Anda di halaman 1dari 27

Konsep Dasar Imunisasi, HERD

Imunity dan Pentingnya Cold Chain


dalam Rantai Vaksin
Izzatul Utami Yahya (H1A016044)

Pembimbing :
dr. Titi Pambudi K, MSc, Sp A
Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi adalah suatu
upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Pengertian Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang
apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.

Mengapa imunisasi penting?


Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
• Difteri • Poliomielitis
• Pertusis • Hepatitis B
• Tetanus • Hemofilus influenza tipe B (Hib)
• Tuberculosis • HPV (Human Papiloma Virus)
• Campak • Hepatitis A
Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel yang tujuan utamanya adalah
mengenali adanya antigen. Antigen dapat berupa virus atau bakteri yang hidup atau yang sudah
diinaktifkan. Jenis kekebalan terbagi menjadi
kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
Respon Imun

Respon Imun Primer Respon Imun Sekunder


• Adalah respon imun yang terjadi • Pada respon imun sekunder, antibodi
pada pajanan pertama kalinya yang dibentuk kebanyakan adalah
dengan antigen IgG, dengan titer dan afinitas yang
lebih tinggi
• Antibodi yang terbentuk pada
respons imun primer kebanyakan • Pada imunisasi, respon imun
adalah IgM dengan titer yang lebih sekunder inilah yang diharapkan
rendah dengan respon imun akan memberi respons adekuat bila
sekunder terpajan pada antigen yang serupa
kelak
Keberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
 Status imun host
 Faktor genetic host
 Kualitas dan kuantitas vaksin

Dalam pemberian Imunisasi, harus diperhatikan kualitas vaksin, pemakaian alat


suntik, dan hal–hal penting saat pemberian Imunisasi (dosis, cara dan tempat
pemberian, interval pemberian, tindakan antiseptik dan kontra indikasi).
Jenis Imunisasi
Status imunisasi bayi dikatakan lengkap (Imunisasi Dasar Lengkap/IDL) bila sudah mendapatkan paket
imunisasi sesuai standar dan tepat waktu, yaitu: HB-0, BCG, Polio (4x), DPT/HB/HiB (3x) dan Campak &
Rubella (MR).

Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) adalah imunisasi yang diberikan pada bayi sesuai umurnya dengan
ketentuan:

• Bayi < 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0);

• Umur 1 bulan diberikan imunisasi BCG dan Polio-1;

• Umur 2 bulan diberikan DPT/HB/HiB 1 dan Polio-2;

• Umur 3 bulan diberikan DPT/HB/HiB 2 dan Polio-3;

• Umur 4 bulan diberikan DPT/HB/HiB 3 dan Polio-4 & IPV atau Polio Suntik;

• Umur 9 bulan diberikan Campak & Rubella (MR).


• Imunisasi lanjutan adalah imunisasi yang diberikan untuk “anak umur di
bawah dua tahun” atau baduta yaitu umur 18 bulan yang mendapatkan
imunisasi DPT/HB/HiB dan Campak (MR), untuk anak kelas 1
SD/Madrasah/sederajat mendapat imunisasi DT dan Campak (MR), serta
kelas 2 & 3 SD/Madrasah/sederajat mendapat imunisasi Td
• Imunisasi Dasar bertujuan mendapatkan kekebalan awal secara aktif,
sedangkan Imunisasi Lanjutan lebih bertujuan mempertahankan tingkat
kekebalan dan memperpanjang masa perlindungan (booster)
Jadwal
Caption
Imunisasi
Klasifikasi Vaksin
Penggolongan Vaksin
Ada 2 jenis vaksin berdasarkan sensitivitasnya terhadap suhu, yaitu vaksin yang
sensitif terhadap beku dan sensitif terhadap panas.
Herd immunity
• Herd immunity atau kekebalan kelompok yaitu bentuk kekebalan tubuh
yang terjadi ketika sebagian besar anggota kelompok atau populasi di suatu
wilayah melakukan vaksinasi (imunisasi) sehingga secara langsung juga
dapat memberikan perlindungan pada individu-individu yang belum atau
tidak divaksinasi yang ada di wilayah tersebut (individu yang tidak
mengembangkan kekebalan tubuhnya).
• Herd immunity membantu menekan risiko pada setiap orang yang belum
diimunisasi untuk tertular atau terinfeksi penyakit tertentu karena adanya
proteksi (perlindungan) yang dimiliki sebagian besar populasi (komunitas).
• Prinsip herd yaitu ketika ada cukup orang yang terlindungi
dengan vaksin, mereka membantu melindungi sebagian
orang yang rentan juga dengan mengurangi jangkauan
penyebaran penyakit. Semakin banyak orang yang
divaksin di suatu wilayah, semakin sedikit kasus
penyebaran penyakit, dan semakin sempit area
penyebarannya sehingga mereka yang tidak
mendapatkan vaksin dapat terlindungi.

• Eradikasi penyakit atau upaya menghilangkan penyakit


dari lingkungan atau populasi menggunakan prinsip herd
immunity, sehingga seseorang yang tidak atau belum
diimunisasi bisa tetap terlindungi dari penyakit tertentu
karena lingkungannya sudah terlindungi dengan tingginya
angka cakupan imunisasi, atau karena di lingkungannya
tersebut tidak ada orang yang terjangkit penyakit tersebut.
Cold Chain
adalah sistem pengelolaan vaksin yang dimaksudkan untuk memelihara dan menjamin
mutu vaksin dalam pendistribusian mulai dari pabrik pembuat vaksin sampai pada
sasaran.

Peralatan cold chain berupa:

1) alat penyimpan Vaksin, meliputi cold room, freezer room, vaccine refrigerator,dan
freezer;

2) alat transportasi Vaksin, meliputi kendaraan berpendingin khusus, cold box, vaccine
carrier, cool pack, dan cold pack; dan

3) alat pemantau suhu, meliputi termometer, termograf, alat pemantau suhu beku, alat
pemantau/mencatat suhu secara terus-menerus, dan alarm.
Perencanaan Kebutuhan Peralatan Cold Chain

Sesuai dengan tingkat administrasi, maka sarana coldchain yang dibutuhkan


adalah:
1) Provinsi: Coldroom, freeze room, lemari es, dan freezer;
2) Kabupaten/kota: Coldroom, lemari es, dan freezer;
3) Puskesmas: Lemari es.
• Cara perhitungan kebutuhan coldchain adalah dengan mengalikan jumlah
stok maksimal vaksin (semua jenis vaksin) dengan volume setiap jenis dan
membandingkannya dengan volume lemari es/freezer.
Pendistribusian
• Seluruh proses distribusi vaksin dari
pusat sampai ke tingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap
tinggi agar mampu memberikan
kekebalan yang optimal kepada sasaran.

• Distribusi dari Puskesmas ke Tempat


Pelayanan , yaitu Vaksin dibawa dengan
menggunakan vaksin carrier yang diisi cool
pack dengan jumlah yang sesuai
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42
Tahun 2013)
Penyimpanan Vaksin

• Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya, vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang telah ditetapkan
• Vaksin harus disimpan pada suhu tertentu (pada suhu 2° s.d. 8°C untuk vaksin
sensitif beku atau pada suhu -15° s.d. -25°C untuk vaksin yang sensitif panas
Con’t
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara berurutan
1. Keterpaparan Vaksin Terhadap Panas

Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih banyak (yang dinyatakan dengan perubahan kondisi Vaksin Vial Monitor [VVM]
VVM A ke kondisi B) harus digunakan terlebih dahulu meskipun masa kedaluwarsanya masih lebih panjang. Vaksin dengan kondisi
VVM C dan D tidak boleh digunakan
Indikator Vaccine Vial Monitor (VVM) pada Vaksin
2. Masa Kadaluwarsa Vaksin

Apabila kondisi VVM vaksin sama, maka digunakan vaksin yang lebih pendek masa kadaluwarsanya (Early
Expire First Out/EEFO)

3. Waktu Penerimaan Vaksin (First In First Out/FIFO)

Vaksin yang terlebih dahulu diterima sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan asumsi
bahwa vaksin yang diterima lebih awal mempunyai jangka waktu pemakaian yang lebih pendek

4. Pemakaian Vaksin Sisa

Vaksin sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit, atau Praktik Swasta) bisa digunakan pada
pelayanan hari berikutnya, namun dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.

Vaksin sisa pelayanan dinamis (posyandu, sekolah) tidak boleh digunakan kembali pada pelayanan
berikutnya, dan harus dibuang.

5. Monitoring Vaksin dan Logistik

Setiap akhir bulan, atasan langsung pengelola vaksin melakukan monitoring administrasi dan fisik vaksin
serta logistik lainnya. Hasil monitoring dicatat pada kartu stok dan dilaporkan secara berjenjang bersamaan
dengan laporan cakupan imunisasi.
Sarana Penyimpanan
Kamar dingin dan kamar beku (terdapat di tingkat provinsi)
• Kamar dingin (cold room) adalah sebuah tempat penyimpanan vaksin yang
mempunyai kapasitas (volume) mulai 5.000 liter sampai dengan 100.000 liter.
Suhu bagian dalamnya mempunyai kisaran antara 2°C sampai dengan 8°C.
Kamar dingin ini berfungsi untuk menyimpan vaksin BCG, campak, DPT, TT, DT,
hepatitis B dan DPT-HB.
• Kamar beku (freeze room) adalah sebuah tempat penyimpanan vaksin yang
mempunyai kapasitas (volume) mulai 5.000 liter sampai dengan 100.000 liter ,
suhu bagian dalamnya mempunyai kisaran antara -15°C sampai dengan -25°C.
Kamar beku utamanya berfungsi untuk menyimpan vaksin polio
Lemari Es dan Freezer
• Fungsi lemari es tempat menyimpan vaksin BCG, Td, TT, DT, hepatitis B, Campak, dan
DPT-HB-Hib, pada suhu yang ditentukan 2° s.d. 8° C dapat juga difungsikan untuk
membuat kotak dingin cair (cool pack).
• Fungsi freezer untuk menyimpan vaksin polio pada suhu yang ditentukan antara -15°
s.d. -25° C atau membuat kotak es beku (cold pack).
Bagian yang sangat penting dari lemari es/freezer adalah termostat. Termostat
berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam pada lemari es atau freezer. Ada 2 macam
termostat, yaitu termostat manual dan digital. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Alat Pembawa Vaksin
1) Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa
vaksin. Pada umumnya memiliki volume kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak dingin
(cold box) ada 2 macam yaitu terbuat dari plastik atau kardus dengan insulasi
poliuretan.
2) Vaccine carrier adalah alat untuk mengirim/membawa vaksin dari
Puskesmas ke Posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat
mempertahankan suhu 2° s.d. 8° C.
Alat untuk Mempertahankan Suhu
1. Kotak dingin beku (cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi
dengan air yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -15° s.d. -25o C selama
minimal 24 jam.

2. Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi
dengan air kemudian didinginkan dalam lemari es dengan suhu 2° s.d. 8° C selama
minimal 24 jam.

Cold pack selain mempertahankan suhu untuk pengiriman vaksin juga berfungsi sebagai
stabilisator suhu apabila diletakkan dalam lemari es.
DAFTAR PUSTAKA
• Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak ed. 2. 2010
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
• Budiyono, B., Sriatmi, A., Agushybana, F., Jati, S. P., Martini, M., NURYANTO,
N., & CHOIR, A. Panduan Dalam Perspektif Kesehatan Dan Agama Islam.
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Ajar Imunisasi. 2015.
• WHO. The Vaccine Cold Chain. 2015. Available at :
https://www.who.int/immunization/documents/IIP2015_Module2.pdf
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai