Anda di halaman 1dari 47

HENTI JANTUNG

NO BREATH, NO PULSE

Kelompok 8A
Tujuan Pembelajaran
 Definisi henti jantung
 Etiologi henti jantung
 Pertolongan pertama henti jantung
 Gambaran EKG penyebab asistol
Henti jantung
Definisi

 Henti Jantung adalah hilangnya fungsi jantung


secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada
seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya
tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat
begitu gejala dan tanda tampak .
(American Heart Association,2010).
 Henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya
fungsi jantung secara mendadak untuk
mempertahankan sirkulasi normal darah untuk
memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital
lainnya akibat kegagalan jantung untuk
berkontraksi secara efektif.
Jameson, dkk (2005),
Etiologi Henti Jantung
1. Penyebab utama henti jantung adalah aritmia
2. Pencetus :
 Penyakit jantung koroner
 Stres fisik
 Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia,
hipomagnesia)
 Perubahan struktur jantung
 Penekanan mekanik pada jantung (temponade
jantung, tension pneumothoraks)
3. Terhentinya sistem pernafasan secara tiba- tiba yang
dapat disebabkan karena :
 Penyumbatan jalan nafas
 Depresi susunan saraf pusat

4. Perhentian peredaran darah secara tiba- tiba yang


disebabkan :
 Hipoksia, asidosis, hiperkapnia
 Terganggunya fungsi sistem syaraf
Fase Henti jantung
1. Fase Elektrik (0-5 min)
2. Fase Sirkulasi (5-10 min)
3. Fase Metabolik (>10 min)
Gejala Klinis Henti Jantung
 Napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea
(tidak bernafas)
 Hipotensi dan tidak ada denyut nadi
 Tidak ada denyut jantung
 Warna kulit pucat
 Kehilangan kesadaran
 Pupil dilatasi
 Organ-organ target akan berhenti berfungsi karena
kurangnya suplai oksigen, termasuk otak
 Hipoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan collapse
 Kerusakan otak mungkin terjadi jika henti jantung
tidak ditangani dalam 5 menit, selanjutnya akan
terjadi kematian dalam 10 menit
EKG
EKG
1. Ventricullar Fibrillation (VF)
2. Rapid Venticular Thacycardia (VT)
3. Pulseless electrical activity (PEA)
4. Asistol
Primer

Asistol

Sekunder
Basic Life Support
Basic Life Support
Aspek fundamental dari BLS :
1. Recognition (pengenalan) kejadian henti jantung
dan aktivasi sistem gawat darurat segera
2. Early cardiopulmonary resuscitation (CPR)
3. Rapid defibrillation with an automated external
defibrillator (AED)
Pada tahun 2010, Emergency Cardiovascular Care
Committee (ECC) AHA mengeluarkan pedoman baru untuk
CPR :

1. Urutan awal berubah dari ABC (airway , breathing,


compressions) menjadi CAB kecuali pada bayi baru lahir
2. “Lihat, dengar, dan rasakan” tidak lagi direkomendasikan
3. Kedalaman kompresi untuk dewasa minmal 2 inchi
4. Kecepatan kompresi minimal 100x/menit
CPR (compression, airway, breathing)

A. Chest compression

Sebelum melakukan kompresi dada, meraba dan


menentukan denyut arteri karotis selama 10 detik.

Kompresi dada dilakukan pada bagian tengah


sternum dengan meletakkan tangan diatas sternum dan
tangan satu lagi diatas tangan yg pertama.
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jari di atas permukaan
lengkung iga kiri dan kanan. Kedalaman penekanan disesuaikan dengan
kelompok usia penderita.
- Dewasa : 4 - 5 cm
- Anak dan bayi : 3 - 4 cm
- Bayi : 1,5 - 2,5 cm
B. Airway
Ada 2 Cara membuka jalan nafas :
1. head tilt– chin lift. (Tidak terdapat cedera
tulang belakang)
2. Jaw Thrust Maneuver

Teknik ini sangat sulit dilakukan tetapi merupakan teknik yang


aman untuk membuka jalan nafas bagi korban yang mengalami
trauma pada tulang belakang. Dengan teknik ini, kepala dan
leher korban dibuat dalam posisi alami / normal.
B. BREATHING SUPPORT (BANTUAN PERNAFASAN)

a. Menggunakan mulut penolong:


1. Mulut ke masker RJP
2. Mulut ke APD
3. Mulut ke mulut / hidung
b. Menggunakan alat bantu:
1. Masker berkatup
2. Kantung masker berkatup (Bag Valve Mask / BVM)
Advanced Life Support
Komponen Penting yang Harus disiapkan
1. Sistem Komunikasi
2. Pendidikan
3. Transportasi
4. Pendanaan
5. Quality Control
Sistem Komunikasi
 Siapapun yang menemukan penderita pertama kali
di lokasi harus tau persis kemana informasi di
teruskan. Problem nya adalah bagaimana
masyarakat dapat dengan mudah meminta
tolong,bagaimana cara membimbing dan mobilisasi
sarana transportasi (ambulans),bagaimana
kordinasi untuk mengatur rujukan, dan bagaimana
komunikasi selama bencana berlangsung.
Pendidikan
 Penolong pertama sering kali orang awam yang
tidak memiliki kemampuan menolong yang
memadai sehingga dapat di pahami jika penderita
dapat langsung meninggal di tempat kejadian atau
mungkin selamat ke tempat fasilitas kesehatan
dengan mengalami kecacatan karena cara transport
yg salah .
Pendidikan
 Karena itu orang awam yang menjadi orang
pertama harus menguasai 5 kemampuan dasar:
 a.Menguasai cara meminta bantuan pertolongan
 b.Menguasai teknik bantuan hidup
 c.menguasi teknik mengontrol perdarahan
 d.menguasai teknik memasang balut-bidai
 e.Menguasai teknik transportasi dan evakuasi
Transportasi
 Alat transportasi yg dimaksud adalah kendaraan
nya, alat-alatnya dan personalnya. Alat transportasi
penderita ke rumah sakit saat ini masih dilakukan
dengan kendaraan yang bermacam-macam tanpa
kordinasi yg baik. Hanya sebagian kecil yang
dilakukan dengan ambulans,itupun dengan
ambulans biasa yang tidak memenuhi standar
gawat darurat.
Pendanaan
 Sumber pendanaan cukup memungkinkan karena
system asuransi yang kini berlaku di Indonesia.
Pegawai negri mempunyai ASKES,pegawai swasta
memiliki jamsostek,masyarakat yang kurang
mampu memiliki ASKESKIN. Orang berada
memiliki asuransi jiwa.
Quality Control
 Penilaian,perbaikan dan peningkatan system harus
dilakukan secara periode untuk menjamin kualitas
pelayanan yang semakin baik.
Komplikasi Basic Life Support
Menengadahkan kepala
 Pada orangtua dengan aterostenosis  gangguan
sistem arteri vertebral-basilar, yang berakibat
kerusakan batang otak
 Pada kecelakaan lalu lintas memperberat
kerusakan medulla spinalis dan menyebabkan
kelumpuhan  yang dianjurkan : mederate
backward tilt seperti pada triple maneuver
 Pijat jantung luar : osteo- chondral costae
terenggang/terpisah. Fraktur pada costae multiple
(terutama pada orangtua) fraktur sternum
 Flail chest, pneumothoraks, kontusi paru,
tamponade jantung
Hembusan/ tiupan
 Lambung menggelembung
 Paru robek (terutama pada bayi atau anak-anak jika
dilakukan hembusan terlalu kuat, terjadi tension
pneumothorax)
Source
Hipotesa
Kesimpulan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai