Anda di halaman 1dari 19

Beberapa

Permasalahan
Kesehatan Haji
Dr, dr. Endy M. Astiwara, MA, FIIS, CPLHI, CRGP, AAAIJ,ACS
Wakil Rektor Universitas YARSI
FATWA MUI SEBAGAI WADAH IJTIHAD JAMA’I

 Berdasarkan jumlah yang berfatwa, ijtihad dikategorikan


menjadi dua; (i) ijtihad personal (ijtihad fardi) dan ijtihad
kolektif (ijtihad jama`i).
 Ijtihad jama’i dilakukan oleh sejumlah (sekelompok) orang
yang terdiri atas para ahli di berbagai bidang, yang secara
kumulatif telah memenuhi persyaratan yang diperlukan
dalam berijtihad.
 Wujud kongkrit dari lembaga ijtihad kolektif ini, di lingkungan
MUI antara lain adalah “Komisi Fatwa”.
KLASIFIKASI FATWA MUI BERDASARKAN
FORUM YANG MENETAPKAN
Frekwensi
No Nama Forum Status Tema Yang Difatwakan Peserta Sifat
Rapat

faham keagamaan,
ibadah, Setiap
Permanen, organ MUI di
1. Komisi Fatwa sosial kemasayarakatan, Anggota Komisi Fatwa Reguler minggu/on
bidang fatwa
iptek, call
pom

Permanen, organ Setiap


2. DSN-MUI Ekonomi syariah Anggota DSN Reguler
otonom MUI minggu

Anggota Komisi Fatwa MUI


Pusat, Pimpinan Komisi Fatwa
faham keagamaan, ibadah,
Ad hoc, tidak masuk MUI Provinsi, Pimpinan
3. Ijtima Ulama sosial kemasyarakatan, Strategis Tiga tahun
secara formal struktural Lembaga Fatwa Ormas Islam
iptek, pom
Pusat, Pesantren, Perguruan
Tinggi Islam

Dewan Pimpinan MUI,


Ad hoc, sebagai unsur faham keagamaan, ibadah,
Pimpinan Komisi Fatwa MUI
4. Munas dalam struktur formal sosial kemasyarakatan, Strategis Lima tahun
Pusat, Pimpinan Komisi Fatwa
permusyawaratan MUI iptek, pom
Provinsi, Ulama undangan
KLASIFIKASI FATWA BERDASARKAN
TEMA
No Tema Fatwa Sub tema Forum Yang Menetapkan
Perbankan Syarīah
Pasar Modal Syarīah
Ekonomi & Keuangan
1 IKNB Syarīah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI
Syariah
Bisnis Syariah
Akuntansi Syarīah
Standardisasi Fatwa Halal Komisi Fatwa MUI dengan
2 Produk Halal
Penetapan Produk Halal melibatkan LP-POM
Ibadah
Faham Keagamaan
3 Masalah Keagamaan KF-MUI, Munas, Ijtima Ulama
Sosial Kemasyarakatan
IPTEK
Sumber:
Disertasi Asrorun Ni'am Sholeh (2008)
ISTITHA’AH DALAM FATWA MUI
(Rumusan Musyawarah Alim Ulama 1975)

"Orang Islam dianggap mampu (Istitha'ah)


melaksanakan ibadah haji, apabila jasmaniah,
ruhaniah, dan pembekalan memungkinkan ia untuk
menunaikan tanpa menelantarkan kewajiban
terhadap keluarga,"
Keputusan Ijtima Ulama Tahun 2012

 Istitha’ah merupakan syarat wajib haji (syarth al-


wujub), bukan syarat sah haji (syarth al-shihhah).
Mendapatkan porsi haji dengan dana talangan haji
dari LKS adalah boleh, karena merupakan usaha/
kasab/ikhtiar dalam rangka menunaikan haji. Jika
upaya tersebut menyebabkan madharat bagi dirinya
atau orang lain maka tidak diperbolehkan.
KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA TAHUN 2018
TERKAIT MASALAH ISTITHAAH KESEHATAN HAJI
1. Kesehatan merupakan syarat ada’ (pelaksanaan) haji, dan bukan merupakan
syarat wajib. Seseorang yang sudah istitha’ah dalam aspek finansial dan
keamanan, tapi mengalami gangguan kesehatan, pada dasarnya tetap
berkewajiban untuk berhaji.
2. Seseorang dinyatakan mampu untuk melaksanakan ibadah haji secara
mandiri, bila sehat fisik dan mental untuk menempuh perjalanan ke tanah suci
dan melaksanakan ibadah haji. Apabila seseorang mengalami udzur syar’i
untuk melaksanakan ibadah haji karena penyakit yang dideritanya atau
kondisi tertentu yang menghalanginya untuk tidak melaksanakan ibadah haji
secara mandiri, padahal dia memiliki kemampuan secara finansial, maka
kewajiban haji atasnya tidak gugur; sedangkan pelaksanaannya ditunda atau
dibadalkan (inabati al ghoir).
4. Seseorang dapat ditunda untuk melaksanakan ibadah haji jika:
Menderita penyakit tertentu yang berbahaya tetapi berpeluang sembuh;
b. Hamil yang kondisinya bisa membahayakan diri dan atau janinnya;
c. Menderita penyakit menular yang berbahaya;
a. d. Terhalang untuk bepergian sementara.

5. Udzur syar’i yang menyebabkan haji seseorang dibadalkan (inabat al ghair) adalah:
Orang yang mempunyai kemampuan finansial, akan tetapi meninggal sebelum
melaksanakan ibadah haji;
Tua renta;
Lemah kondisi fisik terus menerus akibat penyakit menahun;
Penyakit berat yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya;
b. Terhalang untuk bepergian secara terus menerus;
• Syarat untuk menjadi badal haji adalah:
• Akil baligh;
• Tidak berhaji untuk dirinya;
• Sudah melaksanakan ibadah haji untuk dirinya;
• Bisa a dipercaya melaksanakan ibadah haji untuk orang yang dibadalkan;
• Tidak terhalang untuk melaksanakan ibadah haji;
a. Satu orang yang menjadi badal haji hanya boleh melakanakan haji untuk satu
orang.

• Pemerintah (ulil amri) memiliki kewenangan untuk tidak mengizinkan calon


jamaah haji melaksanakan ibadah haji karena alasan kesehatan berdasarkan
pertimbangan syar’i dan medis.
FATWA MUI TENTANG PEMAKAIAN MASKER
BAGI ORANG YANG SEDANG IHRAM
(MUNAS MUI 2020)
1. Memakai masker bagi perempuan yang sedang ihram hukumnya haram, karena termasuk
pelanggaran terhadap larangan ihram (mahzhurat al-ihram), sedangkan memakai masker bagi laki-
laki yang berihram hukumnya boleh (mubah).
2. Dalam keadaan darurat atau kebutuhan mendesak (al-hajah al-syar’iyah), memakai masker bagi
perempuan yang sedang ihram haji atau umrah hukumnya boleh (mubah).
3. Perempuan yang memakai masker sebagaimana pada angka 2, terdapat perbedaan pendapat;
a. wajib membayar fidyah
b. tidak wajib membayar fidyah. 
4. Keadaan darurat atau kebutuhan mendesak (al-hajah al-syar’iyah) sebagaimana angka 2 antara lain:
a. adanya penularan penyakit yang berbahaya;
b. adanya cuaca ekstrim/buruk;
c. adanya ancaman kesehatan yang apabila tidak memakai masker dapat memperburuk kondisi
kesehatan.
Sarana dan Prasarana RS Haji Makkah

Prasarana :
1. Lahan parkir
2. Ruang tunggu keluarga pasien
3. Ruang tunggu pasien ke farmasi
4. Infrastruktur O2, electricity, limbah, dll
Sarana dan Prasarana RS Haji Makkah

Sarana:
1. Ukuran dan desain pintu
2. Luasan ruangan sesuai kebutuhan
3. Lay out ruangan terkait flow pergerakan manusia dan kebutuhan
sesuai standar RS
4. Ukuran lift
5. Alat-alat penunjang
6. Obat-obatan
7. Pelayanan terhadap jamaah Haji Khusus
RS Haji indonesia
 Bangunan dan layout sesuai standar
 Fasilitas sesuai standar
 Safety : patient, officer, medic, paramedic
 Support: electric brankar
 RS permanen, tidak temporer
 RS Indonesia utk TKI, umrah, WN berbahasa Indonesia-Melayu
 Kendala Bahasa
 Inform consent (invasive)
 Kendala ungkapkan kebutuhan
RS Rujukan mendasar
Arab Saudi  Kendala ungkapkan keluhan mendasar
 Pemulasaran jenazah  dishalati di
Masjid al-Haram atau Masjid Nabawi
Arafah – Muzdalifah – Mina
 Potensial perbenturan arus manusia
 Sistem taraddudi : tempat terbatas dan berdebu, confusing,
tempat turun di Mina
 Faktor presipitasi kelelahan
 Resiko heat stroke
 Aplikasi digital tim medis kloter dan haji khusus
 Tim Gerak Cepat (TGC) : kecepatan dan ketepatan
 Surveillance sebagai preventif, pendataan hospitalization dan
post inpatient
Alternatif Kendaraan Surveillance di Armina
Alternatif Kendaraan Surveillance di Armina
Problem pasca haji
1. Resiko penyakit akibat kelelahan
2. Jarak pemondokan dengan Masjid
3. Kehabisan uang
4. Home sickness :
 Ibadah tidak khusyu’
 Turunnya semangat ibadah
 Konflik antar jamaah
SDM Petugas Haji
1. TPHI :
a. Memahami tujuan dan hikmah haji
b. Memahami fikih haji dan fikih awlawiyat haji
c. Memahami psikologi
d. Mengetahui Kesehatan haji

2. TKHI :
e. Mengetahui fikih haji
f. SDM: psikolog, psikiater, rehab medik, fisioterapis
g. Telemedicine dengan tim subspesialis

3. Lain-lain:
h. SDM surveillance & TGC  a.l. bhs Arab ‘amiyah
i. Penerjemah bahasa daerah

Anda mungkin juga menyukai