Tahapan Produksi Dan Pengolahan Migas
Tahapan Produksi Dan Pengolahan Migas
PENGOLAHAN MIGAS
ESP
BTPU
Terbagi atas 2 bagian :
1. Sub Surface facilities
2. Surface facilities
GATHERING STATION
MA
SA
M
LA
UD N
E
YS
K RA
IA
NATUNA W
A PA
CI
RA FI C
SE
Cekungan
N
TA
Sumataera
AN
Tengah
M
LI
KA
SU
I
M
ES
AT
W
LA
R
A
SU
IRIAN JAYA
JAWA
10
CADANGAN MINYAK BUMI
Ekspor Produk
Import
Minyak Mentah Produk
Timur Tengah & Asia Minyak Lainnya
(Malaysia & Vietnam)
Import
Export Kilang BBM Stock
Minyak Mentah* Luar Negeri (sebagian dari Singapura, BBM DN
bunker terbesar didunia)
4 Inpex 47.900
5 CNOOC 47.900
8 BP ONWJ 31.000
9 BOB CPP 28.000
Indonesia adalah negara yang terboros dalam mengkonsumsi BBM dibandingkan negara ASEAN maupun
kawasan Asia lainnya. Penyebabnya: harga murah, infrastruktur/peralatan yg dipakai belum baik, label sebagai
pengekspor minyak bumi.
Tidak efisiennya pemakaian BBM disektor transportasi sangat jelas diperlihatkan terutama transportasi darat di
kota-kota, dimana mobil-mobil tua yang boros BBM dan kemacetan yang menghamburkan BBM secara sia-sia
menjadi pemandangan sehari-hari. Dengan lajunya pertumbuhan kenderaan yang tidak diimbangi dengan
pertambahan infrastrukturmya menjadi masalah besar yang dihadapi pemerintah kota.
COST RECOVERY
Biaya Produksi minyak bumi atau “Cost Recovery” atau disingkat
CR, adalah istilah yang dipakai dalam kontrak MIGAS kita, PSC
(Production Sharing Contract) atau Kontrak Bagi Hasil atau istilah
baru lainnya yg kini digunakan spt KKS. Kontraktor harus
menyediakan dananya sendiri dalam proses pencarian/eksplorasi
dan produksi minyak bumi
Jadi pada dasarnya Cost Recovery (CR) adalah Pengembalian biaya
Operasi
dan Explorasi oleh pemerintah NKRI kepada Investor MIGAS yang
wilayah
kerjanya (blok) sudah berproduksi saja. Blok yg belum berproduksi
tidak
diberikan CR.
Dari 100% produksi (dihitung per tahun) akan dibagi sebagai berikut:
1. 25% diambil sebagai Minyak DMO (Domestic Marker Obligation) yaitu minyak
untuk kebutuhan dalam negeri NKRI. Ini bagian yang utama.
2. Dari jumlah sisa yg 75%, diambil sebagian untuk membayar biaya produksi yg
telah dikeluarkan oleh kontraktor. Nilai mata uang dikonversi ke nilai minyak
bumi, dengan harga ICP (Indonesian Crude Price) saat itu yg besarannya
ditentukan sesuai dgn nilai/harga pasar minyak Indonesia dan disebut ‘Cost
Recovery‘ . Jadi minyak CR ini adalah penggantian biaya produksi, yg secara
rinci diatur dalam PSC.
3. Kemudian sisa minyak bumi (setelah dikurangi minyak DMO dan minyak CR di
atas) disebut minyak keuntungan usaha (Profit Oil), dibagi di antara Pemerintah
NKRI dan Kontraktor. Kemudian bagian profit oil milik Kontraktor dihitung dan
dipotong pajak penghasilan. Angka akhirnya 85/15 atau 80/20 yang sering
disebut-seut di media.
KEMAMPUAN KONTRAKTOR ( PSC )
Biaya operasi & Investasi (Cost Recovery) US$ 13,82/bbl
Misalkan ICP = $ 60/bbl
Jumlah Produksi = 347.493.172 bbl ( thn 2007)
Keuntungan adalah = Jumlah Produksi x ( ICP/bbl – CR/bbl)
= 347.493.172 x ( $60/bbl – $13,82/bbl)
= US$ 16.047.590.320
Sama dengan = Keuntungan/ CR
= $ 16.047.590.320/$13,82(347.493.172)
= 3,34 kali CR
Jika pembagian adalah 75/25, maka
• NKRI = 0,75 x 16,047.590.320 = $ 12,036 M
• Contractor = 0,25 x 16.047.590.320 = $ 4,012 M
Atau:
• NKRI = (12,036 M / 4,803 ) x 100% = 251 % atas
modal ganti biaya CR
• Contractor = (4.012 M / 4,803) x 100% = 84 % atas
modal investasi & biaya operasi