Anda di halaman 1dari 32

TAHAPAN PRODUKSI DAN

PENGOLAHAN MIGAS
ESP
BTPU
Terbagi atas 2 bagian :
1. Sub Surface facilities
2. Surface facilities
 GATHERING STATION

 Gathering station adalah sebagai tempat


pengumpulan fluida (air, minyak mentah dan gas) yang
dihasilkan dari sumur-sumur minyak pada sebuah
lapangan, kemudian dipisahkan menurut
kebutuhannya. Fluida yang keluar dari sumur dialirkan
melalui flow line ke Gathering Station. Pengaliran
fluida dari sumur ke Gathering station dapat diilakukan
dengan 2 cara yaitu dengan menggunkan sistem
Individual Flow Line atau menggunakan Production
Line.di gathering station fluida yang dialirkan lewat
header atau production line masuk ke seperator.
Pengelolaan Migas
Migas Hulu Migas Hilir
 Pengolahan
 Eksplorasi  Pengangkutan
 Eksploitasi/Produksi  Penyimpanan
 Pemasaran
Potensi Migas di Indonesia
Laut Cina Selatan

MA
SA
M
LA
UD N
E
YS

K RA
IA

NATUNA W
A PA
CI
RA FI C
SE
Cekungan

N
TA
Sumataera

AN
Tengah

M
LI
KA
SU

I
M

ES
AT

W
LA
R
A

SU
IRIAN JAYA

JAWA

CEKUNGAN DENGAN PRODUKSI MIGAS (14)


CEKUNGAN DENGAN POTENSI MIGAS (7)
CEKUNGAN YANG SUDAH DIBOR (15)
CEKUNGAN YANG BELUM DIBOR (24)
Lapangan Migas Utama
di Indonesia

10
CADANGAN MINYAK BUMI

Cadangan terbesar terdapat diwilayah Sumatera tengah (49,4%), Jawa Timur


(13,2%), Sumatera Selatan (11,2%) dan Kalimantan (8,6%) dari total cadangan
minyak bumi

Sumber : Ditjen MIGAS, 1 January 2010


TABEL CADANGAN MINYAK BUMI
( MMM BBL )

Tahun Terbukti Potensial Total


2004 4,3 4,31 8,61
2005 4,19 4,44 8,63
2006 4,37 4,56 8.93
2007 3,99 4,41 8,4
2008 3,75 4,47 8,22
2009 4,3 3,7 8
2010 4,23 3,53 7,76
2011 4,04 3,69 7,73
Dalam Milyar barrel
Sumber: Ditjen MIGAS
PRODUKSI MINYAK BUMI
( MBOPD )

Tahun Minyak Kondensat Total


Bumi
2004 353,945 46.541 400.486
2005 341.203 46.450 387.654
2006 322.350 44.699 367.050
2007 305.137 43.211 348.348
2008 312.484 45.016 357.500
2009 301.663 44.650 346.313
2010 300.872 43.965 344.836
2011 289.445 40.150 329.595
Sumber: Ditjen MIGAS
EKSPOR MINYAK BUMI
( 2004 – 2011 )
PROSES PENGOLAHAN MINYAK MENTAH
( Migas Hilir)
Proses di dalam kilang minyak terdiri dari 5 bagian, yaitu:
• Proses Distilasi, penyulingan berdasarkan perbedaan titik didih.

• Proses Konversi, proses untuk mengubah ukuran dan struktur senyawa


hidrokarbon.

• Proses Pengolahan (treatment). Proses ini dimaksudkan untuk


menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon untuk diolah lebih lanjut, juga untuk
diolah menjadi produk akhir.

• Formulasi dan Pencampuran (Blending), yaitu proses pencampuran fraksi-


fraksi hidrokarbon dan penambahan bahan aditif untuk mendapatkan
produk
akhir dengan spesikasi tertentu.

• Proses-proses lainnya, antara lain meliputi: pengolahan limbah, proses


penghilangan air asin (sour-water stripping), proses pemerolehan kembali
sulfur (sulphur recovery), proses pemanasan, proses pendinginan, proses
pembuatan hidrogen, dan proses-proses pendukung lainnya.
PROSES DESTILASI

Kolom distilasi berupa bejana tekan silindris


yang tinggi (sekitar 40 m) dan di dalamnya
terdapat tray-tray yang berfungsi
memisahkan dan mengumpulkan fluida
panas yang menguap ke atas.
Fraksi hidrokarbon berat mengumpul di
bagian bawah kolom, sementara fraksi-
fraksi yang lebih ringan akan mengumpul di
bagian-bagian kolom yang lebih atas.
Fraksi-fraksi hidrokarbon yang diperoleh
dari kolom distilasi ini akan diproses lebih
lanjut di unit-unit proses yang lain, seperti:
Fluid Catalytic Cracker, dll.
Produksi minyak mentah Indonesia terutama ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan domestik, namun sebagian diekspor karena spesifikasinya
tidak sesuai dengan kebutuhan kilang dalam negeri.
Oleh karena itu untuk memenuhi kekurangan pasokan dalam negeri,
dilakukan impor minyak yang sesuai pesifikasi kilang minyak di
Indonesia.
Kilang minyak Indonesia dibangun pada saat produksi minyak Indonesia
masih sekitar 1,5 juta BOPD atau di atas kapasitas kilang (1,057 juta
BOPD) dan masih dapat memenuhi konsumsi dalam negeri.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa produksi minyak
semakin menurun dan dibawah kapasitas kilang dalam negeri.
Sementara konsumsi meningkat namun peningkatan kapasitas kilang
sangat terbatas.

Sumber : Ditjen MIGAS


KAPASITAS KILANG DI INDONESIA
No. TEMPAT KILANG KAPASITAS KETERANGAN
(BPD)
1 UP I – Pangkalan Brandan 5000 Thn 2007
ditutup.
2 UP II – Dumai & Pakning 177.000

3 UP III – Plaju , Sumatera 145.000


Selatan
4 UP IV - Cilacap 548.000

5 UP V – Balikpapan, Kaltim 266.000

6 UP VI – Balongan, Jabar 125.000

7 UP VII – Sorong, Irian Jaya 10.000


Barat
8 Pusdiklat MIGAS Cepu, 45.000
Jateng
TOTAL PRODUKSI 1.316.000 Actualnya
KILANG hanya: 1.057.000
Elemen biaya penyediaan BBM di dalam negeri dengan
memperhatikan mekanisme penyediaan tersebut- adalah
meliputi:

(i) biaya impor minyak mentah (crude oil)


(ii) biaya pembelian minyak mentah produksi dalam negeri
(iii) biaya impor BBM
(iv) biaya pengilangan (refin ing)
(v) biaya distribusi
(vi) biaya tak langsung.

Harga minyak dunia yang membumbung tinggi seperti


belakangan ini akan meningkatkan biaya, khususnya untuk impor
minyak mentah dan impor BBM. Karena harga jual BBM di
pasar domestik harus mengikuti harga yang ditetapkan
pemerintah, maka sebagai akibatnya “subsidi BBM” akan
meningkat.
Minyak mentah impor dibeli dengan harga pasar
(market price). Sebaliknya, minyak mentah produksi
dalam negeri dibeli dengan harga yang berada di
bawah harga pasar internasional. Selain itu, dalam skema
ProductionSharing Contract (PSC) Indonesia, ada kewajiban
kepada pemegang kontrak untuk menjual sebagian
produksinya ke dalam negeri dengan harga khusus
yang lebih rendah dibandingkan harga pasar,
khususnya bila produksi telah dilakukan lama (pasal
mengenai DMO/domestic market obligation
Aliran Material Minyak Mentah dan BBM di Indonesia

Ekspor Produk

Import
Minyak Mentah Produk
Timur Tengah & Asia Minyak Lainnya
(Malaysia & Vietnam)

500.000 bpd Konsumsi


Dalam Negeri

85-15 % Konsumsi BBM


Produksi Kilang Dalam Negeri
137.250
Minyak Mentah** Dalam Negeri (1,4 juta BPD,
777.750 (915 ribu bpd-2011) (Kapasitas 1,057 jt BPD) meningkat 5%/thn)

Import
Export Kilang BBM Stock
Minyak Mentah* Luar Negeri (sebagian dari Singapura, BBM DN
bunker terbesar didunia)

•Eksport lebih banyak dilakukan oleh perusahan pemegang KPS.


** Puncak produksi tahun 1977 , sekitar 1,4 juta bpd
Cadangan minyak yang merupakan jantung dari bisnis
perminyakan
umumnya dikategorikan dalam kelompok unproven (diyakini ada
namun belum ditemukan) dan proven (terbukti keberadaannya dan dapat
dieksplorasi) dengan derajat keyakinan tertentu.
Akibat perkembangan teknologi, seringkali ladang minyak
berstatus unproven dapat mengalami kenaikan peringkat menjadi proven,
seperti, halnya terjadi pada ladang minyak Cepu.
Proven resources dengan tingkat kesulitan eksplorasi terendah
praktis kini telah habis dieksploitasi dan menyisakan tingkat
kesulitan yang lebih tinggi. Oleh karenanya diperlukan teknologi
yang lebih mahal.
Target Produksi Tahun 2009 oleh BP MIGAS
No Perusahaan Produksi
( BPD )
1 Chevron 426.300
2 Pertamina 135.600
3 Conoco SNSB 59.400

4 Inpex 47.900
5 CNOOC 47.900

6 Total Indonesia 45.000


7 Medco E&P Rimau 31.800

8 BP ONWJ 31.000
9 BOB CPP 28.000

10 Pertamina Hulu 25.100

11 Petrocina Jabung 23.000

12 JOC Pertamina-Mobil Cepu 17.200

TOTAL TARGET PRODUKSI


918.200
Konsumsi BBM (Pangsa sektor)

Sumber: Ditjen MIGAS

Indonesia adalah negara yang terboros dalam mengkonsumsi BBM dibandingkan negara ASEAN maupun
kawasan Asia lainnya. Penyebabnya: harga murah, infrastruktur/peralatan yg dipakai belum baik, label sebagai
pengekspor minyak bumi.
Tidak efisiennya pemakaian BBM disektor transportasi sangat jelas diperlihatkan terutama transportasi darat di
kota-kota, dimana mobil-mobil tua yang boros BBM dan kemacetan yang menghamburkan BBM secara sia-sia
menjadi pemandangan sehari-hari. Dengan lajunya pertumbuhan kenderaan yang tidak diimbangi dengan
pertambahan infrastrukturmya menjadi masalah besar yang dihadapi pemerintah kota.
COST RECOVERY
Biaya Produksi minyak bumi atau “Cost Recovery” atau disingkat
CR, adalah istilah yang dipakai dalam kontrak MIGAS kita, PSC
(Production Sharing Contract) atau Kontrak Bagi Hasil atau istilah
baru lainnya yg kini digunakan spt KKS. Kontraktor harus
menyediakan dananya sendiri dalam proses pencarian/eksplorasi
dan produksi minyak bumi
Jadi pada dasarnya Cost Recovery (CR) adalah Pengembalian biaya
Operasi
dan Explorasi oleh pemerintah NKRI kepada Investor MIGAS yang
wilayah
kerjanya (blok) sudah berproduksi saja. Blok yg belum berproduksi
tidak
diberikan CR.
Dari 100% produksi (dihitung per tahun) akan dibagi sebagai berikut:

1. 25% diambil sebagai Minyak DMO (Domestic Marker Obligation) yaitu minyak
untuk kebutuhan dalam negeri NKRI. Ini bagian yang utama.
2. Dari jumlah sisa yg 75%, diambil sebagian untuk membayar biaya produksi yg
telah dikeluarkan oleh kontraktor. Nilai mata uang dikonversi ke nilai minyak
bumi, dengan harga ICP (Indonesian Crude Price) saat itu yg besarannya
ditentukan sesuai dgn nilai/harga pasar minyak Indonesia dan disebut ‘Cost
Recovery‘ . Jadi minyak CR ini adalah penggantian biaya produksi, yg secara
rinci diatur dalam PSC.
3. Kemudian sisa minyak bumi (setelah dikurangi minyak DMO dan minyak CR di
atas) disebut minyak keuntungan usaha (Profit Oil), dibagi di antara Pemerintah
NKRI dan Kontraktor. Kemudian bagian profit oil milik Kontraktor dihitung dan
dipotong pajak penghasilan. Angka akhirnya 85/15 atau 80/20 yang sering
disebut-seut di media.
KEMAMPUAN KONTRAKTOR ( PSC )
Biaya operasi & Investasi (Cost Recovery) US$ 13,82/bbl
Misalkan ICP = $ 60/bbl
Jumlah Produksi = 347.493.172 bbl ( thn 2007)
Keuntungan adalah = Jumlah Produksi x ( ICP/bbl – CR/bbl)
= 347.493.172 x ( $60/bbl – $13,82/bbl)
= US$ 16.047.590.320
Sama dengan = Keuntungan/ CR
= $ 16.047.590.320/$13,82(347.493.172)
= 3,34 kali CR
Jika pembagian adalah 75/25, maka
• NKRI = 0,75 x 16,047.590.320 = $ 12,036 M
• Contractor = 0,25 x 16.047.590.320 = $ 4,012 M

Atau:
• NKRI = (12,036 M / 4,803 ) x 100% = 251 % atas
modal ganti biaya CR
• Contractor = (4.012 M / 4,803) x 100% = 84 % atas
modal investasi & biaya operasi

KALAU PERSENTASE KEUNTUNGAN = COST RECOVERY


CONTRAKTOR AKAN HENGKANG.
SIMULASI HARGA MINYAK US$ 60/bbl DAN BIAYA PRODUKSI
ICP Produksi/ Biaya/ Profit Olil Total Total Profit Profit Keterangan
(US $) hari bbl NKRI PSC Margin Margin
(bbl) (US $) NKRI PSC

60 100.000 5.0 66.667 81.667 18.333 680 % 120 %


60 100.000 6.0 65.000 80.250 19.750 553 % 98 %
60 100.000 7.0 63.333 78.833 21.167 461 % 81 %
60 100.000 8.0 61.667 77.417 22.583 393 % 69 %
60 100.000 9.0 60.000 76.000 24.000 340 % 60 % Rokan
Blok
60 100.000 10.0 58.333 74.583 25.417 298 % 53 %
60 100.000 15.0 50.000 67.500 32.500 170 % 30 %
60 100.000 18.0 45.000 63.250 36.750 128 % 23 %
60 100.000 19.0 43.333 61.833 38.167 116 % 21 %
60 100.000 20.0 41.667 60.417 39.583 106 % 19 %
60 100.000
60 100.000
60 100.000
60 100.000
SUBSIDI BBM

Subsidi BBM diberikan oleh pemerintah kepada PERTAMINA sebagai


konsekuensi dari penetapan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah.
Pekerjaan PERTAMINA “melaksanakan tugas penyediaan dan
pelayanan Bahan Bakar Minyak untuk keperluan dalam
negeri” diperintahkan oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1971 tentang
Pertamina sebagai tugas pelayanan
masyarakat (public service obligation ).
Perhitungan subsidi BBM secara sederhana dapat dilakukan dengan
memanfaatkan model spread- sheet dengan menghitung:

(a) Penjualan produk-produk BBM = Σ VolumeBBM(i) * HargaBBM(i)

(b) Biaya menghasilkan BBM = Σ Biaya (impor crude, pembelian


minyak mentah DN, impor BBM,
pengilangan, distribusi, tak langsung)
(c) Subsidi BBM = (a) – (b)

Anda mungkin juga menyukai