PENGERTIAN HUKUM ISLAM • Syariah, • Fikih, • Hukum Syar’i/Islam • Qanun, dan • Penjenjangan Norma SYARIAH • Kata ”Syariah” banyak disebutkan dalam ayat- ayat Al-Quran dengan berbagai bentuk tashrif- nya, di antara ayat tersebut adalah: ش ْر َع ًةQS. Al-Maidah (5): 48: ... لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِ اجا) َو ِم ْن َه ً ت QS. Al-A’raf (7): 163: سَأ ْل ُه ْم َع ِنا ْل َق ْريَ ِة ا َّلتِ َ يك انَ ْ ( َوا ْ س ْب ِتِإ ْذ تَ ْأتِي ِه ْم ِح يتَانُ ُه ْم يَ ْو َم ونفِ يا ل َّ ض َرةَ ا ْلبَ ْح ِر ِإ ْذ يَ ْع ُد َ َح ا ِ ون اَل تَ ْأتِي ِه ْم َك َذلِ َك نَ ْبلُو ُه ْم بِ َما سبِتُ َ ش َّر ًعا َويَ ْو َم اَل يَ ْ س ْبتِ ِه ْم ُ َ ون سقُ َ)ك انُوا يَ ْف ُ َ صى( QS. Al-Syura’ (42):13 ش َر َع لَ ُك ْم ِم َنا ل ِّد ِين َما َو َّ َ وحا َوا َّل ِذيَأ ْو َح ْينَا ِإ َلْي َك ;)بِ ِه نُ ً ش َر ُعوا( QS. Al-Syura’ (42): 21: ش َر َكا ُء َ َأ ْم لَ ُه ْم ُ ;)لَ ُه ْم ِم َنا ل ِّد ِين َما لَ ْم يَ ْأ َذ ْنبِ ِه هَّللا ُ يع ٍة ِم َن( QS. Al-Jaziyah (48): 18: ىش ِر َثُ َّم َج َع ْلنَ َاك َعلَ َ ون)ا َأْل ْم ِر فَ اتَّبِ ْع َها َواَل تَ تَّبِ ْع َأ ْه َوا َء ا َّل ِذ َين اَل يَ ْعلَ ُم َ • Berdasarkan ayat-ayat di atas, kata Syari'ah berasal dari akar kata "syara'a" dan mempunyai banyak arti sesuai dengan bentuk (ushlub) katanya. • Kata syariah dapat berarti ”ketetapan Allah swt bagi hamba-hamba-Nya, kadang juga berarti sebagai ”jalan yang ditempuh oleh manusia atau jalan yang menuju ke air atau berarti ”jelas”. • Secara harfiah, kata “syariah” berarti jalan ≥ jalan menuju tempat air. • Pemakaian religius: jalan yang digariskan Tuhan menuju menuju kepada keselamatan atau lebih tepatnya jalan menuju Tuhan. Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw disebut “syariah” karena merupakan jalan menuju Tuhan dan menuju keselamatan abadi. • Syariah digunakan dalam dua arti: 1. Arti luas, yang dimaksudkan sebagai keseluruhan ajaran dan norma-norma yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang mengatur kehidupan manusia; baik dalam aspek kepercayaan (akidah) maupun dalam aspek tingkah laku praktis (amaliah), termasuk etikanya (Akhlak) ≥ syariah adalah ajaran- ajaran agama Islam itu sendiri. 2. Dalam arti sempit: syariah merujuk kepada aspek praktis (amaliah): ≥ bagian dari syariah dalam arti luas ≥ aspek berupa kumpulan ajaran atau norma yang mengatur tingkah laku konkrit manusia ≥ syariah alam arti sempit ini lazimnya diidentikkan dan diterjemahkan sebagai hukum Islam. ≥ Tentu syariah (dalam arti sempit) ini lebih luas dari sekedar hukum Islam pada umumnya, karena tidak saja sekedar meliputi norma hukum akan tetapi mencakup norma etika dan ksusilaan, norma sosial dan norma keagamaan (ibadah) FIKIH • Secara harfiah, kata “fikih” berarti mengerti, tahu atau faham • Secara istilah, adalah ilmu tentang hukum- hukum syariah yang bersifat perbuatan praktis manusia yang digali dari dalil-dalil terprinci. • Sehingga kata fikih digunakan dalam dua arti: 1) dalam arti ilmu hukum (jurisprudence); 2) dalam arti hukum itu sendiri (law) • Fikih sebagai ilmu hukum: yaitu suatu cabang studi yang mengkaji norma-norma syariah dalam kaitannya dengan tingkah laku manusia dalam berbagai dimensi hubungannya • Fikih sebagai hukum Islam itu sendiri yaitu kumpulan norma-norma atau hukum-hukum syarak yang mengatur tingkah laku manusia dalam beragai dimensi hubungannya; ≥ baik hukum yang ditetapkan langsung dari al-Quran dan Sunnah Nabi saw, atau ≥ merupakan hasil ijtihad • Hukum haramnya riba (Q.S. 2: 275) • Hukum kewajiban memenuhi perjanjian (Q.S. 5: 1) • Kewajiban mencatatkan pernikahan • Ketentuan penjatuhan talak di muka sidang pengadilan QANUN • Kata “Qanun” sebenarnya bukan bahasa Arab, namun kata yang diarabkan (mu’arrabah). Aslinya kata Qanun disebut sebagai bahasa Yunani yang berarti kaidah umum yang terkadung didalamnya hukum-hukum juziy. • Kata Qanun sering diidentikkan sebagai lawan dari syariah. Artinya, kalau syariah diartikan sebagai kumpulan ajaran atau norma yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang mengatur kehidupan manusia termasuk yang mengatur tingkah laku konkrit manusia, maka Qanun diartikan sebagai ketentuan yang dibuat oleh manusia untuk mengatur kehidupan manusia baik dalam kehdupan secara individual, bermasyarakat dan bernegara • Jadi Qanun diartikan sebagai kumpulan hukum positif yang dibuat oleh manusia untuk mengatur kehidupannya dan menjadi rujukan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi diantara mereka HUKUM SYAR’I • Hukum syar’i (syarak, hukum syariah), secara harfiah berarti: ketentuan, norma atau peraturan hukum Islam dan merupakan satuan dari syariah. • Kumpulan dari satuan ketentuan atau peraturan ini membentuk syariah dalam arti sempit atau fikih (dalam arti hukum Islam) • Secara teknis, hukum syarak diartian sebagai “sapaan ilahi terhadap subyek hukum (orang mukallaf) mengenai perbuatan atau tingkah lakunya, sapaan mana berisi tuntutan, perizinan atau pembolehan (pilihan) atau penetapan • Pernyataan bahwa hukum adalah “sapaan ilahi” mengandung dua hal: 1) dalam konsepsi ini hukum memiliki dasar-dasar keilahian ≥ bersumber kepada bimbingan dan tuntunan ilahi 2) Hukum merupakan kata kerja, karena hukum dikonsepsikan sebagai “suatu sapaan” ≥ Tuhan menyapa manusia mengenai tingkah lakunya dan penyapaan tersebut lantas disebut sebagai “hukum”. Ini konsepsi teoretisi hukum Islam (ahli-ahli usul fikih). • Sapaan Allah : QS. 5:1: (Wahai orang beriman penuhilah perjanjian-perjanjian) • Sapaan Allah : QS. 3: 129: (Janganlah kamu makan riba yang berlipat ganda) • Sapaan Nabi kepada umatnya: (penunda-nundaan pembayaran hutang oleh debitur mampu menghalalkan diumumkannya hutangnya dan dijatuhi hukuman) • Sapaan Nabi: (pembunuh tidak mewarisi suatu apapun dari orang yang dibunuhnya) • Hukum syarak menurut ahli usul fikih termasuk kategori aksi, yang berarti bahwa “hukum merupakan aksi Tuhan menyapa manusia dengan mewajibkan, melarang, menganjurkan dsb, atau menetapkan hubungan dua hal yang menyangkut manusia dimana yang satu menjadi sebab, syarat atau penghalang bagi yang lain. • Berbeda dengan ahli usul fikih, para fukaha mengkonsepsikan hukum Islam sebagai efek yang timbul dari sapaan ilahi, dan bukan aksi dari sapaan ialahi itu sendiri. • Hukum menurut ahli fikih adalah termasuk kategori penderitaan yaitu efek yang timbul dari adanya aksi Tuhan menyapa tingkah laku manusia. • Apabila Pembuat Hukum (Tuhan) memerintahkan memenuhi perjanjian, maka efek dari sapaan itu perintah pemenuhan perjanjian itu menjadi wajib….. • Meskipun tanpak berbeda dari panangan para teoretisi (ushuliyyin) dan para juris hukum Islam (fuqaha) namun hakikatnya kedua pandangan tersebut secara subtansi tidak berbeda, keduanya mengakui hukum itu sebagai sapaan ilahi. • Perbedaannya hanya pada sudut pandang masing-masing; • Ushuliyyin: melihat sapaan itu dalam kaitannya dengan Penyapa, yaitu Pembuat Hukum Syarak ≥ hukum diartikan sebagai “aksi-Nya” dalam menyapa manusia • Fuqaha: melihat sapaan itu dari segi efek yang ditimbulkannya terhadap perbuatan manusia PENJENJANGAN NORMA-NORMA HUKUM ISLAM • Ahli hukum Islam klasik membuat penjenjangan norma-norma hukum Islam menjadi dua tingkat : 1) al-ushul (asas umum), dan 2) al-furu’ (peraturan-pertauran hukum konkret) • Syamsul Anwar: Norma-norma hukum Islam dapat dijenjangkan menjadi tiga lapis: 1) nilai-nilai dasar atau norma-norma filosofis (al-qiyam al-asasiyyah) 2) Asas-asas umum (al-ushul al-kulliyyah) dan 3) Peraturan-peraturan hukum konkret (al- ahkam al-far’iyyah) • Al-qiyam al-asasiyyah (nilai-nilai dasar atau norma-norma filosofis) : nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi ajaran Islam, termasuk hukumnya (kemaslahatan, keadilan, persamaan, kebebasan, akidah, akhlak persaudaraan (al-ukhuwwah) dan seterusnya. • Nilai-nilaidasar tersebut diterjemahkan menjadi lebih konkret dalam bentuk, dan sekaligus menjadi dasar dari asas umum yang merupakan norma-norma tengah. • Al-ushul al-kuliyyah (asas-asas umum ini ada yang bersifat lepas yang disebut asas-asas hukum Islam (an-nazhariyyah al-fiqhiyyah) ≥ asas-asas yang berlaku dalam perjanjian, pidana, siyasah dan seterusnya. • Ada juga asas-asas umum yang dirumuskan secara singkat dan padat (rumusan yuristik) yang disebut al-qawaid al-fiqhiyyah • Al-ahkam al-far’iyyah (peraturan-peraturan hukum konkret) adalah konkretiasasi dari asas umum dan terwujud baik dalam ketentuan- ketentuan hukum taklifi ≥ wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah, maupun dalam ketentuan-ketentuan wadh’i ≥ sebab, syarat dan mani’ • Peraturan hukum konkret yang termasuk dalam hukum taklifi ≥ keharaman transaksi riba; wajib memenuhi perjanjian; boleh menarik kembali ijab sebelum qabul dari pihak yang kepadanya ijab ditujukan • Peraturan konkret yang termasuk hukum wadh’i ≥ penunda-nundaan pembayaran hutang oleh debitur mampu menghalalkan diumumkan namanya atau dijatuhi hukuman • Ketiga jenjang norma-norma tersebut tersusun secara hierarkis, dimana norma yang lebih abstrak dikonkretisasi dalam norma yang lebih konkret: al-qiyam al-asasiyyah dikonkretisasi dalam norma- norma tengah al-ushul al-kuliyyah ≥ an- nazhariyyah al-fiqhiyyah (asas-asas hukum Islam) maupun al-qawa’id al-fiqhiyyah (kaidah-kaidah hukum Islam). Kemudian pada gilirannya norma- norma tengah dikonkretisasi lagi dalam bentuk peraturan-peraturan hukum konkret (al-ahkam al- far’iyyah) • Kemaslahatan (al-qiyam al-asasiyyah) dikonkretisasi dalam norma tengah (al-ushul al-kulliyyah) berupa kaidah hukum (al-qawaid al-fiqhiyyah) ≥ kesukaran memberi kemudahan, kemudian norma tengah ini dikonkretisasi dalam peraturan hukum konkret (al-ahkam al-far’iyyah) ≥ hukum perdata: debitur yang sedang menghadapi perubahan keadaan yang memberatkan dapat mengajukan klausul perjanjian kepada hakim