Anda di halaman 1dari 20

“ALIH DAYA (OUTSOURCING)

DALAM UU CIPTA KERJA”


Oleh

Prof. Aloysius Uwiyono, SH, MH.


Webinar “Hukum Ketenagakerjaan, diselenggarakan LBH FORSIH,
Jakarta, 24 April 2021.
PENDAHULUAN
Pasal 64 UU No.13 Tahun 2003 mengatur outsourcing: Perusahaan
dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lainnya melalui perjanjian “pemborongan-pekerjaan” atau perjanjian
“penyediaan jasa pekerja/buruh” yang dibuat secara tertulis.
Kemudian tiba-tiba muncul Pasal 66 UU No.13 Tahun 2003 dan
memaksakan adanya Hubungan Kerja antara Pekerja/Buruh alih
daya (outsourcing) dengan Pengusaha Alih Daya (outsourcing),
dan menyerahkannya kepada Perusahaan Pengguna (User).
Akhirnya Pasal 64, 65 dicabut oleh UU Cipta Kerja dan Pasal 66 tetap
ada, dimana hubungan kerja terjadi antara buruh/pekerja dengan
Perusahaan (outsourcing) berdasarkan PKWT /PKWTT dan
menyerahkannya kepada Perusahaan Pengguna (User).
UU Cipta Kerja mengubah Pasal 66 UU No.13 Tahun 2003, dan
tidak memberikan definisi Alih Daya (outsourcing).
Namun jika kita lihat dalam Pasal 1 butir (14) PP 35 Tahun
2021 tercantum definisi definisi Alih Daya (outsourcing),
yang berbunyi: “Badan Usaha berbentuk badan hukum
yang memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu berdasarkan perjanjian yang disepakati dengan
Perusahaan Pemberi Pekerjaan”.
PP No. 35 Tahun 2021 telah mengubah keberadaan alih
daya (outsourcing) “penyerahan tenaga kerja”, menjadi
alih daya (outsourcing) “penyerahan pekerjaan”.
POKOK MASALAH
Bagaimana pengaturan Alih daya
(outsourcing) dalam UU Cipta Kerja?
KERANGKA TEORI
HUBUNGAN KERJA
Pasal 1 butir (15) UU No. 13/2003  masih berlaku.
“Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan Perjanjian Kerja, yang mempunyai unsur
upah, pekerjaan, dan perintah.”
Upah.
Pekerjaan,
Perintah,  “Vicarious Liability”, bukan “Strict
Liability”.

Dalam “Vicarious Liability”, Tanggung Jawab atas pekerjaan ada pada


pihak yang memerintah / memimpin pekerjaan, bukan pada orang
yang melakukan pekerjaan.
Dalam “Strict Liability”, Tanggung Jawab langsung pihak yang
melakukan pekerjaan kepada pihak yang dirugikan.
ALIH DAYA (OUTSOURCING) “PENYERAHAN
TENAGA KERJA”
1.“Hubungan Kerja” antara perusahaan alih daya dengan
pekerja/buruh yang dipekerjakannya didasarkan pada perjanjian
kerja yang dibuat secara tertulis, baik PKWT maupun PKWTT.
2.Perlindungan pekerja/buruh, upah dan kesejahteraan syarat-syarat
kerja, serta perselisihan yang timbul dilaksanakan sekurang-
kurangnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan menjadi tanggung jawab perusahaan alih daya.
3.Dalam hal perusahaan alih daya mempekerjakan pekerja/buruh
berdasarkan PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PKWT
dimaksud harus mensyaratkan pengalihan pelindungan hak-
hak bagi pekerja apabila terjadi pergantian perusahaan alih
daya dan sepanjang obyek pekerjaannya tetap ada. (Pasal 66
UUCK).
PENAFSIRAN SECARA GRAMATIKAL
PENGERTIAN “HUBUNGAN KERJA”
UUCK tidak mengubah pengertian Hubungan
Kerja. Menurut Pasal 1 butir 15 UU 13/2003:
“Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan Perjanjian Kerja,
yang mempunyai unsur pekerjaan, perintah, dan upah.”
Pengertian “Hubungan Kerja” dalam Pasal 66 (1)
UUCK tetap sama mengacu pada Pasal 1 butir 15 UU
13/2003.
Pasal 66 (1) UUCK ini memaksakan adanya
Hubungan Kerja antara Pekerja/Buruh dengan
Pengusaha Alih Daya, padahal tidak mengandung
unsur upah, pekerjaan, dan perintah.
Kata “Hubungan Kerja” dalam Pasal 66 (1) UUCK ditafsirkan
secara gramatical, sehingga mengaburkan pengertian
“Hubungan Kerja” itu sendiri.
Karena Hubungan Hukum antara Pekerja/Buruh dengan
Pengusaha Alih Daya (Outsourcing) tidak memenuhi unsur-
unsur Upah, Pekerjaan, dan Perintah, sehingga disana tidak
ada hubungan kerja.
Jika tidak terjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh
dengan perusahaan (outsourcing) penyerahan tenaga kerja,
maka berdasarkan penafsiran Sistimatika, terjadilah hubungan
kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan pengguna
(user) berdasarkan perjanjian kerja tidak tertulis.
KONS. HK. ALIH DAYA (OUTSOURCING)
PENYERAHAN “TENAGA KERJA”
Menyerahkan T.K.
PT. Alih Daya PT. Pengguna
Mempekerjakan T.K.
Ps. 1
Ps. 66 (1) (15) jo.
Perj. Kerja Ps.51(1)
Tertulis.
Perj. Kerja
tak tertulis.
tk tk tk tk pk pk pk pk
OUTSOURCING PENYERAHAN TENAGA
KERJA KE PEKERJAAN
Dengan dimasukkannya pengertian alih daya
(outsourcing) ke dalam Pasal 1 (14) PP No: 35 Tahun 2021
yang berbunyi “Badan Usaha berbentuk badan
hukum yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu berdasarkan
perjanjian yang disepakati dengan Perusahaan
Pemberi Pekerjaan”.
Maka mengubah pengertian alih daya yang semula
merupakan alih daya (outsourcing) penyerahan
Tenaga Kerja menjadi alih daya (ourtsourcing)
penyerahan Pekerjaan.
ALIH DAYA (OUTSOURCING)
“PENYERAHAN PEKERJAAN”
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian
“pemborongan-pekerjaan” atau perjanjian “penyediaan
jasa pekerja/buruh” yang dibuat secara tertulis. Kemudian
sayang sekali Pasal 64 ini dicabut oleh UUCK.
Ada dua macam Alih Daya (Outsourcing)
Penyerahan Pekerjaan yaitu:
1. Alih Daya (Outsourcing) Penyerahan Pekerjaan
berdasarkan Perjanjian Pemborongan, dan
2. Alih Daya (Outsourcing) Penyerahan Pekerjaan
berdasarkan Perjanjian Penyedia Jasa Pekerja.
KONSTRUKSI HUKUM ALIH DAYA
(OUTSOURCING) PENYERAHAN “PEKERJAAN”
1. Outsourcing Penyerahan Pekerjaan: Pasal 64.
Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan dari
Perusahaan kepada Perusahaan lain dilaksanakan
melalui perjanjian pemborongan pekerjaan.

Main Contractor
Perj.Pemborongan
Sub. Contr.

B B B B
KONSTRUKSI HUKUM ALIH DAYA
(OUTSOURCING) PENYERAHAN “PEKERJAAN”
2. Outsourcing Penyerahan Pekerjaan: Ps 64
Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan dari Perusahaan kepada
Perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian Penyediaan Jasa
Pekerja/Buruh.

Perusahaan “X”
Perj.Peny.Ja
sa Pek./Brh.
Perush. Penyedia. Jasa Pekerja/Buruh

B B B
ALIH DAYA (OUTSOURCING) YANG SALAH
Dalam alih daya (outsourcing) penyerahan Tenaga
Kerja, menempatkan Pekerja/Buruh “diperjual
belikan” atau di-”tender”-kan seperti layaknya sebuah
benda mati dari perusahaan alih daya (outsourcing)
penyerahan tenaga kerja kepada Perusahaan
Pengguna (User).
Beberapa Perusahaan Alih Daya (outsourcing)
penyerahan tenaga kerja mengikuti dan berusaha
memenangkan “tender” ke Perusahaan Pengguna
(User) dengan mengajukan harga terendah. Berarti
menekan biaya buruh (labor cost).
Setelah memenangkan tender, perusahaan alih daya
(outsourcing) penyerahan tenaga kerja menyuruh
tenaga kerja tersebut untuk bekerja pada perusahaan
pengguna (user). Meskipun pekerjaan dan perintah
dari perusahaan (user), dan upah dari perusahaan alih
daya (outsourcing) penyerahan pekerja, namun
sejatinya upah tersebut berasal dari perusahaan
pengguna (User) juga.
ALIH DAYA (OUTSOURCING) YANG BENAR
Alih Daya (Outsourcing) Penyerahan Pekerjaan,
baik itu berdasarkan perjanjian pemborongan,
ataupun perjanjian penyedia jasa pekerja, tidak
menyerahkan tenaga kerja, akan tetapi pekerjaan.
Memang terjadi pen-”tender”-an, tetapi tidak
menjual tenaga kerja, melainkan pekerjaan, yang
di-”tender”-kan.
Artinya alih daya (Outsourcing) Penyerahan Pekerjaan
menjunjung tinggi segala harkat dan martabat
tenga kerja sebagai manusia.
Oleh karena yang diserahkan kepada perusahaan
pemborong atau perusahaan penyedia jasa pekerja,
adalah “pekerjaan” bukan “tenaga kerja”, yang tidak
ada sangkut pautnya dengan “labor cost” yang harus
ditekan rendah.
Sehingga Alih Daya (Outsourcing) Penyerahan Pekerjaan
tidak menjadi sumber timbulnya perselisihan hubungan
industrial.
Tambahan lagi hubungan kerjanya jelas, terjadi antara
perusahaan pemborong atau perusahaan penyedia jasa
pekerja dengan pekerja/buruhnya.
KESIMPULAN
Alih daya (outsourcing) penyerahan “tenaga kerja”
yang diatur dalam Pasal 66 UU Cipta Kerja telah berubah
menjadi alih daya (outsourcing) Penyerahan
Pekerjaan, karena Pasal 1 ayat (14) PP No: 35 Tahun 20201
memuat pengertian alih daya (outsourcing), yang berbunyi:
“Badan Usaha berbentuk badan hukum yang
memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu berdasarkan perjanjian yang disepakati
dengan Perusahaan Pemberi Pekerjaan”, sehingga:
Terjadi penyerahan pekerjaan dari Perusahaan Pemberi
Pekerjaan ke Perusahaan alih daya (outsourcing)
Penyerahan Pekerjaan.
Kejelasan hubungan kerja antara Perusahaan alih daya
(outsourcing) penyerahan “pekerjaan” dengan
pekerja / buruhnya.
Hasil pekerjaan yang dilakukan pekerja/buruh dibawah
pimpinan perusahaan alih daya (outsourcing)
penyerahan pekerjaan menjadi milik perusahaan alih
daya (outsourcing) penyerahan pekerjaan.
“TERIMAKASIH”

Anda mungkin juga menyukai