Anda di halaman 1dari 41

HUKUM ISLAM DALAM

DINAMIKA KEHIDUPAN
SOSIAL
Kelompok 6
• Aidha Fitri Ansyari (1107617227)
• Nadya Af’idati (1107617218)
• Nurkamillah Ramadhanti (1107617219)
• Rahma Trisna Sari (1107617206)
• Yutika Khairiyah (1107617240)
Pengertian dan Tujuan Hukum Islam

Sumber Hukum Islam


Asas Pembinaan Hukum Islam

Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan


Bermasyarakat
Prospek Hukum Islam di Indonesia

Problematika Hukum Islam Kontemporer


Pengertian Hukum Islam
Hukum islam adalah hukum yang ditetapkan Allah
melalui wahyu-Nya, yang kini terdapat dalam Al-Qur’an
dan dijelaskan Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul-Nya,
melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik
dalam kitab-kitab hadis.

Tujuan Hukum Islam


Tujuan disyari’atkannya hukum islam adalah untuk
mewujudkan kehidupan hasanah bagi mereka,
baik hasanah di dunia maupun hasanah di akhirat.
Sumber Hukum Islam

Al Qur-an

As-Sunnah atau Al-Hadis

Ijtihad
Al Qur’an

Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk (hudan),


penjelas (tibyan) dan pembeda (furqon).
As-Sunnah atau Al-Hadis
Macam-macam sunnah/hadis

Bentuk Kualitas
Sunnah Qauliyah (perkataan
yang sampaikan Nabi), • Shahih (hadis yang
Sunnah Fi’liyah (tindakan yang diriwayatkan orang adil,
sempurna hafalannya)
dilakukan Nabi)
• Hasan (hadis yang
Sunnah Taqririyah (sikap Nabi).
diriwayatkan orang adil,
kurang sempurna
hafalannya)
Diterima dan ditolak • Dha’if (hadis yang
diriwayatkan orang tidak
Maqbul (hadis yang diterima) adil, terputus sanadnya).
Mardud (hadis yang ditolak)
Siapa Yang Berperan

•Marfu’ (hadis yang


disandarkan kepada Nabi) Jumlah Orang Yang
•Mauquf (hadis yang Meriwayatkan
disandarkan kepada
sahabat para Nabi) • Mutawatir (diriwayatkan
• Maqthu’ (hadis yang orang banyak)
• Masyhur (diriwayatkan
disandarkan kepada
tabi’in). orang banyak, tetapi tidak
sampai derajat mutawatir)
• Ahad (diriwayatkan seorang
atau lebih).
Fungsi dan Kedudukan Hadis

Berfungsi menetapkan dan memperkuat hukum


yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an, memberi
penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan
menetapkan hukum yang tidak ada penjelasannya
dalam Al-Qur’an.
Ijtihad
Perlunya ijtihad
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi
kebutuhan umat islam yang tak terdapat dalam
Al-Qur’an maupun hadis.

Ruang Lingkup ijtihad


Semua masalah terkait dengan perkembangan
cipta, rasa dan karsa manusia yang semuanya
memerlukan ijtihad untuk menetapkan hukumnya.
Metode-metode ijtihad
• Ijma’, yaitu kesepakatan pendapat para mujtahid pada suatu masa
tentang hukum sesuatu.
• Qiyas, menurut bahasa yaitu mengukur atau mempersamakan
sesuatu dengan yang lain.
• Istihsan, menurut bahasa yaitu menganggap baik suatu hal.
• Mashlahah Mursalah, yaitu mendatangkan kebaikan bersama.
• Istishab, yaitu menetapkan hukum suatu menurut keadaan
sebelumnya, sampai ada dalil yang mengubah keadaannya.
• Saddudz Dzari’ah, yaitu melarang sesuatu yang mubah dengan
maksud untuk menghindarkan kemudaratan yang mungkin timbul.
• Urf, yaitu menetapkan hukum sesuatu berdasarkan adat
kebiasaan, selama itu tidak bertentangan dengan islam
Syarat-syarat Mujtahid
• Mengetahui dan memahami Al-Qur’an dan hadis
dengan baik.
• Mengetahui serta memahami bahasa Arab dari
segala segi.
• Mengetahui dan memahami ilmu ‘usul fiqh.
• Mengetahui dan memahami ilmu nasikh dan
mansukh.
• Mengetahui hukum-hukum yang ditetapkan
dengan ijma’
Ijtihad adalah penggunaan akal dan pikiran untuk
memahami nash yang penunjukkannya zhanny, serta
memecahkan persoalan yang tumbuh dalam kehidupan
masyarakat berdasarkan prinsip dan nilai Islam. Hal ini
sesuai dengan hadis Nabi,
Dari ‘Amru bin Al-‘Aash radliyallaahu ‘anhu :
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallambersabda :
ِ ‫اب َفل َُه أ َ ْج َر‬
‫ َو ِإ َذا َحك ََم‬،‫ان‬ ََ ‫اجتَ َه َد َفأ‬
‫ص‬ ‫ف‬ ‫م‬ ِ
َ ْ َ ُ ‫ِإ َذا َحك ََم ال َْحا‬
‫ك‬
.‫اح ٌد‬ِ ‫اجتَ َه َد َفأ َ ْخ َطأ َ َفل َُه أ َ ْج ٌر َو‬
ْ ‫َف‬
“Seorang Hakim apabila berijtihad kemudian ijtihadnya
benar, maka ia mendapat pahala dua. Apabila ia berijtihad
dan ternyata keliru (tidak mencapai kebenaran), maka ia
mendapat satu pahala” (HR. Bukhari).
Asas Pembinaan Hukum Islam
Universal
Universal
Orisinaldan
Orisinal danAbadi
Abadi

Mudah dan Tidak Memberatkan


Mudah dan Tidak Memberatkan

Keselarasandan
Keselarasan danKeseimbangan
Keseimbangan

Berproses dan Bertahap


Berproses dan Bertahap
Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan
Bermasyarakat

Fungsi ibadah
Fungsi paling utama hukum Islam adalah untuk
beribadah kepada Allah Swt.

Fungsi zawajir
Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan
berzina, yang disertai dengan ancaman hukuman atau sanksi
hukum
Fungsi amar ma’ruf nahi munkar
Fungsi dan peranan hukum adalah menciptakan
kebaikan dan menghindari kemudharatan

Fungsi tanzim waIshlah al-Ummah


Masalah mu’amalah pada umumnya hukum Islam hanya
menetapkan aturan-aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya.
Perinciannya diserahkan kepada para ahli dan pihak-pihak
yang berkompeten pada bidang masing-masing, dengan tetap
memperhatikan dan berpegang teguh pada aturan pokok dan
nilai dasar tersebut
Prospek Hukum Islam di Indonesia
• Adanya Pendidikan Agama Islam yang sejak tahun enam
puluhan diwajibkan di sekolah-sekolah dibawah naungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang
Departemen Pendidikan Nasional)
• Sikap pemerintah terhadap hukum Islam yang
dipergunakan sebagai sarana atau alat untuk
memperlancar pelaksanaan kebijakan pemerintah
• Diundangkannya beberapa peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan hukum Islam.
Problematika Hukum Islam Kontemporer

Bunga Bank Konvensional Dalam


Tinjauan Hukum Islam
 
Perkawinan Beda Agama Menurut Islam

Nikah Mut’ah Dalam Perspektif Hukum Islam

Operasi Bedah Plastik dan Ganti Kelamin


Bunga Bank Konvensional Dalam
Tinjauan Hukum Islam
Pendahuluan
Menurut Ushul Fiqih, hukum diklarifikasikan menjadi dua
yaitu :
 Hukum Islam yang secara jelas ditegaskan oleh nash Al-
Qur’an atau Sunnah yang tidak mengandung
pentakwilan atau pemalingan pada arti lain (nash
sharih).
 Hukum Islam yang tidak dijelaskan secara tegas oleh
nash al-Qur’an atau Sunnah dan baru diketahui setelah
dilakukan ijtihad.
Pembahasan
• Pengertian Riba
Menurut etimologi atau bahasa, riba berarti
tambahan (al-ziyad).
• Sejarah Riba
Pada awal perkembangan Islam, kebanyakan
hartawan musyrikin Makkah dan hartawan
Yahudi Madinah melakukan riba. Sedangkan
muslimin Madinah setiap hari ada hubungan jual
beli dan pinjam meminjam dengan mereka.
Macam-macam Riba
Menurut al-Jaziru, Ali al-Sayus, dan Ali al-Shabuni :
• Riba Nasiah
Arti nasiah adalah pertangguhan atau
pertambahan. Pemberi hutang senang kalau yang
berhutang memperlambat masa pembayaran,
karena bunganya dapat dilipatgandakan
• Riba Fadhal
Segala pembayaran yang dilebihkan oleh yang
membayar, sehingga lebih banyak dari ukuran atau
timbangan yang dipertukarkan. Misal, hutang satu
karung beras dibayar satu setengah karung.
Menurut Ibnu Qayim :
• Riba Jaly (terang)
Sama dengan riba nasiah. Diharamkan
karena menimbulkan mudharat yang besar
• Riba Khafi (samar)
Diharamkan untuk mencegah terjadinya
riba jaly
Tahapan Pelanggaran Riba
Pada tahap pertama dijelaskan bahwa riba yang dimaksudkan
untuk menamba harta, sebenarnya tidak menambah disisi Allah.
Hal ini diterangkan Allah dalam surat Ar-Rum/30 : 39.

Artinya :Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksud kan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).
Pada tahap kedua diceritakan bahwa orang-orang Yahudi dilarang
melakukan riba, tetapi larangan itu dilanggarnya, sehingga mereka
dimurkai Allah dan diharamkan kepada mereka sesuatu yang sebelumnya
dihalalkan kepada mereka, sebagai akibat pelanggaran yang mereka
lakukan. Hal ini diterangkan Allah pada surat an-Nisa/4 : 160-161.

160.  Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan Karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,
161.  Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya mereka Telah
dilarang daripadanya, dan Karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan
yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu
siksa yang pedih.
Pada tahap ketiga turun ayat yang melarang riba yang berlipat
ganda. Hal ini dijelaskan Allah pada surat Ali-Imran /3 : 130.
Pada tahap keempat turun ayat yang melarang sisa-sisa riba
yang masih ada. Hal ini dijelaskan Allah pada surat al-Baqarah
2 : 278-279.
Pendapat Ulama tentang Riba
• Seluruh ulama sepakat bahwa riba yang diharamkan adalah riba
jahiliyah atau ribana’siah. Sebagian ulama berpendapat bahwa
semua riba baik besar maupun kecil adalah haram, berdasarkan
alasan antara lain salah satunya adalah surat al-Baqarah 2 : 276

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak


menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

• Sebagian ulama berpendapat bahwa riba yang diharamkan hanya riba yang
berlipat ganda (adh’afan mudla’afah), sedang tambahan yang kecil tidak
diharamkan. Mereka berpendapat demikian berdasarkan alasan salah
satunya adalah pendapat Muhammad Abduh :Riba yang diharamkan al-
Qur’an hanya riba yang berlipat ganda, karena riba ini adalah riba jahiliyah
atau riba nasiah.
Pendapat Ulama tentang Bunga Bank
1. Mengharamkan bunga bank karena menyamakan
dengan riba.
2. Membolehkan bunga bank, karena tidak
menyamakan dengan riba.
3. Bunga bank adalah haram, tetapi karena belum ada
jalan keluar untuk menghindarkannya, maka
dibolehkan karena darurat.
Sebagian ulama memperbolehkan bunga bank, karena
keadaan darurat. Hal itu karena rakyat dan negara
Indonesia tidak lepas dari bank
 
Perkawinan Beda Agama Menurut Islam

1. Wanita Islam Menikah Dengan Laki-Laki Bukan


Islam, Hukumnya Haram

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.


Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun
dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia
supaya mereka mengambil pelajaran. (Q.S. Al-Baqarah/2:221)
Laki-laki Islam Menikah Dengan Wanita Bukan
Islam
• Golongan yang menghalalkan
Seorang muslim halal menikahi wanita-wanita Ahli Kitab, baik yang merdeka, yang
berstatus sebagai Ahli Dzimmah, ataupun yang menjaga kehormatannya. Ini adalah
pendapat jumhur ulama dari kalangan Hanafiyah [2], Malikiyah [3], Syafi’iyah [4], dan
Hanabilah (Hanbali) [5]

Seperti dalam firman Allah:

ِ ‫ات ِم َن ْالم ُْؤ ِم َنا‬


‫ت‬ ُ ‫ص َن‬ َ ‫ين أُو ُتوا ْال ِك َت‬
َ ْ‫اب ِح ٌّل َل ُك ْم َو َط َعا ُم ُك ْم ِح ٌّل َل ُه ْم ۖ َو ْالمُح‬ َ ‫َو َط َعا ُم الَّ ِذ‬
َ ‫ين أُو ُتوا ْال ِك َت‬
‫اب ِمنْ َق ْبلِ ُك ْم‬ َ ‫ات ِم َن الَّ ِذ‬
ُ ‫ص َن‬ َ ْ‫َو ْالمُح‬
“Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-Kitab itu halal
bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan
mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-
orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu” [al-Maidah/5: 5]
• Golongan yang mengharamkan:
Seperti dalam firman Allah:
‫ن‬ ِ ْ ‫ى يُؤ‬
َّ ‫م‬ َّ ‫ت‬‫ح‬َ ‫ات‬
ِ َ ‫ك‬ِ ‫ر‬ ْ
‫ش‬ ‫م‬
ُ ْ ‫ال‬ ‫وا‬ ‫ح‬
ُ ِ ‫ك‬ْ ‫ن‬َ ‫ت‬ ‫اَل‬َ‫و‬
ٰ
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman.” [al-Baqarah/2 : 221]

• Golongan yang menghalalkan tetapi kemaslahatan tidak


menghendaki

Menurut Yusuf al-Qardawi, kebolehan nikah dengan kitabiyah


tidak mutlak, tetapi terikat dengan ikatan yang wajib diperhatikan:
kitabiyah itu benar-benar berpegang pada ajaran samawi, wanita
kitabiyah memelihara kehormatan dirinya.
Nikah Mut’ah Dalam Perspektif
Hukum Islam
• Nikah mutah, nikah kontrak nikāḥ al-mut'aṯ,
harfiah: pernikahan kesenangan, atau lebih dikenal
dengan istilah kawin kontrak adalah pernikahan dalam
tempo masa tertentu.
• Menurut mazhab syiah, nikah mut’ah adalah pernikahan
dalam masa waktu yang telah ditetapkan dan setelah itu
ikatan perkawinan tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Pernikahan ini hanya diperbolehkan pada masa
peralihan dari zaman jahiliah kepada Islam, ketika zina
menjadi perkara yang biasa dalam masyarakat
• Pendapat golongan kedua yaitu fuqaha yang
memandang halal nikah mut’ah secara mutlak,
mereka terdiri dari kalangan sahabat, seperti Asma’
binti Abu Bakar Shiddiq, Jabir ibn Abdullah, Ibn
Mas’ud, Ibn Abbas, Muawiyah, Amir bin Huraits, Abu
Sa’id al-Khudri, Salamah, dan Ma’bad; dan dari
kalangan Tabi’in : Thaus, Atho’, Said Ibn Jubair, seuruh
Ulama Fiqh Makkah, serta golongan Syi’ah Imamiyah.
Untuk mendukung pendapat mereka dikemukakan
beberapa argumentasi: Q.S An-Nisa’(4) :(24)
“Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu.
Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan
hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati
(campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna),
sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” 
( An Nisaa/4: 24)
Bedah Plastik Kosmetik
Bedah yang dilakukan untuk memperbaiki organ badan terutama
kulit yang rusak, cacat, atau untuk mempercantik diri, dalam fikih
modern disebut al-Jirahat (‘Amaliyyat) al-Tajmiliyyat.
Secara umum, operasi plastik dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu

Operasi terhadap bagian tubuh (biasanya Operasi terhadap bagian tubuh


yang tampak) karena mengalami gangguan yang tak mengalami gangguan
fungsional, baik karena bawaan lahir
fungsional, hanya bentuknya
maupun akibat kecelakaan, seperti bibir
sumbing, lubang hidung sangat kecil, yang kurang sempurna atau ingin
jaringan yang terkena radiasi atau diperindah, seperti hidung pesek
kebakaran, dan sebagainya. Operasi jenis ingin dimancungkan. Operasi
ini disebut operasi konstruksi (operasi jenis ini dikenal dengan operasi
plastic konstruksi). Hukumnya dibolehkan plastik estetika. Hukumnya
karena disamakan dengan hukum berobat diharamkan, karena termasuk
berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW
mengubah ciptaan Allah SWT.
Operasi Transeksual
Transeksual adalah kondisi di mana seseorang
secara biologis adalah normal. Namun ia
merasa dirinya sebagai anggota dari lawan jenis
kelaminnya, walaupun secara kenyataan
anatomisnya berlawanan.
Untuk mengetahui hukum operasi ganti kelamin menurut
pandangan hukum islam, perlu diklarifikasi sebagai berikut :
• Operasi Transeksual tanpa sebab (‘Illat)
Hukum operasi ganti kelamin seperti ini diharamkan oleh syariat Islam
karena termasuk merubah ciptaan Allah. Dalam hadits Nabi SAW
terdapat banyak larangan bagi laki-laki meniru perilaku wanita. Demikian
pula sebaliknya dalam hadits yang shahih dinyatakan:

‫هص‬ ِ ‫ل الل‬ ُ ‫و‬ْ ‫س‬ُ ‫ن َر‬َ ‫ع‬َ َ ‫ ل‬:‫ال‬


َ ‫ق‬َ ‫اس رض‬ ٍ َّ ‫عب‬
َ ‫ن‬ ِ ْ ‫ن اب‬ ِ ‫ع‬َ •
‫ن‬
َ ‫م‬
ِ ‫ات‬
ِ ‫ه‬َ ّ ‫شب‬ ُ ‫و اْل‬
َ َ ‫مت‬ َ ‫سا ِء‬
َ ّ ‫ال بِالن‬ِ ‫ج‬َ ‫الر‬
ّ ‫ن‬ َ ‫م‬ ِ ‫ن‬َ ْ ‫هي‬ ِ ّ ‫شب‬َ َ ‫مت‬ُ ‫اْل‬
‫ البخارى‬.‫ال‬ِ ‫ج‬ َ ‫الر‬
ّ ِ ‫سا ِء ب‬ َ ّ ‫الن‬
55 :7 •
 
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, “Rasulullah SAW mela’nat orang laki-laki
yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai laki-laki”.
[HR. Bukhari juz 7, hal. 55]
 Operasi Transeksual terhadap Khuntsa
(Banci)
• Bagi orang yang memiliki kelamin ganda yaitu memiliki
penis dan vagina sekaligus maka untuk memperjelas dan
memfungsikan salah satu alat kelaminnya, maka
diperbolehkan melakukan operasi untuk menghidupkan
atau memfungsikan salah satu alat kelamin yang dominan.
• Operasi transeksual terhadap khuntsa yang bersifat
tashhih (perbaikan) atau takmil (penyempurnaan), jika
dilakukan sesuai dengan arah perkembangan jenis
kelaminnya secara alamiah, karena pasti salah satunya ada
yang dominan, maka hal itu diperbolehkan menurut
hukum Islam. Tindakan ini dinilai sebagai salah satu
bentuk pengobatan.
Operasi Transeksual Terhadap Orang
yang Jenis Kelaminnya Berbeda
• Para ahli fikih menetapkan operasi untuk
menghidupkan alat kelamin luar yang berlawanan
dengan alat kelamin dalamnya hukumnya adalah
haram, karena tidak ada alasan yang kuat. Terhadap
operasi yang diharamkan sesuai dengan batasan
hukum Islam, maka semua orang yang terlibat
langsung dalam operasi penggantian kelamin
termasuk menanggung dosa , termasuk dokter dan
orang-orang yang memberi fasilitas terhadap
terlaksananya operasi.

Anda mungkin juga menyukai