Anda di halaman 1dari 31

PENGANTAR HUKUM ISLAM

SMT 1 FAK HUKUM UMY

DR. M. KHAERUDDIN HAMSIN, MA


PENGERTIAN HUKUM ISLAM
• Syariah,
• Fikih,
• Hukum Syar’i/Islam
• Qanun, dan
• Penjenjangan Norma
‫‪SYARIAH‬‬
‫‪• Kata ”Syariah” banyak disebutkan dalam ayat-‬‬
‫‪ayat Al-Quran dengan berbagai bentuk tashrif-‬‬
‫‪nya, di antara ayat tersebut adalah:‬‬
‫ش ْر َع ًة‪QS. Al-Maidah (5): 48: ...‬‬ ‫لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِ‬
‫اجا‬‫) َو ِم ْن َه ً‬
‫ت ‪QS. Al-A’raf (7): 163:‬‬ ‫سَأ ْل ُه ْم َع ِنا ْل َق ْريَ ِة ا َّلتِ َ‬
‫يك انَ ْ (‬ ‫َوا ْ‬
‫س ْب ِتِإ ْذ تَ ْأتِي ِه ْم ِح يتَانُ ُه ْم يَ ْو َم‬
‫ونفِ يا ل َّ‬ ‫ض َرةَ ا ْلبَ ْح ِر ِإ ْذ يَ ْع ُد َ‬ ‫َح ا ِ‬
‫ون اَل تَ ْأتِي ِه ْم َك َذلِ َك نَ ْبلُو ُه ْم بِ َما‬ ‫سبِتُ َ‬ ‫ش َّر ًعا َويَ ْو َم اَل يَ ْ‬ ‫س ْبتِ ِه ْم ُ‬
‫َ‬
‫ون‬ ‫سقُ َ‬‫)ك انُوا يَ ْف ُ‬ ‫َ‬
‫صى( ‪QS. Al-Syura’ (42):13‬‬ ‫ش َر َع لَ ُك ْم ِم َنا ل ِّد ِين َما َو َّ‬ ‫َ‬
‫وحا َوا َّل ِذيَأ ْو َح ْينَا ِإ َلْي َك‬
‫;)بِ ِه نُ ً‬
‫ش َر ُعوا( ‪QS. Al-Syura’ (42): 21:‬‬ ‫ش َر َكا ُء َ‬ ‫َأ ْم لَ ُه ْم ُ‬
‫;)لَ ُه ْم ِم َنا ل ِّد ِين َما لَ ْم يَ ْأ َذ ْنبِ ِه هَّللا ُ‬
‫يع ٍة ِم َن( ‪QS. Al-Jaziyah (48): 18:‬‬ ‫ىش ِر َ‬‫ثُ َّم َج َع ْلنَ َاك َعلَ َ‬
‫ون‬‫)ا َأْل ْم ِر فَ اتَّبِ ْع َها َواَل تَ تَّبِ ْع َأ ْه َوا َء ا َّل ِذ َين اَل يَ ْعلَ ُم َ‬
• Berdasarkan ayat-ayat di atas, kata Syari'ah
berasal dari akar kata "syara'a" dan
mempunyai banyak arti sesuai dengan bentuk
(ushlub) katanya.
• Kata syariah dapat berarti ”ketetapan Allah swt
bagi hamba-hamba-Nya, kadang juga berarti
sebagai ”jalan yang ditempuh oleh manusia
atau jalan yang menuju ke air atau berarti
”jelas”.
• Secara harfiah, kata “syariah” berarti jalan ≥
jalan menuju tempat air.
• Pemakaian religius: jalan yang digariskan
Tuhan menuju menuju kepada keselamatan
atau lebih tepatnya jalan menuju Tuhan.
Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw disebut “syariah” karena merupakan jalan
menuju Tuhan dan menuju keselamatan abadi.
• Syariah digunakan dalam dua arti:
1. Arti luas, yang dimaksudkan sebagai
keseluruhan ajaran dan norma-norma yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang
mengatur kehidupan manusia; baik dalam
aspek kepercayaan (akidah) maupun dalam
aspek tingkah laku praktis (amaliah), termasuk
etikanya (Akhlak) ≥ syariah adalah ajaran-
ajaran agama Islam itu sendiri.
2. Dalam arti sempit: syariah merujuk kepada
aspek praktis (amaliah):
≥ bagian dari syariah dalam arti luas
≥ aspek berupa kumpulan ajaran atau norma
yang mengatur tingkah laku konkrit manusia
≥ syariah alam arti sempit ini lazimnya
diidentikkan dan diterjemahkan sebagai hukum
Islam.
≥ Tentu syariah (dalam arti sempit) ini lebih luas
dari sekedar hukum Islam pada umumnya,
karena tidak saja sekedar meliputi norma
hukum akan tetapi mencakup norma etika dan
ksusilaan, norma sosial dan norma keagamaan
(ibadah)
FIKIH
• Secara harfiah, kata “fikih” berarti mengerti,
tahu atau faham
• Secara istilah, adalah ilmu tentang hukum-
hukum syariah yang bersifat perbuatan praktis
manusia yang digali dari dalil-dalil terprinci.
• Sehingga kata fikih digunakan dalam dua arti:
1) dalam arti ilmu hukum (jurisprudence);
2) dalam arti hukum itu sendiri (law)
• Fikih sebagai ilmu hukum: yaitu suatu cabang studi yang
mengkaji norma-norma syariah dalam kaitannya dengan
tingkah laku manusia dalam berbagai dimensi
hubungannya
• Fikih sebagai hukum Islam itu sendiri yaitu kumpulan
norma-norma atau hukum-hukum syarak yang mengatur
tingkah laku manusia dalam beragai dimensi hubungannya;
≥ baik hukum yang ditetapkan langsung dari al-Quran dan
Sunnah Nabi saw, atau
≥ merupakan hasil ijtihad
• Hukum haramnya riba (Q.S. 2: 275)
• Hukum kewajiban memenuhi perjanjian (Q.S.
5: 1)
• Kewajiban mencatatkan pernikahan
• Ketentuan penjatuhan talak di muka sidang
pengadilan
QANUN
• Kata “Qanun” sebenarnya bukan bahasa Arab,
namun kata yang diarabkan (mu’arrabah).
Aslinya kata Qanun disebut sebagai bahasa
Yunani yang berarti kaidah umum yang
terkadung didalamnya hukum-hukum juziy.
• Kata Qanun sering diidentikkan sebagai lawan dari
syariah.
Artinya, kalau syariah diartikan sebagai kumpulan
ajaran atau norma yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw yang mengatur kehidupan manusia
termasuk yang mengatur tingkah laku konkrit
manusia, maka Qanun diartikan sebagai ketentuan
yang dibuat oleh manusia untuk mengatur kehidupan
manusia baik dalam kehdupan secara individual,
bermasyarakat dan bernegara
• Jadi Qanun diartikan sebagai kumpulan
hukum positif yang dibuat oleh manusia
untuk mengatur kehidupannya dan
menjadi rujukan dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan yang terjadi diantara
mereka
HUKUM SYAR’I
• Hukum syar’i (syarak, hukum syariah), secara
harfiah berarti: ketentuan, norma atau
peraturan hukum Islam dan merupakan satuan
dari syariah.
• Kumpulan dari satuan ketentuan atau
peraturan ini membentuk syariah dalam arti
sempit atau fikih (dalam arti hukum Islam)
• Secara teknis, hukum syarak diartian sebagai
“sapaan ilahi terhadap subyek hukum (orang
mukallaf) mengenai perbuatan atau tingkah
lakunya, sapaan mana berisi tuntutan,
perizinan atau pembolehan (pilihan) atau
penetapan
• Pernyataan bahwa hukum adalah “sapaan ilahi”
mengandung dua hal:
1) dalam konsepsi ini hukum memiliki dasar-dasar
keilahian ≥ bersumber kepada bimbingan dan tuntunan
ilahi
2) Hukum merupakan kata kerja, karena hukum
dikonsepsikan sebagai “suatu sapaan” ≥ Tuhan
menyapa manusia mengenai tingkah lakunya dan
penyapaan tersebut lantas disebut sebagai “hukum”. Ini
konsepsi teoretisi hukum Islam (ahli-ahli usul fikih).
• Sapaan Allah : QS. 5:1: (Wahai orang beriman
penuhilah perjanjian-perjanjian)
• Sapaan Allah : QS. 3: 129: (Janganlah kamu makan
riba yang berlipat ganda)
• Sapaan Nabi kepada umatnya: (penunda-nundaan
pembayaran hutang oleh debitur mampu
menghalalkan diumumkannya hutangnya dan dijatuhi
hukuman)
• Sapaan Nabi: (pembunuh tidak mewarisi suatu apapun
dari orang yang dibunuhnya)
• Hukum syarak menurut ahli usul fikih
termasuk kategori aksi, yang berarti bahwa
“hukum merupakan aksi Tuhan menyapa
manusia dengan mewajibkan, melarang,
menganjurkan dsb, atau menetapkan
hubungan dua hal yang menyangkut manusia
dimana yang satu menjadi sebab, syarat atau
penghalang bagi yang lain.
• Berbeda dengan ahli usul fikih, para fukaha
mengkonsepsikan hukum Islam sebagai efek yang
timbul dari sapaan ilahi, dan bukan aksi dari sapaan
ialahi itu sendiri.
• Hukum menurut ahli fikih adalah termasuk kategori
penderitaan yaitu efek yang timbul dari adanya aksi
Tuhan menyapa tingkah laku manusia.
• Apabila Pembuat Hukum (Tuhan) memerintahkan
memenuhi perjanjian, maka efek dari sapaan itu
perintah pemenuhan perjanjian itu menjadi wajib…..
• Meskipun tanpak berbeda dari panangan para
teoretisi (ushuliyyin) dan para juris hukum
Islam (fuqaha) namun hakikatnya kedua
pandangan tersebut secara subtansi tidak
berbeda, keduanya mengakui hukum itu
sebagai sapaan ilahi.
• Perbedaannya hanya pada sudut pandang
masing-masing;
• Ushuliyyin: melihat sapaan itu dalam
kaitannya dengan Penyapa, yaitu Pembuat
Hukum Syarak ≥ hukum diartikan sebagai
“aksi-Nya” dalam menyapa manusia
• Fuqaha: melihat sapaan itu dari segi efek yang
ditimbulkannya terhadap perbuatan manusia
PENJENJANGAN NORMA-NORMA
HUKUM ISLAM
• Ahli hukum Islam klasik membuat
penjenjangan norma-norma hukum Islam
menjadi dua tingkat :
1) al-ushul (asas umum), dan
2) al-furu’ (peraturan-pertauran hukum konkret)
• Syamsul Anwar: Norma-norma hukum Islam
dapat dijenjangkan menjadi tiga lapis:
1) nilai-nilai dasar atau norma-norma filosofis
(al-qiyam al-asasiyyah)
2) Asas-asas umum (al-ushul al-kulliyyah) dan
3) Peraturan-peraturan hukum konkret (al-
ahkam al-far’iyyah)
• Al-qiyam al-asasiyyah (nilai-nilai dasar atau
norma-norma filosofis) : nilai-nilai dasar yang
menjadi fondasi ajaran Islam, termasuk
hukumnya (kemaslahatan, keadilan,
persamaan, kebebasan, akidah, akhlak
persaudaraan (al-ukhuwwah) dan seterusnya.
• Nilai-nilaidasar tersebut diterjemahkan
menjadi lebih konkret dalam bentuk, dan
sekaligus menjadi dasar dari asas umum yang
merupakan norma-norma tengah.
• Al-ushul al-kuliyyah (asas-asas umum ini ada
yang bersifat lepas yang disebut asas-asas
hukum Islam (an-nazhariyyah al-fiqhiyyah) ≥
asas-asas yang berlaku dalam perjanjian,
pidana, siyasah dan seterusnya.
• Ada juga asas-asas umum yang dirumuskan
secara singkat dan padat (rumusan yuristik)
yang disebut al-qawaid al-fiqhiyyah
• Al-ahkam al-far’iyyah (peraturan-peraturan
hukum konkret) adalah konkretiasasi dari asas
umum dan terwujud baik dalam ketentuan-
ketentuan hukum taklifi ≥ wajib, haram,
sunnah, makruh dan mubah, maupun dalam
ketentuan-ketentuan wadh’i ≥ sebab, syarat
dan mani’
• Peraturan hukum konkret yang termasuk dalam
hukum taklifi ≥ keharaman transaksi riba; wajib
memenuhi perjanjian; boleh menarik kembali
ijab sebelum qabul dari pihak yang kepadanya
ijab ditujukan
• Peraturan konkret yang termasuk hukum
wadh’i ≥ penunda-nundaan pembayaran hutang
oleh debitur mampu menghalalkan diumumkan
namanya atau dijatuhi hukuman
• Ketiga jenjang norma-norma tersebut tersusun
secara hierarkis, dimana norma yang lebih abstrak
dikonkretisasi dalam norma yang lebih konkret:
al-qiyam al-asasiyyah dikonkretisasi dalam norma-
norma tengah al-ushul al-kuliyyah ≥ an-
nazhariyyah al-fiqhiyyah (asas-asas hukum Islam)
maupun al-qawa’id al-fiqhiyyah (kaidah-kaidah
hukum Islam). Kemudian pada gilirannya norma-
norma tengah dikonkretisasi lagi dalam bentuk
peraturan-peraturan hukum konkret (al-ahkam al-
far’iyyah)
• Kemaslahatan (al-qiyam al-asasiyyah)
dikonkretisasi dalam norma tengah (al-ushul
al-kulliyyah) berupa kaidah hukum (al-qawaid
al-fiqhiyyah) ≥ kesukaran memberi
kemudahan, kemudian norma tengah ini
dikonkretisasi dalam peraturan hukum konkret
(al-ahkam al-far’iyyah) ≥ hukum perdata:
debitur yang sedang menghadapi perubahan
keadaan yang memberatkan dapat mengajukan
klausul perjanjian kepada hakim

Anda mungkin juga menyukai