Anda di halaman 1dari 28

FARMAKOTERAPI

TUBERCULOSIS (TBC)
Dosen Pengampu : Prof.Dr.apt. Shirly Kumala,
M.Biomed

Hasnidar (5421221018)
Novi Fitriani (5421221003)
Definisi

Tuberkulosis atau yang disebut TBC


adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri mycobacterium tuberculosis,
yang dapat menyerang paru dan organ
lainnya. (Pepres No 67 thn 2021)
Etiologi
01 Penyebabnya adalah
Mycobacterium Tuberculosis

BTA (Basil Tahan Asam) Positif


Bakteri ini berbentuk batang dengan
ukuran Panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-
0,6 mikron

Kuman batang, keadaan “dormant” pada


03 tubuh host.
Terdiri dari asam lemak (Lipid)

Lebih tahan asam, gangguan kimia dan


04 fisika.
Sifat aerob, menyenangi jaringan tinggi
kadar oksigen
Epidemiologi

TB paru tertinggi
yakni Jawa Barat,
99.398 kasus.
TBC di Indonesia menempati Kemudian, disusul
peringkat ketiga setelah India oleh provinsi Jawa
Mengacu pada dan Cina dengan jumlah kasus Tengah, 67.063
WHO Global 824 ribu dan kematian 93 ribu kasus. Sedangkan,
TB Report per tahun atau setara dengan
provinsi dengan
2020, 11 kematian per jam.
kasus TB paling
sedikit yakni Papua
Barat, 1.421
10 juta kasus TB
kasus. 
terbaru di dunia dan
menyebabkan 1,2
juta orang meninggal
setiap tahunnya.
Patogenesis

Skema Patogenesis Infeksi TB Paru


Patofisiologi TBC
Gambaran Klinis

 Batuk 2 minggu
Gejala Lokal  Batuk darah
(Respiratori)  Sesak napas
 Nyeri dada

 Demam
 Badan lemas / Malaise
Gejala Sistemik
 Berkeringat Malam hari
 BB menurun
 Tidak nasfu makan
Jenis - Jenis TBC
1. TB Paru Primer
Adalah infeksi bakteri TB
dari pasien yang belum
mempunyai reaksi spesifik
terhadap bakteri TB.
Pada anak-anak dengan lesi
Tuberkulosis biasanya berupa konsolidasi
Gambaran TB paru primer pada bayi usia 6 bulan. Tampak
Paru lobus tengah atau bawah dan limfadenopati (anak panah) dan konsolidasi lobus tengah dan bawah
kadang bisa disertai efusi dan paru kanan (kepala anak panah). (Sumber: Nachiappan AC, et al.
kavitasi. Radiographics. 2017)

2. TB Paru Pascaprimer
Terjadi setelah periode
laten (beberapa bulan /
tahun) setelah infeksi
primer, dapat terjadi karena
reaktifasi atau reinfeksi
dapat disebut juga TB Gambaran foto toraks dan CT-scan tuberkulosis paru pascaprimer.
Didapatkan lesi infiltrat dan kavitas di lobus atas paru kanan.
reaktivasi atau TB sekunder 
(Sumber: Nachiappan AC, et al. Radiographics. 2017).
 Limfadenitis TB (Kelenjar Getah Bening)
 Pleuritis TB
 TB Organ Urogenital
Tuberkulosis  TB Tulang, Sendi dan Supondilitis Tuberkulosa
Ekstraparu  Meningoensafalitis Tb (Meningitis TB)
 TB GastroIntestinal
 Perikarditis TB
 TB Diseminata atau TB Miller
Diagnosis

Bagan Alur Diagnosis TB Paru (KMK No 364 Th 2009)


Prinsip Penegakan Diagnosis TB

 Pemeriksaan bakteriologis adalah pemeriksaan


mikroskopis, tes cepat molekuler TB dan biakan.
 Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis
TB, sedangkan pemantauan kemajuan pengobatan tetap
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru,
sehingga dapat menyebabkan terjadi over diagnosis
ataupun under diagnosis.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan
serologis.
Pengobatan TB
Tujuan Pengobatan
Untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah Prinsip Pengobatan
kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman  OAT harus diberikan dalam bentuk
terhadap OAT. kombinasi dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan.
Tahap Intensif (Awal)  Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi).
 Pasien mendapat obat setiap hari dan  Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
perlu diawasi secara langsung lebih menguntungkan dan sangat
 Tujuan: menurunkan jumlah kuman dianjurkan.
 Sebagian besar pasien TB BTA positif
 Untuk menjamin kepatuhan pasien
menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan. menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOTS = Directly Observed
Tahap Lanjutan
Treatment Shortcourse) oleh seorang
 Pasien mendapat jenis obat lebih Pengawas Menelan Obat (PMO).
sedikit, namun dalam jangka waktu  Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap,
yang lebih lama. yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.
 Tujuan: membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan
Penatalaksanaan Terapi Tuberkulosis
Alur tatalaksana pasien TB anak

13
Tabel Sistem pembobotan (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang TB

Keterangan :
 Diagnosis dengan sistem skoring
ditegakkan oleh dokter.
 Batuk dimasukkan dalam skor setelah
disingkirkan penyebab batuk kronik
lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-
lain.
 Jika dijumpai skrofuloderma** (TB pada
kelenjar dan kulit), pasien dapat
langsung didiagnosis TB.
 Berat badan dinilai saat pasien datang
(moment opname).--> lampirkan tabel
badan.
 Foto toraks toraks bukan alat diagnostik
utama pada TB anak.
 Anak didiagnosis TB jika jumlah skor >
6, (skor maksimal 13)
 Pasien usia balita yang mendapat skor
5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih
lanjut.
Pengobatan TB Anak
OAT Kategori Anak
 Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam
obat dan diberikan dalam waktu 2 bulan Fase Intensif
dan 4 bulan Fase Lanjutan.
 OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap
intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus
disesuaikan dengan berat badan anak.

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT pada anak


Berat badan (kg) 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Kepmenkes No.364 tahun 2009
Dosis OAT Kombipak anak

Dosis Harian dan Maksimal Pada Anak

Kepmenkes No.364 tahun 2009


Tatalaksana Pengobatan TB pada orang Dewasa
Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket unyuk tahap
intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan ( 28 hari)
Berat Badan (Kg) Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (150/75/400/275)
30-37 2 tablet 4 KDT

38-54 3 tablet 4 KDT

55-70 4 tablet 4 KDT

71 5 tablet 4 KDT

 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan


sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi
efek samping.
Kombinasi Dosis  Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga
Tetap (KDT) menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda
dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga
Pencegahan Program Pemerintah

 Kenali Tanda dan Gejala TBC Pelaksanaan strategi DOTS (Directly


 Pastikan Sirkulasi Udara di Rumah Observed Treatment Shortcourse)
Baik. menurut WHO terdiri dari lima
 Gunakan Masker Saat Berada di bagian yaitu
Tempat Ramai.  Komitmen politik,
 Dapatkan Vaksinasi BCG(Bacillus  Deteksi kasus,
Calmette-Guerin)  Distribusi obat
 Lakukan Tes Lebih Dini.  Pengawasan minum obat dan
 Berolahraga Teratur. pencatatan dan pelaporan.
 Menjaga asupan gizi yang baik
 Bagi pasien TB selalu menutup mulut
saat berbicara, bersin, tertawa, atau
batuk.
 idak membuang dahak atau meludah
sembarangan.
Contoh Kasus Pasien TBC

Identitas Pasien

Nama Lengkap : Tn. AR


Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Kota Bekasi
Tgl Pemeriksaan : 23 Sep 2022
Pukul : 22.02 WIB
Anamnesis

Keluhan Utama
Demam, batuk, lemas, sakit kepala, tidak ada nafsu
makan, sejak tiga hari

RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)


Pasien datang ke UGD RS Bhakti Kartini dengan
keluhan Demam, batuk, lemas, sakit kepala, tidak ada
nafsu makan, keluhan sudah dirasakan 1 bulan ini,
batuk mengganggu terutama pada malam hari.
RPD(Riwayat Penyakit Dahulu) RPK(Riwayat Penyakit Keluarga)

 Keluhan yang sama  Penyakit TB Paru (-)


 Penyakit TB Paru  Asma (-)
 Asma (-)  Hipertensi (-)
 Hipertensi (-)  Diabetes (-)
 Diabetes (-)  Alergi (-)
 Alergi (-)

Keadaan Sosial Ekonomi


Pasien tinggal Bersama seorang istri di rumah berukuran luas 4x6 m
dengan 1 jendela ukuran 60 cm x 180 cm. Pasien adalah seorang buruh
harian lepas yang bekerja di Stasiun Luar Kota.
Anamnesis Sistem : Pemeriksaan Fisik :
 Sistem Serebrospinal : Penurunan  TD 110/75
 Suhu 37,5oC
Kesadaran (-), Kejang (-), Demam (+)
 BB 45 kg
 Sistem Kardiovaskuler : Sesak Napas  SPO2 96 %
(-), Nyeri dada (-), Berdebar-debar (-)  RR 28x/mnt
 N 120x/mnt
 Sistem Respirasi : Batuk (+), Sesak
 T.Badan 158 cm
napas (+)
 Sistem Gastrointestinal : Konstipasi (-),
Mual (-), Muntah (-)
 Sistem Integumen : Pucat(+), Lemas
(+)
Pemeriksaan Penunjang : Diagnosa Kerja
 TB Paru Kasus
Pemeriksaan Sputum : Lama
Sewaktu : Negatif
Pagi : Positif 1
Sewaktu : Negatif Diagnosa Banding

Pemeriksaan Rongten :  TB Paru


Pada pemeriksaan foto  Bronkopnemouni
thorax di dapat Penebalan a (BP)
pleura dextra dengan TB  Low Intake
(Destroyed Lung Dextra). (Kurang azupan
gizi)
Terapi selama Rawat Inap di RS Terapi Obat Pulang

 Pemberian Infus RL / 12 jam  Paracetamol tab 3 x 500 mg


 Injeksi Ceftriaxon 1 gr/12 jam  N-Acetylcystein 3 x 200 mg
 Methylprednisolon 2 x 62,5 mg  Curcuma tab 2 x 1 tab
 Paracetamol tab 3 x 500 mg  Vit.B Complex 2 x 1 tab
 N-Acetylcystein 3 x 200 mg  FDC Intensif (awal) 1 x 3 tab
 Curcuma tab 2 x 1 tab (OAT Kategori 1 : 4 FDC)
 FDC Intensif (awal) 1 x 3 tab
(OAT Kategori 1 : 4 FDC)
Pembahasan

Obat Tujuan pemberian Ketepatan


 Tn.AR adalah pasien TB sekunder / TB kambuh,
dimana pada tahun 2019 pasien telah Ceftriaxon injeksi Pencegahan Tepat
menyelesaikan pengobatan TB namun pada infeksi nasokomial
tahun 2022 pasien terkonfirmasi TB Kembali
Paracetamol Antipiretik Tepat
 Pasien mengalami gejala respiratory (batuk &
sesak nafas) dan gejala systemic (demam, tidak Methylprednisolon Pencegahan Tepat
nafsu makan dan lemas) radang pada paru-
 Langkah diagnose tepat : tes sputum dan foto paru
thorax
 Pengobatan: pengobatan TB pada pasien Tn.AR N-Acetylcystein Pengencer dahak, Tepat
kurang tepat karena pasien merupakan pasien batuk yang disertai
sesak
TB kambuh dimana seharusnya pasien juga
mendapatkan injeksi streptomycin sesuai Curcuma Meningatkan nafsu Tepat
pedoman pengobatan makan
OAT kategori 1 (4 TB kurang
FDC) tepat
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, and includes icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai