Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN HBsAG

METODE ELISA,
PENGOBATAN DAN
PENCEGAHAN VIRUS
IMUNOSEROLOGI
KELOMPOK 4

1. M. Fadil Al Imroni 2013453037


2. M. Amanata Rizki 2013453038
3. Meisa Wahyuni 2013453039
4. Nesya Liana Sari 2013453040
5. Nur Aulia Ayu Lestari 2013453041
6. Nuria Febriani 2013453042
7. Rika Amanda Putri 2013453044
8. Sampot Pradana 2013453045
9. Trya Nada Persatika 2013453046
10. Vany Bela Andini 2013453047
11. Yunanda Sassy Maulida 2013453048
12. Zaqi Muawanah Elmas 2013453049
A. Pengertian

Penyakit hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B. Perjalanan klinis dan
diagnosis infeksi virus ditandai dengan pemeriksaan serologi terhadap antigen dan
antibodi yang terbentuk dan beredar di sirkulasi. Penanda serologi yang pertama
kali dapat dideteksi yaitu HBsAg yang muncul 2 minggu sebelum timbul gejala.
(Rina, dkk., 2006)

Deteksi HBsAg dapat dilakukan dengan beberapa metode pemeriksaan, yaitu


serologi dan polymerase chain reaction (PCR). Uji serologi salah satunya
menggunakan Enzyme Linked Immunoassay (ELISA). Teknik ELISA digunakan
untuk menganalisis interaksi antara antigen dan antibodi di dalam suatu sampel,
dimana interaksi tersebut ditandai dengan menggunakan suatu enzim yang
berfungsi sebagai pelapor/signal.
B. Prinsip

Antibody ganda “sandwich” imunoasay yang menggunakan antibodi anti-HBsAg


spesifik: antibodi monklonal HBsAg yang berada di dasar sumur mikrotiter dan
antibodi poliklonal HBsAg ditambahkan dengan Horseradish Peroxidase (HRP)
sebagai larutan konjugat. Selama pemeriksaan, adanya HBsAg dalam spesimen
akan bereaksi dengan antibodi-antibodi tersebut untuk membentuk kompleks imun
“antibodi-HBsAg- antibodi- HRP”. Setelah materi yang tidak terikat tercuci selama
pemeriksaan, substrat ditambahkan untuk menunjukkan hasil tes. Munculnya
warna biru di sumur mikrotiter mengindikasikan HBsAg reaktif. Tidak adanya warna
menunjukkan hasil non reaktif di spesimen.
C. Alat dan Bahan

a. Alat c. Reagen
1. Sumur mikrotiter 1. Enzym Conjugate
2. Mikropipet 2. Positif Control
3. Tip 3. Negatif Control
4. Inkubator 4. Sampel dilluent
5. Elisa reader 5. Color A dan B
6. Elisa washer 6. Stop Solution
7. Wash Buffer
b. Sampel
7. Sampel serum pasien
D. Cara Kerja

a. Pembuatan Wash Buffer


1. Wash buffer pekat dicampurkan dengan aquadest perbandingan (1:19)
2. Campuran yang sudah jadi disimpan pada suhu ruang selama seminggu

b. Prosedur Pemeriksaan
1. Semua reagen dan specimen dikondisikan pada suhu ruang
2. Siapkan nomor yang dibutuhkan untuk sumur, yang terdiri dari 1 sumur blanko,
2 sumur control positif, 2 sumur untuk control negatif dan 1 sumur untuk setiap
specimen. Tulis nomor seri untuk control dan specimen pada kolom.
3. Spesimen diluents ditambahkan sebanyak 20µl pada masing-masing sumur
4. Spesimen, control negative, control positif ditambahkan sebanyak 100µl sesuai
dengan kolom data. (sediakan 1 sumur untuk blanko)
5. Kemudian dihomogenkan.
6. Plate diinkubasi pada incubator suhu 37 o C ± 1 jam
7. Enzyme conjugate di tambahkan pada setiap sumur ±50µl
8. Plate di inkubasi pada incubator suhu 30°C ±30 menit
9. Setiap sumur dicuci dengan wash buffer dengan prosedur :
• Pencucian yang dilakukan harus sesuai dengan petunjuk apabila ada
pencucian yang tidak sempurna maka akan mempengaruhi hasil.
• Semua isi sumur dimasukkan pada labu cuci. Kemudian ditambhakan wash
buffer 350/lebih.
• Pastikan tidak ada cairan di dalam tip dan setelah pemipetan terakhir.
10. Color A & B dimasukkan pada setiap sumur sebanyak 50µl
11. Plate diinkubasi pada waterbath/incubator 37 o ± 30 menit
12. Hentikan reaksi dengan penambahan 50µl stopping solotion disetiap sumur
13. Absorbansi setiap sumur dibaca pada λ 450nm & λ 630nm
14. Perhitungan:

Single wave length (λ450nm)


OD = OD450 — ODBC450
= sampel — control
 
Dual wave length (λ630nm)
OD = OD450/630
E. Interpretasi Hasil

Hasil pemeriksaan valid jika :


1. Nilai OD blanko kurang dari 0.100 ( sumur dari kontrol blanko hanya berisi
kromogen dan stop solution)
2. Nilai OD kontro negatif harus sama atau kurang dari (≤) 0.100. Dieliminasi
kontrol negatif dengan nilai OD lebih besar dari (>) 0.100. Jika 2 nilai keluar
dari batas, pemeriksaan invalid dan harus di ulangi.
3. Nilai OD kontrol positif sama atau lebih besar (≥) 0.500. Jika nilai OD kurang
dari 0.500, pemeriksaan invalid dan harus di ulangi.
Perhitungan kontrol :
Nilai cut-off :
CO= NCx . 2,1
NCx : nilai absorbansi rata-rata kontrol negative (jika NCx ≤ 0.05 , NCx harus
dihitung 0.05)

Interpretasi hasil :
Spesimen dengan absorbansi kurang dari (<) nilai cut-off dinyatakan negatif.
Spesimen dengan nilai absorbansi lebih besar atau sama dengan (≥) nilai cut-off
F. Pengobatan Hepatitis B

Langkah pengobatan masing-masing pengidap akan berbeda, tergantung pada


dokter yang menangani. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan
pemeriksaan secara rutin untuk mendapatkan saran medis yang tepat. Berikut ini
prosedur pengobatan yang dilakukan berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang
dialami:
 
1. Pengobatan Setelah Terpapar
Dokter akan memberikan suntikan imunoglobulin dalam waktu 12 jam setelah
terpapar virus. Karena pengobatan ini hanya memberikan perlindungan jangka
pendek, kamu juga harus mendapatkan vaksin hepatitis B di saat yang bersamaan.
2. Pengobatan Infeksi Akut
Infeksi akut cenderung tidak berlangsung lama dan akan hilang dengan sendirinya
tanpa pengobatan. Dokter mungkin akan menyarankan untuk banyak beristirahat,
mengonsumsi nutrisi yang tepat, dan konsumsi banyak cairan agar tubuh dapat
melawan infeksi dengan sendirinya.
 
3. Pengobatan Infeksi Kronis
Kebanyakan pengidap infeksi kronis memerlukan pengobatan selama sisa hidup
mereka. Perawatan dapat membantu mengurangi risiko penyakit hati dan
mencegah menularkan infeksi kepada orang lain.
Berikut ini perawatan yang dilakukan:
a. Obat antivirus
Pemberian obat dapat membantu melawan virus dan memperlambat
kemampuannya untuk merusak organ hati

b. Injeksi interferon
Pemberian obat ini tidak disarankan pada wanita hamil, karena dapat memicu efek
samping berupa mual, muntah, kesulitan bernapas, dan depresi.

c. Transplantasi hati
Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat hati yang rusak dan menggantinya
dengan hati yang sehat.
G. Pencegahan Hepatitis B

Pemberian vaksin sangat disarankan untuk mencegah penyakit. Berikut ini


beberapa golongan yang perlu melakukan vaksinasi:
1. Bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B.
2. Keluarga dekat dan pasangan seksual pengidap.
3. Orang yang bepergian ke Afrika, Asia Timur dan Tenggara, serta Kepulauan
Pasifik
4. Keluarga yang mengadopsi atau mengasuh anak dari negara berisiko tinggi.
5. Orang yang menggunakan jarum suntik bersamaan.
6. Orang yang sering berganti pasangan seksual.
7. Pria yang berhubungan seksual dengan sesama pria.
8. Orang yang bekerja di fasilitas kesehatan atau laboratorium.
9. Orang dengan penyakit hati kronis.
10. Orang dengan penyakit ginjal kronis.
THANKS
YOU

Anda mungkin juga menyukai