Anda di halaman 1dari 25

Paradigma

Ekonomi Islam
Cara Pandang Hidup Islam
• Pandangan dunia atau pandangan hidup (worldview) berperan sangat penting dalam sistem
masyarakat tertentu. Worldview berfungsi sebagai dasar bagi keseluruhan bangunan
pengetahuan.
• Di bidang ilmu pengetahuan, worldview berfungsi sebagai media kognitif yang menjelaskan
posisi ontologis, aturan metodologis, kerangka nilai, dan sebagainya.
• Oleh karena itu, bangunan ilmu pengetahuan sangat bergantung pada setiap worldview yang
dimiliki masyarakat tertentu dan di atas worldview tadi dibangunlah ilmu pengetahuan yang
khas serta peradaban yang berbeda dari fondasi peradaban lain
• Pandangan hidup (worldview) merupakan suatu hal yang menunjang keberlangsungan hidup
seorang manusia di dunia.
• Pandangan hidup ini dapat menjadi pedoman atau petunjuk hidup seseorang dalam mencapai
tujuannya. Secara analogis, pandangan hidup (worldview) seperti lensa, dan melalui lensa
tersebut manusia memandang dunia dan memahami posisinya dalam hierarki ciptaan Tuhan.
• Di sisi lain, perspektif worldview sejatinya melibatkan jauh lebih dari sekedar seperangkat
keyakinan intelektual. Melainkan melibatkan pula konsep dasar dari sistem keyakinan itu sendiri,
yang terdiri dari jaringan ide yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh.
• Hal ini disebabkan worldview akan membentuk, mempengaruhi dan umumnya mengarahkan
seseorang untuk berperilaku selama hidupnya.
• worldview dapat didefinisikan sebagai cara seseorang dalam melihat kehidupan dan dunia pada
umumnya.
• Ada tiga poin penting dari definisi di atas, yaitu:
1. Worldview adalah motor bagi perubahan sosial,
2. Asas bagi pemahaman realitas
3. Asas bagi aktivitas ilmiah.
Islam sebagai Jalan Hidup
• Secara etimologi, Islam adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna sejahtera,
kepatuhan, ketaatan, penyerahan diri, kedamaian dan keselamatan. Patuh dan taat kepada Allah SWT
disebut sebagai orang muslim.
• Dengan menyerahkan diri kepada Allah SWT, seorang muslim akan mencapai kebahagiaan. Allah SWT
dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 112 sudah menjelaskan bahwa orang yang menyerahkan diri kepada Allah
SWT dijanjikan tidak akan diliputi kekhawatiran terhadap hidupnya dan tidak akan diliputi kesedihan.
• Secara teoretis, Islam adalah agama yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Muhammad
sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajarannya yang bukan hanya mengenai berbagai segi
dari kehidupan manusia.
• Agama Islam menyusun konsep konsep dengan sistemnya yang mampu menyentuh sisi-isi kehidupan
duniawi secara berimbang dan terintegral. Islam tidak merekomendasikan pemisahan antara berbagai
sisi atau segi kehidupan umat manusia. Satu sisi kehidupan tidak akan eksis secara sempurna tanpa
sentuhan sisi lainnya. Islam sebagai agama mengatur kehidupan manusia secara universal baik
hubungan dengan Allah SWT (Hablumminallah) maupun dalam hubungan sesame manusia
(Hablumminannas).
Ada beberapa sumber hukum Islam yang menjadi pedoman setiap muslim, yaitu sebagai berikut:
• Alquran
Alquran adalah kitab Suci umat Islam yang diturunkan kepada umat muslim melalui Nabi Muhammad SAW.
Alquran dari segi bahasa memiliki arti bacaan atau apa yang tertulis padanya.
• Sunah
Dari segi bahasa sunah (sunnah) adalah jalan yang biasa dilalui atau suatu cara yang senantiasa dilakukan, tanpa
mempermasalahkan, apakah cara tersebut baik atau buruk.
• Ijmak
Definisi ijmak menurut bahasa adalah kesepakatan terhadap sesuatu. Dikatakan telah berijmak pada suatu kaum
apabila mereka telah bersepakat pada sesuatu hal.
• Qiyas
Qiyas menurut bahasa bermakna pengukuran atau penyamaan antara satu hal dengan hal yang lain yang sejenis.
Terdapat perbedaan definisi antara ulama fikih tergantung pada bagaimana cara pandang mereka terhadap
kedudukan qiyas dalam istinbat hukum. Terdapat dua golongan di antaranya, golongan pertama yang
mengatakan bahwa qiyas adalah ciptaan manusia karena merupakan pandangan mujtahid, sedangkan golongan
yang kedua menyatakan bahwa qiyas merupakan dalil hukum yang berdiri sendiri yang dibuat syar’i sebagai alat
untuk mengetahui hukum atas suatu hal.
Paradigma Ekonomi Islam
• Paradigma ekonomi Islam di sini terdiri dari gabungan istilah paradigma dengan frase ekonomi Islam.
• Paradigma disebutkan dalam Alquran dengan sebutan Tashawwur yang berasal dari akar kata shawwara
dan disebutkan dalam Alquran seperti dalam Surah Ali ‘Imran [3]: 6, al-A’raf [7]: 11, Ghafir [40]: 64, al-
Hasyr [59]: 24, at-Taghabun [64]: 3 dan al-Infithar [82]: 3.
• Kata shawwara sebenarnya memiliki tiga arti utama. Pertama, berikan tanggapan atas penampilan
sesuatu yang dijelaskan. Kedua, menjelaskan gambaran sebenarnya dari sesuatu. Ketiga, menghasilkan
munculnya sesuatu dalam pikiran. Dengan demikian istilah tashawwur secara etimologis berarti
tanggapan, uraian, sikap mental atau cara memandang segala sesuatu.
• Di dalam pemikiran Islam, ada berbagai macam istilah yang digunakan untuk paradigma, di antaranya
adalah istilah tashawwur al-Islamiy (pandangan dunia Islam), al-mabda ‘al-Islamiy (prinsipprinsip
Islam), nazhariyyah al-Islam (visi Islam), altashawwur al-tawhidiy (pandangan hidup monoteistik), dan
ru’yat al-Islam li al-wujud (pandangan Islam tentang keberadaan). Kadang juga disebut nazrah al-Islam li
al-kawn (pandangan Islam tentang alam semesta).
• Ekonomi Islam didefinisikan sebagai ilmu dan penggunaan perintah dan aturan syariah untuk
melindungi dari ketidakadilan dalam pengadaan dan penggunaan sumber daya alam untuk tujuan
memenuhi kebutuhan manusia dan untuk memungkinkan mereka untuk menjalankan tanggung
jawabnya kepada Allah SWT. Dan masyarakat secara keseluruhan. Ekonomi Islam sebagai ilmu sosial
yang mempelajari masalah ekonomi sekelompok orang yang memegang nilai-nilai Islam, dengan nilai-
nilai Islam inilah manusia bisa mencapai al-falah.
• Menurut Masudul Alam Choudhury, ekonomi Islam adalah studi sejarah, empiris dan teoritis yang akan
dianalisis kebutuhan manusia dan masyarakat dalam bimbingan sistem nilai-nilai Islam. Dengan
demikian, di sini jelas bahwa setiap kegiatan ekonomi memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan ini,
diperlukan akuisisi, konsumsi atau pengelolaan sumber daya.
• Ketika istilah paradigma digabungkan dengan ungkapan ekonomi Islam ini, kemudian definisi
paradigma ekonomi Islam terbentuk. Karena itu, paradigma ekonomi Islam yang dimaksud ini adalah
gambaran komprehensif dan esensial tentang ekonomi Islam yang bertujuan untuk menjelaskan konsep
dengan benar dan teliti sehingga menjadi dasar untuk semua pengadaan, penggunaan atau kegiatan
manajemen sumber. Ini untuk kebaikan diri sendiri, masyarakat dan negara secara spiritual dan fisik
untuk mendapatkan rida Allah SWT.
Terdapat berbagai aliran dalam proses pembentukan pola pemikiran ekonomi Islam, tren pemikiran ini
dapat dikelompokkan menjadi dua pola pikir.
• Pertama, aliran pemikiran yang akomodatif modifikasi dengan sifat eklektisme-metodologis yang
dipelopori oleh ahli-ahli ekonom Islam seperti Muhammad Abdul Mannan dan Muhammad Nejatullah
Siddiqi.
• kedua, yaitu aliran ekonomi Islam yang berpegang bahwa ekonomi Islam itu harus lahir dari tashawwur
Islam itu sendiri, tanpa dicampur-adukkan dengan sistem ekonomi pada umumnya. Di antara
pendukung tren ekonomi Islam total ini adalah Abdul Hamid Abusulayman (1973), Seyyed Vali Reza
Nasr (1986), Ziaudin Sardar (1999 & 2011), dan Muhammad Syukri Salleh (2009, 2011 & 2013).

Untuk memungkinkan aliran pemikiran ekonomi Islam modifikasi akomodatif dengan sifat eklektik-
metodologis ini, para pendukungnya mencoba mengemukakan berbagai argumentasi logis.
Ilmu ekonomi Islam dapat menerapkan teori-teori ekonomi konvensional jika teori-teori ini tidak
bertentangan dengan strukturnya logika pandangan Islam. Selain itu, ilmu ekonomi Islam sebagai
kombinasi unik antara prinsip syariah dan ekonomi konvensional. Selama konsep dan prinsip ekonomi
konvensional tidak bertentangan dengan prinsip syariah, maka dapat diadaptasi dalam ilmu ekonomi
Islam.
Paradigma Ekonomi Islam lahir dan dibentuk dari dua sumber utama, yaitu naqli (wahyu) dan ‘aqli (ijtihad).
1. Sumber naqli adalah Alquran atau al-wahy al-matlu (wahyu yang dibaca) dan al-sunnah atau al-wahy ghayr al-matlu
(wahyu yang tidak dibaca). Keduanya juga dikenal sebagai al-adillah al-qat’iyyah (bukti bahwa kebenarannya
tidak dapat diperdebatkan).
2. Sumber aqli, terutama yang telah disepakati adalah al-ijma’ dan al-qiyas. Keduanya juga dikenal sebagai al-adillah
al-ijtihadiyyah (pandangan diperoleh melalui kesungguhan pikiran).

Paradigma ekonomi Islam didasarkan pada paradigma Islam. Oleh karena itu, unsur dasar paradigma ilmu ekonomi
Islam sama dengan elemen-elemen asas dalam tashawwur Islam, yaitu Allah SWT. Sebagai pencipta, manusia sebagai
makhluk dan sumber daya alam juga sebagai makhluk. Konstruksi ini menghasilkan enam corak atau pola paradigma
ekonomi Islam.
3. Berdasarkan al-tawhid (keesaan Allah SWT.).
4. Menggunakan kaidah al-’ubudiyyah (berbakti / beribadah kepada Allah SWT.).
5. Manusia sebagai hamba dan khalifah sekaligus pelaku ekonomi Islam.
6. Mawarid al-tabi’I (sumber daya alam) sebagai alat atau wasilah pembangunan ekonomi.
7. Al-tawaazun (keseimbangan) antara dunia dan akhirat;
8. Mencapai mardat Allah SWT (rida Allah SWT.).
Pendekatan Islam terhadap Masalah Ekonomi
• Pemikiran manusia selalu menitikberatkan pada masalah-masalah ekonomi seperti kemiskinan, uang,
barter, fluktuasi harga, pajak dan aturan campur tangan.
• Permasalahan-permasalahan tersebut bukan hanya terjadi di masa sekarang namun, jauh sebelum saat
ini.
• Permasalahan yang dihadapi oleh ilmu ekonomi Islam adalah kesenjangan antara perilaku ideal dengan
perilaku riil.
• Kesenjangan inilah yang kemudian dijadikan alasan bahwa teori-teori ekonomi Islam tidak dapat
dibuktikan pada tataran yang empiris oleh para ekonom aliran positivisme.
Pendekatan utama dalam pengembangan ilmu ekonomi Islam

Pendekatan Induktif
• Pendekatan induktif diawali dengan mengekstraksi inti ajaran Islam menjadi elemen-elemen teori
ekonomi Islam.
• Metode berpikir induktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang khusus terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang umum.
• Di dalam Islam, istilah induktif disebut juga dengan istilah istiqra’. Umumnya, induktif bersumber
kepada pengalaman dan lebih berbentuk eksploratif.
• Pendekatan induktif diartikan sebagai metode penarikan hukum yang berangkat dari problem
kontemporer yang kemudian ditarik status hukum syariatnya.
Gambar Metode Menarik Hukum Syar’i
Gambar menarik hukum syar’i menjelaskan tentang proses atau asal muasal penarikan atau pembentukan hukum syar’i.

• Pada era modern saat ini, banyak problems (masalah) yang baru (kontemporer) yang berbeda dari
masalahmasalah sebelumnya namun penyelesaian masalahnya sama seperti yang pernah terjadi di zaman
awal kejayaan Islam.

• Oleh karena itu, untuk menarik suatu hukum syara’ terhadap masalah kontemporer harus memperhatikan
dua hal: yang pertama adalah memahami fakta yang sebenarnya dan yang kedua memahami nash (sumber
hukum) mengenai problem tersebut.
Untuk dapat menarik hukum syara’ dengan pendekatan induktif ini harus melalui dua tahapan, yaitu:
1. Memahami Fakta (fahmul waqi’)
Untuk dapat mengetahui proses pemahaman fakta dari suatupermasalahan, maka perhatikanlah bagan
berikut.

Manusia mampu memahami fakta yang ada apabila mereka


mampu menggunakan ilmu pengetahuan yang mereka
miliki dan bersumber dari akal fikiran mereka. Setelah itu,
manusia mampu untuk memahami fakta dan melakukan
penelitian dan pengamatan sehingga akhirnya menemukan
akar permasalahan yang sesungguhnya.

Gambar Skema Tahapan untuk Memahami Fakta


2. Memahami nas (fahmun nushush)
Proses memahami nas-nas yang berkaitan dengan akar permasalahan pun tidak bisa secara sembarangan.
Ada beberapa langkah yang harus dilewati agar sampai pada inti dalam memahami nas ini. Perhatikan
bagan berikut.

Pembeda proses ini dari skema-skema sebelumnya,


pada tahap memahami fakta ini terdapat p roses
verifikasi terlebih dahulu. Proses verifikasi adalah
proses mengonfirmasikan apakah obyek y ang
dibahas memiliki kesamaan dengan obyek yang
dibahas pada fakta permasalahan yang telah
ditetapkan atau tidak
Gambar Skema Tahapan Memahami Nash
Pendekatan Deduktif
• Pendekatan deduktif dalam Islam identik dengan cara untuk menghasilkan hukum syariat.
• Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian bagiannya yang khusus. Dengan kata lain, metode ini
digunakan untuk menghasilkan hukum syariat Islam yang diturunkan langsung dari nas-nas Alquran
dan sunah.
• Hukum syariat diartikan sebagai seruan dari Pembuat Hukum yang mengikat perbuatan hamba. Dari
definisi tersebut, salah satu syarat bahwa nas Alquran dan sunah dapat menjadi hukum syariat yakni
harus mengandung seruan/tuntutan.
• Pendekatan deduktif diawali dengan mengekstraksi inti ajaran Islam menjadi elemen-elemen teori
ekonomi Islam.
• Di dalam Islam dikenal qiyas dalam ushul fiqh yang dapat dikatakan mirip dengan metode deduktif ini,
atau dalam arti lain, qiyas dihasilkan dari logika deduktif analogis (perbandingan). Ulama yang banyak
melakukan metode ini adalah Imam Syafi’i.
Penarikan Hukum (Istinbathul Ahkam)
proses penarikan hukum syara’ terhadap status perbuatan
manusia yang hendak dihukuminya. Proses yang dilakukan
adalah sama dengan proses penarikan hukum syariat
dengan pendekatan deduktif. Diantara prosesnya yaitu:

• Menentukan jenis khithob atau seruan. Apakah


mengandung perintah atau larangan.
• Mencari qarinah/tanda. Apakah bersifat jazm atau ghairu
jazm
• Menentukan status hukum syariatnya. Apakah wajib,
sunah, mubah, makruh, atau haram.

Gambar Skema Penarikan Hukum Syari’at


dengan Metode Deduktif
Muamalah Diatur dalam Syariah
• Hidup merupakan realisasi ibadah kepada Allah SWT., yang segala sesuatunya harus kembali kepada
Allah SWT, termasuk di dalamnya aspek muamalah.
• Muamalah berhubungan dengan perbuatan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya, sehingga tanggung
jawabnya tidak hanya kepada Allah SWT semata, melainkan juga kepada sesame manusia dan alam
sekitarnya.
• Di dalam merealisasikan hal tersebut, perlu ada panduan dan rambu-rambu yang menjauhkan manusia
dari hal-hal yang merugikan manusia itu sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Rambu-rambu dalam
ibadah adalah fikih ibadah dan rambu-rambu dalam muamalah adalah fikih muamalah.
• Muncul kesadaran umat untuk melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh (kafah). Kesadaran itu
muncul bertitik tolak dari pemahaman Islam sebagai ajaran yang bersifat universal, bukan hanya
menyentuh aspek spiritual-ritual saja, melainkan menyentuh pula aspek kehidupan secara luas,
termasuk ekonomi.
Muamalah
Kata muamalah secara lughowi (bahasa) berasal dari kata a’mila-ya’malu kemudian berubah menjadi
‘aamala-yu’aamilumu’aamalah semakna dengan al-muf’alah (saling berbuat) dan dalam muamalah secara
terminologi memiliki beberapa pengertian, yaitu: bentuk jamak mu’aamalat.
Mua’malah dalam arti umum adalah hubungan antara manusia baik sebagai sesama untuk memenuhi
kebutuhan masing-masing. Beberapa pengertian dari muamalah di antaranya:
1. Muamalah adalah hubungan antara manusia dalam usaha mendapatkan alat-alat kebutuhan jasmaniah
dengan cara sebaik-baiknya sesuai dengan ajaran-ajaran dan tuntutan agama.
2. Muamalah adalah hukum yang mengatur hubungan individu dengan individu lain, atau individu
dengan negara Islam, dan atau negara Islam dengan negara lain.
3. Muamalah adalah peraturan-peraturan yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat
untuk menjaga kepentingan manusia.
Sementara itu, menurut etimologi kata muamalah adalah bentuk masdar dari kata amala yang artinya
saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.
fikih muamalah
Pengertian fikih muamalah menurut terminologi dibagi menjadi dua.
• Pertama dalam arti luas, fikih muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT yang ditujukan
untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan
urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.
• Kedua dalam arti sempit, fikih muamalah lebih menekankan keharusan untuk menaati aturan-aturan
Allah SWT yang telah ditetapkan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan cara memperoleh,
mengatur, mengelola dan mengembangkan harta benda.

Ruang lingkup fikih muamalah adalah keseluruhan kegiatan muamalah manusia berdasarkan hukum-
hukum Islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi perintah atau larangan seperti wajib, sunah,
haram, makruh dan mubah.
Ada dua hal yang menjadi ruang lingkup dari muamalah.
• Pertama, bagaimana transaksi itu dilakukan. Hal ini menyangkut dengan etika (adabiyah)
suatu transaksi, seperti ijab kabul, saling meridai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu
pihak, adanya hak dan kewajiban masing-masing, kejujuran, dan segala sesuatu yang
bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam kehidupan
masyarakat.
• Kedua, apa pun bentuk transaksi itu. Ini menyangkut materi (madiyah) transaksi yang
dilakukan, seperti jual beli, pegang gadai, jaminan dan tanggungan, pemindahan utang,
perseroan harta dan jasa, sewa menyewa dan lain sebagainya.
Prinsip Dasar dari Muamalah
Klasifikasi prinsip muamalah terbagi menjadi dua, prinsip umum dan prinsip khusus.
Adapun prinsip umumnya, ialah:
1. Muamalah pada dasarnya boleh (mubah).
2. Muamalah yang dilakukan untuk mewujudkan kemasalahatan.
3. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keseimbangan (tawaazun).
4. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan.

Adapun prinsip khususnya, yaitu:


5. Objek transaksi harus halal.
6. Adanya keridaan pihak-pihak yang bermualamah.
7. Pengurusan dana yang amanah, yaitu menyampaikan hak apa sajakepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi
haknya dan tidak mengurangi hak orang lain.
8. Pencatatan proses transaksi.
Pertanyaan Studi kasus 1:
1. Jelaskan bagaimana implikasi
worldview terhadap perilaku?
2. Menurut Anda, sejauh mana
worldview mempengaruhi
pembentukkan perilaku manusia?
• Pandangan dunia atau pandangan hidup (worldview) berperan sangat penting dengan segala
dampaknya dalam sistem masyaraka tertentu. Worldview berfungsi sebagai dasar bagi keseluruhan
bangunan pengetahuan.
• Ekonomi Islam lahir dan dibentuk menjadi sebuah paradigma yang berasal dari dua sumber utama,
yaitu naqli (wahyu) dan ‘aqli (ijtihad).
• Sumber naqli adalah Alquran atau al-wahy al-matlu (wahyu yang dibaca) dan al-Sunnah atau al-wahy
ghayr al-matlu (wahyu yang tidak dibaca). Keduanya juga dikenal sebagai al-adillah al-qat’iyyah (bukti
bahwa kebenarannya tidak dapat diperdebatkan).
• Sementara itu, sumbernya Aqli, terutama yang telah disepakati adalah al-ijma’ dan al-qiyas. Keduanya
juga dikenal sebagai al-adillah al-ijtihadiyyah (pandangan diperoleh melalui kesungguhan pikiran).
• Terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai