Imunisasi
Suatuupaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit.
Vaksin
Antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,masih hidup tapi dilemahkan, masih
utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi
tertentu.
Tujuan Imunisasi
Imunisasi Rutin
Pneumokokus,
Dasar Rotavirus, Influenza,
Varisela, Measles
Imunisasi Mumps Rubella,
Tambahan Demam Tifoid,
Lanjutan Hepatitis A, Human
Papilloma Virus
(HPV), dan Japanese
Imunisasi Khusus Encephalitis
Prosedur Umum Pemberian Vaksin
Perencanaan
Penyediaan
Evaluasi
logistik
Distribusi dan
Pelaksanaan
Penyimpanan
Perencanaan
Penentuan Sasaran
Perencanaan Kebutuhan logistik
Perencanaan
Penentuan Sasaran
a. Sasaran Imunisasi Rutin :
Bayi pada imunisasi dasar
Anak sekolah dasar pada imunisasi lanjutan
WUS pada imunisasi lanjutan
b. Sasaran Imunisasi tambahan
c. Sasaran Imunisasi khusus
Perencanaan
Perencanaan Kebutuhan Logistik : Vaksin merupakan
Jumlah bahan dipengaruhi
kebutuhan vaksin, biologis yang
oleh :
mudah rusak
Jumlah sasaran
Digunakan untuk menampung
Jumlah pemberian alat suntik
Vaksin bekas disimpan
harus pelayanan pada
imunisasi
Target suhu tertentu
cakupan sebelum(pada
2 s/d 8 Indeks
dimusnahkan
suhu pemakaian
ºC untuk vaksin vaksin
sensitif beku
Auto Disable Syringe atau pada suhu -15memperhitungkan
s/d -25 ºC untuksisa vaksin
vaksin
Limbah
yang sensitif sebelumnya
imunisasi
panas).
selain alat suntik bekas
Safety box tidak boleh dimasukkan ke dalam safety
Indek Pemakaian vaksin (IP) adalah pemakaian
box. Penyimpanan
rata–rata setiap kemasan vaksin. Cara
Cold chain Transport
menghitung IP adalah dengan membagi jumlah
Pengatur
cakupan dengansuhu
jumlah vaksin yang dipakai.
Penyediaan Logistik
Seluruh proses distribusi vaksin dari pusat sampai ketingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu
memberikan kekebalan yang optimal kepada sassaran.
Distribusi dan Penyimpanan
Sarana penyimpanan Alat untuk
mempertahankan suhu :
cold pack
cool pack
Kamar dingin,
(+2oC s/d +8oC) Lemari es
BCG, campak, DPT, TT,
DT, hepatitis B dan DPT-HB Alat pembawa
vaksin
(cold box, vaccine
carrier)
kamar beku Chold chain
(-15 C s/d -25 C)
o o Freezer
vaksin polio
Perencanaan
Cold Chain
Pelaksanaan
Apabila kondisi VVM vaksin sama, maka digunakan vaksin yang lebih
pendek masa kadaluwarsanya
(Early Expire First Out/EEFO)
VVM (Vaccine Vial Monitor)
Jadwal Imunisasi
Depkes 2009
Jadwal Imunisasi
IDAI 2014
Vaksinasi Hepatitis B
intramuskuler .
Bayi dan neonatus: M.quadricep anterolateral
paha
Cara Penyimpanan
disimpan pada suhu 2o- 8o C Pengangkutan dg cold pack dan
dimonitor menggunakan Vaccine hindari sinar matahari
Vial Monitor Masa pakai 4 minggu
Vaksinasi BCG
dari kuman Mycobacterium bovis
yang dilemahkan (tidak virulen
tetapi mempunyai imunogenitas)
Vaksin BCG tidak mencegah
infeksi kuman tuberculosis tetapi
mengurangi risiko terjadi infeksi
tuberculosis berat seperti meningitis
TB dan TB milier.
Kemasan : ampul dengan bahan
pelarut 4 ml (NaCl Faali).
diberikan pada umur sebelum 3 bulan optimal pada umur 2 bulan
Profilaksis INH diberikan sebelum imunisasi pada bayi yang kontak erat
dengan penderita TB dengan BTA +3, apabila penderita kontak sudah tenang bayi
dapat diberikan BCG.
Penyimpanan Vaksin
Tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2°C s/d 8°C.
Kemasan : Vial 5 ml
Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah
tanggal pengeluaran
DTP (primary immunization) 3 kali sejak 2 bulan dg interval 4-8 minggu.
Ulangan booster DTP selanjutnya (DTP-4) diberikan satu tahun setelah DTP-3
dan DTP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.
Apabila pada umur 5 tahun belum diberikan DTP-5 maka vaksinasi penguat diberikan Td
sesuai program, BIAS (SD kelas 1, umur 7 tahun)
Vaksinasi penguat Td diberikan sesuai program BIAS tersebut
Dosis dan Cara Penyuntikan
Dosis 0,5 ml secara intra
muskuler di lengan kiri
atas
Cara Penyimpanan
vaksin disimpan pada suhu 2oC s/d 80C pada coldroom atau lemari es.
Vaksin tidak boleh dibekukan dan masa kadaluarsanya 2 tahun.
Vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka dapat disimpan dan
digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya, sampai 4 minggu
Vaksinasi Polio
tipe vaksin :
Inactivated Poliovirus Vaccine
(IPV)
injeksi
Oral poliovirus vaccine (OPV)
poliovirus yang dilemahkan (3 strain :
Sabin 1,Sabin 2, dan Sabin 3),
diberikan oral
Kemasan : Vial 1 ml
Masa kadaluarsa : dua tahun pada
suhu -20°C
a. Polio-0 diberikan saat bayi lahir atau pada kunjungan pertama (usia 0/1 bulan)
b. Vaksin diberikan saat bayi dipulangkan dari rumah sakit/ rumah bersalin untuk menghindari trasmisi
virus vaksin kepada bayi lain karena virus polio dapat diekskresi melalui tinja.
Dosis
OPV : 2 tetes per oral
IPV : 0,5 ml, i.m.
Cara Penyimpanan
a. Provinsi : disimpan pada suhu -150C s/d -250C pada freeze room atau freezer - 40 C
b. Kabupaten/kota : disimpan pada suhu -150C s/d -250C pada freezer.
c. Puskesmas : disimpan pada suhu 20C s/d 80C, pada lemari es.
Vaksinasi Campak
Vaksin campak menggunakan virus hidup yang
dilemahkan
Vaksin berupa serbuk kering kekuningan
dalam ampul kaca dan harus dilarutkan hanya
dengan pelarut vaksin campak kering yang
disediakan terpisah.
Vaksin dilarutkan dengan pelarut vaksin Tiap dosis (0.5ml) vaksin yang sudah dilarutkan
sebanyak 5 ml pada tiap vial sehingga akan mengandung virus campak strain CAM 70 tidak
terdapat larutan 10 ml pada tiap vial. Dalam 1 kurang dari 1000 CCID, kanamisin sulfat
vial terdapat 20 dosis. 100mcg dan eritromisin 30mcg.
Cara Pemberian
Diberikan dalam dosis tunggal 0.5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan
kiri atas,
Dalam keadaan wabah, imunisasi dapat diberikan mulai umur 6 bulan kemudian
disusul suntikan ulang 6 bulan kemudian 1 dosis 0.5 ml subkutan.
Jenis Vaksin
Vaksin campak tunggal
Vaksin MMR
campak (measles), gondong (mumps) dan campak jerman (rubella)
berisi virus hidup yang dilemahkan
suntikan pertama MMR diberikan i.m usia 15 bulan atau 6 bulan setelah vaksin
campak tunggal. Suntikan kedua diberikan pada usia 5-6 tahun.
Penyimpanan
Kontra Indikasi
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
(KIPI)
Definisi KIPI
Kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek
simpang, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program, koinsidens,
reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
Responden yang mendapat 4 dosis DTaP memiliki risiko 6 kali lebih besar
daripada yang mendapat 4 dosis vaksin DTwP
Responden yang mendapat vaksin campuran memiliki risiko 4 kali lebih besar
terinfeksi pertusis daripada yang mendapat DTwP saja.
Pada outbreak Pertusis, responden yang mendapat vaksin DTwP pada 2 tahun
awal kehidupan lebih terlindungi daripada mereka yang mendapat vaksin DTaP.
Terima Kasih