Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN KEHAMILAN PADA KASUS PERDARAHAN

ANTEPARTUM
KELOMPOK 2
NAMA-NAMA KELOMPOK 2 :
1. Umi M 13. Dian Nurmalasari
2. Inna Rahmi 14. Noviyanti

3. Aulia Padila Pratama 15. Intan Rahyuni

4. Asriningsih 16. Indriyanti


17. Eli Haryanti
5. Lulu Lutfiah Faridmas
18. Shofyan Andreani
6. Yopi Apriyanti
19. Siti Tari
7. Euis Samrotulmilah
20. Uswatun Fadillah
8. Sri Wahyuni
21. Uput Tutikah
9. Lia Khoiriyah
22. Lutfia Siti Nur
10. Fitria Putri Nirwana 23. Putri Rini
11. Serly Tazkia MF 24. Astri Kartika Juang
12. Della Aprimaningsih 25. Ida Nur Afriani
LATAR BELAKANG
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari
pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang
menandai awal periode antepartum ( Varney, 2007 ).
Penyebab kematian ibu dan janin diantaranya karena komplikasi obstetric.
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan muda seperti abortus, kehamilan
mola, dan kehamilan ektopik.
Perdarahan pada masa kehamilan lanjut seperti plasenta previa dan solusio
plasenta.
Ini merupakan kondisi gawat darurat yang dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang berbahaya, baik bagi ibu maupun janin. Namun apabila
penanganan segera dilakukan, maka risiko terjadinya komplikasi bisa menurun.
Sikap yang dapat dilakukan bidan adalah meningkatkan pengawasan hamil
salah satunya dengan cara mendeteksi dini tanda-tanda bahaya atau komplikasi
yang terjadi pada ibu maupun janin pada masa kehamilan muda ataupun
kehamilan lanjut, melakukan penanganan yang sesuai dengan wewenang bidan
serta melakukan rujukan sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.
Tinjauan teoris

1. Perdarahan Pervaginam Masa Kehamilan Muda

Perdarahan Pervaginam Masa Kehamilan Muda adalah perdarahan yang terjadi


sebelum kehamilan 22 minggu.

Kehamilan normal biasanya tidak disertai dengan perdarahan pervaginam, tetapi


terkadang banyak wanita mengalami perdarahan pada trimester pertama kehamilan.
Darah yang keluar biasanya segar, (merah terang) atau berwarna coklat tua (coklat
kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama
beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah banyak.
A. ABORTUS
1) Definisi
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
berlangsung hidup di luar kandungan. Definisi lain abortus adalah keluarnya
janin/neonatus yang beratnya kurang dari 500 gram.
Jadi, abortus adalah berakhirnya kehamilan atau hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup dengan umur kurang dari 22 minggu dan beratnya kurang
dari 500 gram.
2) Etiologi
Penyebab abortus sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa factor sebagai berikut :
 Kelainan pada plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
plasenta tidak dapat berfungsi.

Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada


diabetes mellitus.
Next…
 Penyakit ibu : dapat secara langsung meempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta seperti penyakit infeksi ( pneumonia,
malaria dan sifilis), anemia ibu ( melalui gangguan nutrisi dan peredaran o2
menuju sirkulasi retroplasenter), penyakit menahun ibu ( hipertensi, penyakit
ginjal, penyakit liver dan penyakit DM).

Kelainan yang terdapat dalam Rahim


Rahim dalam keadaan abnormal seperti mioma uteri, retroflexia uteri, bekas operasi
pada serviks dan robekan serviks postpartum.
3) Klasifikasi, tanda gejala serta penanganan abortus
 Abortus spontan yaitu kehilangan kehamilan pada usia < 20 minggu atau
berat janin < 500 gram. Abortus ini yang berlangsung tanpa tindakkan.
Abortus spontan dikelompokan menjadi :
a. Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Tanda-tandanya : terlambat datang bulan, terdapat perdarahan disertai
perut sakit (mules), besarnya Rahim sama dengan umur kehamilan, kanalis
servikalis masih tertutup, hasil pemeriksaan test hamil positif.
penanganan :
 istirahat total di tempat tidur
Obat-obatan yang dapat diberikan : obat penenang,anti perdarahan, vitamin B
complex, hormonal dan penguat plasenta.
Evaluasi : jumlah perdarahan dan lamanya, test kehamilan dapat diulangi,
dan konsultasi Dr. Spog untuk penanganan lebih lanjut dan pemeriksaan USG.
b.Abortus Insipiens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih di dalam uterus.
Tanda-tandanya : perdarahan lebih banyak, perut mules (sakit) lebih hebat,
pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka
dan jaringan/ hasil konsepsi masih dapat diraba.
Penanganan :
 Pada umur kehamilan kurang dari 14 minggu dapat dilakukan kuretase,
sehingga hasil konsepsi seluruhnya dapat dikeluarkan.
Pada kasus dengan perdarahan banyak, dikeluarkan secara digital.
c.Abortus Inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Gejala klinis yang mungkin dapat terjadi : perdarahan memanjang, sampai
terjadi keadaan anemis; perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat;
terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi; dapat terjadi degenerasi ganas ( korio
karsinoma).
Pada pemeriksaan dijumpai gambaran : kanalis servikalis terbuka; dapat diraba
jaringan dalam Rahim; kanalis servikalis tertutup dan perdarahan berlangsung terus;
dengan pemeriksaan sonde perdarahan bertambah.
Penanganan :
 Dalam keadaan gawat karena kekurangan darah, dapat di pasang infus dan transfusi
darah untuk memulihkan keadaan umum.
Diikuti kerukan : lansung pada umur kehamilan kurang dari 14 minggu dan dengan
induksi pada umur kehamilan di atas 14 minggu.
Pengobatan : berikan uterotonika dan antibiotic untuk menghindari infeksi.
d.Abortus kompletus ialah seluruh hasil konsepsi telah keluar sehingga tidak
memerlukan tindakkan.
Gambaran klinisnya adalah uterus telah mengecil, perdarahan sedikit, dan
kanalis servikalis tertutup; untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas bidan
dapat berkonsultasi dengan Dr. SpOG sehingga tidak merugikan klien.

e.Missed Abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, dimana janin
tidak terbentuk atau telah meninggal, namun plasenta dan jaringan embrio masih
ada di dalam Rahim.
Ada dua karakteristik missed abortion yaitu ketika sel telur menempel di
Rahim tanpa ada janin yang berkembang dan saat detak jantung terus melemah
sebagai pertanda adanya masalah pada pertumbuhan janin. Kondisi ini juga hampir
tidk dapat terdeteksi tanpa pemeriksaan USG.
sampai saat ini, penyebab pasti dari missed abortion belum sepenuhnya
diketahui. Namun hampir 50 % yang terjadi adalah karena kelainan kromosom.
Embrio memiliki jumlah kromosom yang tidak sesuai sehingga tumbuh
kembangnya terganggu dan bahkan sampi menyebabkan janin meninggal di usia
awal kehamilan.
Peran Bidan

ABORTUS ANAMNESIS PEMERIKSAAN KOLABORASI


Tanda-tanda vital.
Pemeriksaan abdomen: palpasi untuk
HPHT, keteraturan menstruasi, penggunaan alat mengukur Tfu atau ada massa lain serta Menganjurkan USG &
kontrasepsi sebelum hamil. pemeriksaan adakah nyeri tekan atau tidak? konsultasi dengan Dr.SpOG.
Imminens Hasil test kehamilan. Pemeriksaan vagina dan serviks untuk
Riwayat kehamilan sebelumnya. mengetahui sumber perdarahan.

Tanda-tanda vital. Jika dalam batas


normal tidak mengalami distress emosional
yang berat ada 2 pilihan: pertama,
konsultasi dengan Dr. untuk mengakhiri
kehailannya. Kedua, apabila wanita Konsultasi dengan Dr.
HPHT, keteraturan menstruasi, penggunaan alat tersebut memilih diam di rumah sampai SpOG untuk mendapatkan
kontrasepsi sebelum hamil. aborsi terjadi, anjurkan untuk memeriksa penanganan lebih cepat dan
Insipiens Hasil test kehamilan. suhu tubuhnya/ 4 jam. Jika menggigil tepat.
Riwayat kehamilan sebelumnya. komfirmasi ke bidan.
Pemeriksaan abdomen: palpasi untuk
mengukur Tfu atau ada massa lain serta
pemeriksaan adakah nyeri tekan atau tidak?
Pemeriksaan vagina dan serviks untuk
mengetahui sumber perdarahan.
Next…
ABORTUS ANAMNESIS PEMERIKSAAN KOLABORASI
Tanda-tanda vital.
Pemeriksaan abdomen: palpasi untuk
HPHT, keteraturan menstruasi, penggunaan alat mengukur Tfu atau ada massa lain serta Konsultasi dengan Dr.
Inkompletus kontrasepsi sebelum hamil. pemeriksaan adakah nyeri tekan atau tidak? SpOG untuk
Hasil test kehamilan. Pemeriksaan vagina dan serviks untuk mendapatkan penanganan
Riwayat kehamilan sebelumnya. mengetahui sumber perdarahan dan keadaan lebih cepat dan tepat.
kanalis servikalis.
Dalam keadaan gawat karena kekurangan
darah, dapat di pasang infus.

Tanda-tanda vital.
Pemeriksaan abdomen: palpasi untuk Konsultasi dengan Dr.
mengukur Tfu atau ada massa lain serta SpOG untuk
kompletus HPHT, keteraturan menstruasi, penggunaan alat pemeriksaan adakah nyeri tekan atau tidak? mendapatkan gambaran
kontrasepsi sebelum hamil. Pemeriksaan vagina dan serviks untuk yang jelas tentang
Riwayat kehamilan sebelumnya. mengetahui sumber perdarahan, banyaknya abortus kompletus.
perdarahan dan keadaan kanalis servikalis.

 HPHT, keteraturan menstruasi, penggunaan alat Tanda-tanda vital. Konsultasi dengan Dr.
kontrasepsi sebelum hamil. Pemeriksaan abdomen: palpasi untuk SpOG untuk
Missed Abortion Hasil test kehamilan. mengukur Tfu atau ada massa lain serta mendapatkan penanganan
Riwayat kehamilan sebelumnya. mendengar DJJ (pada usia kehamilan tertentu). lebih cepat dan tepat.
Menganjurkan pemeriksaan USG untuk
memastikan keadaan janin
Rujuk untuk mendapatkan penatalaksaan
medis.
B. KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA
1) DEFINISI
Hamil anggur atau yang dikenal juga sebagai mola hidatidosa adalah kelainan
kehamilan yang jarang terjadi. Kondisi ini terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi
dan plasenta tidak berkembang secara normal. Akibatnya, sel-sel abnormal tersebut
membentuk sekumpulan kista yang bentuknya menyerupai anggur putih.
Hamil anggur dibagi menjadi dua jenis, yaitu hamil anggur parsial dan hamil
anggur lengkap. Pada hamil anggur lengkap, jaringan plasenta tidak normal dan
membengkak, serta tampak membentuk kista berisi cairan. Selain itu, tidak ada juga
pembentukan jaringan janin. 
Sedangkan hamil anggur parsial, kemungkinan ada jaringan plasenta normal bersama
dengan jaringan plasenta tidak normal. Mungkin juga ada janin yang terbentuk, tapi
janin tidak mampu bertahan hidup. Gangguan kehamilan tersebut biasanya gugur di 
awal kehamilan.
2) Penyebab

Penyebab hamil anggur adalah ketidakseimbangan kromosom. Sel manusia mengandung 23 pasang
kromosom yang masing-masing terdiri satu kromosom dari ayah dan lainnya dari ibu. Pada hamil
anggur lengkap, sel telur kosong dibuahi oleh satu atau dua sperma, dan semua materi genetik berasal
dari ayah. Dalam kondisi tersebut, kromosom dari sel telur ibu hilang atau tidak aktif, sehingga
kromosom ayah digandakan. Pada hamil anggur parsial atau tidak lengkap, kromosom ibu dalam
jumlah tetap, tetapi ayah menyediakan dua set kromosom. Akibatnya, embrio memiliki 69 kromosom,
bukan 46.

3) Faktor Risiko :

Usia ibu. Wanita yang hamil di usia di atas 40 tahun atau di bawah 20 tahun berisiko tinggi
mengalami hamil anggur.

Memiliki riwayat sebelumnya. Seseorang yang sudah pernah mengalami hamil anggur,
kemungkinan besar akan mengalaminya lagi di kemudian hari.

Mengalami keguguran. Seorang wanita yang mengalami lebih dari dua kali keguguran memiliki
risiko tinggi
4) Gejala : 5) Penanganan :

Hamil anggur pada awalnya terasa mirip seperti kehamilan Metode penanganan utama adalah dengan melakukan operasi
normal. Namun, setelah beberapa waktu, hamil anggur akan
menimbulkan gejala-gejala berikut: pengangkatan jaringan abnormal tersebut. Langkah ini dapat dilakukan
melalui beberapa prosedur yang meliputi:
Pendarahan vagina dalam tiga bulan pertama kehamilan.
Kuret. Prosedur ini dilakukan dengan melebarkan serviks agar dokter
Mual dan muntah yang parah.
dapat mengangkat jaringan abnormal dengan alat khusus. Kuret menjadi
Preeklamsia akibat tingginya tekanan darah saat hamil.
pilihan terbaik jika kien berencana untuk hamil kembali.
Peningkatan ukuran perut yang lebih cepat.
Histerektomi atau pengangkatan rahim. Prosedur ini hanya dilakukan
Tidak ada detak jantung atau gerakan janin.
jika klien tidak berencana untuk hamil kembali atau berisiko tinggi
Ditemukan kista seperti anggur keluar dari vagina.
mengalami penyakit berbahaya seperti gestational trophoblastic
Anemia yang terjadi selama masa kehamilan. neoplasia (GTN).
Mengalami nyeri parah pada tulang panggul Pemantauan HCG. Setelah jaringan abnormal diangkat, dokter akan
memeriksa kadar HCG klien selama 6-12 bulan. Tujuannya untuk
memastikan tidak ada sel-sel abnormal yang kembali tumbuh. Klien
dianjurkan untuk menunda kehamilan selama  pengobatan berlangsung.
C. KEHAMILAN EKTOPIK
1) Definisi

Kehamilan ektopik adalah kondisi dimana sel telur yang dibuahi oleh sperma tidak
tertanam di dalam Rahim melainkan di tempat lain. Kehamilan ektopik sering terjadi di
tuba falopi. Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi di indung telur, leher rahim (serviks)
atau rongga perut.
2) Penyebab Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik umumnya terjadi akibat kerusakan pada tuba falopi. Kerusakan ini
membuat tuba falopi menyempit atau tersumbat sehingga pergerakan sel telur ke rahim
terhambat. Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kerusakan pada tuba falopi adalah:
Endometriosis
Penyakit radang panggul
Gangguan keseimbangan hormone
Kelainan bawaan lahir pada tuba falopi
Terbentuknya jaringan parut akibat prosedur medis pada kandungan
3) Faktor Risiko Kehamilan Ektopik 4) Gejala Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik dapat dialami oleh setiap Kehamilan ektopik cenderung tidak
wanita yang aktif secara seksual. Namun, ada menunjukkan gejala pada tahap awal. Sedangkan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pada tahap lanjut, penderita kehamilan ektopik
terjadinya kehamilan ektopik, yaitu: umumnya mengalami nyeri perut dan perdarahan
dari vagina. Gejala-gejala tersebut akan terasa
Hamil di usia 35 tahun atau lebih makin parah seiring waktu. Terkadang, gejala
nyeri perut akibat kehamilan ektopik juga
Penyakit menular seksual, seperti gonore dan  hampir sama dengan gejala usus buntu.
chlamydia  Dianjurkan untuk segera memeriksakan diri bila
mengalami sejumlah keluhan berikut:
Hamil di luar kandungan sebelumnya
Nyeri hebat di bagian panggul, bahu, atau leher
Riwayat operasi, seperti aborsi, sterilisasi
 pada wanita, dan operasi di area panggul atau Nyeri di salah satu sisi bagian bawah perut
perut yang memburuk seiring waktu
Program bayi tabung Perdarahan ringan hingga berat dari vagina,
dengan warna darah yang bisa lebih gelap dari
Penggunaan alat kontrasepsi spiral (IUD) darah menstruasi
Kebiasaan merokok Pusing atau lemas
5) Penanganan :
 Obat suntik
Suntik methotrexate dapat diberikan untuk menghentikan kehamilan ektopik tahap awal. Setelah pemberian suntikan,
dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2–3 hari hingga kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG
menandakan kehamilan sudah tidak lagi berkembang.
Operasi laparoskopi
Kehamilan ektopik bisa merusak tuba falopi dan jaringan sekitarnya. Jika salah satu atau kedua tuba falopi rusak, dokter
akan melakukan operasi laparoskopi untuk mengangkat tupa falopi tersebut. bila memungkinkan, bagian tuba falopi
tersebut cukup diperbaiki tanpa harus diangkat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peluang hamil di kemudian hari.
Operasi laparotomi
Pada pasien kehamilan ektopik yang mengalami perdarahan berat, dokter akan melakukan tindakan darurat berupa 
operasi laparotomi. Setelah pengobatan, dokter akan menyarankan pasien memberi jeda waktu 3 bulan sebelum
merencanakan kehamilan berikutnya. Tujuannya adalah agar rahim pulih sempurna dan mengurangi risiko kehamilan
ektopik terjadi lagi.
Pemulihan Mental Pada Orang Tua Pascakehamilan Ektopik
Meskipun singkat, kehamilan bisa membangun ikatan batin yang kuat antara orang tua dan calon anaknya. Oleh sebab
itu, kehamilan yang gagal dapat menimbulkan rasa sedih yang teramat dalam. Kondisi ini bisa menimbulkan tekanan
mental untuk waktu yang lama.
2. Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Lanjut
Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Lanjut adalah perdarahan sebelum
melahirkan melalui vagina yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu
(trimester kedua dan ketiga) hingga sesaat sebelum bayi lahir. Perdarahan ini
termasuk perdarahan antepartum.
Ada beberapa kategori besar atau kecilnya perdarahan, yaitu sebagai berikut:
Perdarahan besar, yaitu apabila tubuh kehilangan darah lebih dari 1.000 ml dengan
atau tanpa tanda-tanda syok.
Perdarahan sedang, yaitu apabila tubuh kehilangan darah sebanyak 50 - 1.000 ml dan
tidak disertai tanda-tanda syok.
Perdarahan kecil, yaitu apabila tubuh kehilangan darah kurang dari 50 ml dan sudah
berhenti.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan pendarahan
antepartum, namun penyebab utama yaitu solusio plasenta dan
plasenta previa.
A. Solusio Plasenta
1) Definisi
Solusio plasenta (solutio plasenta) adalah lepasnya sebagian
Penyebab perdarahan pada kehamilan lanjut berbeda atau seluruh plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum
dengan penyebab perdarahan pada awal kehamilan. persalinan.
Penyebab umum yang menyebabkan perdarahan
ringan adalah inflamasi pada serviks atau pertumbuhan 2) Gejala Solusio Plasenta
serviks. Hal ini dapat ditangani dengan obat-obatan.
Perdarahan pada kehamilan lanjut dapat memberikan Secara umum, ciri-ciri dan gejala solusio plasenta adalah:
ancaman pada ibu dan bayinya. Hal ini membutuhkan
penanganan di rumah sakit. Munculnya perdarahan dari area vagina berupa bekuan atau
gumpalan darah yang tampak tidak segar (merah gelap).
Nyeri pada area perut maupun bagian punggung, yang datang
tiba-tiba
Kontraksi rahim secara terus-menerus dan terasa sakit.
Munculnya gawat janin (fetal distress) yang ditandai dengan
detak jantung janin tidak normal.
Cairan ketuban sedikit.
3) Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya solusio
plasenta, di antaranya:
1). Hipertensi maternal
2). Trauma maternal seperti jatuh atau kecelakaan kendaraan
bermotor 4) Komplikasi
3). Tali pusat pendek 1). Syok hipovolemik
4). Korioamnionitis (infeksi pada kantung dan cairan 2). Anemia
ketuban)
3). Fetal distres
5). Abnormalitas pembuluh darah rahim
4). Asfiksia janin
6). Memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya
5). Kematian ibu dan janin
7). Usia diatas 35 tahun atau usia dibawah 20 tahun
8). Merokok
9). Konsumsi alkohol
5) Penanganan

Apabila usia kehamilan dibawah 34 minggu dengan kondisi solusio plasenta termasuk ringan,
langkah penanganan biasanya adalah menjalani rawat inap untuk memantau kondisi ibu dan janin
secara ketat. Jika perdarahan sudah berhenti dan kondisi janin stabil, prosedur rawat jalan juga
dapat dilakukan. . Dalam beberapa kasus, obat-obatan guna memperkuat paru-paru bayi juga
dapat diberikan sebagai antisipasi bila kelahiran prematur diperlukan.

Apabila solusio plasenta termasuk ringan, detak jantung bayi normal, terjadi pada usia kehamilan
di atas 34 minggu maka persalinan normal dengan pengawasan ketat dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Namun, jika kondisi ibu
tidak stabil, harus dilakukan pembedahan seksio cesaria.
B. Plasenta previa
1) Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim sehingga berdekatan
atau menutupI ostium uteri internum secara partial
maupun total.
2) Gejala Plasenta Previa
 Tanpa disertai rasa sakit
 Berwarna merah cerah
 Bisa banyak atau sedikit
 Bisa terjadi berulang dalam beberapa hari
3) Klasifikasi Plasenta Previa
a. Previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum. Pada
jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secarannormal, karena risiko perdarahan sangat
hebat.
b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum. Pada
jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetap tidak dilahirkan secara
normal.
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa dilahirkan secara
normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
d. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous placenta adalah
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada
jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta
letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara
normal asal tetap berhati-hati
4) Faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya plasenta previa
 Hamil berusia diatas 35 tahun
5) . Komplikasi
 Multiparitas dengan jarak kehamilan yang
1). Pendarahan pada masa
pendek
kehamilan
 Pernah melakukan operasi bagian Rahim 2). Kelahiran prematur
 Pernah mengalami keguguran dan tindakan 3). Terjadinya asfiksia janin ketika
kuretase masih berada dalam kandungan.
 Memiliki riwayat plasenta previa 4). Kematian prenatal
 Pernah mengalami persalinan sesar
 Ibu dengan gizi rendah
6) Penanganan Plasenta Previa
Penanganan yang akan diberikan tergantung pada kondisi kesehatan ibu dan janin, usia
kandungan, posisi plasenta, dan tingkat keparahan pendarahan.
Pada ibu hamil yang tidak mengalami pendarahan atau hanya mengalami pendarahan ringan,
disarankan perawatan mandiri, berupa:
 istirahat total dan berbaring
 Mengurangi aktivitas fisik yang berat
 Menghindari berhubungan seksual
Bila perdarahan tidak dapat dihentikan, ibu hamil akan dirujuk untuk perawatan lebih lanjut di
rumah sakit. Dokter akan menyarankan agar bayi dilahirkan secepatnya melalui operasi caesar.
Namun, jika usia kandungan kurang dari 36 minggu, ibu hamil akan diberikan suntikan obat
kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin. Dokter juga akan
memberikan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang

Anda mungkin juga menyukai