Bagian Ketiga
KEPUTUSAN IJTIMA
ULAMA KOMISI FATWA
SE-INDONESIA
709
710
KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA
SE-INDONESIA
PERTAMA
TAHUN 2003
711
712
KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA
Tentang
PEDOMAN PENETAPAN FATWA MAJELIS ULAMA
INDONESIA
Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tanggal 20 22 Syawal
1424 H/ 14 16 Desember 2003 M setelah :
Menimbang :
dst
Mengingat
dst
Memperhatikan: 1.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
713
MUQADDIMAH
Kemajuan dalam bidang iptek dan tuntutan pembangunan yang
telah menyentuh seluruh aspek kehidupan, di samping membawa
berbagai kemudahan dan kebahagiaan, menimbulkan sejumlah perilaku
dan persoalan-persoalan baru. Cukup banyak persoalan yang beberapa
waktu lalu tidak pernah dikenal, bahkan tidak pernah terbayangkan,
kini hal itu menjadi kenyataan.
Di sisi lain, kesadaran keberagamaan umat Islam di bumi
Nusantara ini semakin tumbuh subur. Oleh karena itu, sudah merupakan
kewajaran dan keniscayaan jika setiap timbul persoalan baru, umat
mendapatkan jawaban yang tepat dari pandangan ajaran Islam.
Telah menjadi kesadaran bersama bahwa membiarkan persoalan
tanpa ada jawaban dan membiarkan umat dalam kebingunan tidak
dapat dibenarkan, baik secara itiqadi maupun secara Syari. Oleh
karena itu, para alim ulama dituntut untuk segera mampu memberikan
jawaban dan berupaya menghilangkan kehausan umat akan kepastian
ajaran Islam berkenaan dengan persoalan yang mereka hadapi.
Demikian juga, segala hal yang dapat menghambat proses pemberian
jawaban (fatwa) sudah seharusnya segera dapat diatasi. Hal tersebut
sejalan dengan firman Allah SWT:
(:)
Sesungguhnya orang yang menyembunyikan apa yang telah
dan
masyarakat
714
()
715
716
BAB IV
PROSEDUR RAPAT
1. Rapat harus dihadiri oleh para anggota Komisi yang jumlahnya
dianggap cukup memadai oleh pimpinan rapat.
2. Dalam hal-hal tertentu, rapat dapat menghadirkan tenaga ahli yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
3. Rapat diadakan jika ada:
a. Permintaan atau pertanyaan dari masyarakat yang oleh
Dewan Pimpinan dianggap perlu dibahas dan diberikan
fatwanya.
b. Permintaan atau pertanyaan dari pemerintah, lembaga/
organisasi sosial, atau MUI sendiri.
c.
Perkembangan dan temuan masalah-masalah keagamaan
yang muncul akibat perubahan masyarakat dan kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Rapat dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Komisi atas
persetujuan Ketua Komisi, didampingi oleh Sekretaris dan/atau
Wakil Sekretaris Komisi.
5. Jika Ketua dan Wakil Ketua Komisi berhalangan hadir, rapat
dipimpin oleh salah seorang anggota Komisi yang disetujui.
6. Selama proses rapat, Sekretaris dan/atau Wakil Sekretaris Komisi
mencatat usulan, saran dan pendapat anggota Komisi untuk
dijadikan Risalah Rapat dan bahan fatwa Komisi.
7. Setelah melakukan pembahasan secara mendalam dan komprehensif
serta memperhatikan pendapat dan pandangan yang berkembang,
rapat menetapkan Fatwa.
8. Keputusan Komisi sesegera mungkin dilaporkan kepada Dewan
Pimpinan untuk dipermaklumkan kepada masyarakat atau pihakpihak yang bersangkutan.
BAB V
FORMAT FATWA
1. Fatwa dirumuskan dengan bahasa hukum yang mudah dipahami
oleh masyarakat luas.
2. Fatwa memuat:
Nomor dan judul fatwa
Kalimat pembuka basmalah
Konsideran yang terdiri atas:
1. menimbang, memuat latar belakang, alasan, dan urgensi
717
penetapan fatwa
2. mengingat, memuat dasar-dasar hukum (adillah alahkam)
3. memperhatikan, memuat pendapat peserta rapat,
para ulama, pendapat para ahli, dan hal-hal lain yang
mendukung penetapan fatwa.
Diktum, memuat:
1. substansi hukum yang difatwakan, dan
2. rekomendasi dan/atau jalan keluar, jika dipandang perlu
Penjelasan, berisi uraian dan analisis secukupnya tentang fatwa
Lampiran-lampiran, jika dipandang perlu.
3. Fatwa ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Komisi.
BAB VI
KEWENANGAN DAN WILAYAH FATWA
MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah
keagamaan secara umum, terutama masalah hukum (fiqh) dan masalah
aqidah yang menyangkut kebenaran dan kemurnian keimanan umat
Islam Indonesia.
MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah
keagamaan seperti tersebut pada nomor 1 yang menyangkut umat
Islam Indonesia secara nasional atau masalah-masalah keagamaan di
suatu daerah yang diduga dapat meluas ke daerah lain.
Terhadap masalah yang telah ada fatwa MUI, Majelis Ulama Indonesia
Daerah hanya berhak melaksanakannya.
Jika karena faktor-faktor tertentu fatwa MUI sebagaimana dimaksud
nomor 3 tidak dapat dilaksanakan, MUI Daerah boleh menetapkan
fatwa yang berbeda setelah berkonsultasi dengan MUI.
Dalam hal belum ada fatwa MUI, MUI Daerah berwenang menetapkan
fatwa.
Khusus mengenai masalah-masalah yang sangat musykil dan sensitif,
sebelum menetapkan fatwa, MUI Daerah diharapkan terlebih dahulu
melakukan konsulasi dengan MUI.
BAB VII
PENUTUP
1.
718
2. Jika terjadi perbedaan antara Fatwa MUI dan Fatwa MUI Daerah
mengenai masalah yang sama, perlu diadakan pertemuan antara
kedua Dewan Pimpinan untuk mencari penyelesaian yang paling
baik.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan
ditetapkan lebih lanjut oleh Dewan Pimpinan.
4. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan; dengan
ketentuan bila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat
Keputusan ini, akan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 22 Syawal 1424 H
16 Desember 2003 M
Ketua
Sekretaris
ttd
ttd
719
720
dst
Mengingat
dst
Memperhatikan : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
A. FATWA TENTANG BUNGA (INTEREST/FAIDAH)
1. Pengertian Bunga (Interest) dan Riba
Bunga (interest/fa-idah) adalah tambahan yang dikenakan untuk transaksi pinjaman uang (al-qardh) yang diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok tersebut, berdasarkan tempo
waktu, dan diperhitungkan secara pasti di muka berdasarkan
persentase.
Riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan
721
) (:
))
::
pembayaran
2.
:telah
memenuhi
pembungaan
Praktek
uang
saat ini
riba
::
kriteria
zaman
Rasulullah
yang
terjadi
pada
.
SAW,
yakni
riba nasiah. Dengan demikian praktek pembungaan uang ini
.
.
termasuk
satu
dan
haram
hukumnya.
salah
bentuk
riba,
riba
dilakukan oleh Bank,
Praktek
pembungaan
ini
banyak
Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi, dan Lembaga
Keuangan
lainnya
termasuk
juga
oleh
individu.
3. Bermuamalah dengan Lembaga Keuangan Konvensional.
wilayah
yang
sudah
ada
(
kantor/jaringan
Lembaga
)
a.
Untuk
Keuangan
Syariah, )
(
tidak
)
diperbolehkan
melakukan
((
transaksi
yang )
didasarkan
:
kepada
perhitungan
(
:
)
bunga.
Lembaga
)(
)(
berdasarkan prinsip dharurat/hajat.
4. Dasar-dasar
Penetapan
)(.
Allah
..
((
)a.
)
):
SWT
seperti
dikemukakan
oleh
:
1).
Imam Nawawy dalam Al-Majmu:
))
..
((
))
((
))
)
(
(
)
((
al-Quran
Ibn al-Araby
(
2).
dalam
Ahkam
:
(
3).
Al-Aini dalam
)
(Umdah
:
(:).
)
al- Qary
)(.
(::
).).
.
(
)
)(.
1)(
)(
)11
722
)
(
(
)
)(.
)(.
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
(
)
)(.
)
)
5).
Ar-Raghib
dalam
fi Gharib
)al-Isfahani
Al-Mufradat
al-Quran :
)()(
)()(
6). Muhammad Ali al-Shabuni dalam Rawa-i al
Bayan :
()
(
)
)
dikemukakan
oleh
:
:
1). Muhammad Abu Zahrah
dalam
Buhuts
al-Riba
(:
fi).
).
).(:
2). Yusuf al-Qardhawy dalam Fawaid al-Bunuk :
1
1
((
)
3). Wahbah al-Zuhaily dalam Al-Fiqh al-Islamy wa
1
Adillatuh :
(
(
)
)
...
...
..
...
...
:
:
b.
atas
lebih
buruk
dari
riba
yang
diharamkan
Allah
SWT
dalam Al-Quran, karena riba hanya dikenakan tambahan
pada saat si peminjam tidak mampu mengembalikan
pinjaman
saat
jatuh
tempo.
Sedangkan
bunga
pada
transaksi.
c.
d. Telah adanya ketetapan akan keharaman bunga
bank
...
...:
723
e.
f.
g.
: ()
Rekomendasi
Agar Majelis
Ulama
Indonesia
mengusahakan
adanya
kriteria penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah untuk
oleh
Menteri
...
dijadikan pedoman
Agama
dengan
membahasnya
bersama ormas-ormas Islam dan para ahli terkait.
.
...Fatwa
: :
Dasar-Dasar Penetapan
1.
724
...
)(
(
)
( ...
)(
Janganlah
kamu
berpuasa
)(Ramadhan
sehingga
)
)
melihat tanggal
(satu
)Ramadhan
dan
janganlah
berbuka
puasa
)...Ramadhan
sehingga
(
melihat
:
(mengakhiri
tanggal
...
(satu Syawwal).
Jika
dihalangi
oleh
awan/
mendung
maka
...
kira-kirakanlah.
...
2. Hadis Riwayat
Bukhari
Muslim
dari
Abu
Hurairah:
.
...
.
(
...
...
...
Berpuasalah
)(Ramadhan
karena
melihat
tanggal
(satu
Dan
(mengakhiri
Ramadhan).
...
...
berbukalah
puasa
melihat
(satu
:
)Ramadhan
karena
tanggal
Syawwal).
melihatnya
Apabila
kamu
terhalangi,
sehingga
tidak
.
dapat
...
maka
sempurnakanlah
bilangan
Syaban
tiga
puluh
hari.
...
:
3. Firman
Allah
QS
Yunus
[10]:
5
...
...
QS.
[4]:
59
...
4. Firman
Allah
an-Nisa
yang
beriman,
taatlah
kepada
...
Allah,
Wahai orang-orang
taatlah
kepada
Rasul
dan
ulil-amri
antaradi
kamu.
...
meskipun
kalian
itu
seorang
hamba
sahaya
Habsyi.
yang memimpin
Fiqhiyah:
6. Kaidah
).
pemerintah
itu
mengikat
(wajib
)dipatuhi
Keputusan
dan
menghilangkan silang pendapat.
al-Syarwani
dalam
al-Syarwani
.:
7. Imam
Hasyiyah
).
).
).
).
FATWA
TENTANG
TERORISME
Terorisme
dan
Perbedaannya
1. Pengertian
dengan
.
Jihad
Meskipun
belum
ada
kesepakatan
mengenai
pengertian
).
terorisme,
namun
secara
umum
dapat
dipahami
bahwa
terorisme
merupakan
kejahatan
terhadap
kemanusiaan
dan
.
terhadap
peradaban
yang menimbulkan
ancaman
serius
725
.
.
C.
kedaulatan
negara,
bahaya
terhadap
keamanan,
perdamaian
dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Terorisme
diorganisasi
dengan
.
membeda-bedakan
(indiskrimatif).
Dalam khazanah
(fiqih
Islam,
terorisme
).memenuhi
unsur
golongan kami
Jihad mengandung dua pengertian :
.
dan
upaya
sekuat
tenaga
kesediaan
a. Segala
usaha
serta
untuk menanggung kesulitan di dalam memerangi dan
.
segala
bentuknya.
Jihad
726
4.
HIMPUNAN
FATWA
MAJELIS
ULAMA
INDONESIA
Bom
bunuh
diri
dan
Amaliyah
al-Istisyhad
a. Orang yang bunuh diri itu membunuh dirinya untuk
...pelaku
.
(irhab) dan kerugian yang lebih besar di pihak
musuh Islam,
termasuk
yang
(
melakukan
tindakan
).
dapat
.
.
.
...
diperangi,
karena
sesungguhnya
mereka
telah
dianiaya.
kampung
. 727
...
.
halamannya tanpa alasan yang benar kecuali mereka
hanyalah
Allah
(QS.
Alhanya berkata Tuhan...
kami
)Hajj: 39-40
.
...
...
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa
sanggupi
dan
saja
yang
kamu
.
dari
kuda
yang
ditambat
untuk
berperang
(yang
dengan
persiapan
itu)kamu
musuhmu
;mengetahuinya
.
yang
...
kamu
yang
selain
mereka
tidak
Allah ...
sedangkan
mengetahuinya.
...
.
...
Dan
janganlah
dirimu.
Sesungguhnya
...
kamu
...
membunuh
...
.
melanggar
dan
(
dengan
)
dianiaya
berbuat demikian
maka
akan.
ke
Kami
memasukkannya
dalam
neraka.
...
....
kelak
Yang demikian
adalah
(QS
An
...
bagi
Allah
)itu(
mudah
...
)Nisa: 29
...
...
...
orang
...
karena
bumi
makaseakan
membuat
kerusakan
di.
muka
...ia
akan
telah
membunuh
manusia
seluruhnya
(QS
.
Al
Maidah:
)32
)
...
(
...
)
...janganlah
kamu
dirimu
ke
Dan
menjatuhkan
sendiri
(kebinasaan
)
)32
dalam
(QS
Al-Maidah:
...
(
)
...
b.
Hadis-hadis
Nabi
Saw
:
)
(
)
lainnya
)
(HR
Abu
)Dawud
)(
)(
Barangsiapa mengacungkan senjata tajam kepada
(
)sehingga ia berhenti (HRMuslim
)
)(
728
.
...
...
...
ULAMA
FATWA
MAJELIS
INDONESIA
HIMPUNAN)(
...
.
)(
(
)
...
Barangsiapa
diri
dari
sebuah
(
(
)yang
menjatuhkan
neraka
(
)
(HR.
Bukhari
dikekalkan
di
selama-lamanya
dalamnya
...
dari
)al-Dhahhak
dan Muslim
)(
c. Qaidah Fiqh :
bersifat
umum
(lebih
luas).
...
)(
)3(
Sekretaris
ttd
729
Ketua
ttd
730
REKOMENDASI
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE INDONESIA
Atas
BERBAGAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG (RUU) DAN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH (RPP)
Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia setelah :
Menimbang : dst
Mengingat
: dsb
Memperhatikan :
1. Pidato Menteri Agama RI dalam acara Ijtima Ulama Komisi Fatwa
se-Indonesia
2. Pidato Iftitah Ketua Umum MUI
3. Penjelasan Ketua Komisi Fatwa
4. Pendapat-Pendapat yang berkembang pada sidang-sidang Komisi
Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Rekomendasi atas RUU Anti Pornografi
a. Mendesak DPR untuk segera mengesahkan RUU
Antipornografi menjadi UU dengan nama UU ANTI
PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI. Hal ini penting
karena Pornografi dan Pornoaksi telah merusak moralitas
bangsa dan bertentangan dengan nilai-nilai agama.
b. Perlu adanya revisi pada beberapa materi RUU Antipornografi,
diantaranya sebagai berikut :
1). Definisi pornografi yang tertuang dalam
RUU Antipornografi belum cukup memadai
karena belum memasukkan unsur Pornoaksi.
Disamping itu, nilai-nilai dan norma agama
harus dijadikan acuan dalam memberikan
definisi dan batasan pornografi dan pornoaksi.
2). Pelarangan dan sanksi yang tertuang dalam
RUU tersebut tidak hanya terbatas pada pelaku
731
732
733
734
735
Ketua
Drs. H. Taufiq, SH
736
Sekretaris
LAMPIRAN
Catatan terhadap Pasal-Pasal RUU Wakaf yang perlu
disempurnakan :
1. Pasal 1 ayat 5 : Tidak jelas apa yang dimaksud dengan benda tidak
berwujud.
2. Pasal 2 : Wakaf sah apabila dilaksanakan menurut undang-undang
ini. Apakah itu berarti bahwa yang tidak dilakukan menurut UU
ini dianggap tidak sah? bagaimana konsekuensinya.
3. Pasal 3 : Disebut bahwa wakaf ditujukan untuk kesejahteraan
umum. Tujuan Wakaf untuk umum atau umat Islam?
4. Pasal 5 disebut bahwa Syarat adalah wakif, nazhir, benda wakaf,
ikrar wakaf dan peruntukkan benda wakaf. Semua ini bukan
syarat wakaf, tetapi rukun wakaf. Selain itu, tidak disebut
maukuf alaihnya.
5. Pasal 8 : Nazhir berstatus sebagai badan hukum. Apa yang
dimaksud dengan badang hukum? Apakah harus selalu berbadan
hukum? Bagaimana penjelasan badan hukum tersebut tidak
dijelaskan, bahkan di dalam Penjelasan pasal ini disebut cukup
jelas.
6. Pasal 10 : Terjadi kerancuan dengan pasal 1 dan 8. Dalam pasal
menjelaskan pengertian Nazhir dan pasal 8 disebut Nazhir berstatus
badan hukum. Sementara di pasal 10 disebut Nazhir dapat menjadi
pengurus Badan hukum wakaf.
7. Pasal 12 :
Ayat 1 b : Salah satu kewajiban Nazhir mengekalkan manfaat
benda wakaf. Yang dikekalkan bukan manfaat benda wakaf
tetapi benda wakafnya.
Ayat 1 c : Kewajiban Nazhir mengelola benda wakaf.
Kewajiban Nazhir bukan hanya mengelola, tetapi juga
mengembangkannya untuk menghasilkan manfaat benda
wakaf yang diperuntukkan kepada maukuf alaih.
Ayat 1 d telah mencakup point a, b dan c, sehingga terjadi
pengulangan.
Ayat 1 e muncul istilah maukuf alaih yang belum dijelaskan
dalam Ketentuan Umum ayat 1.
8. Pasal 13 : apa dasar hukum dan alasan pemberian hak paling banyak
10% kepada Nazhir?
9. Pasal 14 :
Ayat 1 : redaksi ayat 1 sudah dijelaskan dalam ketentuan umum
pasal 1, sehingga terjadi pengulangan.
Penjelasan ayat 1 tidak menjelaskan (bahkan menimbulkan
737
738
739
Alasannya :
740
741
742
KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA
SE-INDONESIA
KEDUA
TAHUN 2006
743
744
KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA
KOMISI FATWA SE-INDONESIA II TAHUN 2006
KOMISI A
MASAIL DINIYYAH ASASIYYAH WATHANIYYAH
SUB TEMA
a. PENEGUHAN BENTUK DAN EKSISTENSI NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
b. HARMONISASI KERANGKA BERPIKIR KEAGAMAAN
DALAM KONTEKS KEBANGSAAN
c. TASWIYATUL MANHAJ (PENYAMAAN POLA PIKIR
DALAM MASALAH-MASALAH KEAGAMAAN)
d. TANSIQ AL-HARAKAH (KOORDINASI LANGKAH
STRATEGIS
DALAM
MASALAH-MASALAH
KEAGAMAAN)
745
746
KEPUTUSAN KOMISI A
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA
INDONESIA SE- INDONESIA II
tentang
MASAIL ASASIYAH WATHANIYAH
Ijtima Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia seIndonesia II, setelah :
Menimbang : 1.
2.
3.
4.
747
5.
Memperhatikan
a. :
b.
c.
d.
e.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
A. PENEGUHAN BENTUK DAN EKSISTENSI NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
1. Kesepakatan bangsa Indonesia untuk membentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai ikhtiyar untuk
memelihara keluhuran agama dan mengatur kesejahteraan
kehidupan bersama, adalah mengikat seluruh elemen
bangsa.
2. Pendirian NKRI adalah upaya final bangsa Indonesia untuk
mendirikan negara di wilayah ini
3. Wilayah NKRI dihuni oleh penduduk yang sebagian besar
beragama Islam, maka umat Islam wajib memelihara keutuhan
NKRI dan menjaga dari segala bentuk pengkhianatan terhadap
kesepakatan dan upaya pemisahan diri (separatisme) oleh
siapapun dengan alasan apapun.
4. Dalam rangka menghindarkan adanya pengkhianatan dan/
atau pemisahan diri (separatisme) negara wajib melakukan
upaya-upaya nyata untuk menciptakan rasa adil, aman dan
748
sejahtera secara merata serta penyadaran terhadap elemenelemen yang cenderung melakukan tindakan pengkhianatan
dan/atau separatisme
5. Upaya pengkhianatan terhadap kesepakatan bangsa
Indonesia dan pemisahan diri (separatisme) dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang sah, dalam pandangan
Islam termasuk bughat. Sedangkan bughat adalah haram
hukumnya dan wajib diperangi oleh negara.
6. Setiap orang, kelompok masyarakat, lembaga-lembaga atau
organisasi-organisasi yang melibatkan diri, baik secara
terang-terangan maupun tersembunyi, dalam aktifitasnya
yang mengarah pada tindakan pemisahan diri (separatisme)
dari NKRI adalah termasuk bughat.
Dasar Penetapan
1. QS. Al-Hujurat : 9
dia
telah
surut,
damaikanlah
antara
keduanya
menurut
keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya
mencintai
orang-orang
berlaku
alAllah
yang
adil (QS
Hujurat
[49]
: 9).
2.
QS.
Al-Hujurat
:13
kamu
berbangsa-bangsa
dan
bersuku-suku
supaya
saling
Sesungguhnya
orang
kamu
kenal-mengenal.
yang
749
:
(
)
KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006
Hai
orang-orang
yang
beriman,
taatilah
Allah
dan
taatilah
Rasul
(Nya),
dan
ulil
amri
di
antara
kamu.
Kemudian
sesuatu,
maka
jika kamu berlainan pendapat tentang
kembalikanlah
ia
kepada
Allah
(Al
)Quran
dan
Rasul
(sunnahnya),
jika
kamu
benar-benar
beriman
kepada
Allah
dan
hari
kemudian.
Yang
itu
utama
)(bagimu
demikian
lebih
lebih
akibatnya.
(QS.
Al-Nisa
[4]:59).
dan
baik
QS.
Ali
Imran
:
64
)
Hai Ahli Kitab,(marilah
Katakanlah:
)(berpegang
kepada
yang
suatu
)(ketetapan
tidak
ada
perselisihan
kalimat
:
antara
kami
dan
kamu,
bahwa
tidak
kita
sembah
kecuali
Allah
tidak
kita
persekutukan
)
Dia
(dan
dengan
sesuatupun
lain
sebagai
tuhan
selain
Allah.
Jika
mereka
berpaling
:
maka
katakanlah
kepada
mereka:
Saksikanlah,
bahwa
kami
adalah
:
.
berserah
orang-orang
yang
diri
(kepada
)Allah). (QS. Ali Imran [3]:64
)(
QS.
Al-Nahl
:
: 76
(
)
:
.
4.
5.
:
)(
)(
:
(
750
HIMPUNAN
ULAMA
FATWA
MAJELIS
INDONESIA
dan dia menjadi beban atas penanggungnya,
ke
mana
tidak
dapat
dan
yang
berbuat
?lurus
berada
pula
di
atas
jalan
yang
(QS.
Al-Nahl
)[16]:76
Hadits Nabi saw
6.
:
:
)(
((
))
:
:
)(
((
)
)
.
..
:
:
)(
((
))
:
:
)(
)(10. Hadits Nabi saw
7. Hadits Nabi saw
).
(
). (
)(
(
)
751
... ) (
... ) (
).
(al-Asqalany,
dalam
Fath
).
12.
Pendapat
Ibn Hajar
al-Bari
((
).
(
(
...
(
)
...
...
).
(
).
Bughyat
al-Mustarsyidin(
) (
13. Pendapat
dalam
).
a.
b.
752
d.
e.
Dasar-Dasar Penetapan
1.
tiadalah
2.
mengutus
kamu,
melainkan
QS. Al-Isra[17]:70
lautan862,
Kami
mereka
di
Kami
angkut
daratan
dan
dengan
sempurna
mereka
kelebihan
yang
atas
kebanyakan
makhluk yang telah Kami
ciptakan.
(QS.
Al-Isra[17]:70
)
Kami
untuk
(menjadi)
rahmat
bagi
semesta
alam.
(QS.
Al
Anbiya[21]:107)
3.
QS.
Al-ahzab[33]:36
753
4.
Hai
orang-orang
yang
beriman,
janganlah
kamu
mengikuti
langkah-langkah
syaitan.
Barangsiapa
yang
yang
keji
syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan
karena
dan
yang
mungkar.
Sekiranya
tidaklah
kurnia
niscaya
Allah
dan
rahmat-Nya
kepada
kamu
tidak
sekalian,
seorangpun
dari
kamu
bersih
(dari
perbuatan-perbuatan
tetapi
Allah
Mendengar
lagi:
Maha
Mengetahui.
(QS.
al-Nur
)[24]:21
:
-
QS.
al-Anam
:
: 16
Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang
mereka
akan
di
muka
bumi
ini,
niscaya
menyesatkanmu
5.
persangkaan
belaka,
dan
mereka
berdusta
(terhadap
Allah).
(QS. al-Anam
[6]
):116
QS. al-Mukminun: 71
:
-
:
-
6.
754
HIMPUNAN
FATWA
INDONESIA
MAJELIS
ULAMA
Andaikata
menuruti
kebenaran
itu
hawa
nafsu
mereka,
pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di
kepada
dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan
mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka
berpaling
kebanggaan
dari
itu.
(QS
al-mukminun
)[23]:71
:
:
:
--
:
:
7.
8.
9.
.."..
755
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dasar-dasar Penetapan
1.
mengetahui
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang
mendapat
756
HIMPUNAN
FATWA
MAJELIS
ULAMA INDONESIA
QS. Al-Najm : 32
2.
keji
yang
selain
dari
kesalahan-kesalahan
kecil.
perbuatan
Tuhanmu
luas
Dan
Sesungguhnya
maha
ampunanNya.
dirimu
suci.
yang
mengetahui
orang
Dan
barangsiapa
yang
menentang
Rasul
sesudah
jelas
kebenaran
baginya,
dan
mengikuti
jalan
yang
bukan
jalan
orang-orang
:
mumin,
Kami
biarkan
ia
leluasa
terhadap
tempat
kembali.
Al-Nisa
(QS.
)[4]:115
Al-Anfal:
46
QS.
kamu
berbantah-bantahan,
yang
menyebabkan
kamu
orang-orang
Allah
beserta
yang
sabar.
(QS.
Sesungguhnya
Al-Anfal
)[8]:46
)(
QS. Hud: 118 119
:
757
3.
4.
5.
Jikalau
Tuhanmu
menghendaki,
tentu
Dia
menjadikan
manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih
kecuali
orang-orang
yang
rahmat
oleh
pendapat,
diberi
)(keputusan-Nya
telah
Kalimat Tuhanmu
ditetapkan:
jin
manusia
(yang
)durhaka
(QS.
dengan
dan
semuanya.
al-manar,
Kata
illa
rahima
rabbuka,
Dalam
kitab
ma
adalah
bentuk ikhtilaf yang tidak melahirkan
pertentangan
dan
permusuhan.
- :
Nabi
Hadits
SAW:
6.
8.
9.
(((
)
)
7.
..
::
758
()
2.
Gerakan umat Islam yang efektif itu adalah gerakan yang bersifat
ishlahiyyah, terkoordinasi, tersinergi, saling mendukung,
dan tidak kontra-produktif, serta mengedepankan cara-cara
(kaifiyat) yang damai, santun, dan berkeadaban, sekalipun
aktifitas kegiatan tersebut beragam dan tidak satu model.
3.
b.
Dasar-dasar Penetapan
1.
759
Allah,
akan
nimat
Allah
kepadamu
ketika
kamu
dahulu
(masa
petunjuk.
(QS.
Ali
Imran
kepadamu,
mendapat
[3]:103)
2.
QS. Al-Maidah: 2
kehormatan
syiar-syiar
dan
jangan
melanggar
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
kurnia
760
[5]:2)
Maidah
3.
4.
5.
Atsar Shahabat:
al-haqqu bila nizham qad yaghlibuhu al-bathil bi alnizham
Wallahu Alam bi al-Shawab.
Ditetapkan : Gontor, Ponorogo, Jawa Timur
Pada tanggal : 26 Mei 2006 M./ 27 Rabiuts Tsani 1427 H
Sekretaris
Drs. H. Slamet
Effendy Yusuf, Msi
761
762
KEPUTUSAN KOMISI B
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA II
TAHUN 2006
Tentang
MASAIL WAQIIYYAH MUASHIRAH
SMS BERHADIAH
A. DESKRIPSI MASALAH
Yang dimaksud dengan SMS berhadiah adalah suatu model
pengiriman SMS mengenai berbagai masalah tertentu, yang disertai
dengan janji pemberian hadiah, baik melalui undian ataupun
melalui akumulasi jumlah (frekwensi) pengiriman SMS yang paling
tinggi, sementara biaya pengiriman SMS di luar ketentuan normal,
dan sumber hadiah tersebut berasal dari akumulasi hasil perolehan
SMS dari peserta atau sebagiannya berasal dari sponsor.
B. KETENTUAN HUKUM
1. SMS berhadiah hukumnya haram karena mengandung unsur
judi (maysir), tabdzir, gharar, dharar, ighra dan israf.
a. Maysir yaitu mengundi nasib dimana konsumen akan
berharap-harap cemas memperoleh hadiah besar dengan
cara mudah.
b. Tabdzir yaitu permainan SMS berhadiah cenderung
membentuk perilaku mubadzir yang menyia-nyiakan harta
dalam kegiatan yang berunsur maksiat/haram.
c. Gharar yaitu permainan yang tidak jelas (bersifat
mengelabui), dimaksudkan untuk mencari keuntungan
sebesar-besarnya oleh produsen/penyedia jasa melalui
trick pemberian hadiah atau bonus.
d. Dharar yaitu membahayakan orang lain akibat dari
permainan judi terselubung yang menyesatkan dengan
pemberian hadiah kemenangan di atas kerugian dan
kekalahan yang diderita oleh peserta lain.
e. Ighra yaitu membuat angan-angan kosong dimana
konsumen dengan sendirinya akan berfantasi-ria
763
untuk)
berhala,
nasib
...
khamar,
(berkorban
mengundi
...
ingkar
...
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat
...
...
764
HIMPUNAN
FATWA
MAJELIS
ULAMA
INDONESIA
...
(QS. Al-Araf
[7]:
31).
...
...
maksud)
memperoleh
...
Dan janganlah kamu memberi (dengan
Tirmidzi)
765
... x
x
x
)
(
..... x
766
767
".. "...
768
769
lahir
dan
batin.
dan
diantara
manusia
ada
yang
membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk
penerangan.
(Lukman:
tanpa
Kitab
yang
memberi
20)
dan
tiada
melihat
bahwasanya
Allah
menundukkan
Apakah kamu
apa
yang
ada
dibumi
dan
bahtera
yang
berlayar
di
bagimu
Pengasih
lagi
Maha
Penyayang
kepada
Allah benar-benar Maha
manusia.
(QS
Al-Haj:65)
dijadikankamu
dan
dia
berkehendak
(menciptakan)
langit,
lalu
Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu. (Al
Baqarah:29)
770
2.
HIMPUNAN
FATWA
MAJELIS
ULAMA
INDONESIA
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka
bumi,
(Tidak
akan
dan
harapan
dengan
rasa takut
diterima)
(akan
dikabulkan).
Sesungguhnya
rahmat
Allah
amat
dekat
kepada
4.
771
772
PENGOBATAN ALTERNATIF
Ketentuan Hukum
Pengobatan alternatif adalah usaha penyembuhan tidak dengan caracara medis kedokteran, hukumnya:
1. Apabila mengandung syirik dan/atau kemusyrikan serta sihir
diharamkan.
2. Bila tidak mengandung syirik dan atau kemusyrikan serta sihir
dibolehkan.
3. Pengobatan dengan sesuatu yang diharmkan, hukumnya haram
pula.
Selanjutnya, mengenai kriteria syirik karena perlu ada penjelasan secara
rinci. Demikian pula dengan upaya pengobatannya, maka diserahkan
kepada MUI Pusat untuk membentuk Tim khusus.
773
MASALAH-MASALAH KRITIS
DALAM AUDIT PRODUK HALAL
1. Masalah Stunning (Pemingsanan)
Ketentuan Hukum:
a.
b.
d.
774
KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA
KOMISI FATWA SE-INDONESIA II TAHUN 2006
KOMISI C
MASAAIL QANUNIYAH (PERUNDANG-UNDANGAN)
.
Setelah memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa
Taala- dengan memohon taufik Allah Azza wa Jalla- atas nama Komisi
C kami sampaikan laporan persidangan Komisi C sebagai berikut :
A. Pimpinan Sidang :
a.
b.
c.
d.
e.
B. Jalannya Persidangan :
1. Sidang dibuka oleh pimpinan sidang pada pukul 07.50 WIB,
dengan pembacaan Ummul Quran yang dipimpin langsung
oleh pemimpin sidang.
2. Pemimpin sidang menyampaikan penjelasan singkat tentang
materi-materi yang hendak dibahas oleh Komisi C.
3. Pemimpin sidang menawarkan kepada peserta sidang
tentang sistem/mekanisme pembahasan materi yang akan
digunakan. Dengan suara bulat, peserta sidang menyetujui
agar pembahasan dilakukan satu demi satu dengan cara
dibacakan oleh pimpinan/sekretaris sidang. Sesudah pimpinan
sidang membacakan materi yang telah disiapkan oleh panitia,
peserta sidang diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
memberikan tanggapan, masukan, dan/atau usulan.
4. Setelah dilakukan pembahasan yang tidak jarang diiringi
775
776
777
MUI.
4. Mempertahankan keberadaan DPS dalam setiap perbankan
syariah
4) RUU Hukum
Perkawinan
Terapan
Peradilan
Agama
Bidang
778
2.
2.
3.
779
Catatan :
Komisi C mengusulkan sebagai berikut:
a. Agar MUI mendorong daerah-daerah lain (propinsi, kabupaten
dan/atau kota) yang belum memiliki perda-perda tentang
penerapan syariat Islam supaya segera mewujudkannya.
b. Agar MUI dari tingkat pusat sampai tingkat daerah mendukung
pembentukan dan/atau pemberlakuan peraturan-peraturan
desa tentang penerapan syariat Islam.
8) Lain-lain:
Komisi C mengusulkan kepada MUI supaya :
1. Mendesak DPR RI dan Pemerintah untuk melakukan
perubahan dan penambahan UU tentang Perseroan Terbatas
(UU PT) dengan memasukkan ekonomi syariah.
2. Mendesak Pemerintah untuk mewujudkan demokratisasi
ekonomi dengan memberikan kesempatan bagi perkembangan
ekonomi syariah, baik dalam bidang regulasi maupun
kelembagaan, terutama peraturan perundang-undangan
tentang asuransi syariah, pasar modal syariah, sukuk (SUN
Syariah) dll, serta pembentukan Direktorat Asuransi
Syariah di Departemen Keuangan dan lembaga-lembaga
terkait lainnya.
D. Penutup
Demikianlah laporan persidangan Komisi C ini disampaikan,
tentu dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada
di dalamnya. Harapan kami, semoga partisipasi aktif Bapak/
Ibu/Saudara/i pada Sidang Pleno ini dapat menyempurnakan
kekurangan dan keterbatasan yang ada. Billahi fi sabilil haq.
Gontor, 28 Rabiul Tsani 1427 H / 26 Mei 2006 M.
Tim Perumus :
1.
2.
3.
4.
780
KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA
SE-INDONESIA
KETIGA
TAHUN 2009
781
782
KEPUTUSAN KOMISI A
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE- INDONESIA III
Tentang
MASAIL ASASIYAH WATHANIYAH
(Masalah Strategis Kebangsaan)
783
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi
Allah
ialah
orang
yang
paling
diantara
kamu.
taqwa
Al-Baqarah[2]:
42
2. Q.S.
yang
bathil
dan
janganlah
kamu
sembunyikan
hak
itu[43],
sedang
kamu mengetahui.
()
Al-Baqarah[2]:
256
3.
Q.S.
(:
yang
benar
daripada
yang
Sesungguhnya
).....
Telah
...
jelas
jalan
jalan
sesat.
Karena
itu
()
":
(
)"
784()
(:)........
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
kafir,
aku
tidak
akan
menyembah
apa
yang
kamu
sembah.
dan
kamu
bukan
penyembah
Tuhan
menjadi
yang
kamu
sembah,
dan
(
tidak)
apa
kamu
pernah
)(pula
yang
aku
sembah.
untukmu
agamamu,
dan
penyembah
Tuhan
untukkulah,
agamaku.
:"
")
:
).....
tiada
memerangimu
karena
agama
terhadap
(
orang-orang
yang
...
tidak
)(pula
mengusir
kamu
dari
negerimu.
Sesungguhnya
dan
Berlaku
adil.
Sesungguhnya
yang
Allah menyukai orang-orang
sebagai
kawanmu
orang
)
Allah
hanya"melarang
menjadikan
kamu :
orang
yang
memerangimu
:"
karena
agama
(
dan
mengusir
")
kamu
menjadikan
kawan,
Maka
Barangsiapa
)(
)"mereka
sebagai
mereka
Itulah
yang
orang-orang
zalim.
":
( ") .
)
...
(
:
).....
":
mereka
dengan
Maka
(hendaklah
si
)(damai
antara
kamu,
)
"
"membayar
:
diserahkan
kepada
)pembunuh
diat
yang
keluarganya
)(si terbunuh
")(
(
...).....:
":
7. Hadits Nabi saw
.")
:"
(
")
(
)
":
785
") (
(
)
IJTIMA
ULAMA
KOMISI
FATWA
SE-INDONESIA
KETIGA
TAHUN
2009
KEPUTUSAN
).....(:
...
()
Abu).....
Hurairah
Dari
(:
RA,
Rasulullah
SAW
bersabda:
kaum
...
dengan
syarat-syarat
mereka
(HR.
Abu
Daud
muslimin
terikat
"
:
dan al-Hakim).
")
" :
).....
...
8. Hadits Nabi saw
")(
"
(
(
")
)
":
)(
9. Hadits Nabi saw
(
")
":
") (
(
Dari
":Ibnu
Abbas
RA.
Rasulullah
SAW
bersabda:
setiap
syarat
)
yang tidak "
ada
dalam kitabullah hukumnya batal, walaupun
ThabraniAt
dan
)Bazzar
seratus
syarat."":)
(HR.
Al
") (
( ") .
(
":
") .
786
yang
mulia.
dan
ucapkanlah
perkataan
kepada
mereka
787
di
dunia
dengan
baik,.
104
mencegah
beruntung.
Maka
siksa
mereka
disebabkan
perbuatannya.
itu,
Kami
6. Q.S. Ar-Rum[30]: 41
788
(kebahagiaan)
negeri
akhirat,
dan
janganlah
kamu
melupakan
bahagianmu
dari
(kenikmatan)
duniawi
dan
berbuat
baiklah
berbuat
baik,
kerusakan.
8. Q.S. An-Nisa[4]: 58
::
Dari Syidad bin Aus berkata: dua hal dari rasulullah saw. yang
senantiasa
aku
pelihara:
sesungguhnya
Allah
azza
wa
jalla
::
menyukai
(al-ihsan)
terhadap
segala
sesuatu,
jika
kalian
kebaikan
menyembelih
maka
lakukanlah
dengan
baik
dengan
menajamkan
()
10. Hadits Nabi saw
()
789
()
()
Ajarilah (akhlak) anakmu sebelum mereka dilahirkan
13. Hadits Nabi saw
::
()
()".
790
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
)".(
)".pada
791
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa
792
kamu
Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai
Islam
itu
jadi
agama
bagimu.
4. Q.S. Al-Ahzab[33]:36
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata.
5. Q.S. Al-Anam [6] :116
bumi
ini,
niscaya
mereka
akan
menyesatkanmu
dari
jalan
Allah.
Mereka
tidak
lain
hanyalah
mengikuti
persangkaan
belaka,
dan
6. Q.S.
Al-Mukminun
[23]:71
kepada mereka
kebanggaan (Al Quran) merekatetapi
mereka
berpaling
dari
kebanggaan itu.
793
7. Q.S. At-Taubah[9]: 23
8. Q.S. Hud[11]: 61
794
: :
2.
3.
Imamah dan imarah dalam Islam menghajatkan syaratsyarat sesuai dengan ketentuan agama agar terwujud
kemaslahatan dalam masyarakat.
4.
5.
REKOMENDASI
a. Umat Islam dianjurkan untuk memilih pemimpin dan wakilwakilnya yang mengemban tugas amar makruf nahi munkar.
b. Pemerintah dan penyelenggara pemilu perlu meningkatkan
sosialisasi penyelenggaraan pemilu agar partisipasi masyarakat
dapat meningkat, sehingga hak masyarakat terpenuhi.
795
: :
DASAR PENETAPAN
1. Q.S. An-Nisa[4]: 58
)
(
Dari Abdullah bin Amr bin Auf al-Muzani, dari ayahnya, dari
kakeknya, sesungguhnya rasulullah saw. bersabda: perjanjian
boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan
kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram (HR. At-Tirmidzi)
4. Hadis Nabi saw. :
":
)."
796
()
()
perkara
yang":
sesuai
dengan
kebenaran,
dan
bagi
kalian
dan".)
bagi
mereka
At-Thabrani
)(pahala
tidak":
(HR.
dan
Ad-Daru
)Quthni
(
":".)
5.
Hadis Nabi saw:
(
)
Barangsiapa )
mati
dan."
belum
melakukan
baiat
maka
matinya
)(
Nabi
saw:
":
6. Hadis
".)
(HR.
tunggulah waktunya
)Bukhari
(
)
(
(
Nabi
saw:
Hadis7.
(
(
(
)
(
(
bagaimana
kepercayaan
melalaikan
tersebut?.
Rasulullah
saw.
Menjawab:
jika
suatu
(
perkara
)diserahkan
kepada
)(
)(
797
()
Barangsiapa memilih seorang pemimpin padahal ia tahu ada
orang lain yang lebih pantas untuk dijadikan pemimpin dan lebih
faham terhadap kitab Allah dan sunnah rasulNya, maka ia telah
mengkhianati Allah, rasulNya, dan semua orang beriman (HR.
At-Thabrani)
10. Hadis Nabi saw:
()
jika tidak
mampu
(juga) maka
hati,
yang
demikian
dengan
adalah
iman
yang
paling
lemah
(HR.
Muslim)
()
()
().
()(
)
Dari Abdullah RA, nabi saw. bersabda: seorang muslim akan
":
mendengar dan
patuh terhadap (perintah) yang dia suka atau
selagi
ia
tidak
:
diperintah
terhadap
kemaksiatan,
jika
benci
(
)"
diperintah (untuk melakukan) maksiat
maka
tidak (harus)
mendengar
dan
menaati
(
(perintah
).
tersebut).
(HR.
Al-Bukhari)
()
12.
Hadis Nabi saw:
":
:
(")
().
mengangkat ":
di
antara mereka seorang pemimpin (HR.
Ahmad)
(")
798
)(
:
).(
13. Hadits Nabi saw :
":
")(
"...
"
Wahai sekalian manusia, jika aku dalam kebaikan maka
bantulah aku dan jika aku buruk maka ingatkanlah aku ... taatilah
aku selagi aku menyuruh kalian
taat
"pada Allah, dan jika aku
"....
...
"
memerintahkan kemaksiatan
maka jangaan taati aku
"
15.
Pernyataan Umar...
ketika
dikukuhkan sebagai
"Khalifah,
beliau berpidato:
"
""....
Barangsiapa di antara
"kalian melihat aku dalam ketidaklurusan
...
maka luruskanlah aku...
"....
""
"
...
16. Kaedah Fiqhiyyah:
"
"
"....
""....
799
"....
"
"
"
"....
20. Kaedah
Fiqhiyyah:...
"
"
dipilihnya
kerusakan
yang
lebih
ringan
jika
ada
dua
kerusakan
berkumpul
dengan
idealisasi
Sesuatu
yang
tidak
didapatkan
semua
(sesuai
semuanya.
dan kehendak kita), seyogyanya tidak
ditinggalkan
23. Pendapat
Al-Mawardi
Al-Ahkam
dalam
as-Sulthaniyah,
h. 3
.
.
:
menjaga
dan
mengatur
kenabian
dalam
agama
dunia,
dan
tersebut
memilih orang yang menduduki kepemimpinan
hukumnya
adalah
wajib
menurut
ijma
"
.
"
:.
as-Sulthaniyah,
.
24. Pendapat Al-Mawardi dalam Al-Ahkam
.
h. 4
"
.
"
"
"
:.
.
)ilmu, di mana jika ada orang yang ahli (pantas dan layak
.
menegakkan imamah, maka gugurlah kewajiban terhadap
yang lainnya. Jika tidak ada seorangpun yang
menegakkanya,.
""
800
INDONESIA
ULAMA
HIMPUNAN FATWA MAJELIS
maka
dipilih
di
antara
manusia
dua
;golongan
yakni
golongan
mereka
dipilih
antaradi
menjadi pemimpin
untuk
:.
Ibnu
Taimiyah
dalam
as25. Pendapat
As-Siyasah
Syariyah
Penting
untuk
diketahui
bahwa.
adanya
kekuasaan
untuk
:
mengatur urusan manusia adalah termasuk kewajiban besar
"
"
dunia
dalam agama, bahkan tidak akan tegak agama ataupun
tanpa adanya kekuasaan. Maka sesungguhnya anak adam tidak
akan sempurna kemaslahatannya tanpa berkumpul karena di
as-
As-Siyasah
dalam
""
" " .
":"
801
Ditetapkan di : Padangpanjang
Pada tanggal : 26 Januari 2009 M
29 Muharram 1430 H
PIMPINAN KOMISI A
Ketua
802
Wk Ketua
Sekretaris
803
2.
Firman
Allah
SWT:
:
:
Hai orang-orang
yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
(
:)
:
allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
)
804
()
memilih
yang
buruk-buruk
lalu
tidak
mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya
Terpuji.(QS.
Al-Baqarah:
267)
lagi
Maha
3. Hadits Nabi saw:
: :
()
Hadis
Ibn
ra
Umar
(
bahwa
)
sebidang
Umar
memperoleh
(tanah
berharga
)
memiliki
sebidang
tanah
diKhaibar
yang
sangat
(
pun
kaum
kau
tahan
au
menjawab:
Jika
mau,
pokoknya
dank
sedekahkan
hasilnya.
Umar
ra
pun
menyedekahkan
hasilnya
tidak
..........
ibn
Juga
dibolehkan
bagi
orang
yangmengurusnya
sabil.
.
.
untuk memakan
dari hasilnya dengan cara yang baik,
serta
()()
()
Ada yang bependapat harta benda wakaf yang tidak dapat
dimanfaatkan sesuai syarat yang ditetapkan Waqif (pemberi
wakaf)
karena
tidak
dapat dimanfaatkan
sesuai
boleh
dijual,
..........
Mushthofa
Al .....
Halaby)
V hal. 391, mengutip pendapat
yng
berkembang pula di kalangan ahli fiqh pendukung mazhab
..
()
805
)(
)()(
(
)
Syafii sbb :
:
.....
..........
maut,
dapat
dipastikan,
boleh
:
kematiannya
:
disembelih,
karena
darurat.
Bolehkah
pemerintah
melakukan
pada
apa
yang
dipandangnya
maslahat
dagingnya
? Atau
ia
)
jual
dan
hasil
penjualannya
dibelikannya
hewan
yang
sejenis,
Al
Maqri
mendukung(
pedapat)
pertama.
(Pengarang
)
Ibnu
Al Anwar
memperbolehkan
salah
(
)
memilih
satu
pendapat(
)
tersebut............ Inti penjelasan dalam buku Ar Roudhoh ialah
tidak
tersebut
boleh
menjual
(
)hewan
dalam
keadaan
(
masih
)
(
hewan
)
yang
450
Syafii
wafat
)H.
berpendapat
boleh
menjual
tersebut
dalam keadaan masih hidup. Kedua pendapat
.
tersebut
dapat
diselaraskan
dengan
menyesuaikannya
..........
dengan
kemashlahatan.
.....
Raulah
al-Thalibin
6. Pandangan
Imam
al-Nawawi
dalam
kitab
..
.
..........
.....(
)
Tidak boleh
membeli budak laki-laki dengan harga
budak
.
.
)(
7. Kaidah Fiqhiyyah:
806
807
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
(QS.
Al-Taubah:
60)
)saw:
2.
Hadis Nabi
808
)
()
(
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
)
(
ra.
bahwa
nabi
saw
ketika
mengutus
Muadz
Abbas
Dari Ibn
:ke
Yaman bersabda: Engkau berada di lingkungan Ahli
Kitab, maka hendaklah hal pertama yang engkau dakwahkan
)(
)semalam. Apabila mereka telah lakukan, beritahu (lagi
mereka bahwa Allah SWT mewajibkan zakat yang diambil
dari
orangharta
kaya
di antara
mereka
dan
dikembalikan
kepada
fuqara.
Apabila
mereka
mentaati
perintah
tersebut,
ambil dari
mereka
)(zakat
dan jagalah kehormatan
harta
(HR.
)
Bukhari
)Muslim
....
manusia.
dan
(
3.
Hadis Nabi saw:
:
"
....
)(
)(zakat
Rasulullah
saw
bersabda:
tidak
halal
Shadaqah
...
dibayarkan
kepada
orang
kaya
kecuali
dalam
lima
kelompok,
(
kepada
yang
berperang
di jalan
Allah,
kepada
yang
sedang
....hutang,
bekerja (amil) mengurus zakat, kepada yang punya
:kepada
atau
kepada
orang
yang
punya
tetangga
miskin
lantas ia
atas
tersebut
miskinsi
bersedekah
orang
miskin
kemudian
)(
4.
Pendapat Imam al-Syafiidalam
" al-Umm, juz II halaman 84:
....
...
....
809
"
....
.... )
KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA
KETIGA TAHUN 2009
(
:
Amil
adalah orang yang dipekerjakan pemimpin
untuk
"
)
menarik
dan
mendistribusikan
harta
zakat,
orang
yang
hali
zakat
atau bukan,
termasuk
yang membantu mengumpulkan
....
dan menariknya....
Amil
mengambil bagian zakat sekedar
kebutuhannya dan
...
tidak berlebihan. Jika amil termasuk
orang berada, ia hanya
....
mengambil
bagian dalam pengertian ujrah.
....
5. Pendapat
Syeikh Taqiyyuddin Abu Bakr ibn Muhammad al
196:
"
....
"
....
...
6. Pendapat Imam Ibn Qudamah
dalam al-Mughni,
...al-Maqdisi
Juz VI halaman 326:
810
di depan pengadilan.
9.
dituju.
811
HUKUM MEROKOK
A. DESKRIPSI MASALAH
Masyarakat mengakui bahwa industri rokok telah memberikan
manfaat ekonomi dan sosial yang cukup besar. Industri rokok
juga telah memberikan pendapatan yang cukup besar bagi negara.
Bahkan, tembakau sebagai bahan baku rokok telah menjadi
tumpuan ekonomi bagi sebagian petani. Namun di sisi yang lain,
merokok dapat membahayakan kesehatan (dlarar) serta berpotensi
terjadinya pemborosan (israf) dan merupakan tindakan tabdzir.
Secara ekonomi, penanggulangan bahaya merokok juga cukup
besar.
Pro-kontra mengenai hukum merokok menyeruak ke publik setelah
muncul tuntutan beberapa kelompok masyarakat yang meminta
kejelasan hukum merokok. Masyarakat merasa bingung karena
ada yang mengharamkan, ada yang meminta pelarangan terbatas,
dan ada yang meminta tetap pada status makruh.
Menurut ahli kesehatan, rokok mengandung nikotin dan zat lain
yang membahayakan kesehatan. Di samping kepada perokok,
tindakan merokok dapat membahayakan orang lain, khususnya
yang berada di sekitar perokok.
Hukum merokok tidak disebutkan secara jelas dan tegas oleh AlQuran dan Sunnah/Hadis Nabi. Oleh karena itu, fuqaha mencari
solusinya melalui ijtihad. Sebagaimana layaknya masalah yang
hukumnya digali lewat ijtihad, hukum merokok diperselisihkan
oleh fuqaha.
B. KETENTUAN HUKUM
1. Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia III sepakat
adanya perbedaan pandangan mengenai hukum merokok, yaitu
antara makruh dan haram (khilaf ma baiyna al-makruh
wa al-haram).
2. Peserta Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III sepakat
bahwa merokok hukumnya haram jika dilakukan :
a. di tempat umum;
b. oleh anak-anak; dan
c. oleh wanita hamil.
812
C. REKOMENDASI
Sehubungan dengan adanya banyak madlarrat yang ditimbulkan
dari aktifitas merokok, maka direkomendasikan hal-hal sebagai
berikut:
1. DPR diminta segera membuat undang-undang larangan
merokok di tempat umum, bagi anak-anak, dan bagi wanita
hamil.
2. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta membuat
regulasi tentang larangan merokok di tempat umum, bagi
anak-anak, dan bagi wanita hamil.
3. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta menindak
pelaku pelanggaran terhadap aturan larangan merokok di
tempat umum, bagi anak-anak, dan bagi wanita hamil.
4. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta melarang
iklan rokok, baik langsung maupun tidak langsung.
5. Para ilmuwan diminta untuk melakukan penelitian tentang
manfaat tembakau selain untuk rokok.
D. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT QS Al-Araf ayat 157:
mereka
813
Bahaya
Kaidah Fiqhiyyah
dihindarkan.
4. Kaidah Fiqhiyyah
5.
6. Kaidah Fiqhiyyah
814
VASEKTOMI
A. DESKRIPSI MASALAH
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, pada 1979 telah
memfatwakan bahwa vasektomi/tubektomi hukumnya haram.
Fatwa yang ditetapkan pada 13 Juni 1979 ini diputuskan setalah
membahas kertas kerja yang disusun oleh KH. Rahmatullah Siddiq,
KHM. Syakir, dan KHM. Syafii Hadzami, yang menegaskan bahwa;
(i) pemandulan dilarang oleh agama; (ii) vasektomi/tubektomi
adalah salah satu bentuk pemadulan; dan (iii) di Indonesia belum
dapat dibuktikan bahwa vasectomi/tubektomi dapat disambung
kembali.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, kini vasektomi
dapat dipulihkan kembali pada situasi semula. Menyambung
saluran spermatozoa (vas deferen) dapat dilakukan oleh ahli
urologi dengan menggunakan operasi menggunakan mikroskop.
Namun, kemampuan untuk dapat mempunyai anak kembali akan
sangat menurun tergantung lamanya tindakan vasektomi.
Vasektomi, yang dalam terminologi BKKBN dikenal dengan
istilan MOP (Medis Operasi Pria) merupakan salah satu metode
kontrasepsi efektif yang masuk dalam system Program BKKBN.
Kelebihan alat kontrasepsi ini adalah memiliki efek samping sangat
kecil, tingkat kegagalan sangat kecil dan berjangka panjang.
Kalau dulu MOP dianggap permanen, bagaimana pandangan
hukum Islam terhadap vasektomi/tubektomi dengan ditemukannya
rekanalisasi (penyambungan ulang)?
B. KETENTUAN HUKUM
Vasektomi sebagai alat kontrasepsi KB sekarang ini dilakukan
815
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada
kepadamu.
membunuh
Allah
SWT
al-Syura:
50
3.
Firman
816
dan
atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki
menjadikan
mandul
yang
Dia
kehendaki.
Sesungguhnya
siapa
Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. [QS. Al-Syura
42:50]
4.
:
)
(|
Dari Mughirah ra ia berkata: Rasulullah:
saw melarang
817
:
KEPUTUSAN
IJTIMA
ULAMA
KOMISI
FATWA
SE-INDONESIA
KETIGA
TAHUN
2009
)
(|
7. Hadis Nabi saw:
:
(
)
)
Dari Ibn Masud ra ia berkata: Saya
mendengar
(|rasulullah
:
)(
(|
8. Kaidah Ushuliyyah:
)
:
Larangan terhadap sesuatu juga merupakan
larangan
(|
terhadap sarana-sarananya
)(
:
9. Kaidah Ushuliyyah
)(
818
SENAM YOGA
A. DESKRIPSI MASALAH
Persoalan hukum Yoga mencuat ke permukaan setelah munculnya
berita tentang fatwa Ahli Majlis Muzakarah Fatwa Kebangsaan
(AMMFK)yang bersidang pada 22-24 Oktober 2008 di Kota Bharu
Kelantan Malaysia yang memutuskan keharaman Yoga. Atas
fatwa tersebut, muncul banyak pertanyaan dan permintaan agar
MUI mengkaji, membahas dan juga memfatwakan masalah Yoga.
Berangkat dari desakan ini akhirnya pimpinan MUI membentuk
Team Peneliti Yoga yang terdiri dari Komisi Pengkajian dan Komisi
Fatwa MUI.
Yoga, oleh masyarakat Indonesia umumnya dipahami hanyalah
sebagai salah satu bentuk olah raga pernafasan yang biasa diajarkan
di sanggarsanggar senam dan kebugaran. Namun setelah dilakukan
penelitian dan pengkajian oleh Team MUI, persoalan Yoga ternyata
tidak sesederhana yang dipahami selama ini.
Yoga sesungguhnya sudah ada sejak 6 abad sebelum Masehi, jauh
sebelum agama Hindu lahir. Yoga awal tidak terkait dengan agama
apapun, tetapi dalam perkembangannya banyak pendeta Hindu
yang mendalami Yoga yang kemudian melakukan asimilasi Yoga
dengan ajaran agama Hindu. Meski demikian, Yoga sendiri tidak
seluruhnya dikembangkan atau berkembang dalam bingkai agama
Hindu. Dalam arti, ada Yoga yang tidak bercampur dengan ajaran
agama. Setelah berjalan sekian abad, Yoga berkembang ke dalam
berbagai aliran, seperti Bhakti Yoga, Hatha Yoga, Vinyasa, Einggar,
Bikram dan lain sebagainya. Dalam Aliran-Aliran Yoga tersebut
ada aliran yang murni bersifat ritual dan spiritual agama Hindu,
ada aliran yang mengandung unsur-unsur spiritual agama Hindu
dan ada puls aliran yang hanya berbentuk olah raga pernafasan
untuk tujuan kesehatan semata.
Istilah Yoga berasal dari akar kata sansekerta yuj yang artinya
menyatukan diri dengan Tuhan (Patanjali dalam Somvir, 2008).
Pendiri yoga, Rsi Patanjali, membahas yoga dalam bukunya Yoga
Sutra sebagai pengendalian pikiran. Menurutnya, pikiran dapat
dikendalikan dengan terus menerus mempraktekkan yoga dan
melepaskan ikatan duniawi. Urutan yang harus dilakukan saat
berlatih yoga adalah pranayama, asana, dan meditasi. Sedangkan
apabila sudah maju, meditasi dilakukan di awal.
819
820
821
B. KETENTUAN HUKUM
1. Yoga yang murni ritual dan spiritual agama lain, hukum
melakukannya bagi orang Islam adalah haram.
2. Yoga yang mengandung meditasi dan mantra atau spiritual dan
ritual ajaran agama lain hukumnya haram, sebagai langkah
preventif (sadd al-dzariah).
3. Yoga yang murni olahraga pernafasan untuk kepentingan
kesehatan hukumnya mubah (boleh).
C. REKOMENDASI
Menghimbau umat Islamuntuk tidak memilih kegiatan olah raga
yang memperagakan unsur meditasi dan mantra sebagai langkah
preventif agar tidak merusak aqidah.
D. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
:)kamu
merusakkan
(pahala)
amal
Rasul dan(
janganlah
amalmu. (Q.S. Muhammad [47] : 33)
Allah
:
2. Firman
SWT
(:)
::
Hai
:orang-orang
yang
beriman,
masuklah
(
kamu
)
ke
dalam
Islam keseluruhan,
langkah
(dan
janganlah
kamu
)turut
langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
822
:
::
:
.().
(
(
))
HIMPUNAN)(:
FATWA
MAJELIS
ULAMA
INDONESIA
4. Firman Allah SWT :
)(:
kezaliman
yang
iman
mereka
(syirik),
mereka
itulah
dan
orang-orang
mendapat
keamanan :
mereka
itu:
adalah
(:
[QS.)
Al-Anam
]:82
yang mendapat
petunjuk.
)
(
Hadis
Nabi
5.
s.a.w.:
:
)(:
)
(: :
Dari
Ibnu
Umar
r.a.
berkata
:
SAW
besabda
:
Rasulullah:
Barang siapa yang menyerupai (bertasyabbuh) suatu kaum,
.(:
).
maka
ia :
(H.R.:
termasuk
di
kalan\gan
mereka.
Abu
Daud
dan
dishahihkan
oleh
Ibnu
)Hibban
(
)
)(
:
:
:
).
:
(.
(
))
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah tidak
menjadikan
kesembuhan
:
:
kamu
pada apa yang diharamkan
:
)atas kamu. (H.R. al-Baihaqi
).(.
)
:
).(.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah telah
menurunkan penyakit dengan obatnya, maka berobatlah dan
)jangan kamu berobat dengan yang haram. (H.R. Abu Daud
8. Kaidah Sadd al-Dzariah
823
824
Dan
tolong-menolonglah
kamu
dalam
(mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat
dosa
dan
pelanggaran.
Dan
bertakwalah
kamu
[QS.
Al-Maidah:
2]
yang
orang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin).
mereka
(Anshor)
Dan
tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apaapa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka
825
sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang
dipelihara
dari
kekikiran
dirinya,
mereka
itulah
orang
orang
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan862, Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan. [QS. Al-Isra:70]
":
()"...
Dari AbiHurairah
ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
826
":
":
)"...
Sunan dan(Turmuzi:
)"...dengan(
satu penyakit yaitu pikun.
9. Kaidah Fiqhiyyah
Kehormatan
orang yang
hidup lebih
agung dari pada
)
kehormatan orang yang telah mati
)
(
)
maka dijaga bahaya yang lebih besar dengan jalan
melaksanakan perbuatan yang mengandung
bahaya lebih
(
kecil.
)
(
827
Ridlo atas sesuatu berarti juga ridlo atas apa yang terlahir
darinya
15. Mashlahah Mursalah
16. Fatwa MUI tanggal 13 Juni 1979 yang menyebutkan bahwa
seseorang yang berwasiat akan mendonorkan kornea matanya
setelah meninggal dengan disetujui dan disaksikan ahli
warisnya, wasiat itu dapat dilaksanakan dan harus dilakukan
oleh ahli bedah.
17. Hasil Konperensi OKI di Malaysia, pada April 1969 M, Fatwa
Lembaga Fikih Islam dari Liga Dunia Islam di Makkah, pada
Januari 1985 M, Fatwa Majlis Ulama Arab Saudi Nomor SK.
No.99 tgl. 6/11/1402 H. serta Hasil Mudzakarah Lembaga
Fiqh Islam Rabithah Alam Islami, edisi Januari 1985 M, yang
membolehkan transplantasi organ tubuh.
828
829
C. REKOMENDASI
1. Untuk mencegah terjadinya pernikahan usia dini yang
berdampak pada hal-hal yang bertentangan dengan tujuan
dan hikmah pernikahan, Pemerintah diminta untuk lebih
meningkatkan sosialisasi tentang UU Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan.
2. Pemerintah, Ulama, dan masyarakat diminta untuk memberikan
sosialisasi tentang hikmah perkawinan dan menyiapkan calon
mempelai, baik laki-laki maupun perempuan.
3. Ketentuan perundang-undangan yang tidak sejalan dengan
ketentuan fikih Islam mengenai pernikahan, dan tidak sejalan
dengan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan perlu
disinkronisasi.
D. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT:
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
maka
kepada
harta),
serahkanlah
harta-hartanya.
mereka
Dan
janganlah
kamu
makan
harta
(:siapa
830
Danperempuan-perempuan
tidak
haid
lagi
(monopause)
(:)yang
diantara
perempuan-perempuanmu
jika
kamu
raguragu
(tentang
masa
iddahnya),
maka
masa
iddah
mereka
tidak
haid.
Dan
perempuan-perempuan
yang
yang
waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
urusannya.
[al-Thalaq
65:4]
3. Firman Allah SWT:
(:)
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hambahamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. [QS. Al-Nur: 32]
Wajh al-dilalahnya, pengertian ayaamaa dalam ayat ini
adalah perempuan yang tidak memiliki suami. Menggunakan
sighat umum, mencakup dewasa maupun anak-anak.
4. Hadits Nabi saw dalam Shahih Muslim Juz II halaman 1039:
":
()"()
Dari Aisyah ra ia berkata: Saya dinikahi Nabi saw pada
saat umur enam tahun, dan saya digauli pada usia sembilan
tahun [Muttafaq Alaih].
5. Hadis Nabi Saw:
()
831
.....
832
833
834
)
(
dan kerjakanlah
amal
saleh.yang)
)51
(
2.
Firman Allah SWT:
(
apa yang terdapat di bumi (QS Al-Baqarah: 168).
)
)(
Hadis Nabi saw:
(
::
"
(
"
:
:
"
)
"
(
"
)(
::
"
835
"
)(
"
)(
3.
hal
menggembala di sekitar pantangan, dikhawatirkan akan
)
adalah larangan-larangan-Nya (HR. Muslim).
4. Hadis Nabi saw:
::
"
"
"
()
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah I bersabda:
836
"
"
INDONESIA
HIMPUNAN
FATWA MAJELISULAMA
()
()
Dari Uqbah ibn Amir ra. Berkata: Saya mendengar Nabi saw
bersabda: Orang Islam itu bersaudara. Orang Islam tidak
boleh menjual barang yang ada aibannya kecuali setelah
menjelaskannya kepada pembeli. (Riwayat Ahmad dan Ibnu
Majah)
6. Kaidah Ushul Fikih:
Ditetapkan di : Padangpanjang
Pada tanggal : 26 Januari 2009 M
29 Muharram 1430 H
Pimpinan Komisi B-2
Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III
Prof. Dr. KH. Ali Musthafa Yaqub Dr. HM. Asrorun Niam Sholeh, MA
Ketua
Sekretaris
837
838
KEPUTUSAN KOMISI C
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III
tentang
MASAIL QANUNIYYAH
(HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN)
I. RUU Jaminan Produk Halal
Bahwa untuk memberi kepastian hukum dan melindungi hakhak konsumen muslim, yang menjadi konsumen utama dan terbesar
di negeri ini ( 200 Juta/87% dari penduduk Indonesia), maka
keberadaan UU Jaminan Produk Halal sangat penting dan mendasar.
Untuk itu, Ijtima Ulama Komisi Fatwa III meminta pemerintah dan
DPR-RI untuk segera menuntaskan pembahasan RUU tersebut dan
mengesahkannya menjadi UU.
Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI, mengusulkan dimasukkan
beberapa point di bawah ini dalam materi UU Jaminan Produk Halal :
1. Jaminan Produk Halal harus menjadi kewajiban bagi produsen
bukan bersifat volunteer (sukarela).
2. Kewenangan fatwa produk halal harus ditetapkan oleh satu
lembaga fatwa yang otoritatif dan legitimed. Untuk itu, Ijtima
Ulama mengusulkan untuk menjadikan MUI sebagai lembaga
yang memiliki otoritas tunggal dalam penetapan fatwa halal.
3. Agar setiap produk halal dapat teruji dan dipertanggungjawabkan
kehalalannya maka sebaiknya tidak ada pemisahan antara
lembaga audit halal dan lembaga fatwa di bawah MUI, seperti
yang sudah berjalan selama 20 tahun ini dengan Sistem
Jaminan Halal yang sudah teruji.
4. Harus ada pengaturan yang tegas, jelas dan efektif mengenai
pengawasan kehalalan produk, baik produk dalam negeri
maupun produk luar negeri.
5. Ada sanksi, baik bersifat administrasi, ganti rugi dan/atau
pidana terhadap pelanggaran atas ketentuan Undang-Undang
Jaminan Produk Halal.
II.
839
840
841
842
843
Tahun
2008
tentang
844
845
846
REKOMENDASI UMUM
1. Mengingat banyaknya peraturan perundang-undangan dan
fatwa-fatwa MUI yang belum tersosialisasikan dengan baik,
Ijtima Ulama meminta pemerintah, MUI, dan pihak-pihak
terkait untuk lebih mengintensifkan sosialisasi berbagai bentuk
perundang-undangan dan juga fatwa, seperti UU Perbankan
Syariah, UU Pornografi, UU Wakaf dan Peraturan Pemerintahnya, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Zakat, UU Sisdiknas
dan PP-nya, dan Fatwa-Fatwa MUI tentang ekonomi syariah,
wakaf tunai dan lainnya.
2. Berdasarkan realitas historis dalam dua dekade ini terbukti
bahwa sistem ekonomi syarah telah teruji dalam menghadapi
krisis ekonomi global dan melihat Pertumbuhan dan
Perkembangan LKS/LBS yang signifikan, baik tingkat nasional
maupun internasional, menjadi indikasi kuat bagi kekuatan
sistem ekonomi syariah sebagai sistem ekonomi alternatif dan
solutif. Untuk itu, Ijtima Ulama Komisi Fatwa III meminta
pemerintah untuk lebih memperhatikan dan memberi
keberpihakan terhadap pengembangan ekonomi syariah di
Indonesia melalui pengadaan berbagai infrastruktur peraturan
dan kebijakan.
Ditetapkan di : Padangpanjang
Pada tanggal : 26 Januari 2009 M
29 Muharram 1430 H
Pimpinan Komisi C
Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III
K e t u a
Sekretaris
847
848
LAMPIRAN-LAMPIRAN
849
850
MUQADDIMAH
Kemajuan dalam bidang iptek dan tuntutan pembangunan yang
telah menyentuh seluruh aspek kehidupan, di samping membawa
berbagai kemudahan dan kebahagiaan, menimbulkan sejumlah perilaku
dan persoalan-persoalan baru. Cukup banyak persoalan yang beberapa
waktu lalu tidak pernah dikenal, bahkan tidak pernah terbayangkan,
kini hal itu menjadi kenyataan.
Di sisi lain, kesadaran keberagamaan umat Islam di bumi
Nusantara ini semakin tumbuh subur. Oleh karena itu, sudah merupakan
kewajaran dan keniscayaan jika setiap timbul persoalan baru, umat
mendapatkan jawaban yang tepat dari pandangan ajaran Islam.
Telah menjadi kesadaran bersama bahwa membiarkan persoalan
tanpa ada jawaban dan membiarkan umat dalam kebingunan tidak
dapat dibenarkan, baik secara itiqadi maupun secara Syari. Oleh
karena itu, para alim ulama dituntut untuk segera mampu memberikan
jawaban dan berupaya menghilangkan kehausan umat akan kepastian
ajaran Islam berkenaan dengan persoalan yang mereka hadapi.
Demikian juga, segala hal yang dapat menghambat proses pemberian
jawaban (fatwa) sudah seharusnya segera dapat diatasi. Hal tersebut
sejalan dengan firman Allah SWT:
851
LAMPIRAN
852
853
LAMPIRAN
BAB IV
PROSEDUR RAPAT
1. Rapat harus dihadiri oleh para anggota Komisi yang jumlahnya
dianggap cukup memadai oleh pimpinan rapat.
2. Dalam hal-hal tertentu, rapat dapat menghadirkan tenaga ahli yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
3. Rapat diadakan jika ada:
a. Permintaan atau pertanyaan dari masyarakat yang oleh Dewan
Pimpinan dianggap perlu dibahas dan diberikan fatwanya.
b. Permintaan atau pertanyaan dari pemerintah, lembaga/
organisasi sosial, atau MUI sendiri.
c. Perkembangan dan temuan masalah-masalah keagamaan yang
muncul akibat perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Rapat dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Komisi atas
persetujuan Ketua Komisi, didampingi oleh Sekretaris dan/atau
Wakil Sekretaris Komisi.
5. Jika Ketua dan Wakil Ketua Komisi berhalangan hadir, rapat
dipimpin oleh salah seorang anggota Komisi yang disetujui.
6. Selama proses rapat, Sekretaris dan/atau Wakil Sekretaris Komisi
mencatat usulan, saran dan pendapat anggota Komisi untuk
dijadikan Risalah Rapat dan bahan fatwa Komisi.
7. Setelah melakukan pembahasan secara mendalam dan
komprehenship serta memperhatikan pendapat dan pandangan
yang berkembang, rapat menetapkan Fatwa.
8. Keputusan Komisi sesegera mungkin dilaporkan kepada Dewan
Pimpinan untuk dipermaklumkan kepada masyarakat atau pihakpihak yang bersangkutan.
BAB V
FORMAT FATWA
1. Fatwa dirumuskan dengan bahasa hukum yang mudah dipahami
oleh masyarakat luas.
2. Fatwa memuat:
a. Judul dan nomor fatwa,
b. Konsideran yang terdiri atas:
1) menimbang, memuat latar belakang, alasan, dan
854
855
LAMPIRAN
BAB VI
PENUTUP
1. Fatwa di lingkungan MUI maupun MUI Daerah yang berdasarkan
pada pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Surat
Keptusan ini mempunyai kedudukan sederajat dan tidak saling
membatalkan.
2. Jika terjadi perbedaan antara Fatwa MUI dan Fatwa MUI Daerah
mengenai masalah yang sama, perlu diadakan pertemuan antara
kedua Dewan Pimpinan untuk mencari penyelesaian yang paling
baik.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan
ditetapkan lebih lanjut oleh Dewan Pimpinan.
4. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan; dengan
ketentuan bila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat
Keputusan ini, akan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 23 Muharram 1422 H.
12 April 2001 M.
856
Ketua,
Sekretaris,
Pendahuluan
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
serta keber-hasilan pembangunan akhir-akhir ini telah merambah
seluruh aspek bidang kehidupan umat manusia; tidak saja membawa
berbagai kemudahan, keba-hagian, dan kesenangan, melainkan juga
menimbulkan sejumlah persoalan. Aktifitas baru yang beberapa waktu
lalu tidak pernah dikenal, atau bahkan tidak pernah terbayangkan,
kini hal itu menjadi kenyataan. Di sisi lain, kesadaran keberagamaan
umat Islam di berbagai negeri, termasuk di Indonesia, pada dasawarsa
terakhir ini semakin tumbuh subur dan meningkat. Sebagai konsekuensi logis, setiap timbul persoalan, penemuan, maupun aktifitas
baru sebagai produk dari kemajuan tersebut, umat senantiasa bertanyatanya, bagai-manakah kedudukan hal tersebut dalam pandangan ajaran
dan hukum Islam.
Salah satu persoalan cukup mendesak yang dihadapi umat adalah
membanjirnya produk makanan dan minuman olahan, obat-obatan,
dan kosme-tika. Umat, sejalan dengan ajaran Islam, menghendaki agar
produk-produk yang akan dikonsumsi tersebut dijamin kehalalan dan
kesuciannya. Menurut ajaran Islam, mengkonsumsi yang halal, suci,
dan baik merupakan perintah agama dan hukumnya adalah wajib.
Cukup banyak ayat dan hadis menjelaskan hal tersebut. Di antaranya
sebagai berikut:
.(:)
Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah syaitan;
karena
sesungguhnya
.(
syaitan
:
)itu
adalah
langkah
musuh yang nyata bagimu (QS. al-Baqarah [2]: 168).
.(:)
.(
.(:)
:
)
Hai orang yang beriman! Makanlah di antara rizki yang baik
baik
yang
Kami
berikan
kepadamu
dan
bersyukurlah
kepada
:
)
Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah
.()
(QS. al-Baqarah [2]: 172).
.(:
:
)
857
.(:
.()
.(
:
)
(.
:
)
(.
:
)
).(:
(.
:
)
Allah:
)
telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
yang
beriman
88).
:
kepada-Nya)
al-Maidah
[5]:
kamu
(QS.
LAMPIRAN
(. ):
:
.()
.(
Maka
makanlah
yang
halal
lagi
baik
dari
rezki
yang
telah
diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika
hanya
kepada-Nya
menyem-bah
(QS.
an-Nahl
(.
.([16]:
::
))
kamu
114).
).(:
Ayat-ayat di atas bukan saja menyatakan bahwa mengkonsumsi
:
karena
.
merupakan
hukumnya)
wajib
perintah
agama,!
yang halal
tetapi juga menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan salah bentuk
.(!. :
.
perwujudan dari rasa syukur dan keimanan kepada Allah. Sebaliknya,
mengkonsumsi
dipandang
tidak
halal
sebagai
:
yang)
mengikuti
ajaran..:
syaitan.
.(. :
.(.(SWT.
!
. :
)
(
:
(.)(
umat
!manusia
Sesungguhnya
Allah
adalah
tayyib
(baik),
Wahai
tidak
kecuali
(baik
dan
akan
menerima.
yang
tayyib
dan
;)halal
Allah memerintahkan kepada orang beriman segala apa yang Ia
kepada .
para
rasul.
Ia
berfirman,
!rasul-rasul
perintahkan
Hai
Makanlah
dari
baik-baik
makanan
yang
)(halal
kerjakanlah
dan
amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa
kerjakan
(
al-Muminun
)
[23]:
berfiman
kamu
51),
yang
(QS.
dan
pula, Hai orang yang beriman! Makanlah di antara
yang
rizki.
laki yang
.(
Imam
Muslim,
Sahih
Muslim,
(Bairut::
Dar)
h.I,
al-Fikr, 1993),
juz
448.
)...
858
(.
. )...:
.(
.(:)
.(
HIMPUNAN
FATWA
.(
MAJELIS
:
ULAMA
)INDONESIA
.(:)
dan badannya
berlumur
debu.
Sambil
menjulurkan
tangan
kelangit,
.(
dengan
kondisi
seperti
itu,
pada
.umumnya
dikabulkan
oleh
Tuhan
! --)
pen.). Akan tetapi, makanan orang itu haram, mi-numannya haram,
haram,
dan
iaselalu
yang
haram.
:Oleh
.karena
pakaiannya
menyantap
:) komentar,
bagai-mana
itu, Nabi
memberikan
)Jika
demikian
halnya,
:.
mungkin ia akan dikabulkan doanya?
.(
.(Zubad-nya
mengatakan:
.(:)
Ketaatan dan ibadah orang yang makan barang haram
laksana
bangunan
di
atas
gelombang
lautan
uraian
singkat
di atas
jelaslah
.bahwa
masalah
halal
dan
!haram
Dari
(urgen
)besar
artinya,
karena
diterimanya
segala
apa
yang
dikonsumsi.
Oleh
karena
itu,
wajarlah
jika
masalah
)
mendapat
perhatian
serius
dari
umat
Islam.
tersebut
.hadis
dikatakan
bahwa
yang
haram
itu
.(sudah
jelas
Dalam sebuah
dan yang haram pun sudah jelas; akan tetapi, dalam hadis itu pun
oleh
apakah
iahalal
ataukah
haram,
tidak
diketahui
banyak
hukumnya,
orang. Hadis dimaksud adalah:
.
()
Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan
antara
kedua
ada
hal-hal
yang
musytabihat
(syubhat,
samar
di
samar,
tidak
jelas
halal
haramnya),
kebanyakan
manusia
tidak
.(:)
mengetahui
.hukumnya.
Barang
siapa
hati-hati
dari
perkara
sebenarnya
ia
telah
menyelamatkan
agama
dan
syubhat,
harga
dirinya...
(HR.
Muslim).
:)...
.(
Produk-produk olahan, baik makanan, minuman, obat-obatan,
h. 171.
:)...
859
.(
LAMPIRAN
860
861
. !
:.
LAMPIRAN
)(
)
:
.
.(
.
Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan
yang
yang
ataupun
keji,
baik
nampak
yang
tersembunyi,
dan
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
(
mempersekutukan
)
dengan
Allah
benar, (mengharamkan)
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk
itu,
.
dan
)...
.(
.
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut
sebut oleh lidahmu secara dusta, Ini halal dan ini haram, untuk
kebohongan
terhadap
Allah.
Sesungguhnya
mengada-adakan
orang yang mengada-adakan
kebohongan
terhadap
.(:)Allah
tiadalah beruntung (QS. an-Nahl [16]: 116).
862
ketiga menawarkan pula ijtihad intiqai, yakni dengan cara merujuk dan
mengkaji pendapat para imam mazhab terdahulu. Pengkajian terhadap
pendapat para imam mazhab ini harus dilakukan secara komprehenship,
menyeluruh, dan seksama. Artinya, jika mengenai masalah yang akan
difatwakan terdapat bebe-rapa pendapat, semua pendapat itu harus
diperhatikan dan diteliti, kemudian dikaji dalil-dalil yang dikemukakan
masing-masing; baru kemudian diputuskan pendapat mana yang akan
ditetapkan sebagai fatwa. Pendapat yang diambil sebagai fatwa ini
sudah barang tentu harus merupakan pendapat yang dipandang paling
kuat dalilnya serta membawa kemaslahatan umat. Metoda demikian
dilakukan dengan sebuah pendekatan yang lazim disebut muqaranah
al-mazahib, sebagaimana dimaksudkan oleh bab 3 pasal 3 ayat 3 yang
menyatakan:
Dalam masalah yang terjadi khilafiyah di kalangan mazhab, maka
yang difatwakan adalah hasil tarjih setelah memperhatikan Fiqh
Muqaran (Perban-dingan) dengan menggunakan kaidah-kaidah
Usul Fiqh Muqaran yang berhu-bungan dengan pen-tarjih-an.
Ini berarti bahwa ijtihad intiqai yang dilakukan MUI tidak hanya
memilih pendapat mana yang akan difatwakan, yang sesuai dengan
situasi kondisi, melainkan melalui proses muqaranah, sehingga
pendapat yang dipilih sebagai fatwa itu benar-benar memiliki validitas
dalil yang kuat serta didukung pula oleh kemaslahatan.
Ayat ketiga juga menghendaki bahwa sebelum pengambilan fatwa
hendaklah didengar terlebih dahulu keterangan para ahli mengenai
bidang yang akan difatwakan hukumnya. Artinya, jika masalah yang
dihadapi MUI merupakan masalah-masalah kontemporer, misalnya
masalah kedokteran, masa-lah ekonomi, dan sebagainya, MUI harus
mendengarkan penjelasan terlebih dahulu dari para ahlinya, sehingga
jelas duduk masalahnya. Setelah itu, barulah dilakukan ijtihad untuk
menentukan hukumnya. Dengan cara demikian, di-harapkan fatwa
yang dikeluarkan mempunyai dasar dan landasan yang benar secara
ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam pasal 3 ayat 2 dijelaskan:
Mengenai masalah yang telah jelas hukumnya (qat`i), hendaklah
Komisi menyampaikannya sebagaimana adanya; dan fatwa
menjadi gugur setelah diketa-hui ada nass-nya dari al-Quran atau
Sunnah.
Dalam pandangan MUI, sejalan dengan pandangan ulama lain,
hukum Islam dapat dikelompokkan menjadi dua, hukum-hukum qat`i
dan hukum-hukum zanni. Jika permasalahan yang diajukan ke MUI
merupakan masalah yang termasuk dalam kategori qati, berdasarkan
ayat 2 pasal 3 ini MUI hanya menyampaikan apa adanya, dalam arti
863
LAMPIRAN
ijtihad tidak perlu dilakukan, karena hal itu memang bukan merupakan
lapangan ijtihad.
Untuk melengkapi uraian di atas, baiklah dikutipkan pula pasal 3
ayat 1 sebagai berikut:
Setiap masalah yang disampaikan kepada Komisi, hendaklah
terlebih dahulu dipelajari dengan seksama oleh para anggota
Komisi atau Tim Khusus sekurang-kurangnya seminggu sebelum
disidangkan.
Ayat ini menjelaskan proses awal sebelum dilakukan sidang
penetapan fatwa yang pada dasarnya menghendaki agar masalah yang
akan difatwakan hukumnya harus terlebih dahulu diketahui secara
jelas.
Dari uraian di atas kiranya dapat diketahui bagaimana proses dan
meka-nisme penetapan fatwa yang dilakukan oleh MUI. Jika dirincikan
proses dan mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian masalah. Di sini anggota Komisi harus terlebih
dahulu mengetahui dengan jelas hakikat dan duduk masalahnya.
Jika masalahnya merupakan masalah baru dan memerlukan
penjelasan dari ahlinya, maka ahli yang bersangkutan didengarkan
penjelasannya.
2. Selanjutnya, setelah jelas permasalahannya, ditentukan apakah
ia termasuk ke dalam kategori hukum qat`iyat atau bukan. Jika
termasuk kategori qatiyat, demikian juga jika telah ada ijma
mutabar, MUI menetapkan fatwa sebagaimana adanya. Jika tidak
termasuk dalam kategori qatiyat, MUI selanjutnya melakukan
ijtihad.
3. Dalam melakukan ijtihad, MUI dapat menempuh ijtihad insyai dan
dapat pula melakukan ijtihad intiqai. Dalam hal ijtihad terakhir ini,
MUI meng-gunakanlah pendekatan muqaranah al-mazahib. Baik
ijtihad insyai maupun ijtihad intiqai MUI melakukannya secara
jamai (ijtihad jamai).
Demikianlah uraian singkat tentang mekanisme dan prosedur
penetapan fatwa secara umum yang dilakukan oleh MUI.
Prosedur Penetapan Fatwa Halal
Sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan, masalah
kehalalan produk yang akan dikonsumsi merupakan persoalan besar
dan urgen, sehingga apa yang akan dikonsumsi itu benar-benar halal,
dan tidak tercampur sedikit pun barang haram. Oleh karena tidak
semua orang dapat mengetahui kehalalan suatu produk secara pasti,
sertifikat halal --sebagai bukti penetapan fatwa halal bagi suatu produk-
864
: .
:.
.(.(
:
)
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
MUI
merupakan
.
keniscayaan
yang
!
mutlak
- yangdikeluarkan
suatu
diperlukan
keberadaannya.
: .
Sebelum menjelaskan bagaimana prosedur dan mekanisme
) halal,
dahulu
dikemukakan
penetapan
fatwa
terlebih
akan
:
. secara
.(
pada masalah haram. ()
Menurut hukum Islam, secara garis, perkara (benda) haram
pertama,
yang kedua, substansi
.bendanya
halal
(tidak
haram)
namun
cara
penanganan atau memperolehnya tidak dibenarkan oleh ajaran Islam.
demikian,
benda
haram
jenis
kedua
terbagi
menjadi
dua.
Dengan
Pertama,
cara
bendanya
halal
(tapi
dibenarkan
)penanganannya
tidak
oleh ajaran Islam; misalnya kambing yang tidak dipotong secara syari;
yang
kedua,
bendanya
halal
tapi
diperoleh
dengan
jalan
atau
sedang
cara yang
dilarang
oleh
agama,
misalnya
hasil
korupsi,
menipu,
dan
sebagainya. Mengenai benda haram ini, dijelaskan, antara lain, dalam
firman Allah: .
.(
:
)
Sesungguhnya
bangkai,
Allah
hanya
mengharamkan
bagimu
(nama)
selain
keadaan
terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan
.(
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Allah
Maha
Pengampun,
Maha
Penyayang
(QS.
Sesungguhnya
al-Baqarah [2]: 173). .(:)
:)...
.(
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi, (da-ging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu memakan hewan)
yang disembelih untuk berhala... (QS. al-Maidah [5]: 3).
.(:)
.(:)865
LAMPIRAN
(pula)
Pengampun, Maha Penyayang
(QS.
al-Anam
:
)[6]:
145).
.(
.(:)
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu (memakan)
terpaksa
(memakannya)
sedang
siapa
tidak
dalam
keadaan
ia
menginginkannya
dan
tidak
(pula)
melam-paui
batas,
maka
.(
:
)(QS.
.(yang
:
Menurut
keempat
ayat
di
atas,
benda
termasuk
)kelompok
haram li-zatih sangat terbatas, yaitu darah yang mengalir ()
)kelompok
haram
.(:
dan daging babi; sedang sisanya termasuk
kedalam
li-gairih yang karena cara penanganannya tidak sejalan dengan
kedua
benda
dijelaskan
al-Quran
yang
itu,
benda
syariat Islam. Selain
.():hadis
haram li-zatih juga dijelaskan dalam
sejumlah
.(
:
)Nabi;
misalnya
cara
alkohol (khamar). Mengenai benda haram li-gairih yang karena
memperolehnya, Allah berfirman, antara lain:
.(:)
866
tidak sejalan dengan syariat Islam, atau tidak. Dengan arti kata, MUI
tidak sampai mempersoalkan dan meneliti keharamannya dari sudut
haram li-gairih, sebab masalah ini sulit dideteksi dan persoalannya
diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Prosedur dan mekanisme penetapan fatwa halal pada prinsipnya,
untuk ditingkat Komisi Fatwa, sama dengan penetapan fatwa secara
umum. Hanya saja, sebelum masalah tersebut (produk yang dimintakan
fatwa halal) dibawa ke Sidang Komisi, LP.POM MUI terlebih dahulu
melakukan penelitian dan audit ke pabrik bersangkutan. Untuk lebih
jelasnya, prosedur dan mekanisme pene-tapan fatwa halal, secara
singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. MUI memberikan pembekalan pengetahuan kepada para auditor
LP.POM tentang benda-benda haram menurut syariat Islam,
dalam hal ini benda haram li-zatih dan haram li-gairih yang karena
cara penanganannya tidak sejalan dengan syariat Islam. Dengan
arti kata, para auditor harus mem-punyai pengetahuan memadai
tentang benda-benda haram tersebut.
2. Para auditor melakukan penelitian dan audit ke pabrik-pabrik
(perusahaan) yang meminta sertifikasi halal. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan secara seksama terhadap bahan-bahan produk,
baik bahan baku maupun bahan tambahan (penolong).
b. Pemeriksaan terhadap bukti-bukti pembelian bahan produk.
3. Bahan-bahan tersebut kemudian diperiksa di laboratorium,
terutama bahan-bahan yang dicurigai sebagai benda haram atau
mengandung benda haram (najis), untuk mendapat kepastian.
4. Pemeriksaan terhadap suatu perusahaan tidak jarang dilakukan
lebih dari satu kali; dan tidak jarang pula auditor (LP.POM)
menyarankan bahkan mengharuskan agar mengganti suatu
bahan yang dicurigai atau diduga mengandung bahan yang haram
(najis) dengan bahan yang diyakini kehalal-annya atau sudah
berserifikat halal dari MUI atau dari lembaga lain yang dipandang
berkompeten, jika persuahaan tersebut tetap menginginkan
mendapat sertifikat halal dari MUI.
5. Hasil pemeriksaan dan audit LP.POM tersebut kemudian
dituangkan dalam sebuah Berita Acara; dan kemudian Berita Acara
itu diajukan ke Komisi Fatwa MUI untuk disidangkan.
6. Dalam Sidang Komisi Fatwa, LP.POM menyampaikan dan menjelaskan isi Berita Acara, dan kemudian dibahas secara teliti dan
mendalam oleh Sidang Komisi.
7. Suatu produk yang masih mengandung bahan yang diragukan
867
LAMPIRAN
Ketua,
ttd.
K.H. Maruf Amin
868
Sekretaris
ttd.
SURAT KEPUTUSAN
DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA
Tentang
PERUBAHAN SUSUNAN PERSONALIA KOMISI-KOMISI
MAJELIS ULAMA INDONESIA PERIODE 2005-2010
Nomor: Kep-211b / MUI / V / 2007
1.
2.
3.
Mengingat :
1.
2.
3.
Memperhatikan : 1.
2.
869
LAMPIRAN
3.
4.
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Umum
Sekretaris Umum
ttd
ttd
870
Lampiran:
Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia No. Kep211b/MUI/V/2007 tentang Susunan dan Perubahan Personalia
Komisi-Komisi MUI Periode 2005-2010.
KOMISI FATWA
Penasihat
Ketua
Wakil Ketua
MM
Wakil Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Wakil Sekretaris
Wakil Sekretaris
Wakil Sekretaris
Anggota :
871
LAMPIRAN
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Umum
Sekretaris Umum
ttd
ttd
872
SURAT KEPUTUSAN
DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor: Kep-356 / MUI / IX / 2009
Tentang
SUSUNAN KEANGGOTAAN KELOMPOK KERJA
KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
1.
2.
3.
Mengingat :
1.
2.
873
LAMPIRAN
2.
3.
4.
keputusan ini.
Kelompok Kerja (Pokja) Komisi Fatwa MUI bekerja sesuai dengan
Mekanisme Kerja dan Program Kerja Komisi Fatwa MUI Periode
2005-2010 serta bertanggung-jawab kepada Ketua Komisi Fatwa
MUI.
Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan dilakukan
perbaikan seperlunya.
Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diatur
lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Umum
Sekretaris Umum
ttd
ttd
874
Lampiran:
Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI No. Kep-356 / MUI
/ IX / 2009 tentang Susunan Keanggotaan Kelompok Kerja
Komisi Fatwa MUI.
1. Bidang I (Aqidah, Ibadah dan Aliran Keagamaan) :
1. Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA
(koordinator)
2. Drs. H. Aminudin Yakub, M.A
(sekretaris)
3. Prof. Drs. H.M. Nahar Nahrawi, SH, MM
4. Drs. H. Zafrullah Salim, MH
5. Dr. Hj. Isnawati Rais, MA
2. Bidang II (Sosial dan Budaya) :
a. Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM
(koordinator)
(sekretaris)
(sekretaris)
875
LAMPIRAN
Ketua Umum
Sekretaris Umum
ttd
ttd
876
Pokok masalah :
1. Mekanisme Kerja Pimpinan Komisi Fatwa dan Sistem Prosedur
Surat Menyurat.
a. Pimpinan bersifat kolektif dengan asas kebersamaan
b. Untuk menangani masalah yang bersifat khusus, pimpinan
dapat membentuk Tim Khusus/ Pokja yang bersifat ad hoc.
c. Beberapa masalah yang bersifat khusus sebagaimana
dimaksud pada point b antara lain; (i) penyelesaian fatwa
atas masalah-masalah yang tertunda; (ii) kompilasi dan
pembukuan himpunan fatwa; (iii) kompilasi, verifikasi dan
pembukuan hasil ijtima ulama I dan II; (iv) sosialisasi fatwa
yang dibutuhkan masyarakat.
d. Surat-surat yang masuk ke komisi fatwa atau ke Pimpinan
MUI yang diteruskan ke Komisi Fatwa didisposisi oleh Ketua
Komisi. Jika Ketua berhalangan, didisposisi oleh pimpinan
yang lain.
e. Dalam tindak lanjut surat-surat, sekretaris dan wakil sekretaris
sesuai pembidangannya menyiapkan administrasi, termasuk
penjadwalan rapat-rapat, dan penentuan nara sumber/draft
acuan.
f. Sekretaris/Wk. Sekretaris juga bertanggung jawab dalam
menghasilkan notulasi, kesimpulan, dan/atau rumusan akhir
draft fatwa, yang harus diselesaikan selambat-lambatnya tiga
hari setelah berakhirnya rapat.
g. Ketetapan tentang suatu Fatwa MUI ditandangani oleh Ketua
dan Sekretaris, dengan mengikuti ketentuan pada pedoman
dan prosedur penetapan fatwa MUI.
h. Ketetapan fatwa/keputusan komisi fatwa harus disampaikan
kepada Dewan Pimpinan Harian MUI dalam waktu sesingkat
mungkin sebelum dipublikasikan kepada masyarakat.
i. Surat Komisi Fatwa ke Dewan Pimpinan MUI ditandanganai
oleh Ketua dan Sekretaris atau pimpinan yang membidangi.
2. Pembidangan Pimpinan Komisi Fatwa
a. Bidang I
: Aqidah, Ibadah dan Aliran Keagamaan
b. Bidang II
c. Bidang III
877
LAMPIRAN
d. Bidang IV
: Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika
Pembidangan tugas tersebut di bawah koordinasi Ketua
Komisi Fatwa.
3. Penugasan mewakili Komisi Fatwa
a. Setiap tugas untuk mewakili Komisi Fatwa harus
sepengetahuan Ketua Komisi Fatwa.
b. Setiap penugasan mewakili Komisi Fatwa dilaporkan hasilnya
kepada pimpinan Komisi Fatwa secara tertulis.
c. Penugasan dimaksud pada point a didasarkan pada (i)
kompetensi dan keahlian; (ii) keadilan proporsional.
878