Anda di halaman 1dari 58

BAB I

SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU


YANG MENGKAJI
HUBUNGAN MASYARAKAT
A. Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sosiologi merupakan ihtiar manusia untuk menemukan hukum-


hukum yang mengatur gejala-gejala social. Usaha ini pertama
kali dirintis oleh Auguste Comte pada abad 19, dalam bukunya
yang berjudul Course of Positive Philosophy (1844).
Menurut Comte, perkembangan akal budi merupakan sebab
utama terjadinya perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Tiga tahap perkembangan akal budi menurut Comte :
- Tahap Teologis
Suatu tahap di mana manusia memandang gejala alam
diakibatkan oleh roh, dewa atau Tuhan, sehingga mereka
menggunakan gagasan keagamaan untuk menerangkan setiap
gejala alam.
- Tahap Metafisik
Ditandai oleh suatu kepercayaan akan hukum-hukum
alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal
budi. Akan tetapi tahap ini tidak menghasilkan
pengetahuan baru karena hanya menunjukkan
pergeseran cara berpikir yang sebelumnya konkret
menjadi abstrak.
- Tahap Positif
Merupakan puncak perkembangan masyarakat yang
ditandai oleh berkembangnya ilmu pengetahuan ini
dibangun melalui penelitian dan data empiris yang
berguna dalam menemukan hukum-hukum universal.
B. Pengertian
Secara etimologis, sosiologi berasal dari bahasa
latin, yaitu socius = teman atau kawan, dan logos =
kata, ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu tentang hubungan
antar teman atau kawan. Secara lebih luas, sosilogi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi
sosial dalam masyarakat.
Menurut Comte, sosiologi merupakan studi
sistematis mengenai masyarakat manusia yang terdiri
dari dua bagian :
- Sosiologi statis, mempelajari hukum-hukum yang
menjadi dasar keberadaan masyarakat.
- Sosiologi dinamis, mempelajari perubahan yang terjadi
dalam masyarakat.
C. Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Ciri-cirinya :
1. Bersifat empiris, didasarkan pada observasi terhadap
kenyataan dan akal sehat dan hasilnya tidak bersifat
spekulatif (menduga-duga)
2. Bersifat teoritis, selalu berusaha menyusun abstraksi
dari hasil-hasil pengamatan. Abstraksi merupakan
kerangka fakta-fakta yang tersusun secara logis dan
bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan
teori.
3. Bersifat kumulatif, dibentuk berdasarkan teori-teori
yang sudah ada, dalam arti memperbaiki,
memperluas, dan memperhalus teori yang sudah ada.
4. Bersifat nonetis, tidak mempersoalkan baik buruknya
suatu fakta tertentu, tetapi tujuannya untuk
menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
D. Sifat Hakekat Sosiologi
1. Termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial yang obyeknya
adalah masyarakat.
2. Bukan disiplin ilmu yang normatif, tetapi kategoris.
Sosilogi hanya membatasi apa yang terjadi dewasa ini
dan bukan apa yang seharusnya terjadi.
3. Merupakan ilmu murni dan bukan ilmu terapan yang
bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan secara
teoritis.
4. Merupakan ilmu penegtahuan yang abstrak dan bukan
yang konkrit, dimana yang diperhatikan adalah
bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat, bukan
wujudnya yang konkrit.
5. Merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan
rasional.
E. Tujuan dan Kegunaan Mempelajari Sosiologi

1. Tujuan mempelajari sosiologi


Adalah untuk meningkatkan pemahaman
terhadap ciri-ciri dan sifat-sifat masyarakat
serta meningkatkan daya adaptasi diri dengan
lingkungan hidupnya, terutama lingkungan
sosial dan budayanya. Caranya adalah dengan
mengembangkan pengetahuan yang obyektif
mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang
bisa digunakan untuk mengatasi masalah-
masalah sosial.
2. Kegunaan mempelajari sosiologi
 Dapat dijadikan alat dan sarana untuk
memahami masyarakat tertentu.
 Sebagai alat untuk memahami struktur sosial,
pola-pola interaksi, dan stratifikasi sosial.
 Hasil studi sosiologi terhadap kondisi
masyarakat dapat digunakan sebagai dasar
untuk menetapkan suatu kebijakan, baik
kebijakan pemerintah maupun perusahaan.
 Hasil kajian sosiologi dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk memecahkan masalah
sosial.
 Data-data masyarakat dapat membantu
kegiatan pembangunan dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai evaluasi hasil-hasilnya.
F. Objek Kajian Sosiologi
 Auguste Comte
Masyarakat merupakan kelompok makhluk hidup
dengan realitas-realitas baru yang berkembang
menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang
menurut pola perkembangannya sendiri.

Ciri-ciri masyarakat menurut Soerjono Soekanto :


a. Manusia yang hidup bersama secara teoritis sekurang-
kurangnya terdiri atas dua orang.
b. Bercampur atau bergaul untuk waktu yang cukup
lama.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu
kesatuan.
d. Merupakan satu sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena
merasa dirinya terkait satu dengan lainnya.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
H. Metode Sosiologi

Sosiologi sebagai metode artinya cara-cara


kerja yang sistematis, logis, dan analitis dalam
mempelajari masyarakat, membuat perencanaan
social maupun pemecahan masalah sosial.

Paul B. Horton, teknik riset dalam sosiologi


diantaranya :
a. Study cross-sectional dan longitudinal
Study cross-sectional adalah suatu pengamatan yang
meliputi suatu daerah yang luas dan dalam jangka
waktu tertentu. Study longitudinal adalah studi yang
berlangsung sepanjang waktu yang menggambarkan
suatu kecenderungan atau serangkaian pengamatan
sebelum dan sesudahnya.
b. Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan.
Dalam penelitian eksperimen laboratorium, subyek
orang dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian diberi
pengalaman sesuai keinginan peneliti kemudian dicatat
dan ditarik kesimpulan. Eksperimen lapangan adalah
pengamatan yang dilakukan di luar laboratorium dimana
peneliti memberikan pengalaman baru kepada obyek
secara umum kemudian diamati hasilnya.
c. Penelitian pengamatan
Hampir sama dengan eksperimen, tetapi dalam
penelitian ini kita tidak mempengaruhi terjadinya suatu
kejadian.

Soerjono Soekanto, pada dasarnya ada dua metode


dalam sosiologi :
1. Metode Kualitatif
Mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar
diukur dengan angka-angka atau ukuran-ukuran
matematis, meskipun kejadian itu nyata dalam
masyarakat.
Yang termasuk metode kualitatif adalah :
a. Metode historis
Metode pengamatan yang menganalisa peristiwa peristiwa
dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
b. Metode Komparatif
Mementingkan perbandingan antara macam-macam
masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh
perbedaan dan persamaan serta sebab-sebabnya, guna
mendapatkan petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada
masa silam dan masa sekarang.
c. Metode studi kasus (case study)
Studi kasus dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan,
kelompok, masyarakat setempat, lembaga, maupun individu.
Alat-alay yang dipergunakan dalam studi kasus adalah,
- Wawancara (interview)
- Daftar pertanyaan (questionnaires)
- Participant observer technique.
2. Metode Kuantitatif
Mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan
angka-angka, sehingga gejala yang diteliti dapat
diukur dengan mempergunakan skala, tabel, dan
formula yang semuanya sedikit banyak menggunakan
ilmu pasti atau matematika.
yang termasuk jenis metode kuantitatif adalah
metode statistik yang bertujuan menelaah gejala
sosial secara matematis.

Metode statistik menggunakan tiga landasan kerja, yaitu :


a. Variasi, bahwa seorang peneliti selalu menghadapi
gejala yang bermacam-macam.
b. Reduksi, memberi kesempatan pada peneliti untuk
meneliti hanya sebagian dari seluruh gejala (populasi)
yang ada, yaitu dengan metode sampling.
c. Generalisasi, kesimpulan yang diperoleh dikenakan
pada seluruh populasi yang ada.
Selain metode-metode di atas, ada beberapa metode
yang lain :
1. Metode deduktif
2. Metode induktif
3. Metode empiris
4. Metode rasional
5. Metode fungsional
I. Konsep-konsep tentang Realitas Sosial
1. Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang terdiri dari
suami, istri dan anak-anak mereka, yang dibentuk melalui
pernikahan untuk mewujudkan kehidupan bersama.
Fungsi keluarga :
- Pemenuhan kebutuhan biologis dan emosional serta
menghasilkan keturunan.
- Fungsi pendidikan
- Fungsi ekonomi
- Fungsi kontrol sosial
2. Kekerabatan
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri atas beberapa
keluarga yang mempunyai hubungan darah secara vertikal maupun
horizontal atau karena akibat perkawinan. Macam-macam sistem
kekerabatan antara lain :
- Bilateral atau parental
- Patrilineal
- Matrilineal
- Ambilineal
3. Perkumpulan atau asosiasi
Perkumpulah adalah kesatuan sosial yang dilandasi oleh adanya
kesamaan kepentingan. Perkum[ulan atau asosiasi memiliki ciri :
a. Merupakan kelompok sekunder (association) berdasarkan
asas kepentingan antar anggota dalam perkumpulan tersebut.
b. Sifat kemasyarakatan adalah gesellschaft

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
c. Hubungan solidaritas antar individu bersifat solidarite
organique (solidariotes semu), dan hubungan dalam
kelompok adalah solidarite mechanique (solidaritas
alami) yang terjadi secara otomatis. (E. Durkheim)
d. Hubungan pergaulan dalam perkumpulan adalah
hubungan contraktual (berdasarkan kontrak), sedang
hubungan dalam kelompok adalah hubungan familistic
(kekeluargaan). (P. Sorokin)
e. Dasar organisasi dalam perkumpulan adalah organisasi
buatan dan pimpinan berdasarkan wewenang dan
hukum, bukan berdasarkan kewibawaan dan karisma.

4. Masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah individu yang telah relatif
lama tinggal pada suatu lokasi tertentu dimana mereka
saling berinteraksi dan memiliki aturan-aturan (pranata
sosial) yang ditaati oleh warganya.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
5. Suku Bangsa
Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa adalah
suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
identitas akan kesatuan kebudayaan.
Ciri-ciri mendasar yang membedakan suku bangsa :
a. Bahasa daerah
b. Adat istiadat
c. Sistem kekerabatan
d. Ciri-ciri badaniah atau fisik
e. Kesenian daerah
f. Bangsa dan negara
Bangsa adalah kesatuan hidup dari sejumlah besar
orang yang heterogen yang memiliki kesamaan asal
keturunan, adat, bahasa, sejarah, dan cita-cita bersama
serta berpemerintahan sendiri.

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
J. Masalah Sosial

Masalah sosial adalah gejala-gejala


sosial yang tidak sesuai antara apa yang
diinginkan dengan apa yang telah terjadi.
Soerjono Soekanto membedakan masalah
sosial menjadi empat :
1. Faktor ekonomis, misalnya kemiskinan,
pengangguran.
2. Faktor biologis, misalnya penyakit menular
3. Faktor psikologis, misalnya penyakit saraf,
bunuh diri, stress.
4. Faktor kebudayaan, misalnya perceraian,
pencurian, kenakalan remaja, konflik ras.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
BAB II

NORMA DAN NILAI SOSIAL

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
A. Pengertian Norma dan Nilai Sosial
1. Norma
Norma adalah aturan-aturan yang berlaku dalam
masyarakat disertai dengan sanki atau ancaman apabila
tidak melakukannya.
Terdapat empat pengertian norma, yaitu :
a. Cara (Usage)
Lebih terlihat pada hubungan antar individu dalam
masyarakat.
b. Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang dalam bentuk yang sama.
c. Tata kelakuan (Mores)
Kebiasaan yang sudah diterima sebagai norma yang
mengatur perilaku warga masyarakat.
d. Adat istiadat (Custom)
adat
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA istiadat
N 4 Mgl adalah tata kelakuan
27 Juli
2009 yang kekal serta
kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat.
2. Jenis-jenis Norma Sosial
a. Norma Kelaziman
Tata aturan seseorang atau kelompok dalam melakukan
suatu kegiatan yang didasarkan pada tradisi dan
kebiasaan.
b. Norma Kesusilaan
Suatu aturan yang kaitannya dengan keyakinan agama,
sanksi bagi yang melanggar norma ini adalah
mendapatkan gunjingan, sindiran, ejekan, bahkan dapat
dikucilkan dari masyarakat.
c. Norma Agama
Mengandung peraturan-peraturan sesuai dengan agama
atau kepercayaan yang dianut oleh seseorang atau
masyarakat.
d. Norma Hukum
Merupakan tata aturan yang paling tegas sanksi dan
hukumannya.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
3. Sumber-sumber Norma
a. Ajaran-ajaran agama
b. Hukum negara yang berlaku
c. Adat istiadat
d. Nilai-nilai kemanusiaan, misalnya tidak boleh
melanggar HAM.
e. Praktik kehidupan bermasyarakat yang sudah
melembaga, norma pendidikan, norma ekonomi
dan sebagainya.

4. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah pandangan dan sikap yang
diterima oleh masyarakat yang dijadikan dasar
dalam menentukan apa yang baik dan bernilai
atau berharga.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Menurut Notonegoro, nilai terdiri atas :
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
manusia.
b. Nilai vital, segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat mengadakan kegiatan dan aktivitas, dan
berfungsi untuk memelihara kehidupan.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi rohani manusia. Dibedakan menjadi empat
macam :
- Nilai kebenaran yang bersumber pada akal manusia
(rasio, budi, dan cipta)
- Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa
indah manusia.
- Nilai kebaikan atau moral, yang bersumber pada
unsur kodrat manusia (karsa dan etika).
- Nilai religius, yang merupakan nilai ketuhanan yang
tertinggi dan mutlak, bersumber pada
kepercayaan atau keyakinan manusia (agama).
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
5. Sanksi
Sanksi adalah mekanisme sosial yang mengatur
pemberian penghargaan dan hukum yang diberlakukan
kepada individu-individu agar tetap mencegah
terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang hingga
sekecil mungkin
Ada dua jenis sanksi, yaitu :
a. Sanksi positif adalah penghargaan-penghargaan
yang memuaskan masyarakat sehingga mendorong
untuk bekerja keras demi tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan masyarakat.
b. Sanksi negatif, digunakan ketika tertihat tanda-
tanda bahwa anggota masyarakat mungkin atau telah
melanggar tuntutan-tuntutan yang telah ditetapkan
masyarakat, dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan pada masa yang akan
datang.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
B. Fungsi Norma dan Nilai Sosial
1. Fungsi Norma Sosial
a. Merupakan faktor perilaku dalam suatu keLompok
tertentu yang memungkinkan seseorang untuk
menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya
akan dinilai orang tam.
Misalnya, anak yang mentaati norma keluarga
akan mendapat pujian, dan yang melanggar
mendapat sanksi.
b. Merupakan aturan dan untuk mendorong seseorang
atau kelompok dalam masyarakat mencapai
nilai- nilai sosial.
Misalnya adat sopan santun pada orang tua
dalam berbicara dan tidak bersikap seenaknya.
c. Merupakan aturan yang tumbuh dan hidup dalam
masyarakat sebagai unsur pengikat dan pengendali
manusia dalam hidup bermasyarakat.
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
27 Juli
2009
2. Fungsi Nilai Sosial
a. Sebagai seperangkat alat yang siap pakai untuk
menetapkan harga sosial diri pribadi dan kelompok.
b. Sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan daya
pengikat tertentu. Nilai itu mendorong, menuntun, dan
terkadang menekan manusia untuk berbuat baik.
c. Sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok
masyarakat
d. Sebagai arah dalam berpikir dan bertingkah laku
secara ideaL dalam sejumlah masyarakat, karena
anggota masyarakat selalu dapat melihat cara
bertindak dan bertingkah laku yang baik.
e. Menjadi tujuan akhir bagi manusia dalam memenuhi
peranan-peranan sosialnya. Nilai menciptakan minat
dan memberi semangat untuk mewujudkan apa yang
diminta dan diharapkan oleh peranannya menuju
tercapainya cita-cita.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
C. Ciri-ciri NIlai Sosial

Nilai sosial dalam masyarakat memilki ciri-ciri sebagi


berikut :
a. Nilai sosial merupakan konstruksi masyarakat yang
tercipta melalui interaksi antar anggota masyarakat
b. Nilai sosial memuaskan manusia dan mengambil
bagian dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosial
c. Nilai sosial dapat membantu masyarakat agar dapat
berfungsi dengan baik, jika tanpa nilai masyarakat
akan menjadi kacau.
d. Nilai sosial yang menyusun sistem nilai untuk
diteruskan dan ditularkan di antara anggota
masyarakat.
e. Nilai sosial dapat dipelajari dan dicapai serta bukan
bawaan sejak lahir
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
f. Nilai sosial cenderung berkaitan dengan yang
lain melalui komunikasi untuk membentuk
pola-pola dan sistem nilai masyarakat
g. Sistem-sistem nilai sosial bervariasi, antara
kebudayaan satu dan yang lain sesuai dengan
penilaian oleh setiap pola aktivitasnya
h. Sistem nilai sosiai dapat mempunyai efek yang
berbeda terhadap orang dalam masyarakat
sebagai kese!uruhan.
i. Nilai sosial dapat mempengaruhi emosi.
j. Nilai sosial dapat mempengaruhi
perkembangan pribadi dalam masyarakat,
baik secara positif maupun negatif.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
D. Perbedaan Nilai dan Norma Sosial
Perbedaan nilai dan norma sosial
a. Pada hakikatnya nilai dan norma itu sama, tetapi
nilai tidak mempunyai sanksi yang jelas.
b. Nilai sosial merupakan sesuatu yang baik sehingga
perlu dijaga dan dipelihara. Agar dapat menjaga dan
memelihara nilai dengan baik, maka diperlukan
norma.
c. Nilai sosial merupakan sikap dan perasaan-perasaan
yang diperhatikan oleh perseorangan, kelompok, dan
masyarakat secara keseluruhan tentang baik, buruk,
benar, salah, suka, duka, dan sebagainya baik
terhadap objek material maupun nonmaterial.
d. Norma merupakan aturan-aturan yang disertai sanksi
jika dilanggar. Sanksi dimaksudkan untuk mendorong
bahkan menekan orang, kelompok, atau masyarakat
secara keseluruhan untuk mencapai nilai-nilai sosial
yang ideal tersebut.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
BAB III
INTERAKSI SOSIAL DALAM
DINAMIKA SOSIAL BUDAYA

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
A. Pendahuluan
Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati
suatu wilayah tertentu yang secara langsung atau
tidak langsung saling berhubungan untuk memenuhi
kebutuhannya yang terikat oleh suatu sistem sosial
melalui perasaan solidaritas dengan dilatarbelakangi
adanya persamaan sejarah, politik, dan kebudayaan.

Ciri-ciri masyarakat menurut Soerjono Soekanto


a. Manusia yang hidup bersama secara teoritis sekurang-
kurangnya terdiri atas dua orang.
b. Bercampur atau bergaul untuk waktu yang cukup
lama.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu
kesatuan.
d. Merupakan satu sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena
27 Juli
merasa dirinya terkait satu dengan lainnya.
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Ciri-ciri interaksi social :
a. Cenderung bersifat positif
b. Menghasilkan penyesuaian diri bagi para
pelakunya.
c. Berpedoman atau mengacu pada kaidah dan
norma yang berlaku.

Sementara menurut Charies E. Loomis, ciri pokok


interaksi sosial ada empat, yaitu :
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu.
b. Ada komunikasi dua arah antar pelakunya.
c. Ada. dimensi waktu.
d. Ada tujuan tertentu yang ingin dicapai.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Parson juga menyatakan bahwa terdapat dua macam
orientasi dalam tindakan dan interaksi sosial :
a. Orientasi motivasional, yaitu orientasi yang bersifat
pribadi yang menunjuk pada keinginan individu yang
bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Orientasi nilai-nilai yang bersifat sosial, yaitu
orientasi yang menunjuk pada standar-standar
normatif (baik-buruk) dalam wujud agama atau tradisi
setempat.

Tipe-tipe Tindakan Sosial


a. Tindakan Rasional Instrumen
Tindakan yang diLakukan dengan memperhitungkan
kesesuaian antara cara dan tujuan. Pelaku
memperhitungkan efisiensi dan efektifitas dari
sejumlah pilihan tindakan, misalnya : tindakan
memilih jurusan di SMA dengan mempertimbangkan
bakat, minat, dan cita-cita.
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
27 Juli
2009
b. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai
tindakan-tindakan yang berkaitan dengan nilai-nilai
dasar dalam masyarakat, sehingga pelaku tidak lagi
mempermasalhkan tujuan dan tindakan. Individu
mempertimbangkan alat atau cara untuk mencapai
nilai-nilai itu, tetapi nilai-nilai itu sendiri sudah ada.
Misalnya, religius.
c. Tindakan Tradisional
Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan
rasional, dilaksanakan berdasarkan pertimbangan
kebiasaan dan adat istiadat. Misalnya, upacara-upacara
adat yang sudah dilaksanakan secara turun temurun
d. Tindakan Efektif
Ditandai oleh dominasi perasaaan atau emosi tanpa
ditandasi perhitungan atau pertimbangan yang matang.
Misalnya cinta, kemarahan, ketakutan atau
kegembiraan yang diungkapkan secara spontan tanpa
refleksi.
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
27 Juli
2009
C. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi dua
syarat, yaitu :
1. Adanya kontak sosial (sosial contact)
berasal dari bahsa latin cum atau con yang berarti
bersama-sama dan rangere yang berarti menyentuh.
Kontak sosial merupakan aksi individu atau kelompok
dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagai si
pelaku dan penerima, dan si penerima membalas aksi
itu dengan reaksi.

Macam-macam kontak sosial


 Menurut bagaimana caranya phak yang berkomunikasi
mengadakan kontak sosial :
a. Kontak sosial langsung, melalui tatap muka atau
telpon.
b. Kontak sosial tidak langsung, melalui perantara
pihak ketiga. 27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
 Menurut bentuknya :
a. Antara individu dengan individu, misal tindakan
mempelajari kebiasan keluarga.
b. Anatara individu dengan kelompok, misalnya guru
dengan siswa di kelas.
c. Anatara kelompok dengan kelompok, misalnya
pertandingan sepak bola.
 Menurut sifatnya :
a. Kontak positif, mengarah pada suatu kerja sama.
Misalnya hubungan penjual dan pembeli.
b. Kontak negative, mengarah pada pertentangan.
Misalnya penyerbuan AS ke Irak.
 Menurut prosesnya :
a. Kontak primer, hubungan diadakan secara langsung
dan berhadapan dengan muka. Misalnya, A bertemu
B kemudian berjabat tangan, saling tersenyum, dan
berbincang-bincang.
b. Kotak sekunder, memerlukan perantara atau media.
Misalnya, melalui televisi, telepon, telegraf atau
radio.
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
27 Juli
2009
 Menurut bahasanya :
a. Verbal atau gestural, terjadi melalui saling menyapa,
saling berbicara.
b. Nonverbal atau nongestural, tidak mempergunakan
kata-kata atau bahasa melainkan dengan isyarat.
Misalnya kedipan mata, lambaian tangan.

2. Komunikasi (communication)
Proses penyampaikan pesan/ide/keingainan dari satu
pihak kepada pihak lain sehingga terjadi pengertian
bersama. Dengan adanya komunikasi seseorang dapat
memberikan tafsiran pada perilaku orag lain yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap
mengenai perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
D. Faktor Yang Mendorong Terjadinya Interaksi Sosial

1. Imitasi
Tindakan sosial meniru sikap, tindakan,
tingkah laku, atau penampilan seseorang.
a. Imitasi positif, apabila mendorong
seseorang untuk melakukan dan memenuhi
kaidah-kaidah yang berlaku. Misalnya,
mencontoh pembangunan tata kota dari
negara lain untuk menanggulangi banjir.
b. Imitasi negatif, apabila mengakibatkan
terjadinya hal-hal yang bertentangan
dengan norma dan kaidah serta
melemahkan daya kreasi seseorang.
Misalnya, kebiasaan minum miras,
penggunaan narkoba, pergaulan bebas.
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
2. Sugesti
Pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak ke pihak lain
akibatnya seseorang akan tergerak untuk mengikuti pengaruh atau
pandangan itu secara sadar atau tidak sadar tanpa pikir panjang.

3. Identifikasi
Kecenderungan atau keinginan seseorang sama dengan orang lain,
dan proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya atau
dengan disengaja.

4. Simpati
Suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain,
dan dalam proses ini seseorang memegang peranan penting.

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
E. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
1. Proses Asosiatif (Association Processes)
Ini adalah bentuk paling umum dan diinginkan oleh banyak pihak,
karena setiap orang atau kelompok memiliki kecenderungan
untuk hidup bersama, berkumpul, dan bekerja sama untuk
memenuhi keutuhannya.

a. Kerja sama
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
untuk mencapai tujuan bersama.

Faktor-faktor yang mendorong kerjasama :


 Adanya keuntungan pribadi
 Tujuan bersama
 Kewajiban situasional, misalnya membela tanah air
 Motif-motif untuk mendorong orang lain
 Keinginan untuk mencapai hasil yang lebih besar.
 Adanya musuh bersama 27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Bentuk kerjasama
 Kerukunan, menckup gotong royong, tolong menolong
 Bergaining, pelaksanaan perjanjian mengenai
pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau
lebih
 Kooptasi (cooptation), suatu proses peneriman unsur-
unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
politik pada suatu organisasi untuk menghindari
keguncangan dalam tabilitas organisasi yang
bersangkutan
 Koalisi (coalition), kombinasi antara dua organisasi atau
lebih yang mempunyai tujuan yang sama
 Joint-venture, kerjasama perusahaan dalam proyek
tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan
batu bara, perfilman dan lain-lain

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara
untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan
tidak kehilangan kepribadiannya
Tujuan Akomodasi
 Mengurangi pertentangan antar individu atau
kelompok sebagai akibat perbedaan paham atau
pendapat.
 Mencegah suatu pertentangan untuk sementara
waktu
 Memungkinkan terjadinya kerjasama
antarkelompok social yang hidupnya terpisah
akibat faktor-faktor social, psikologis, dan
kebudayaan, seperti sistem kasta
 Mengusahakan peleburan antarkelompok sosial
yang terpisah, misalnya melalui perkawinan
campuran atau asimilasi dalam arti luas
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Bentuk-bentuk Akomodasi

 Koersi (Coercion), bentuk akomodasi yang


prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan,
dimana salah satu pihak berada dalam keadaan
yang lemah atau terjadi penguasaan (dominasi)
suatu kelompok tas kelompok lain. Misalnya, pada
kasus perbudaan, pemerintahan totliter.
 Kompromi (compromise), bentuk akomodasi
dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi
tuntutannya, agar tercapai penyelesaian terhadap
perselisihan mereka. Misalnya, traktat antara
beberapa negara, akomodasi dari beberapa parpol

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
 Arbitrasi (Arbitration), bentuk akomodasi apabila
pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai
kompromi sendiri, pertentangan diselesaikan oleh pihak
ketiga yang dipilih oleh kedua pihak atau oleh suatu
badan yang berkedudukan lebih tinggi. Misalnya,
pertentangan antara karyawan dan pengusaha
diselesaikan oleh Depnaker
 Mediasi (Mediation), hampir sama dengan arbitrasi.
Pada mediasi, kedudukan pihak ketiga hanya sebagai
penasehat saja, tidak memiliki wewenang untuk
memberi keputusan penyelesaikan perselisihan
tersebut. Misalnya, mediasi pemerintah RI untuk
mendamaikan faksi-faksi yang berselisih di Kamboja.
 Konsiliasi (Conciliation), suatu usaha untuk
mempertemukan keinginan-keingingan pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Misalnya, adanya panitia tetap untuk menyelesaikan
persoalan perburuhan, diman pada panitia itu duduk
berbagai elemen
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
27 Juli
2009
 Toleransi (Toleration), sikap saling menghargai
dan menghormati pendirian masing-masing
pihak, yang kadang timbul secara tidak sadar
dan tanpa perencanan, karena adanya
keinginan untuk menghindarkan diri dari
perselisihan.
 Statemate, bentuk akomodasi dimana pihak-
pihak yang bertentangan mempunyai kekuatan
yang seimbang berhenti pada titik tertentu,
tidak ada kemungkinan untuk maju atau
mundur. Misalnya, perang dingin antara AS dan
Uni Sovyet
 Ajudikasi (Adjudication), penyelesaian masalah
atau sengketa melalui pengadilan atau jalur
hukum

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Proses Disosiatif
(Oppositional Processes)
 Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan
atau bertentangan dengan seseorang atau sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Bentuk proses
disosiatif adalah persaingan (competition), kontravensi
(contravention), dan pertentangan atau pertikaian
(conflict)

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Persaingan (Competition)

Adalah suatu proses sosial, dimana individu atau


kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum
dengan cara menarik publik tanpa menggunakan
ancaman atau kekerasan.

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Persaingan mempunyai dua
tipe umum, yaitu:
 Bersifat pribadi (rivalry), individu secara langsung
bersaing, misalnya untuk memperoleh kedudukan
tertentu dalam organisasi
 Tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah
kelompok. Misalnya, persaingan dua perusahaan untuk
mendapatkan monopoli pada suatu wilayah

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Fungsi persaingan:
 Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau
kelompok yang kompetitif.
 Sebagai jalan ketika keinginan, kepentingan, dan
nilai-nilai yang pada suatu saat menjadi puat
perhatian dapat tersalurkan dengan baik oleh
mereka yang bersaing. Misalnya, penemuan baru
pada handphone, internet.
 Sebagai alat untuk mengadakn seleksi sosial dengan
menempatkan individu pada kedudukan dan
peranan yang sesuai dengan kemampuannya.

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Kontrovensi (Controvention)

Suatu proses interaksi antara pihak satu dengan pihak


yang lain dalam masyarakat, dimana keduanya memiliki
rasa tidak senang sehingga tidak mau melakukan
kerjasama atau himbauan, menghindar, meragukan,
menghalangi perkembangan atau keberhasilan,
mengecilkan keberadaan pihak lain.

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Bentuk-bentuk konflik:

 Konflik pribadi, yaitu pertentangan yang


terjadi di antara orang perorangan karena
masalah yang tidak selaras, salah paham, dan
dendam pribadi.
 Konflik rasial, pertentangan kelompok ras
yang berbeda karena kepentingan dan
kebudayaan yang saling bertabrakan.
Misalnya, politik apartheit di Afrika Selatan
 Konflik antar kelas sosial, terjadi karena
benturan kepentingan, misalnya antara buruh
dan majikan, rakyat dan pemerintah
27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
 Konflik politik, pertentangan antar partai
politik karena perbedaan ideologi, asa
perjuangan, dan cita-cita politik dari masing-
masing organisasi politik, yang bisa terjadi pada
suatu negara atau antar negara. Misalnya,
pemberontakan DI/TII, RMS, konflik dalam PKB.
 Konflik internasional, pertentangan yang
melibatkan beberapa kelompok negara karena
perbedaan kepentingan negara masing-masing.
Misalnya, konflik Palestina-Israel, perang Teluk,
perang Dunia
16
Tri Wahyuningsih. S.Sos
Oktober
SMA N 4 Mgl
2020
Akibat-akibat konflik:

 Bertambahnya solidaritas in-group


 Akan tetapi, jika konflik terjadi antarwarga
dalam suatu kelompok, maka keutuhan dan
kekuatan kelompok itu akan goyah.
 Berubahnya kepribadian seseorang, misalnya
adanya rasa benci dan saling curiga akibat
perang
 Hancurnya harta benda atau jatuhnya korban
jiwa
 Akomoasi, dominasi dan takluknya salah satu
pihak

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
 Faktor Intern
 Bertambahnya dan berkurangnya penduduk
 Adanya penemuan-penemuan baru, yaitu
 Discovery, yaitu penemuan baru yang sebelumnya belum ada. Misalnya, lokomotif,
mesin uap.
 Invention, yaitu penerapan penemuan-penemuan baru yang dilakukan dan
dikembangkan dalam masyarakat. Penemuan kereta api yang menggunakan sistem
kerja mesin uap.
 Pertentangan dalam masyarakat
 Terjadinya pemberontakan atau revolusi dalam masyarakat

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
 Faktor Ekstern
 Berubahnya lingkungan alam
 Peperangan dengan bangsa lain
 Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, melalui;
 Diusi,penyebaran kebudayaan dari suatu masyarakat ke
masyarakat lain.
 Akulturasi, apabila suatu unsur kebudayaan tertentu
berhadapan dengan unsur kebudayaan lain, sehingga lambat
laun unsur kebudayaan itu diserap ke dalam kebudayaan
penerima tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan
penerima
 Penetrasi atau perembesan, yaitu penetration pasifique
(masuknya unsur kebudayaan secara damai) dan
penetration violente (masuknya unsur kebudayan secara
paksa)

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Apabila dua atau lebih kebudayaan saling
berinteraksi secara aktif dalam waktu lama,
maka akan terjadi proses imitasi, asimilasi,
sinkretisme, amalgamasi, dan cultural
animositya
 Faktor-faktor pendorong perubahan kebudayaan
 Adanya kontak dengan kebudayaan lain.
 Penduduk yang heterogen.
 Sistem IPTEK yang maju.
 Tolransi terhadap penyimpangan.
 Orientasi ke masa depan
 Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang penemuan
tertentu.
 Adanya tekanan dari luar.
 Adanya nilai-nilai budaya bahwa manusia harus
berusaha memperbaiki hidupnya.

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Faktor-faktor penghambat
perubahan kebudayaan
 Kurangnya hubungan dengan luar.
 Terbelakangnya pendidikan IP
 Adanya wested interested (kepentingan individu yang
tertanam kuat)
 Ikatan adat istiadat dan kebiasaan yang masih kuat.

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009
Mengetahui

Kepala Sekolah

Drs. B. Edie Susminto


NIP. 19540422 198003 1 005

27 Juli
M. Nur Budi Prasojo, S.Ant SMA N 4 Mgl
2009

Anda mungkin juga menyukai