Anda di halaman 1dari 14

PA N C A S I L A S E B A G A I

DASAR NILAI
PENGEMBANGAN
I L M U P E N G E TA H U A N

  1 . I N D R I A N A N U R U L H A S S A N A H ( C 1 0 0 2 2 0 1 6 5 )

2 . L A I L A A R I F A H H A R Y A N T O ( C 1 0 0 2 2 0 1 8 5 )

3 . M A R C H I K O N A U F A L   J U S T I C I O
( C 1 0 0 2 2 0 1 9 6 )

4 . P A N D U F I R M A N S Y A H ( C 1 0 0 2 2 0 2 0 0 )

5 . G U S K A M A U L I N D A ( C 1 0 0 2 2 0 2 0 5 )

6 . A D A M A D I B M A H E N D R A ( C 1 0 0 2 2 0 2 0 6 )

7 . M A U L A N A E R W A N S Y A H ( C 1 0 0 2 2 0 2 1 1
INTRODUKSI

 Ø Materi “Pancasila  sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan” pada bab ini
memfokuskan kajian mengenai nilai-nilai Pancasila yang tidak hanya menjadi pedoman dalam
bertindak dimasyarakat, namun juga harus menjadi dasar dalam bidang keilmuwan dan profesi.
Mahasiswa dapat dikatakan menguasai materi pada bab IX tercermin pada terpenuhinya capaian
pembelajaran sebagaiman berikut ini.
• 1. Mampu mendekrispsikan kedudukan Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan
• 2.Mampu mendeskripsikan keterkaitan antara Pancasila dengan bidang ilmu yang ada di
perguruan tinggi
• 3.Mampu mendeskripsikan implementasi hidup ber-Pancasila sesuai dengan bidang ilmu
A S U PA N

• Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai terapannya telah merambah berbagai bidang kehidupan manusia secara ekstensif dan
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia secara intensif, termasuk merubah pola pikir dan budaya manusia (Iriyanto,
2005). Dampak dari perubahan yang terjadi, terutama yang negative seperti kemajuan teknologi pada tumbuh dan kembang
dimensi psikologis anak yang menjadikan mereka lebih individualis di tengah kebutuhan mengenali lingkungan sosialnya, telah
menjadikan reorientasi pengembangan ilmu pengetahuan menjadi penting.
• Wacana Pancasila sebagai sumber pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menggambarkan Pancasila sebagai suatu
sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimulai dari :
1) ilmu pengetahuan dalam perspektif historis,
2) komponen-komponen dalam sistem ilmu pengetahuan, 
3) pilar-pilar penyangga eksistensi ilmu pengetahuan, 
4) prinsip-prinsip berfikir ilmiah,
5) Pancasila sebagai dasar bagi pilar-pilar penyangga eksistensi ilmu pengetahuan.
1 . I L M U P E N G E TA H U A N D A L A M
PERSEPEKTIF HISTORIS
• ØAristoteles membagi pembidangan ilmu menjadi ilmu pengetahuan poietis (terapan), ilmu pengetahuan praktis (etika, politik), dan ilmu
pengetahuan teoretik (ilmu alam, ilmu pasti, dan filsafat pertama atau kemudian disebut metafisika).Namun, perlu dicatat bahwa ilmu
pengetahuan yang dibangun filsuf Yunani bersifat spekulatif, karena murni hasil olah pikir (dikenal dengan pola berpikir deduktif) dan belum
diuji secara empiris (M. Kartanegara, 2002: 66).Memasuki Abad Tengah (abad ke-5 M) pasca Aristoteles filsafat Yunani Kuno menjadi ajaran
praksis yaitu sebagaimana diajarkan oleh Stoa, Epicuri, dan Plotinus.Termotivasi oleh nilai-nilai Islam, para ilmuwan Muslim mengenalkan
sumber pengetahuan baru, tidak saja empiri (alam dan manusia), namun juga wahyu (teks ajaran) yang ketika digunakan sebagai sumber
pengetahuan untuk memahami Islam sebagai system of religion (hubungan manusia dengan Tuhannya—aqidah dan ibadah) telah melahirkan,
misalnya, Ilmu Kalam dan Ilmu Fikih.Beberapa nama ilmuwan yang namanya relatif abadi sampai sekarang karena kontribusi ilmunya adalah
Jabir ibn Hayyan (721-815 M), bapak Ilmu Kimia; Al-Khawârijmî (780-850 M), bapak Aljabar dan logaritma diambil dari namanya Algorithm
(versi bahasa Latin); Ibn Al-Haytsâm (965-1040), matematikawan dan ahli astronomi yang lebih dikenal dengan bapak Ilmu Optik dan perintis
metode ilmiah dengan delapan langkah yang dikenal sekarang; Ibn Sînâ (980-1037), bapak Ilmu Kedokteran dan Ilmu Farmasi; dan Abu Al-
Qâsim al-Zahrâwî (936-1013), bapak pembedahan modern; dan Ibn Khaldun (1332-1406), bapak Filsafat Sejarah dan bapak Ilmu al-`Umrân
(Sosiologi dan Antropologi).Prestasi ilmuwan Muslim di abad pertengahan telah menginspirasi dan menjadi landasan bagi lahirnya Abad
Modern (abad ke-18-19 M) di Barat yang dipelopori oleh gerakan Renaissance di abad ke-15 dan dimatangkan oleh gerakan Aufklaerung di
abad ke-18, dan melalui langkah-langkah revolusionernya filsafat dan ilmu pengetahuan memasuki tahap baru atau modern.
• ØBeberapa nama ilmuwan yang namanya relatif abadi sampai sekarang karena
kontribusi ilmunya adalah Jabir ibn Hayyan (721-815 M), bapak Ilmu Kimia; Al-
Khawârijmî (780-850 M), bapak Aljabar dan logaritma diambil dari namanya
Algorithm (versi bahasa Latin); Ibn Al-Haytsâm (965-1040), matematikawan dan
ahli astronomi yang lebih dikenal dengan bapak Ilmu Optik dan perintis metode
ilmiah dengan delapan langkah yang dikenal sekarang; Ibn Sînâ (980-1037), bapak
Ilmu Kedokteran dan Ilmu Farmasi; dan Abu Al-Qâsim al-Zahrâwî (936-1013),
bapak pembedahan modern; dan Ibn Khaldun (1332-1406), bapak Filsafat Sejarah
dan bapak Ilmu al-`Umrân (Sosiologi dan Antropologi).Prestasi ilmuwan Muslim di
abad pertengahan telah menginspirasi dan menjadi landasan bagi lahirnya Abad
Modern (abad ke-18-19 M) di Barat yang dipelopori oleh gerakan Renaissance di
abad ke-15 dan dimatangkan oleh gerakan Aufklaerung di abad ke-18, dan melalui
langkah-langkah revolusionernya filsafat dan ilmu pengetahuan memasuki tahap
baru atau modern
• ØIlmu pengetahuan merupakan salah satu pilar penting dalam membangun
peradaban manusia. Tidak ada kemajuan suatu peradaban tanpa kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai terapannya. Padahal kemampuan literasi
pelajar Indonesia (mencakup kemampuan membaca, kemampuan
penguasaanmatematika dan sains), sebagai salah satu prasyarat penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, berada pada peringkat 62 hasil tes PISA (Program for
International Student Assesment) dari 72 negara yang dilakukan OECD
(Organization for Economic Cooperation and Development) pada 2015. Melihat
realita ini, mahasiswa diharapat dapat terpacu untuk lebih giat lagi untuk
membaca sebagai syarat penguasaan ilmu serta mampu menerapkan ilmu yang
telah didapat di bangku perkuliahan dalam kehidupan sehari-hari yang
berlandaskan nilai-nilai Pancasila. 
2 . B E B E R A PA A S P E K P E N T I N G
D A L A M I L M U P E N G E TA H U A N
• ØDikonstatasikan bahwa ilmu pengetahuan itu mengandung dua aspek yaitu aspek fenomenal
dan aspek struktural. Aspek fenomenal menunjukan bahwa ilmu pengetahuan mewujud dalam
bentuk masyarakat, proses, dan produk. Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu
pengetahuan di dalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
• A.Sasaran yang dijadikan objek c. untuk diketahui (Gegenstand).
• B. Objek sasaran ini terus-menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu tanpa
mengenal titik henti.
• C.Ada alasan dan motivasi mengapa gegenstand itu terus- menerus dipertanyakan.
• D.Jawaban-jawaban yang diperoleh kemudian disusun dalam suatu kesatuan sistem.
• ØCiri khas yang terkandung dalam ilmu pengetahuan adalah rasional,
antroposentris, dan cenderung sekuler, dengan suatu etos kebebasan (akademis
dan mimbar akademis). Positif dalam arti kemajuan ilmu pengetahuan telah
mendorong kehidupan manusia ke suatu kemajuan (progress, improvement)
dengan teknologi yang dikembangkan dan telah menghasilkan kemudahan-
kemudahan yang semakin canggih bagi upaya manusia untuk meningkatkan
kemakmuran hidupnya secara fisik-material. Negatif dalam arti ilmu pengetahuan
telah mendorong berkembangnya arogansi ilmiah dengan menjauhi nilai-nilai
agama, etika, yang akibatnya dapat menghancurkan.
3 . P I L A R - P I L A R P E N YA N G G A
BAGI EKSISTENSI ILMU
P E N G E TA H U A N
• ØKekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya yaitu pilar
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar
filosofis keilmuan. Ketiganya berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat
integratif serta prerequisite (saling mempersyaratkan). Pengembangan ilmu selalu
dihadapkan pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
• •A. Pilar ontologi (ontology). Pilar ini selalu menyangkut problematika tentang
keberadaan (eksistensi) yang terkait dengan aspek kuantitas dan kualitas.
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi,
dasar-dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan
multidisipliner. 
• •B. Pilar epistemologi (epistemology). Pilar ini selalu menyangkut problematika
tentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara memperoleh kebenaran,
kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem, prosedur,
hingga strategi.
• •C. Pilar aksiologi (axiology). Pilar ini selalu berkaitan dengan problematika
pertimbangan nilai (etis, moral, religius) dalam setiap penemuan, pengembangan
atau penerapan ilmu.
4. PRINSIP-PRINSIP BERPIKIR
ILMIAH
• A. Objektif 
• Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor subjektif (misal: perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan, otoritas).
• B. Rasional
• Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang lain. Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan
otoritas. 
• C. Logis
• Berfikir dengan menggunakan azas logika/runtut/ konsisten, implikatif. Tidak mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap pemikiran
logis selalu rasional, begitu sebaliknya yang rasional pasti logis. 
• D. Metodelogis
•   Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas dalam setiap berfikir dan  bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik,
intuitif).
• E. Sistematis
•    Setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan langkah prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain, serta memiliki target dan
arah tujuan yang jelas.
5 . N I L A I - N I L A I D A S A R PA N C A S I L A B A G I
S T R AT E G I P E N G E M B A N G A N I L M U
PENGETHAUAN DAN TEKNOLOGI
• Øpengertian nilai dasar menggabarkan pancasila sebagai nilai dasar, pancasila
mengandung  dimensi ontologis,epistemologis, dan aksiologis.
• pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa bereorintasi
pada nilai nilai pancasila. peran nilai nilai dalam setiap sila dalam pancasila
adalah sebagai berikut
• A.Sila ketuhanan yang maha esa: melengkapi ilmu pengetaguan menciptakan
perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal.
• B.Sila kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah pada dan
mengendalikan perkembangan ilmu pengetahuan. ilmu di kembalikan pada
fungsinya semula  yaitu untuk kemanusiaan.
• C.Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme dalam sila
sila yang lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan subsistem.
• D.Sila Kerakyatan yang di pimpin oleh hikman kebijakan dalam
permusyawarahan perwakilan: mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa.Eksperimentasi penerapan dan
penyebaran ilmu pengetahuan harus demokrasi dapat di musyawarahkan secara
perwakilan sejak dari kebijakan,penelitian sampai penerapan massal.

Anda mungkin juga menyukai