Morality
(Akhlaqi)
Realism (Waqi'i)
Humanitarian
(Insani)
Harmonity (Tanasuqi)
Totalitarian (Shumuli)
Rabbani ≥ asal mula hukum Islam merupakan ekspresi
wahyu Allah, yaitu hukum Islam secara mendasar
bersumber pada wahyu Allah. Sumber-sumber hukum
Islam berupa Al-Quran dan As-Sunnah dan sumber
lain yang didasarkan pada kedua sumber di atas
Rabbani ≥ sumber hukum Islam bukan berasal dari
aspirasi manusia (memiliki berbagai kekurangan dan
kelemahan) akan tetapi sumbernya berasal dari Sang
Pencipta Yang Mengetahui segala sesuatu
Rabbani ≥ tidak ada pilihan bagi manusia untuk
menolak atau menerima baik posisinya sebagai
penegak hukum atau sebagai obyek hukum
Morality (Akhlaqi) ≥ keistimewaan hukum
Islam dari hukum barat adalah hukum Islam
sangat menekankan aspek moralitasnya,
sehingga obyek hukum Islam bukan sekedar
hak-hak (huquq) akan tetapi kewajiban (taklif);
dari segi tujuan, hukum Islam tidak sekedar
merancang dari segi kemanfaatan (stabilitas
masyarakat) akan tetapi merancang bagaimana
manusia menempati posisi yang sangat tinggi,
yang senantiasa memiliki nilai-nilai yang mulia
dan akhlak yang mulia :إنما ب عثتأل تمم مكارم ا الخالق
Realistis (waqi’i) ≥ hukum Islam senantiasa
memposisikan manusia sebagai subyek
hukum apa adanya, tidak memberikan beban
kewajiban melebihi kemampuannya,
memberikan sanksi hukum sesuai dengan
perbuatannya
QS. Al-Syura: 4: َو َج َزا ُء َس يَِّئ ٍة َس يَِّئ ٌة ِم ْثلُهَ ا فَ َم ْن َعفَا َوَأصْ لَ َح
ب لظَّا ِل ِم َين
فَ َأجْ رُهُ َعلَى هَّللا ِ ِإنَّهُ اَل يُ ِح ُّ ا
QS. An-Nahl: 126: ِ َوِإ ْن َعاقَ ْبتُ ْم فَ َع ا ِقبُوا بِ ِم ْث ِل َما ُعو ِق ْبتُ ْم بِ ه
ص بَرْ تُ ْم لَ ه َُو َخ ْي ٌر لِ لصَّابِ ِر َينَ َولَِئ ْن
Manusiawi (Insani) ≥ hukum Islam diturunkan
oleh Allah untuk menjaga martabat manusia
sebagai khalifah dimuka bumi, baik dari segi
pisik, jiwa, dan akalnya
QS. An-Nisa: 28: ض ِعيفًا َ يُ ِري ُد هَّللا ُ َأ ْنيُ َخفِّ َف َع ْن ُك ْم َو ُخلِ َقا ِإْلْن َس ُان
QS. Asy-Syams: 8-10: قَ ْد،فَ َأ ْلهَ َمهَ ا فُ جُو َرهَا َوتَ ْق َواهَا
َوقَ ْد َخ َاب َمْن َدسَّاهَا،َأ ْفلَ َح َمْن َز َّكاهَا
Harmonity (Tanasuqi) ≥ kesempurnaan
hukum Islam karena ajarannya memiliki
keseimbangan danm terkait satu sama lain,
keterkaitan antara ruhuiyah-maddiyah,
menyeimbangangan antara posisi laki-laki
dan perempuan; menyeimbangkan antara
ketentuan pemberian nafkah dan waris dan
sedekah, menyeimbangkan antara sanksi,
denda dan pemaafan
Totality dan komprehensif (Shumuli) ≥
hukum Islam bersifat ta’aqquli dan ta’abbudi,
yaitu hukum Islam terkait dengan dua hal :
ibadah dan muamalah. Ibadah terkadung
nilai-nilai ta’abbudi atau ghairu ma’qulul
ma’na (inraional), sementara bidang
muamalah terkandung nilai-nilai ta’aqquli
ma’qulul ma’na (rasional) yaitu ketentuan
muamalah dapat diterima dan dijangkau oleh
akal pikiran manusia
Tujuan Hukum Islam (Maqashid As-
syariah)
Secara umum tujuan Hukum Islam ialah
untuk mendatangkan maslahat dan menolak
bahaya dari manusia di dunia dan akhirat.
Secara lebih khusus, tujuannya ialah:
1. Memelihara agama.
2. Memelihara jiwa.
3. Memelihara akal.
4. Memelihara keturunan.
5. Memelihara harta.
Untuk mencapai tujuan tersebut, para ahli
hukum islam mengklasifikasi kebutuhan
manusia menjadi tiga:
Dharuriyah (kebutuhan primer)
Hajiyah (kebutuhan skunder)
Tahsiniyah (kebutuhan tertier)
Klasifikasi
Maqashid
Syariah
Dhauriyyat (primer)
maqashid dharuriyat
ada lima yaitu:
menjaga agama (hifzh al-din),
menjaga jiwa (hifzh al-nafs),
Hajiyat (sekunder)
menjaga keturunan (hifzh an-nasl),
menjaga harta (hifzh al-mal) dan
menjaga aqal (hifzh al-’aql)
Tahsiniyat (tertier)
Untuk melestarikan ke lima kebutuhan
dharuriyat tersebut dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu:
1) dari segi keberadaannya (min nahiyati al-
wujud) yaitu dilakukan dengan cara manjaga
dan memelihara hal-hal yang dapat
melanggengkan keberadaannya; dan
2) dari segi ketidak-adaannya (min nahiyyati
al- ‘adam) yaitu dilakukan dengan cara
mencegah hal-hal yang menyebabkan
ketidak-adaannya
Menjaga agama dari segi keberadaannya (min
nahiyat al-wujud) yaitu dengan menegakkan
syiar-syiar keagamaan (salat, puasa zakat
dsb), melakukan dakwah islamiyah; berjihad
di jalan Allah; dan,
Menjaga agama dari segi ketidak-
adaannya (min nahiyat al-‘adam) yaitu
menjaga dari upaya-upaya penyimpangan
ajaran agama dan memberikan sanksi
hukuman bagi orang yang murtad
Menjaga jiwa dari segi keberadaannya (min
nahiyat al-wujud) yaitu dengan memberi
nutrisi berupa makanan dan minuman; dan,
Menjaga jiwa dari segi segi ketidak-