Anda di halaman 1dari 34

ABORTUS

BY: MONNA MAHARANI H., M.KEP., NS.SP.KEP.MAT


1. PENGERTIAN
 Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat tertentu pada
sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau hasil konsepsi belum
mampu untuk hidup diluar kandungan.
 Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang
dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-
tanda kehamilan, perdarahan hebat pervaginam, pengeluaran jaringan
plasenta dan kemungkinan syok.
 Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan dengan berat badan janin <500 gram dan usia kandungan < 20
minggu. Usia kehamilan yang cukup bulan/aterm adalah 37-40 minggu.
 Terjadi spontan 10-15 %
Korelasi Abortus dengan Usia Kehamilan
Pada kehamilan < 8 Mg
 Hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya, karena villi koriales belum
menembus desidua secara dalam.

Pada kehamilan 8-14 Mg


 Villi koriales menembus desidua lebih
dalam, sehingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna  banyak
perdarahan.

Pada kehamilan > 14 Mg


 Yang dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin, disusul plasenta, jika lengkap
perdarahan tidak banyak .
Pikirkan terjadinya abortus:
Bila seorang wanita usia reproduksi datang dengan gejala sebagai
berikut:
 terlambat haid
 perdarahan per vaginam
 spasme atau nyeri perut bawah
 keluarnya massa kehamilan/konsepsi
Diagnosa dan Penanganan
 Perdarahan pervaginam, setelah mengalami terlambat haid
pada wanita usia reproduksi.
 Tes kehamilan positif

Prinsip Penatalaksanaan perdarahan per vaginam pada usia kehamilan muda :

1. JANGAN LANGSUNG LAKUKAN KURETASE !!!


2. Tentukan keadaan janin, mati atau hidup. Bila memungkinkan
periksa dengan USG.
3. Beta HCG masih dapat positif walaupun janin sudah mati
2. PENYEBAB ABORTUS
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kromosom, Endometrium, Infeksi, obat-obatan, radiasi
2. Kelainan plasenta
Infeksi, gangguan pembuluh darah, DM, hipertensi
3. Penyakit ibu
Penyakit infeksi, anemia, penyakit kronis
4. Kelainan dalam Rahim
Mioma uteri, Uterus arkuatus, retrofleksi, servik inkompeten, bekas operasi
servik, robekan servik postpartum
3. KOMPLIKASI

 Hemoragi
 Syok
 Renal Failure (faal ginjal rusak)
 Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis
4. PENATALAKSANAAN

 Penangulangan infeksi
 Tingkatkan asupan cairan.
 Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfusi
darah.
 Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah
perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi
bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus
dikeluarkan dari uterus atau dilakukan tindakan
kuretase.
5. KLASIFIKASI
 ABORTUS KOMPLITUS
 Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari Rahim pada kehamilan < 20 mg
 Uterus mengecil, perdarahan sedikit, kanalis servikalis menutup
 Terapi :
 Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrin 3×1 tablet/hari untuk 3-5
hari.
 Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi. Untuk
anemia berat berikan transfuse darah.
 Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau
apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis.
 Anjurkan pasien untuk diet tinggi protein,vitamin dan mineral.
 Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
 Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
ABORTUS KOMPLITUS
 ABORTUS INKOMPLITUS
 Sebagian hasil konsepsi telah keluar
dari uterus dan masih ada yang
tertinggal
 Perdarahan mendadak /banyak
 Dapat terjadi infeksi
 Kanalis servikalis terbuka,
tampak/teraba jaringan,
perdarahan (+)
 Besar uterus < UK
 Terapi:

 Memulihkan KU (infus / tranfusi)


 Kuretase

 Obat: antibiotika & uterotonika


 ABORTUS INSIPIENS
 Abortus yang sedang
mengancam  serviks telah
mendatar  hasil konsepsi
masih lengkap di uterus
 Kanalis servikalis terbuka
 Mules sering & kuat, perdarahan
bertambah banyak.
 Terapi:

 Biasanya dilakukan
kuretase bila UK kurang
dari 12 minggu
 Konsultasidengan dokter
SpOG untuk USG dan
tindakan lebih lanjut
 ABORTUS IMINENS
 Abortus tingkat permulaan, terjadi
perdarahan pervaginam, jalan lahir
masih tertutup, hasil konsepsi masih
baik didalam uterus
 Mules sering & kuat, perdarahan
bertambah banyak.
 Terapi:

 Bedrest

 USG  janin hidup / mati


 Relaksasi,anti perdarahan,
vitamin B komplek,
Hormonal, anti kontraksi
 MISSED ABORTION
 Abortus yang ditandai dengan embrio
atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20
minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih didalam uterus
 Diawali dengan abortus imminens yang
kemudian menghilang spontan atau
setelah terapi.
 Gejala subyektif kehamilan menghilang,
mammae mengendor, uterus mengecil,
tes kehamilan (-). Sering disertai
gangguan pembekuan darah karena
hipofibrinogenemia.
 Terapi
 Dilakukan kuretase. Harus hati-hati
karena terkadang plasenta
melekat erat pada uterus
 ABORTUS HABITUALIS
 Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih
 40 % penyebabnya belum diketahui
 Abortus spontan, imunologik
 Kelainan pada zygote
 Gangguan fungsi atau malfungsi endometrium
 Kelainan anatomik pada uterus
 Terapi:

 Bilabelum terjadi kehamilan : pengobatan memperbaiki kualitas sel telur atau


spermatozoa, kelainan anatomi rahim ibu, kelainan endokrin, adanya
berbagai infeksi (TORCH, Chlamydia, mikoplasma), dan berbagai variasi hasil
pemeriksaan reaksi immunologi.
 Mencegah terjadinya infeksi intrauterine
 Gold standard untuk monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG,
dikerjakan setiap dua minggu sampai kehamilan ini tidak mengalami abortus.
 Support psikologis
 ABORTUS INFEKSIUS DAN ABORTUS SEPTIK
 Abortus infeksiosus : abortus yang disertai infeksi traktus Genitalia.
 Abortus septik : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke
dalam peredaran darah atau peritoneum.
 Gejala :
 Terjadi abortus disertai tanda infeksi : demam, takikardi, perdarahan pervaginam
berbau, uterus membesar, lembek, nyeri tekan, lekositosis. Bila sepsis  demam ,
menggigil, Tekanan Darah .
 Penanganan ; infus  transfusi, Antibiotik. Kuretase dilakukan dalam 6 jam
 ABORTUS PROVOKATUS
 Abortus provokatus kriminalis merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu
dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
 Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang dilakukan dengan
disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya sesuai dengan tanggung jawab profesi.
 Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
 Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
 Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang
ditunjuk oleh pemerintah.
 Prosedur tidak dirahasiakan.
 Dokumen medik harus lengkap.
 Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik
(ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat
tertentu.
Indikasi Abortus Medisinalis

 Gangguan kesehatan yang sangat


mengancam keselamatan ibu
 Kehamilan akibat perkosaan atau hubungan
sedarah (incest)
 Dipastikan terjadi cacat berat pada janin
(severe physical deformities) atau retardasi
mental
Indikasi dan Frekuensi Abortus Buatan
ABORTUS TERAPETIK
Indikasi dan frekuensi

Gawatdarurat
25.0%

Alasan medis
12.0%

Atas permintaan
40.0% Aspek sosial
23.0%

Sumber: Van Look & von Hertzen, 1990


ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian kep.
 Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang
meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat

 Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan


adanya perdarahan pervaginam berulang

 Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien


pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan
 Riwayat pembedahan : Kaji adanya
pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.

 Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji


adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan
penyakit-penyakit lainnya
 Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.

 Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe,


siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya
Pengkajian kep.
 Riwayat kehamilan : Primi/multipara, usia kehamilan,
seksio sesaria sebelumnya, aborsi berulang, perdarahan.
 Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien,
jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang
menyertainya
 Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya
 Indikasi psikiatrik: cemas, ketakutan, gelisah
 Pengkajian tentang pemahaman tentang aborsi, dan
penyembuhan yang diharapkan untuk dilakukan.
Pemeriksaan fisik

 Pmx head to toe  pmx kehamilan sec.umum


 Pemeriksaan fisik: Tinggi fundus, DJJ, posisi janin,
uterus lunak atau tidak.
 Tes laboratorium: RH (-)
Diagnosa Keperawatan

 Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot rahim.


 Resiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit dengan
faktor risiko adanya perdarahan aktif.
 Resiko tinggi cedera pada ibu dengan faktor risiko
adanya profil darah abnormal
 Kurang pengetahuan mengenai penyebab aborsi,
perawatan diri, kontrasepsi/kehamilan yang akan
datang berhubungan dengan kesalahan interprestasi
tentang informasi
Intervensi Keperawatan
- Dx: Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot Rahim.

 intervensi
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien. Tentukan sifat, lokasi, durasi nyeri,kaji
kontraksi uterus, hemoragi retroplasenta atau nyeri tekan abdomen
2. Jeelaskan mengenai nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
3. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk mengalihkan rasa
nyeri, intruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi (mis, napas
dalam, visualisasi, distraksi
4. Kolaborasi analgetik, atau berikan narkotik/sedatif, berikan obat-obatan
pra operatif bila prosedur pembedahan diindikasikan
- Dx: Risiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit dengan faktor risiko adanya
perdarahan aktif.

Intervensi ;
1. Lakukan tirah baring, instruksikan klien untuk menghindari valsava manuver
dan koitus.
2. Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau
posisi semi fowler pada plasenta previa.hindari posisi trendelenburg
3. Catat tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran
mukosa/kulit, dan suhu, ukur tekanan vena sentral, bila ada.
4. Pantau aktivitas uterus, status janin dan adanya nyeri tekan abdomen
5. Pantau masukan/haluaran. dapatkan sampel urin setiap jam;ukur berat jenis.
6. Simpan jaringan atau hasil konsepsi yng keluar
7. Evaluasi, laporkan dan catat jumlah serta sifat kehilangan darah
8. Kolaborasi
 Berikan cairan intravena sesuai dengan indikasi
 Siapkan laparotomi untuk kehamilan yang mengalami ruptur.
- Dx: Resiko tinggi cedera pada ibu dengan faktor risiko adanya profil darah
abnormal

Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda vital dan haluaran urin. Perhatikan warna/suhu kulit.
2. Perkirakan kehilangan darah; lakukan perhitungan jumlah/berat pembalut.
3. Kaji dan tinjau ulang tanda/gejala kagulasi intravaskular diseminata
(KID);faktor pembekuan abnormal, peningkatan kadar produksi degradasi
fibrin.
4. Kolaborasi:
 Siapkan klien untuk perawatan dirumah sakit
 Berikan cairan I.V/oral sesuai dengan kebutuhan.berikan volume ekspander/prodak
darah sesuai indikasi.
 Bantu dengan ,melakukan prosedur terapeutik yang perlu (mis, kuretase atau
induksi persalinan dengan oksitoksin atau prostaglandin
Kurang pengetahuan mengenai penyebab aborsi, perawatan diri,
kontrasepsi/kehamilan yang akan datang berhubungan dengan
kesalahan interprestasi tentang informasi

1. Berikan informasi tentang penyebab aborsi spontan bila


diketahui; mis,anomali genetik, infeksi, inkompatibilitas Rh
2. Diskusikan pilihan metode kontrasepsi. Berikan informasi tertulis.
3. Identifikasi tanda dan gejala untuk dilaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan.
4. Tinjau ulang kebutuhan terhadap Rh. tergantung pada status
Rh klien
5. Rujuk untuk konseling genetic sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai