Anda di halaman 1dari 12

N A M A K E LO M PO K

D W I L I N TA N G WA H Y U D I ( D 11 0 1 2 11 0 0 8 )
S U LT H O N S H O L A H U D D I N S O F YA N ( D 11 0 1 2 11 0 1 4 )
M . Z A K I FA D H L U R R A H M A N ( D 11 0 1 2 11 0 2 4 )
P R A M U D YA A N A N TA K E S U M A ( D 11 0 1 2 11 0 2 5 )

D O S EN
RICKA APRILLIA , ST , MT

M EK A N I K A FL U I D A

PRODI
T E K N I K P E RTA M B A N G A N

U N I V E R S I TA S TA N J U N G P U R A

2022
SIKLUS HIDROLOGI
 

Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali
ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari
merupakan kunci awal proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau
kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang
kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Jumlah keseluruhan air di bumi ini relative tetap dari
masa ke masa, karena mengalami suatu siklus atau serangkaian peristiwa yang berlangsung terus menerus, dimana kita
tidak tau kapan dan dimana berawalnya dan berakhirnya sehingga terjadilah siklus hidrologi (Hidrology cycle).
 Siklus kecil

Siklus air pendek diawali dengan penguapan air laut ke atmosfer. Karena pemanasan matahari, terjadi penguapan air laut yang berkumpul menjadi awan. Pada
ketinggian tertentu karena kondensasi terjadi titik- titik air yang berkumpul semakin lama semakin besar volumnya, kemudian jatuh sebagai hujan. Selanjutnya
air kembali ke laut.

 Siklus Sedang

Siklus sedang terjadi ketika air laut menguap, Mula-mula terjadi penguapan air laut sehingga terbentuk awan. Awan terbawa oleh angin ke daratan dan terjadi
kondensasi. Karena kondensasi akhirnya awan jatuh sebagai hujan. Sebelum kembali ke laut, air hujan tersebut masuk ke dalam tanah, selokan-selokan, terus
mengalir ke sungai- sungai, dan kembali ke laut.

 Siklus Panjang

Prosesnya sama dengan siklus sedang. Hanya setelah terjadi kondensasi, titik-titik air terbawa angin ke tempat yang lebih tinggi sehingga menjadi kristal-
kristal es. Kristal-kristal es tersebut masih terbawa angin ke puncak gunung kemudian jatuh sebagai salju, terjadi gletser, mengalir ke sungai, dan akhirnya
kembali ke laut.
J A R I N G A N P E N G U K U R H U J A N & L IM PA S A N

Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah limpasan hujan. Komponen limpasan hujan dapat berupa run-off (aliran permukaan)
ataupun airan yang lebih besar sepeti aliran air di sungai.
Limpasan permukaan
Dalam pendugaan laju puncak limpasan pemukaan digunakan metode Rasional yang paling tua dan merupakan rumus empiris yang sering
digunakan.
Q (m3/dt) = 0,278 C x I x A

Dimana : C= Koefisien limpasan I = intensitas maksimum hujan


(mm/jam)
A= luas areal (hektare) Q = debit puncak yang ditimbulkan hujan
Perencanaan jaringan stasiun pengukuran hujan adalah sangat penting di dalam hidrologi karena jaringan tersebut akan memberikan
memberikan besarnya jumlah hujan yang jatuh di DAS. Data hujan yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis banjir, ketersediaan air
di lingkungan, dsb. Penentuan jumlah optimun dari stasiun hujan yang perlu dipasang dalam suatu DAS dapat dilakukan secara statistik.
Dasar dari analisis tersebut adalah bahwa sejumlah tertentu dari stasiun hujan yang diperlukan untuk memberikan hujan rerata dengan
presentasi kesalahan tertentu. Apabila kesalahan yang diijinkan lebih besar, maka diperlukan jumlah stasiun hujan yang lebih kecil,
demikian sebaliknya.
Jumlah otimum stasiun hujan dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:
CONTOH SOAL

Di dalam stasiun DAS terdapat tiga buah stasiun hujan. Hujan rerata tahunan di ketiga stasiun
tersebut berturut-turut adalah 1.800, 2.200 dan 1.300 mm. Tentukan jumlah optimum
stasiunhujan di DAS tersebut, jika kesalahan yang diijinkan adalah 10%.
Di suatu daerah tangkapan seluas 20 hektare akan dibangun perkantoran. Sebelum dibangun kawasan ini
sebelumnya berupa hutan primer, dimana nilai koefisien limpasan permukaan (Ctp – C tanpa proyek) 0,30
(topografi datar dan tanahnya bertekstur liat dan lempung berdebu). Jika ketika telah selesai dibangun, 50% areal
tersebut akan tertutup oleh permukaan kedap air (bangunan,aspal, beton,dll) maka Cdp (C dengan proyek) adalah
0,55. Apabila intensitas hujan sama 70 mm/jam dan luas areal tetap sama 20 hektare maka limpasan permukaan
sesudah dan sebelum proyek adalah
Jawab
Limpasan Permukaan Tanpa Proyek :
Q = 0,278 x C (tanpa proyek) x I x A
= 0,278 x 0,30 x 70 x 20
= 116,76 m3/dt
Limpasan Permukaan Dengan Proyek :
Q = 0,278 x C (dengan proyek) x I x A
= 0,278 x 0,55 x 70 x 20
= 214,06 m3/dt
Selisih debit
Q = Qdp – Qtp
= 214,06 – 116,76
= 97,3 m3/dt Artinya, terjadi kenaikan sebesar 97,3 m3/dt dari debit sebelum ada proyek (hutan primer). Hasil pendugaan ini nantinya
dijadikan acuan dalam membuat saluran drainase agar kapasitasnya melebihi potensi banjir yang dapat terjadi (debit banjir maksimum).
STUDI KASUS

ANALISIS HIDROLOGI MENENTUKAN STASIUN HUJAN DAN CURAH HUJAN


DAERAH KABUPATEN LEBAK
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan
tidak mengalir. Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di indonesia satuan curah
hujan yang digunakan adalah dalam satuan milimeter (mm). Curah hujan dalam 1 (satu) milimeter memiliki arti dalam luasan
satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

Cara Perhitungan Curah Hujan Daerah, Curah hujan yang diperlukan untuk menyusun suatu rancangan pemanfaatan air adalah
curah hujan rata-rata di daerah yang bersangkutan, bukan hanya pada satu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan
wilayah atau daerah dandinyatakan dalam mm.


Lokasi penelitian yang dipilih adalah kabupaten lebak yg terletak di provinsi banten. Daerah ini memiliki
keragaman topografi yang kompleks. Iklim di Kabupaten Lebak dipengaruhi oleh angin monsoon dan La Nina.
Cuaca didominasi oleh angin baratan dari Samudera Hindia dan benua Asia pada musim hujan dan angin
timuran pada musim kemarau. Curah hujan ratarata per tahun mencapai 2.000-4.000 mm dengan suhu udara
antara 24°-30 °C. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Serang memberikan data
berupa jumlah curah hujan (mm) dan titik stasiun hujan di Kabupaten Lebak. Terdapat 8 stasiun hujan di
Kabupaten Lebak yang dideskripsikan oleh tabel.
= = = 197,5 mm

2
= = = 41168,25 mm

𝜎 = = 49,707

= = = 25,168

N =( = ( = 6,334

Setelah dilakukan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa stasiun hujan di daerah Lebak dengan Luas 3.635
seharusnya 7 stasiun namun dilapangan terdapat 8 stasiun. Hal ini baik, mengingat dapat meningkatkan keakuratan
data hujan yang akan terkumpul karena pada daerah Lebak cukup luas cakupannya.
KESIMPULAN
D A R I P E M B A H A S A N D I ATA S D A PAT D I S I M P U L K A N B A H WA , S I K L U S A I R ATA U
S I K L U S H I D R O L O G I A D A L A H S I R K U L A S I A I R YA N G T I D A K P E R N A H B E R H E N T I
D A R I AT M O S F E R K E B U M I D A N K E M B A L I K E AT M O S F E R M E L A L U I K O N D E N S A S I ,
P R E S I P I TA S I , E VA P O R A S I D A N T R A N S P I R A S I . A D A B E B E R A PA C A R A
P E R G E R A K A N A I R , YA I T U E VA P O R A S I / T R A N S P I R A S I , I N F I LT R A S I / P E R K O L A S I ,
D A N A I R P E R M U K A A N . U N S U R - U N S U R D A L A M S I K L U S H I D R O L O G I , YA I T U
E VA P O R A S I , T R A N S P I R A S I , V I R G A , P R E S I P I TA S I , I N T E R S E P S E , S TA M P F L O W,
T H R O U G H F L O W, G R O U N D WAT E R , I N F I LT R A S I , P E R K O L A S I , S U B S U R FA C E
F L O W, D A N G R O U N D WAT E R F L O W. D A N A D A P U N M A C A M - M A C A M D A R I S I K L U S
H I D R O L O G I YA I T U S I K L U S P E N D E K , S I K L U S S E D A N G D A N S I K L U S PA N J A N G .
SARAN
D E N G A N D I L A K U K A N N YA P E M B U ATA N M A K A L A H S I K L U S H I D R O L O G I
I N I D I H A R A P K A N D A PAT M E M U D A H K A N S E RTA M E N J A D I B A H A N
E VA L U A S I D A N G A M B A R A N YA I T U A G A R K I TA D A PAT M E N G E TA H U I
B A G A I M A N A S I K L U S H I D R O L O G I YA N G T E R J A D I D A N M A C A M - M A C A M
D A R I S I K L U S H I D R O L O G I T E R S E B U T B A G I M A H A S I S WA K H U S U S N YA D I
J U R U S A N P E RTA M B A N G A N .
LAMPIRAN PERTANYAAN

• Dari Gaudentia Widasvy Rinsamang :


Mengapa satuan untuk mengukur curah hujan diindonesia (mm) berbeda dengan beberapa negara lainnya yang
menggunakan inchi?
Jawab: Dapat disimpulkan bahwa satuan untuk
mengukur curah hujan didunia ini adal-
ah sama tetapi yang membedakan hany-
a dari satuannya saja.

Anda mungkin juga menyukai