ANTEPARTUM
KELOMPOK 2
NAMA-NAMA KELOMPOK 2 :
1. Umi M 13. Dian Nurmalasari
2. Inna Rahmi 14. Noviyanti
e.Missed Abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, dimana janin
tidak terbentuk atau telah meninggal, namun plasenta dan jaringan embrio masih
ada di dalam Rahim.
Ada dua karakteristik missed abortion yaitu ketika sel telur menempel di
Rahim tanpa ada janin yang berkembang dan saat detak jantung terus melemah
sebagai pertanda adanya masalah pada pertumbuhan janin. Kondisi ini juga hampir
tidk dapat terdeteksi tanpa pemeriksaan USG.
sampai saat ini, penyebab pasti dari missed abortion belum sepenuhnya
diketahui. Namun hampir 50 % yang terjadi adalah karena kelainan kromosom.
Embrio memiliki jumlah kromosom yang tidak sesuai sehingga tumbuh
kembangnya terganggu dan bahkan sampi menyebabkan janin meninggal di usia
awal kehamilan.
Peran Bidan
Tanda-tanda vital.
Pemeriksaan abdomen: palpasi untuk Konsultasi dengan Dr.
mengukur Tfu atau ada massa lain serta SpOG untuk
kompletus HPHT, keteraturan menstruasi, penggunaan alat pemeriksaan adakah nyeri tekan atau tidak? mendapatkan gambaran
kontrasepsi sebelum hamil. Pemeriksaan vagina dan serviks untuk yang jelas tentang
Riwayat kehamilan sebelumnya. mengetahui sumber perdarahan, banyaknya abortus kompletus.
perdarahan dan keadaan kanalis servikalis.
HPHT, keteraturan menstruasi, penggunaan alat Tanda-tanda vital. Konsultasi dengan Dr.
kontrasepsi sebelum hamil. Pemeriksaan abdomen: palpasi untuk SpOG untuk
Missed Abortion Hasil test kehamilan. mengukur Tfu atau ada massa lain serta mendapatkan penanganan
Riwayat kehamilan sebelumnya. mendengar DJJ (pada usia kehamilan tertentu). lebih cepat dan tepat.
Menganjurkan pemeriksaan USG untuk
memastikan keadaan janin
Rujuk untuk mendapatkan penatalaksaan
medis.
B. KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA
1) DEFINISI
Hamil anggur atau yang dikenal juga sebagai mola hidatidosa adalah kelainan
kehamilan yang jarang terjadi. Kondisi ini terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi
dan plasenta tidak berkembang secara normal. Akibatnya, sel-sel abnormal tersebut
membentuk sekumpulan kista yang bentuknya menyerupai anggur putih.
Hamil anggur dibagi menjadi dua jenis, yaitu hamil anggur parsial dan hamil
anggur lengkap. Pada hamil anggur lengkap, jaringan plasenta tidak normal dan
membengkak, serta tampak membentuk kista berisi cairan. Selain itu, tidak ada juga
pembentukan jaringan janin.
Sedangkan hamil anggur parsial, kemungkinan ada jaringan plasenta normal bersama
dengan jaringan plasenta tidak normal. Mungkin juga ada janin yang terbentuk, tapi
janin tidak mampu bertahan hidup. Gangguan kehamilan tersebut biasanya gugur di
awal kehamilan.
2) Penyebab
Penyebab hamil anggur adalah ketidakseimbangan kromosom. Sel manusia mengandung 23 pasang
kromosom yang masing-masing terdiri satu kromosom dari ayah dan lainnya dari ibu. Pada hamil
anggur lengkap, sel telur kosong dibuahi oleh satu atau dua sperma, dan semua materi genetik berasal
dari ayah. Dalam kondisi tersebut, kromosom dari sel telur ibu hilang atau tidak aktif, sehingga
kromosom ayah digandakan. Pada hamil anggur parsial atau tidak lengkap, kromosom ibu dalam
jumlah tetap, tetapi ayah menyediakan dua set kromosom. Akibatnya, embrio memiliki 69 kromosom,
bukan 46.
3) Faktor Risiko :
Usia ibu. Wanita yang hamil di usia di atas 40 tahun atau di bawah 20 tahun berisiko tinggi
mengalami hamil anggur.
Memiliki riwayat sebelumnya. Seseorang yang sudah pernah mengalami hamil anggur,
kemungkinan besar akan mengalaminya lagi di kemudian hari.
Mengalami keguguran. Seorang wanita yang mengalami lebih dari dua kali keguguran memiliki
risiko tinggi
4) Gejala : 5) Penanganan :
Hamil anggur pada awalnya terasa mirip seperti kehamilan Metode penanganan utama adalah dengan melakukan operasi
normal. Namun, setelah beberapa waktu, hamil anggur akan
menimbulkan gejala-gejala berikut: pengangkatan jaringan abnormal tersebut. Langkah ini dapat dilakukan
melalui beberapa prosedur yang meliputi:
Pendarahan vagina dalam tiga bulan pertama kehamilan.
Kuret. Prosedur ini dilakukan dengan melebarkan serviks agar dokter
Mual dan muntah yang parah.
dapat mengangkat jaringan abnormal dengan alat khusus. Kuret menjadi
Preeklamsia akibat tingginya tekanan darah saat hamil.
pilihan terbaik jika kien berencana untuk hamil kembali.
Peningkatan ukuran perut yang lebih cepat.
Histerektomi atau pengangkatan rahim. Prosedur ini hanya dilakukan
Tidak ada detak jantung atau gerakan janin.
jika klien tidak berencana untuk hamil kembali atau berisiko tinggi
Ditemukan kista seperti anggur keluar dari vagina.
mengalami penyakit berbahaya seperti gestational trophoblastic
Anemia yang terjadi selama masa kehamilan. neoplasia (GTN).
Mengalami nyeri parah pada tulang panggul Pemantauan HCG. Setelah jaringan abnormal diangkat, dokter akan
memeriksa kadar HCG klien selama 6-12 bulan. Tujuannya untuk
memastikan tidak ada sel-sel abnormal yang kembali tumbuh. Klien
dianjurkan untuk menunda kehamilan selama pengobatan berlangsung.
C. KEHAMILAN EKTOPIK
1) Definisi
Kehamilan ektopik adalah kondisi dimana sel telur yang dibuahi oleh sperma tidak
tertanam di dalam Rahim melainkan di tempat lain. Kehamilan ektopik sering terjadi di
tuba falopi. Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi di indung telur, leher rahim (serviks)
atau rongga perut.
2) Penyebab Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik umumnya terjadi akibat kerusakan pada tuba falopi. Kerusakan ini
membuat tuba falopi menyempit atau tersumbat sehingga pergerakan sel telur ke rahim
terhambat. Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kerusakan pada tuba falopi adalah:
Endometriosis
Penyakit radang panggul
Gangguan keseimbangan hormone
Kelainan bawaan lahir pada tuba falopi
Terbentuknya jaringan parut akibat prosedur medis pada kandungan
3) Faktor Risiko Kehamilan Ektopik 4) Gejala Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik dapat dialami oleh setiap Kehamilan ektopik cenderung tidak
wanita yang aktif secara seksual. Namun, ada menunjukkan gejala pada tahap awal. Sedangkan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pada tahap lanjut, penderita kehamilan ektopik
terjadinya kehamilan ektopik, yaitu: umumnya mengalami nyeri perut dan perdarahan
dari vagina. Gejala-gejala tersebut akan terasa
Hamil di usia 35 tahun atau lebih makin parah seiring waktu. Terkadang, gejala
nyeri perut akibat kehamilan ektopik juga
Penyakit menular seksual, seperti gonore dan hampir sama dengan gejala usus buntu.
chlamydia Dianjurkan untuk segera memeriksakan diri bila
mengalami sejumlah keluhan berikut:
Hamil di luar kandungan sebelumnya
Nyeri hebat di bagian panggul, bahu, atau leher
Riwayat operasi, seperti aborsi, sterilisasi
pada wanita, dan operasi di area panggul atau Nyeri di salah satu sisi bagian bawah perut
perut yang memburuk seiring waktu
Program bayi tabung Perdarahan ringan hingga berat dari vagina,
dengan warna darah yang bisa lebih gelap dari
Penggunaan alat kontrasepsi spiral (IUD) darah menstruasi
Kebiasaan merokok Pusing atau lemas
5) Penanganan :
Obat suntik
Suntik methotrexate dapat diberikan untuk menghentikan kehamilan ektopik tahap awal. Setelah pemberian suntikan,
dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2–3 hari hingga kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG
menandakan kehamilan sudah tidak lagi berkembang.
Operasi laparoskopi
Kehamilan ektopik bisa merusak tuba falopi dan jaringan sekitarnya. Jika salah satu atau kedua tuba falopi rusak, dokter
akan melakukan operasi laparoskopi untuk mengangkat tupa falopi tersebut. bila memungkinkan, bagian tuba falopi
tersebut cukup diperbaiki tanpa harus diangkat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peluang hamil di kemudian hari.
Operasi laparotomi
Pada pasien kehamilan ektopik yang mengalami perdarahan berat, dokter akan melakukan tindakan darurat berupa
operasi laparotomi. Setelah pengobatan, dokter akan menyarankan pasien memberi jeda waktu 3 bulan sebelum
merencanakan kehamilan berikutnya. Tujuannya adalah agar rahim pulih sempurna dan mengurangi risiko kehamilan
ektopik terjadi lagi.
Pemulihan Mental Pada Orang Tua Pascakehamilan Ektopik
Meskipun singkat, kehamilan bisa membangun ikatan batin yang kuat antara orang tua dan calon anaknya. Oleh sebab
itu, kehamilan yang gagal dapat menimbulkan rasa sedih yang teramat dalam. Kondisi ini bisa menimbulkan tekanan
mental untuk waktu yang lama.
2. Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Lanjut
Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Lanjut adalah perdarahan sebelum
melahirkan melalui vagina yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu
(trimester kedua dan ketiga) hingga sesaat sebelum bayi lahir. Perdarahan ini
termasuk perdarahan antepartum.
Ada beberapa kategori besar atau kecilnya perdarahan, yaitu sebagai berikut:
Perdarahan besar, yaitu apabila tubuh kehilangan darah lebih dari 1.000 ml dengan
atau tanpa tanda-tanda syok.
Perdarahan sedang, yaitu apabila tubuh kehilangan darah sebanyak 50 - 1.000 ml dan
tidak disertai tanda-tanda syok.
Perdarahan kecil, yaitu apabila tubuh kehilangan darah kurang dari 50 ml dan sudah
berhenti.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan pendarahan
antepartum, namun penyebab utama yaitu solusio plasenta dan
plasenta previa.
A. Solusio Plasenta
1) Definisi
Solusio plasenta (solutio plasenta) adalah lepasnya sebagian
Penyebab perdarahan pada kehamilan lanjut berbeda atau seluruh plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum
dengan penyebab perdarahan pada awal kehamilan. persalinan.
Penyebab umum yang menyebabkan perdarahan
ringan adalah inflamasi pada serviks atau pertumbuhan 2) Gejala Solusio Plasenta
serviks. Hal ini dapat ditangani dengan obat-obatan.
Perdarahan pada kehamilan lanjut dapat memberikan Secara umum, ciri-ciri dan gejala solusio plasenta adalah:
ancaman pada ibu dan bayinya. Hal ini membutuhkan
penanganan di rumah sakit. Munculnya perdarahan dari area vagina berupa bekuan atau
gumpalan darah yang tampak tidak segar (merah gelap).
Nyeri pada area perut maupun bagian punggung, yang datang
tiba-tiba
Kontraksi rahim secara terus-menerus dan terasa sakit.
Munculnya gawat janin (fetal distress) yang ditandai dengan
detak jantung janin tidak normal.
Cairan ketuban sedikit.
3) Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya solusio
plasenta, di antaranya:
1). Hipertensi maternal
2). Trauma maternal seperti jatuh atau kecelakaan kendaraan
bermotor 4) Komplikasi
3). Tali pusat pendek 1). Syok hipovolemik
4). Korioamnionitis (infeksi pada kantung dan cairan 2). Anemia
ketuban)
3). Fetal distres
5). Abnormalitas pembuluh darah rahim
4). Asfiksia janin
6). Memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya
5). Kematian ibu dan janin
7). Usia diatas 35 tahun atau usia dibawah 20 tahun
8). Merokok
9). Konsumsi alkohol
5) Penanganan
Apabila usia kehamilan dibawah 34 minggu dengan kondisi solusio plasenta termasuk ringan,
langkah penanganan biasanya adalah menjalani rawat inap untuk memantau kondisi ibu dan janin
secara ketat. Jika perdarahan sudah berhenti dan kondisi janin stabil, prosedur rawat jalan juga
dapat dilakukan. . Dalam beberapa kasus, obat-obatan guna memperkuat paru-paru bayi juga
dapat diberikan sebagai antisipasi bila kelahiran prematur diperlukan.
Apabila solusio plasenta termasuk ringan, detak jantung bayi normal, terjadi pada usia kehamilan
di atas 34 minggu maka persalinan normal dengan pengawasan ketat dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Namun, jika kondisi ibu
tidak stabil, harus dilakukan pembedahan seksio cesaria.
B. Plasenta previa
1) Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim sehingga berdekatan
atau menutupI ostium uteri internum secara partial
maupun total.
2) Gejala Plasenta Previa
Tanpa disertai rasa sakit
Berwarna merah cerah
Bisa banyak atau sedikit
Bisa terjadi berulang dalam beberapa hari
3) Klasifikasi Plasenta Previa
a. Previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum. Pada
jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secarannormal, karena risiko perdarahan sangat
hebat.
b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum. Pada
jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetap tidak dilahirkan secara
normal.
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa dilahirkan secara
normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
d. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous placenta adalah
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada
jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta
letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara
normal asal tetap berhati-hati
4) Faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya plasenta previa
Hamil berusia diatas 35 tahun
5) . Komplikasi
Multiparitas dengan jarak kehamilan yang
1). Pendarahan pada masa
pendek
kehamilan
Pernah melakukan operasi bagian Rahim 2). Kelahiran prematur
Pernah mengalami keguguran dan tindakan 3). Terjadinya asfiksia janin ketika
kuretase masih berada dalam kandungan.
Memiliki riwayat plasenta previa 4). Kematian prenatal
Pernah mengalami persalinan sesar
Ibu dengan gizi rendah
6) Penanganan Plasenta Previa
Penanganan yang akan diberikan tergantung pada kondisi kesehatan ibu dan janin, usia
kandungan, posisi plasenta, dan tingkat keparahan pendarahan.
Pada ibu hamil yang tidak mengalami pendarahan atau hanya mengalami pendarahan ringan,
disarankan perawatan mandiri, berupa:
istirahat total dan berbaring
Mengurangi aktivitas fisik yang berat
Menghindari berhubungan seksual
Bila perdarahan tidak dapat dihentikan, ibu hamil akan dirujuk untuk perawatan lebih lanjut di
rumah sakit. Dokter akan menyarankan agar bayi dilahirkan secepatnya melalui operasi caesar.
Namun, jika usia kandungan kurang dari 36 minggu, ibu hamil akan diberikan suntikan obat
kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin. Dokter juga akan
memberikan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang