Ejaan Sowandi, dan sejak tahun 1975 sampai sekarang dikenal dengan istilah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). – Hasil dari pembakuan Bahasa adalah adanya sebuah Bahasa baku atau Bahasa standar. Dalam hal keberadaan istilah bahasa atau bahasa ragam tinggi ragam seperti yang ada di masyarakat yang diglosik, maka bahasa tinggi tidak sama dengan bahasa mentah, sebab bahasa baku masih bisa digunakan, sedangkan bahasa tinggi bisa juga sudah tidak digunakan lagi, dan sudah jadi bahasa klasik. Lalu, dalam hal konsep diglosik menurut Fishman (1970) dan Fasold (1990), maka bahasa baku itu bisa sama dengan bahasa tinggi, atau paling tidak mengacu pada kode Bahasa yang sama. CIRI-CIRI BAHASA BAKU 1. Menggunakan ucapan baku (pada bahasa lisan). 2. Menggunakan ejaan resmi (Ejaan Bahasa Indonesia yang di sempurnakan). 3.Terbatasnya unsur daerah, baik leksikal maupun gramatikal. 4. Penggunaan fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek dan sebagainya) secara eksplisit dan konsisten. 5. Pemakaian konjungsi bahwa atau karena (bila ada) secara eksplisit. 6. Pemakaian awalan me atau ber (bila ada) secara eksplisit dan konsisten. 7. Pemakaian partikel lah, kah, tah, pun, (bila ada) secara konsisten. 8. Pemakaian kata depan yang tepat. 9. Pemakaian pola aspek – pelaku – tindakan secara konsisten. 10. Memakai konstruksi sintetis. 11. Menghindari pemakaian unsur-unsur leksikal yang terpengaruh oleh bahasa-bahasa dialek atau bahasa sehari-sehari Hadits Mengenai Bahasa ار َجةَ ب ِْن َز ْي ِد – الزنَا ِد َع ْن َأبِي ِه َع ْن َخ ِ َح َّدثَنَا َعلِ ُّي ب ُْن ُحجْ ٍر َأ ْخبَ َرنَا َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن ب ُْن َأبِي ِّ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ ْن َأتَ َعلَّ َم – ال َأ َم َرنِي َرسُو ُل هَّللا ِ َ ت قَ َ ت َع ْن َأبِي ِه َز ْي ِد ب ِْن ثَابِ ٍ ْب ِن ثَابِ ٍ ب يَهُو َد قَا َلِ fإنِّي َوهَّللا ِ َما آ َم ُن يَهُو َد َعلَى ِكتَابِي قَا َل فَ َما َم َّر بِي – ت ِم ْن ِكتَا ِلَهُ َكلَِ fما ٍ ْت ِإلَ ْي ِه ْم َوِإ َذا – ب ِإلَى يَهُو َد َكتَب ُ ف َشه ٍْر َحتَّى تَ َعلَّ ْمتُهُ لَهُ قَا َل فَلَ َّما تَ َعلَّ ْمتُهُ َك َ ان ِإ َذا َكتَ َ نِصْ ُ ي ِم ْن – ص ِحي ٌح َوقَ ْد ر ُِو َ يث َح َس ٌن َ َكتَبُوا ِإلَ ْي ِه قَ َرْأ ُ ت لَهُ ِكتَابَهُ ْم قَا َل َأبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد ٌ اريِّ َع ْن – ص ِ ت ب ِْن ُعبَ ْي ٍد اَأْل ْن َ ت َر َواهُ اَأْل ْع َمشُ َع ْن ثَابِ ِ َغي ِْر هَ َذا ْال َوجْ ِه َع ْن َز ْي ِد ب ِْن ثَابِ ٍ صلَّى هَّللا ُ َعلْ َfي ِه َو َسلَّ َم َ :أ ْن َأتَ َعلَّ َم السُّرْ يَانِيَّةَ – ت قَا َل َأ َم َرنِي َرسُو ُل هَّللا ِ َ َز ْي ِد ب ِْن ثَابِ ٍ Artinya : "Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr telah mengabarkan kepada kami Abdurrahman bin Abu Az Zinad dari Ayahnya dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit dari ayahnya yaitu Zaid bin Tsabit ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkanku mempelajari bahasa orang-orang Yahudi untuk beliau, beliau bersabda: "Demi Allah, aku tidak percaya Yahudi atas suratku." Zaid berkata; "Setengah bulan berlalu hingga aku dapat menguasainya untuk beliau." Saat aku menguasainya, apabila beliau hendak mengirim surat kepada orang-orang Yahudi, aku menulisnya kepada mereka dan apabila mereka mengirim surat kepada beliau, maka aku membacakan surat mereka untuk beliau." Abu Isa berkata; Hadits ini shahih. Diriwayatkan melalui sanad lain dari Zaid bin Tsabit. Diriwayatkan oleh Al A'masy dari Tsabit bin Ubaid Al Anshari dari Zaid bin Tsabit ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkanku untuk mempelajari bahasa Suryani." (TIRMIDZI - 2639). Sekian,