Anda di halaman 1dari 16

Pemeriksaan Laboratorium

Penyakit
Hemolisis pada Neonatus
Akibat
Inkompatibilitas Rhesus

Oleh Kelompok 5 :
Anggun Wulandari (1913353006)
Muhammad Ibrahim (1913353028)
Rummaisa Khotimah (1913353041)
Ulvi Alifatul Jannah (1913353049)
Vina Riska Alpionita (1913353051)
Gejala klinis
HDN dapat
bervariasi
Penyakit Hemolisis pada mulai dari
Neonatus atau Hemolytic jaundice dan
disease of the newborn anemia hingga
(HDN) terjadi ketika terjadinya
eritrosit janin yang hydrops
memiliki antigen dan fetalis (disertai
tidak asites, pleural
dimiliki ibu melewati dan efusi
plasenta masuk ke dalam perikardial).
sirkulasi ibu. Eritrosit ini Pada tinjauan
akan merangsang pustaka
pembentukan antibodi HDN ini di bahas
ibu yang kemudian akan digolongkan dalam tiga mengenai
kembali golongan yaitu kelainan HDN akibat
ke sirkulasi janin ABO, antibodi yang kelainan
sehingga mengakibatkan bukan anti-D seperti Rhesus anti-D.
kerusakan eritrosit janin. Anti-c, anti-K dan Kata kunci:
Rhesus D atau Neonatus,
kombinasi seperti Hemolitik,
pada anti-D dengan Rhesus.
anti-C atau anti-E.
Patogenesis HDN
01 HDN Akibat Inkompatibilitas Rhesus
HDN tipe ini terjadi pada ayah Rh+
dengan ibu Rh -, dan janin Rh+. HDN
terjadi akibat masuknya antigen janin yang tidak
dimiliki ibu sehingga ibu
membentuk antibodi (IgG) terhadapan antigen
tersebut.
Anti A,B dari golongan O merupakan gabungan IgG
Melanie, dalam artikel Hemolytic Disease of The dan IgM atau IgG, IgM dan IgA. Berdasarkan IgG maka
Newborn and Fetus menjelaskan patogenesis HDN frekuensi Anti A,B lebih sering melewati plasenta
sebagai berikut: proses yang terjadi biasanya dibandingkan anti-A atau anti-B. Antibodi IgG anti-A,B
didahului oleh Fetomaternal Hemorrhage (FMH) sering ditemukan pada golongan darah O dibandingkan
yaitu terjadinya perdarahan kecil di uterus sehingga golongan darah A atau B1 . Karena itu HDN terjadi
darah janin masuk ke sirkulasi ibu. Keadaan ini pada ibu bergolongan O yang melahirkan bayi
menyebabkan pembentukan antibodi ibu terhadap bergolongan A atau B, karena IgG anti A,B bereaksi
antigen janin yang diwariskan dari ayah (sensitisasi dengan sel eritrosit janin dan menyebabkan hemolisis,
Rhesus). Pada kehamilan berikutnya, antibodi IgG namun biasanya tidak berat. 1,2,10 Kenaikan bilirubin
dari ibu yang terjadi akan menembus plasenta. terjadi pada 12–24 jam setelah kelahiran.

PATOGENESIS HDN

Antibodi IgG ini akan menyerang sel


darah merah janin yang memiliki
Rhesus+ sehingga terjadi hemolisis
pada sel darah merah janin. 1,6-9
Pada HDN akibat antibodi ABO,
biasanya baru terbentuk setelah bayi
berumur lebih dari 3 bulan, dan
antibodi yang ada sebelum fase ini
berasal dari ibu (IgG).
Patogenesis HDN
02 Hemolitik disebabkan Inkompatibilitas ABO.

Anti A,B dari golongan O merupakan gabungan IgG dan


IgM atau IgG, IgM dan IgA. Berdasarkan IgG maka
frekuensi Anti A,B lebih sering melewati plasenta
dibandingkan anti-A atau anti-B. Antibodi IgG anti-A,B
sering ditemukan pada golongan darah O dibandingkan
golongan darah A atau B1 . Karena itu HDN terjadi pada
ibu bergolongan O yang melahirkan bayi bergolongan A
atau B, karena IgG anti A,B bereaksi dengan sel eritrosit
janin dan menyebabkan hemolisis, namun biasanya tidak
berat. Kenaikan bilirubin terjadi pada 12–24 jam setelah
kelahiran.

Berbeda dengan inkompabilitas Rh, pada ABO tidak


dipengaruhi riwayat kehamilan sebelumnya.
Patogenesis HDN
03 Hemolitik disebabkan Inkompatibilitas
Lainnya.
Hemolisis terjadi ketika IgG ibu menyerang antigen
spesifik eritrosit janin. Antibodi ini akan membungkus
eritrosit sehingga terjadi lisis. Proses penghancuran
eritrosit bergantung jumlah titer antibodi yang terbentuk
dan jumlah antigen eritrosit janin. Anemia yang terjadi
akan merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan
produksi eritrosit.

Ketika produksi eritrosit terlampaui maka sistem


erythropoiesis di luar sumsum tulang (hati, limpa) akan
memproduksi eritrosit sehingga terjadi
hepatosplenomegali. Keadaan akan meningkatkan
tekanan darah di sistem portal dan akan merusak hati
sehingga terjadi hipoproteinemia, edema, asites, efusi
pleura dan gangguan keluaran jantung (cardiac output)
janin dan intra uterine fetal death.
Bilirubin indirek akan melewati
plasenta kemudian dikonyugasi oleh
hati ibu, namun kadar bilirubin janin
tetap meningkat, tetapi tidak tinggi.
Setelah lahir proses konyugasi
bilirubin oleh ibu terhenti. Hati bayi
tidak sanggup mengkonyugasi
bilirubin yang terbentuk sehingga
bilirubin meningkat tajam dan
bersifat toksik terhadap tubuh (kern
icterus) yang mengakibatkan
cerebral palsy, gangguan
pendengaran, penglihatan, dan
mental retardasi. Kern icterus
biasanya muncul 2-5 hari sesudah
lahir.
Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
Uji Deteksi Antibodi Antibody Specificity Titer Antibodi
Tujuan pemeriksaan ini adalah Jika uji deteksi antibodi Uji ini ditujukan untuk
reaktif, maka dilanjutkan mengetahui seberapa
untuk mendeteksi jenis antibodi
penentuan jenis antibodi banyak antibodi yang
yang terkandung dalam plasma. tersebut. terdapat dalam serum
penderita. Uji ini
dilakukan pada
kehamilan 18-20 minggu.

Tes Rossete dan


Amniocyte Test Kleihauer-Betkeh Direct Coombs Test
Uji ini berguna untuk
Pada kehamilan yang sudah dicurigai mendeteksi adanya FMH atau Ditujukan untuk
akan mengalami HDN maka kita dapat tidak. Tes Kleihauer-Betke menetapkan ada
mendeteksi kadar bilirubin yang masuk dilakukan jika bayi memiliki tidaknya suatu antibodi
ke cairan amnion dan diukur golongan weak D (Du ). yang telah melapisi
berdasarkan panjang gelombang yang Prinsipnya eritrosit janin banyak
eritrosit secara in vivo
dihasilkan. Pada densitas optikal lebih mengandung HbF yang kurang
peka terhadap asam
dari 0,34 merupakan kegawatan janin. dibandingkan eritrosit ibu
Test Kleihauer-Betkeh
Tes Kleihauer-Betke Ini dilakukan ketika jumlah sel janin
hadir dalam sirkulasi ibu diperlukan. Prinsipnya ialah sel
darah merah dengan hemoglobin janin kurang rentan
terhadap elusi asam dibandingkan sel dengan hemoglobin
dewasa. Dengan menerapkan asam tersebut, berapa banyak
darah ibu dan janin yang bersentuhan dapat diukur; ini
merupakan faktor penting ketika menghitung pengobatan
untuk isoimunisasi Rh.
Uji Deteksi Antibodi
Skrining antibodi secara rutin dilakukan bersamaan dengan tes go
longan darah dan crossmatch sebelum pemberian komponen
darah, terutama sel darah merah untuk menghindari reaksi
transfusi. Pemeriksaan ini juga dilakukan dalam skrining antenatal
untuk mendeteksi adanya antibodi dalam serum wanita hamil
yang dapat menyebabkan
Hemolytic Dissease of Newborn (HDN).

Prosedur Pemeriksaan dibagi menjadi tiga fase :


1. Fase Immediate spin Tujuan fase immediate spin adalah
untuk mendeteksi *cold antibodies”, biasanya dari kelas IgM
2. Anti Human Globulin
3. Fase 37 

Dua fase terakhir diperlukan untuk mendeteksi antibodi IgG yang


signifikan secara klinis

Jika hasil deteksi positif/reaktif, maka dilanjutkan


dengan Antibody Spesifisitas

SAMPEL
Serum wanita
hamil
Antibodi Spesifisitas
Sama halnya dengan tes skrining antibodi yang
menggunakan sel skrining/namun bedanya Panel
antibodi ini terdiri dari minimal 10 set sel skrining.
Setiap sel
panel sudah diketahui tipe antigennya (ditampilkan pa
da antigram). (+) menunjukkan adanya antigen dan
(0) menunjukkan tidak adanya antigen.
Tes Titer Antibodi
Tes titer antibodi adalah pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan serta
mengukur jumlah antibodi dalam darah. Jumlah dan keberadaan ragam
antibodi dalam darah dapat menggambarkan kekuatan respons kekebalan
tubuh (imunitas).

Sampel : serum penderita HDN


Amniocyte Test
Amniocentesis adalah prosedur yang dilakukan saat kehamilan untuk
memeriksa sampel air ketuban. Prosedur ini berguna untuk mengetahui
ada atau tidaknya kelainan pada janin. Bila diperlukan, amniocentesis
akan direkomendasikan kepada ibu hamil saat usia kehamilan mencapai
15-20 minggu.

Sampel : air ketuban (amnion)


Penatalaksan
aan HDN

Transfusi Tukar Transfusi intra uterin Foto terapi


Ditujukan untuk Transfusi melalui proses
menghilangkan antibodi Lampu blue violet
cordocentesis (pungsi menurunkan kadar
eritrosit bayi, antibodi ibu, tali pusat) dan diulang
mengurangi bilirubin bayi bilirubin, tetapi tidak
tiap 2-4 minggu sampai sebagai terapi tunggal
dan mengatasi anemia. usia janin 34–36 minggu
Darah yang ditransfusikan dengan darah donor
harus Rh D negatif golongan “O” Rh negatif
Alloimunisasi Rh yaitu
imunisasi pasif pada ibu.
Prinsipnya mencegah
terjadinya imunitas akibat
rangsangan antigen eritrosit
janin. Imunisasi yang sering
Pencegahan digunakan adalah Rhesus
immune globulin (RhIg).
HDN Mekanismenya yaitu
“menangkap” eritrosit janin
disirkulasi ibu, melapisi eritrosit
janin sehingga dapat
dihancurkan oleh limpa serta
mampu memproduksi blocking
antibody (mencegah
pembentukan antibodi terhadap
Ag Rh).

Anda mungkin juga menyukai