Anda di halaman 1dari 56

MATERI KIMIA UNSUR

Sub Materi: Unsur Transisi blok d dan f


DOSEN: SYAHRUDDIN KASIM, S.Si, M.Si.

JURUSAN KIMIA F.MIPA


UNIVERSITAS HASANUDDIN
SEMESTER AWAL 2015-2016
Tabel Periodik Unsur
Nama Unsur, Simbol, No. Atom dan Massa Atom
Transisi Periode Pertama
Nama Unsur, Simbol, No. Atom dan Massa Atom
Transisi Periode Kedua
Nama Unsur, Simbol, No. Atom dan Massa Atom
Transisi Periode Ketiga (Lantanida)
Nama Unsur, Simbol, No. Atom dan Massa Atom
Transisi Periode Ketiga (Setelah Lantanida)
Nama Unsur, Simbol, No. Atom dan Massa Atom
Transisi Periode Keempat (Aktinida)
Nama Unsur, Simbol, No. Atom dan Massa Atom
Transisi Periode Keempat (Setelah Aktinida)
LITERATUR KIMIA UNSUR

1. Kimia Anorganik Dasar (F. Albert Cotton)

2. Kimia Anorganik Transisi (Kristian H. Sugiyarto)

3. Kimia Koordinasi (Retno Dwi Suyanti).

4. Kimia Koordinasi (Sukarjo).

5. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat (Heryando


Palar)

6. Efek Toksik Logam (Wahyu Widowati)


SUBSTANSI MATERI KULIAH
1. Karakteristik Unsur Transisi (Blok d).

2. Karakteristik Unsur Lantanida dan


Aktinida (Blok f).

3. Isolasi logam dari biji mineralnya dan


Sintesis senyawa kompleksnya.

4. Bahaya dan Manfaat Unsur logam transisi


dan Senyawa kompleksnya.
UNSUR TRANSISI

Disebut UNSUR TRANSISI: Karena unsur tersebut


memiliki konfigurasi elektron terluar yang berakhir
pada orbital d dan f baik terisi penuh atau tidak.

Semua UNSUR TRANSISI: Adalah logam yang banyak


dalam kerak bumi sebagai mineral, umumnya
merupakan logam keras yang menghantar listrik dan
panas dengan sangat baik, umumnya membentuk
kompleks berwarna dan bersifat paramagnetik,
walaupun terdapat beberapa senyawa unsur transisi
yang bersifat diamagnetik, sifat kimianya sangat khas,
diantaranya sebagai komponen katalisator organik.
KELIMPAHAN DAN ISOLASI

Kelimpahan : Logam Transisi banyak terdapat dalam kerak bumi


yang umumnya berbentuk mineral (oksida, sulfida, sulfat, halida,
karbonat) dan paduan senyawa. Contoh:
Zirkon (Zr(SiO4), Kuprit Cu2O, Hematit (Fe2O3),
Pirolusit (MnO2), Serargirit (AgCl), Azurit (Cu3(OH)2(CO3)2),
Galena (PbS), Sphalerite (ZnFe)S, Cinnabar (HgS), contoh
amalgam (Hg2Na), rutil (ZnF2), fluorit (CdF2), Olivin
(Mg,Fe)2SiO4, Ilmenit (FeTiO3), Sinabar (HgS), Manganit
(MnO(OH)), Aegirin (NaFe(Si2O6)) , Monasit (Ce,La,Y,Th)PO 4
, Wolframit (Fe,Mn)WO4 dan
Turmalin (Na,Ca)(Li,Mg,Al)3(Al,Fe,Mn)6(OH)4(BO2)3(Si6O18).

Isolasi : Pengekstrak: HCl, H2SO4, HNO3, HClO3 dan HClO4.


KARAKTERISTIK SIFAT DAN PELARUT
LOGAM TRANSISI PERIODE PERTAMA
LOGAM SIFAT PELARUT TITIK BJ
LELEH (g/mL)
(0C)
Sc Keras, Tidak Tahan Korosi HCl,HF,H2SO4(encer) 1539 3,00
Ti Keras, Tahan Korosi HClpanas ,HF 1668 4,51
V Keras, Tahan Korosi HNO3,HF,H2SO4p 1895 6,11
Cr Rapuh, Tahan Korosi HClencer, H2SO4p 1875 7,19
Mn Rapuh, Reaktif, Putih HClencer, H2SO4p 1245 7,86
Fe Padat, Reaktif, Mengkilat HClencer, H2SO4p 1537 7,87
Co Keras, Tahan Korosi, Kebiruan HClp, H2SO4p 1494 8,90
Ni Sangat Tahan Korosi HClp, H2SO4p 1453 8,91
Cu Lunak, Kemerahan HNO3,H2SO4p(panas) 1083 8,95
Zn Lunak, Tahan Korosi HNO3p,H2SO4p 420 7,15
Pelarut terbaik: H2SO4 , HNO3 dan HClO4 ,(Malik, 2004).
KARAKTERISTIK PENGHANTARAN
LISTRIK LOGAM TRANSISI

Logam Transisi dapat menghantarkan listrik: Oleh


karena adanya elektron dalam konfigurasi
elektronnya yang bebas bergerak keluar masuk
orbital dalam orbital atomnya. Elektron tersebut
dapat berada pada keadaan Geround Stated (GS)
ataupun dalam keadaan Eksated Stated (ES)
dalam orbital atomnya.

Penataan ulang elektron logam kompleks akibat


adanya pengaruh dari luar bahkan dapat mengubah
elektron stabil menjadi keadaan star (aktif). Elektron
dalam orbital dapat searah (aktif/tidak stabil)
ataupun berlawanan dengan medan magnet (stabil).
KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA LOGAM
TRANSISI

Sifat kimia unsur transisi umumnya dibagi dua yaitu :


Dalam bentuk logam dan dalam bentuk senyawanya.
1. Logam Transisi: Semuanya logam keras yang mudah
menghantarkan listrik, bersifat asam, mudah
teroksidasi, dan jika membentuk senyawa kompleks
maka logam transisi sebagai atom pusat dapat
merupakan sisi aktif senyawa kompleksnya.
2. Senyawa logam transisi: Dapat berupa senyawa
oksida, halida, sulfida, sulfat, karbonat, posfat, nitrat,
hidrat, dll (semuanya bersifat asam dan kekuatannya
tergantung kekuatan ligan tersebut). Dapat juga berupa
senyawa kompleks yang : Stabil, Tidak Stabil/Terdistorsi
(termodinamika), Labil dan Innert (Faktor kinetika).
KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA
LOGAM TRANSISI

Sifat kimia unsur transisi juga sangat ditentukan oleh


bentuk geometri molekul senyawa kompleksnya
(pengaruh ruang/sterik). Innert Orbytal Compleks (IOC)
& Outher Orbytal Compleks (OOC), berbeda, pengaruh
ligan.
Contoh : 1. d2sp3 (dx2-y2, dz2) = IOC, ligan kuat, low spin.
2. sp3d2 (dxy dan dyz) = OOC, ligan lemah, high spin.
1. Bentuk geometri karena pengaruh ligan yang terikat
pada ion logam transisi.
2. Bentuk geometri akibat dari perbedaan bentuk
isomer senyawa kompleksnya.
Isomer senyawa kompleks, ada dua kelompok utama yi:
Isomer stereokimia/optik dan isomer struktur/geometri.
KRITERIA DASAR PENENTU SIFAT KIMIA SENYAWA
KOMPLEKS LOGAM TRANSISI

1. Stereokimia Molekul Senyawa Kompleks.


2. Efek Kelat dari Ligan.
3. Jenis Isomer senyawa Kompleks.
4. Efek Trans pada Kompleks Planar Segi empat.
5. Interaksi Ligan Kuat dan Lemah  Splitting Orbital.
6. Kuat Lemahnya Medan Ligan  Deret Ligan.
7. Pengaruh Medan Kristal  Orbital Terdegenerasi.
8. Kuat/Lemah Medan Kristal (CFSE) Labil/Innert.
9. Kuat Lemahnya Spin Elektron Ikatan.
10. Efek Back Bonding  Pengaruh Ikatan (π) tak
sejajar.
KARAKTERISTIK EFEK TRANS KOMPLEKS
PLANAR SEGI EMPAT KARENA PENGARUH LIGAN

1.Reaksi Efek Trans Ligan Yang Akan Masuk

2. Deret Efek Trans Ligan Pada Kompleks Planar Segi 4


KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA LOGAM
TRANSISI KARENA PENGARUH LIGAN

A. Cis Dekstro B. Cis Levo


Arah Pemutaran : DepanTengahBelakang

A. Trans B. Cis
KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA LOGAM
TRANSISI KARENA PENGARUH LIGAN

A. Facial (Fac) B. Meridional (Mer)

A. Isomer Rantai dari Trans B. IR. dari Cis


JENIS ISOMER YANG LAIN
1. Isomer Koordinasi
[Co(NH3)6]3+ [Cr(CN)6]3- dan [Cr(NH3)6]3+ [Co(CN)6] 3-

2. Isomer Ionisasi
[Co(NH3)5Br]SO4 dan [Co(NH3)5SO4]Br
3. Isomer Hidrasi
[Cr(H2O)5Cl]Cl2 .H2O dan [Cr(H2O)4Cl2]Cl .2H2O

4. Isomer Polimerisasi (Isomer semu)


[Co(NH3)3(NO2)3] dan [Co(NH3)6] [Co(NO2)6]
5. Isomer Ikatan
[Co(NH3)5NO2]Cl2 dan [Co(NH3)5O-N=O]Cl2
KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA LOGAM TRANSISI
KARENA PENGARUH LIGAN

Contoh: ion logam Cu2+


1. Ditambahkan HClag + NH3 berlebih = [Cu(NH3)4(H2O)2]Cl2
(Oktahedral terdistorsi).
2. Ditambahkan NH3 + HClag berlebih = [Cu(NH3)4]Cl2
(terdistorsi antara tetrahedral dan planar).

Perkirakan bentuk geometri senyawa kompleks:


(PK)
1. Ion logam Co3+ ditambahkan HCl dan NH3 .
(Contoh isomer stereokimia)
2. Ion logam Cr3+ ditambahkan HBrag, HClag dan NH3 .
(Contoh isomer struktur)
Gambarkan (PK) : Kompleks EDTA dengan Co (Cis dan Trans)
DERET KEKUATAN BEBERAPA JENIS LIGAN
Deret kekuatan beberapa jenis ligan yang akan
berikatan dengan ion logam transisi membentuk senyawa
kompleks, menurut kekuatannya memisahkan orbital d
adalah sebagai berikut:

I- < Br- < Cl- < F- < OH- < (C2O4)2- < H2O < -NCS- < Py < NH3 < en
< bipy < o-phen < NO2- < CN- (F.A. Cotton).

I- < Br- < S2- < SCN- < Cl- < NO3- < F- < OH- < (COO)2- < H2O <
NCS- < CH3CN < NH3 < en < bipy < phen < NO2- < CN- < CO
(Sugiyarto, K.H.).

Deret Lain : Lihat Sukarjo dan Suyanti R.D.


CONTOH SINTESIS Fe2[Cu(CN)4]3

1. Siapkan larutan KCN, CuSO4 dan FeCl3 masing-


masing 0,1M.
2. Campurkan 4 mL larutan KCN 0,1 M ke dalam 1 ml
larutan CuSO 0,1 M, amati warna merah kecokelatan
pada penambahannya.
3. Tambahkan FeCl3 0,1 M secara berlebih sampai
terbentuk endapan berwarna cokelat tua kemerahan.
4. Saring endapat dan keringkan dalam desikator.
5. Analisis kristalnya dengan alat kristalografi.
REAKSI INSERSI PADA SENYAWA KOMPLEKS
REAKSI ADDISI PADA SENYAWA KOMPLEKS
REAKSI KELUAR MASUKNYA LIGAN
PADA SENYAWA KOMPLEKS

Catatan: Ligan yang akan disubtitusi, masuk pada orbital


sesumbu dan melakukan penataan ulang ke orbital tak
sesumbu, dan harus berdekatan baru terjadi subtitusi.
KARAKTERISTIK LIGAN JIKA BERINTERAKSI
DENGAN ORBITAL ION LOGAM TRANSISI
1. Ligan lemah kecenderungannya besar terikat pada
orbital yang searah dengan sumbu ikatan, dan
sebaliknya ligan kuat kecenderungannya besar terikat
pada orbital yang tidak searah sumbu ikatan.
2. Orbital yang searah sumbu ikatan adalah : dx2 – y2
dan dz2 dan orbital yang tidak searah sumbu ikatan
adalah orbital: dxy, dyz dan dxz.
3. Pada saat terjadi reaksi pada senyawa kompleks,
keluar masuknya ligan yang terikat pada orbital ion
logam transisi kecenderungannya lebih besar dan lebih
mudah jika melalui orbital dx2 – y2 dan dz2, baru
kemudian mengalami penataan ulang agar mencapai
bentuk yang lebih stabil yaitu saat terikat pada orbital
dxy, dyz dan dxz.
BEBERAPA FUNGSI LOGAM TRANSISI

1. Zn : ZnCS2 (Sink ditiokarbamat) untuk fungisida


bersama dengan Cd dan Hg, garam ZnCS2(OH)2
mempercepat vulkanisir karet (insersi CS2 dalam
Zn(OH)2 , ZnO dan ZnCO3 untuk obat salep luka, Zn
dalam enzim karbonat anhidrase untuk reaksi hidrasi
CO2 dan dalam karboksil peptidase untuk hidrolisis
peptida pada gugus karboksil ujung rantai peptida.
2. Fe : Sebagai logam, industri paduan logam, enzim,
koenzim dan komponen pengkompleks.
3. Hg : Reaksi-reaksi biokimia, ekstraksi emas dan
nikel, katalisator, komponen pengkompleks.
4. Ag : Bahan baku polimer plastik ramah lingkungan
dan anti bakteri (Kitosan-Ag), industri paduan logam,
dll.
FUNGSI UNSUR TRANSISI SEBAGAI AGEN KATALISATOR ORGANIK

1. Oksidasi ikatan rangkap hidrokarbon tak jenuh.


Pt/Rh/Ni
Reaksi: RHC=CH2 + H2 RCH2 – CH3
2. Oksidasi asam lemak tak jenuh (misalnya proses pembuatan mentega dari
minyak, R4, R5, R6 = Jenuh/padat)
O O
CH2 – O – C – R1 CH2 – O – C – R4
O Pt/Pd/Ni O
CH – O – C – R2 + H2 CH – O – C – R5
O O
CH2 – O – C – R3 CH2 – O – C – R6
BAHAYA LOGAM TRANSISI

Karena semua unsur transisi adalah logam keras, maka


semua memiliki efek akumulasi apabila masuk ke dalam
sistim lingkungan terutama mahluk hidup dan manusia.

“Banyak jenis obat-obatan merupakan senyawa


kompleks dan unsur transisi sebagai atom pusat dan
sekaligus sisi aktifnya”.

Efek akumulasi ion logam unsur transisi akan semakin


berbahaya apabila logam transisi tersebut masuk
kategori logam berat.
Akumulasi ion logan transisi ditentukan oleh kekuatan
efek afinitasnya pada lingkungan alam dan mahluk
hidup.
Unsur Transisi, Sumber dan Efek/Pengaruhnya
UNSUR SUMBER EFEK YANG TOLERANSI
TRANSISI DITIMBULKAN (mg/L)

KADMIUM Buangan Industri, Menukar Zn secara 0,01


limbah biokimia, tekanan darah
pertambangan, tinggi, merusak ginjal,
pengelasan logam jaringan, sel-sel darah
dan pipa-pipa air. merah toksis terhadap
biota aquatik.
TEMBAGA Pengelasan logam, Unsur renik pokok, tdk 1,00
limbah industri, terlalu toksik pd hewan
domestik, namun toksik pd
pertambangan dan tanaman dan ganggang
pencucian mineral. dlm konsentrasi
sedang.
KHROM Pengelasan logam, Unsur renik pokok dan 0,05
zat aditif pada neraca karsinogenik dlm
air berbentuk Cr(VI). bentuk Cr(VI).
Unsur Transisi, Sumber dan Efek/Pengaruhnya
UNSUR SUMBER EFEK YANG TOLERAN
TRANSISI DITIMBULKAN SI (mg/L)
MANGAN Pertambangan, limbah Relatif tidak toksik 0,05
industri, saluran tambang terhadap hewan, toksik
atom, kerja mikroba terhadap tanaman pada
terhadap mineral mangan konsentrasi tinggi,
pada pH rendah. perkaratan perabotan
kamar mandi dan pakaian.
MERKURI Limbah industri, industri Toksisitas akut dan kronik. ---
pestisida, batu bara.
PERAK Sumber geologi alami, Menyebabkan kulit 0,05
penambangan, las listrik, berwarna biru abu-abu,
buangan prosesing film, merusak membran
desinfeksi air. mocous, dan mata.
SENG Limbah industri, las Unsur penting dalam 5,0
logam, patri. metalo enzim, obat luka,
toksik untuk tanaman pada
konsentrasi tinggi,
komponen utama buangan
(Sludge) pd tanah.
TERIMA KASIH

WASSALAMU ALAIKUM
WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

SYAHRUDDIN KASIM
TEORI MEDAN LIGAN (LFT) DAN TEORI
IKATAN VALENSI (VBT) UNSUR TRANSISI

LFT (Ligan Field Theory): Teori pembentukan Senyawa


Kompleks (SK) unsur transisi yg berbasis pada Valence
Bond Theory (VBT), yang dipakai untuk memahami
karakter ikatan, sifat elektronik, sifat kemagnetan,
bentuk hibridisasi dan geometri SK.
Buatlah distribusi elektron, tentukan sifat dan
karakteristiknya, [Fe(NH3)6]Cl3, Na2[Cu(CN)4(H2O)2],
[Cr(H2O)6]Br2 , dll, (PR).
LFT atau VBT yang berlaku pada unsur utama relatif
tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada unsur
logam transisi, kecuali 2 hal yaitu :
1. Orbital d dan f terisi sebahagian (Distorsi).
2. Adanya pendekatan dengan CFT pada kasus no 1.
Teori Medan Kristal (CFT)
Teori Medan Kristal atau Crystal Field Theory (CFT)
menjelaskan tentang pembentukan ikatan elektrostatik dan
ikatan kovalen senyawa kompleks : Ikatan Eleketrostatik: Ikatan
dalam senyawa kompleks akibat interaksi ligan dan medan
kristal yang mempengaruhi energi orbital-orbital ion logam
atom pusat senyawa kompleks menghasilkan gaya elektrostatik
yang bekerja baik pada keadaan kesimetrisan orbital tertinggi.
Ikatan Kovalen : Ikatan yg terbentuk akibat interaksi ligan
dengan orbital atom pusat pada keadaan kesimetrisan orbital
kecil, sehingga digunakan MOT.
Teori Orbital Molekul (TOM)
Teori Orbital Molekul atau Molecular Orbital
Theory (MOT) dalam menjelaskan pembentukan
senyawa kompleks adalah : Teori yang
memastikan adanya “karakter sifat ionik dan sifat
kovalen dalam kompleks yang dapat berupa σ
ikatan dan ikatan π antara ion pusat dengan ligan”
akibat adanya ”splitting” pada orbital d atom
pusat. ”splitting” artinya pemisahan orbital d
atom pusat SK.
Dalam (TOM) pembentukan SK (Senyawa
Kompleks) menghasilkan 3 jenis orbital d : Orbital
bonding, anti bonding dan orbital non bonding.
Kesulitannya yang timbul dalam senyawa
kompleks jika ditinjau menurut Teori
Orbital Molekul (TOM) adalah :

1. Orbital atom yg bergabung lebih banyak.


2. Terdapat orbital molekulnya yang tidak
terarah (delocalized).
3. Orbital molekul milik kompleks secara
keseluruhan, bukan milik ikatan tertentu.
4. Pembentukan OM, memakai model LCAO
(Linear Combination of Atomic Orbital).
Gambar 1. Pentukan Ikatan σ pada AB
Tenaga
σ*2s
c
2s d

c 2s
σ2s

a σ*1s
1s b
a
1s
σ1s
A A-B B
Penjelasan Gambar 1.

1. Ada perbedaan kelektronegatifan unsur A dan B.


2. Makin besar perbedaan Kelektronegatifan, makin
besar b dan d, makin kuat “Ukuran Sifat Ionik”.
3. Makin besar nilai “a” dan “c”, maka overlapping
makin besar, “Ukuran Sifat Kovalen”, makin besar.

Contoh: Aplikasi TOM dlm kompleks [Co(NO2)6]3- :


Orbital Ion Logam : Ditentukan terlebih dahulu
orbital molekul bonding σ : 3dx2–y2 , 3dz2 , 4s, 4px, 4py,
4pz, dan yg membentuk orbital molekul bonding π :
3dxy, 3dxz, 3dyz, yg dikenal dgn orbital t2g .
Pengaturan Orbital Ion Logam dan Ligan

Dalam Senyawa Kompleks Oktahedral [Co(NO2)6]3-,


6 orbital Ion Logam, bergabung dengan 6 orbital
Ligan, membentuk 12 orbital molekul kompleks.

12 orbital molekul membentuk ikatan (σ dan σ*) yi:


6 orbital molekul bonding σ dan 6
orbital molekul anti bonding σ*, akibatnya diagram
energi molekul kompleks [Co(NO2)6]3- akan lebih
sukar dari pada orbital molekul diatomik atau
senyawa sederhana.
3 orbital ion logam yg terdegenerated (non σ), yi.:
3dxy, 3dxz, 3dyz membentuk ikatan π.
Gambar 2. Diagram OM Sesuai (MOT)
Tenaga
σ*4p

4p
4s σ*d
(Δ)

3d dxy dxz dyz

Ligan

(OA Ion logam) (OA ligan)

OM
Gambar 3. Diagram OM Senyawa [Co(NO2)6]3-
Tenaga
σ*4p

4p
4s σ*d
(Δ)

3d dxy dxz dyz

Ligan

(Orbital Co3+) (Orbital ligan NO2-)

OM = [Co(NO ) ]3-
Penjelasan Gambar 3

Bila 6 elektron dari Co (III) dan 12 elektron ligan ditempatkan


dalam Diagram Orbital Molekul pada Gambar 2., maka 12 atau
enam pasang elektron akan mengisi keenam orbital bonding, dan
6 elektron sisanya mengisis Orbital Molekul (t2g).

Kondisi ini terjadi karena :


1. Perbedaan energi (Δ) “besar” antara Orbital Molekul (t2g) dan
Orbital Molekul Anti Bonding 4σ*dx2-y2 dan 4σ*dz2 .
2. Karena tidak ada elektron di Orbital Anti Bonding 4σ*dx2-y2
dan 4σ*dz2 , maka tekanan elektron di orbital ikatan 4σdx2-y2
dan 4σdz2 tidak ada, sehingga ikatan Co - NO2 diperkuat,
akibatnya akan terbentuk : KOMPLEKS LOW SPIN
YANG STABIL.
Penjelasan Gambar 3, Lanjutan

3. Besar perbedaan energi (Δ) karena terjadi “SPLITTING”,


sebagai Karakter Ikatan Kovalen, bukan gaya tolak
elektrostatik elektron d oleh Ligan (Sesuai Teori CFT).

4. Karakter Sifat Ikatan Kovalen ditentukan oleh besarnya


derajat “Overlapping” antara Orbital logam 4σdx2-y2 dan
4σdz2 dengan Orbital Ligan membentuk (ikatan σ).

5. Semakin Besar derajat Overlapping, “semakin kuat


karakter Ikatan Kovalen”, “karakter ionik berkurang”,
sehingga “splitting” semakin besar, akibatnya energi orbital
4σ*dx2-y2 dan 4σ*dz2, akan semakin tinggi.
Pembentukan Ikatan π pada Kompleks
[Co(NO2)6]3-

Dalam ikatan π , ligan bertindak sebagai asam Lewis


dan menerima elektron dari orbital t2g (dxy, dxz dan
dyz) dari ion logam, model pengikatan terjadi melalui
bagian sisi orbital.
Adanya ikatan π dan σ, akan meningkatkan “Kestabilan
Senyawa Kompleks”, karena akan memperkuat ikatan
Logam dengan Ligan. Kedua ikatan ini juga
mempengaruhi perubahan energi atau tenaga (Δ)
senyawa kompleks. Apabila
ligan NO2 yang masuk, medan energinya besar,
perubahan energi (Δ) menjadi naik, SPLITTING akan
KESIMPULAN
Berdasarkan Teori Orbital Molekul atau MOT, kompleks [Co(NO2)6]3- adalah
merupakan kompleks Stabil tapi Innert.
Kompleks Stabil karena :
1. Adanya Ikatan σ dan π yg menstabilkan kompleks.
2. Muatan atom pusatnya relatif besar.
3. Besarnya karakter Ikatan Kovalen karena adanya Overlapping yang
dpt menimbulkan Splitting.
4. Splitting yang besar dengan terikatnya ligan kuat NO2 , menyebabkan
naiknya energi (Δ) atau energi stabilisasi senyawa kompleks.
5. Hukum Hund berlaku, 6 elektron sisa mengisi orbital t2g
secara berpasangan sehingga Stabil.
Kompleks Innert : Karena ligannya kuat dan bentuk senyawanya adalah
Low Spin Kompleks.
CATATAN PENTING
1. Kompleks Labil : Ligannya dapat diganti dengan ligan lain secara
cepat (sekitar 1 menit pada STP konsentrasi 0,1 M, oleh Hendry Taube).
2. Kompleks LABIL bersifat TIDAK STABIL dan kompleks INNERT
bersifat STABIL.
3. Labilitas kompleks adalah sifat kinetika dan stabilitas adalah sifat
thermodinamika.
senyawanya adalah Low Spin Kompleks.
4. Labilitas kompleks ditentukan oleh : Beda Energi senyawa kompleks
dengan senyawa aktif intermedietnya, jika kecil, reaksi akan cepat,
kompleks akan bersifat LABIL.
5. Stabilitas kompleks ditentukan oleh : Beda energy hasil reaksi
(Produk) dengan pereaksi (Reaktan), jika besar, maka senyawa
kompleks hasil reaksi STABIL.
Gambar 3. Diagram OM Senyawa [Co(NO2)6]3-
Tenaga
σ*4p

4p
4s σ*d
(Δ)

3d dxy dxz dyz

Ligan

(Orbital Co3+) (Orbital ligan NO2-)

OM = [Co(NO ) ]3-
Gambar 4. Diagram OM Senyawa [FeF6]4-
Tenaga
σ*4p

4p
4s
σ*d (Δ)

3d dxy dxz dyz

Ligan

OA Fe3+ OA 6 F-

OM [FeF6]3-
Penjelasan Gambar 4

Bila elektron dari Fe (III) dan elektron dari ligan ditempatkan


dalam Diagram Orbital Molekul pada Gambar 1., maka enam
pasang elektron akan mengisi keenam orbital bonding, dan
sisanya akan mengisis Orbital Molekul Non-Bonding (t2g) dan
Orbital Molekul Anti Bonding 4σ*dx2-y2 dan 4σ*dz2 .

Apabila perbedaan energi (Δ) “kecil” antara Orbital Molekul


Non-Bonding (t2g) dan Orbital Molekul Anti Bonding 4σ*dx2-y2
dan 4σ*dz2 , maka “Hukum Hund berlaku”.

Adanya 2 elektron di Orbital Anti Bonding 4σ*dx2-y2 dan 4σ*dz2


Orbital akan mengkompenser elektron ikatan σ orbital 4σdx2-y2
dan 4σdz2 , sehingga ikatan Fe-F diperlemah terutama pd orbital
tsb., akibatnya akan terbentuk : KOMPLEKS HIGH SPIN.
Penjelasan Gambar 4, Lanjutan

Besar dan kecilnya perbedaan energi (Δ) menurut Teori


Orbital Molekul akan mengakibatkan terjadinya
“SPLITTING”, namun penyebabnya adalah : Adanya
Karakter Sifat Ikatan Kovalen, bukan gaya tolak
elektrostatik elektron (d) oleh Ligan (Teori CFT).

Karakter Sifat Ikatan Kovalen ditentukan oleh besarnya


derajat “Overlapping” antara Orbital Logam 4σdx2-y2 dan
4σdz2 dengan Orbital Ligan, semakin Besar derajat
Overlapping, semakin kuat karakter sifat Ikatan Kovalen,
semakin besar splittingnya, sehingga energi orbital
4σ*dx2-y2 dan 4σ*dz2, akan semakin tinggi (Δ).
Pembentukan Ikatan π dalam Kompleks [FeF6]3-

Orbital ion logam px, py, pz dan t2g (dxy, dxz dan dyz)
dapat membentuk Orbital Molekul π dengan Orbital Ligan
yg tidak searah dengan Orbital Logam, artinya pengikatan
terjadi melalui bagian sisi orbital (terbentuk ikatan π).

Adanya ikatan π dan ikatan σ, akan meningkatkan


“Kestabilan Senyawa Kompleks logam transisi”, karena
akan memperkuat ikatan Logam dengan Ligan. Kedua
ikatan ini juga mempengaruhi perubahan energi atau
tenaga (Δ) senyawa kompleks, namun apabila ligan F yang
masuk (ligan lemah/medan energinya rendah), maka
perubahan energi atau tenaga (Δ) menjadi turun,
akibatnya SPLITTING yang terjadi akan menjadi kecil.
KEBERGANTUNGAN NILAI (Δ) PADA JENIS LIGAN

Kebergantungan nilai (Δ) adalah pada deret kekuatan ligan


yang berikatan dengan ion logam transisi memisahkan orbital d,
membentuk senyawa kompleks : I- < Br- < Cl- < F- < OH- <
(C2O4)2- < H2O < -NCS- < Py < NH3 < en < bipy < o-phen < NO2- < CN-
(F.A. Cotton).
I- < Br- < S2- < SCN- < Cl- < NO3- < F- < OH- < (COO)2- < H2O < NCS- <
CH3CN < NH3 < en < bipy < phen < NO2- < CN- < CO (Sugiyarto, K.H.).
I- < Br- < Cl- < F- < OH- < RCO2- < H2O < NCS- < py – NH3 < en < dipy <
NO2- < CN- – CO (Sukarjo).
I- < Br- < SCN- - Cl- < F- < OH- – ONO- < (C2O4)2- < H2O < NCS- < EDTA4-
< NH3 – pyr – en < bipy < phen < CN- – CO (Suyanti R.D.).
KESIMPULAN
Berdasarkan Teori Orbital Molekul atau MOT, maka
kompleks [FeF6]3- adalah : Stabil tapi Labil.
Kompleks Stabil :
1. Adanya Ikatan σ dan ikatan π.
2. Muatan atom pusatnya relatif besar.
3. Terdapatnya karakter sifat Ikatan Kovalen karena
Overlapping yang dpt menimbulkan Splitting.
4. Hukum Hund berlaku walaupun ½ penuh.
Tapi Kompleks ini juga Labil :
1. Bentuknya High Spin Kompleks.
2. Ligan F lemah, akibatnya dengan mudah dapat bereaksi
dengan ligan lain melalui reaksi substitusi.
TERIMA KASIH

WASSALAMU ALAIKUM
WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

SYAHRUDDIN KASIM

Anda mungkin juga menyukai