Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 4

Nama Anggota : 1. Ria Tariza (16 / 2031410098)


2. Rosita Amanda Dewi (17 / 2031410025)
3. Sofi Octavia Dewi (18 / 2031410006)
4. Tegar Rochmad Oddy P. (19 / 2031410114)
5. Yorly Alvita (20 / 2031410102)
Kelas : 2A D3 Teknik Kimia
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Hadi Saroso, M.T.
Mata Kuliah : Proses Industri Kimia

BAB 28
PEMBUATAN MINYAK
GAMBAR 28.5

Cara kerja:
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tetumbuhan yang berbeda. Digunakan
dalam makanan dan untuk memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan
ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai, dan bunga matahari.
Margarin adalah mentega buatan yang terbuat dari minyak nabati.
Pada proses pembuatan minyak nabati terdapat proses refining yang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran, menghilangkan warna, bau dan rasa yang tidak enak, yang
ditimbulkan oleh kotoran-kotoran seperti komponen non gliserida, asam-asam bebas, partikel
– partikel protein, rostatide. Adapun prosesnya meliputi :
a. Degumming
Untuk proses degumming, bertujuan untuk untuk menghilangkan zat – zat yang terlarut
atau zat – zat yang bersifat koloidal seperti resingum, protein dan fosfatida dalam minyak
mentah. Pada prinsipnya proses degumming ini adalah proses pembentukan flok – flok
dari zat – zat terlarut serta terkoagulasinya zat – zat yang bersifat koloidal dalam minyak
mentah.
Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum atau kotoran lain agar supaya
bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan proses
pemusingan (sentrifusi). Caranya ialah dengan memasukkan uap air panas ke dalam
minyak disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya di sentrifusi sehingga lendir
terpisah dari air.
b. Netralisasi
Proses netralisasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk menghilangkan asam
lemak bebas yang terdapat dalam minyak. Asam lemak bebas dapat menimbulkan bau
yang tengik. Proses netralisasi yang paling sering digunakan dalam industri adalah proses
netralisasai dengan soda kaustik karena lebih efisien dan lebih mudah dibandingkan
dengan cara netralisasi lainnya. Prinsipnya yaitu reaksi penyabunan antara asam lemak
bebas dengan larutan alkali soda kaustik. Reaksi penyabunannya sebagai berikut:

Sabun atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara
pengendapan dan sentrifuge.
c. Bleaching
Pemucatan (bleaching) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat – zat
warna pada minyak baik yang terlarut ataupun yang terdispersi. Bleaching dilakukan di
bleach tank. Warna minyak mentah dapat berasal dari warna bawaan minyak ataupun
warna yang timbul pada saat proses untuk mendapatkan minyak dari bahan awalnya.
Pigmen yang biasa terdapat di dalam suatu minyak mentah ialah caratinoid yang
berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan phaephytin yang berwarna hijau.
Setelah mengalami bleaching, minyak kemudian dimasukkan ke dalam vacuum dryer
untuk menghilangka kadar air. Kemudian minyak akan disimpan di storage tank sebelum
dihidrogenasi.
d. Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan
hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi
ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat plastis. Hydrogen
dihasilkan dari girdler gas plant. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap
minyak dan lemak akan mengakibatkan kenaikan titik lebur. Reaksi hidrogenasi
merupakan reaksi yang bersifat eksotermis. Proses hidrogenasi melibatkan beberapa
parameter penting yang perlu dikontrol, misalnya suhu, jumlah katalis, tekanan gas dan
jumlah gas yang digunakan (volume gas). Dengan mempelajari kondisi proses
hidrogenasi maka diharapkan dapat diperoleh karakteristik produk hasil hidrogenasi yang
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk mempercepat hidrogenasi pada reaktor,
digunakan bahan yang disebut dengan katalis. Katalis yang sering dipakai untuk proses
hidrogenasi adalah Nikel (Ni).
e. Deodorasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk
menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Senyawa – senyawa
yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa
karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan berat molekul rendah, Senyawa –
senyawa aldehid dan keton serta Senyawa – senyawa yang mempunyai volatilitas tinggi
lain. Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam
tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap
minyak yang digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak
mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan
proses deodorisasi; misalnya lemak susu, lemak babi, lemak coklat dan minyak olive.
Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang vertikal.
Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam ketel
deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200–250°C pada tekanan 1
atmosfer (gauge) dan selanjutnya pada tekanan rendah (± 10 mmHg) sambil dialiri
dengan uap panas selama 4–6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap. Jika
masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap selesai, maka
minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang lebih rendah.
Setelah mengalami prodes deodorisasi, minyak kemudian didinginkan dan di dalam
freezer. Kemudian minyak akan di filter dan dikemas untuk kemudian diserahkan kepada
customer.

Kesimpulan
Minyak nabati diperoleh dari proses refining yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran –
kotoran, menghilangkan warna, bau dan rasa yang tidak enak, yang ditimbulkan oleh kotoran
– kotoran seperti komponen non gliserida, asam – asam bebas, partikel – partikel protein,
rostatide. Proses refining meliputi degumming, netralisasi, bleaching, hidrogenasi, dan
deodorasi.
BAB 29
PEMBUATAN DETERJEN
GAMBAR 29.6

Untuk menghasilkan 1 t produk jadi, bahan – bahan berikut (dalam kilogram) diperlukan :
1. Alkylbenzene (petrokimia) 75 kg
2. Alkohol berlemak 75 kg
3. Oleum 150 kg
4. Larutan NaOH 200 kg
5. Sodium silicate 125 kg
6. Builder
7. Sodium tripolifosfat 500 kg
8. Aditif lain – lain 30 kg
9. Air 500 kg
TOPAN

TUMPUKAN

LAYAR

MENARA
SIKILON SEMPROT

PENWANGI PENYARING
POTONGAN
SILIKAT KERING
UNTUK
FOSFAT
DIKEMAS
PENYIMPANAN SURFAKTAN

SULFONATOR SULFATOR PENETRALISIR KRUK

PENGADUK
PENGANGKATAN
UDARA

TUNGKU
TANGKI PEMBAKARAN
LONJAKAN
PENDINGIN

TANGKI POMPA
PENURUNAN
Cara Kerja
1. Proses sulfonasi–sulfasi
Alkilbenzena (AB) dimasukkan terus menerus ke dalam sulfonator dengan jumlah oleum
yang ditentukan, menggunakan prinsip dominant bath untuk mengontrol panas konversi
sulfonasi dan mempertahankan suhu sekitar 55°C. Prinsip dominant bath yang digunakan
akan mempengaruhi netralisasi, karena campuran asam yang dinetralkan sebagian sangat
kental. Kemudian, diumpankan alkohol lemak dan oleum pada campuran yang sudah
tersulfonasi. Penggunaan oleum berfungsi untuk mengurangi natrium sulfat dalam produk
dan untuk mencegah sulfonasi berlebihan. Setelah itu, semua bahan dipompa melalui
sulfater, juga beroperasi pada prinsip dominant bath, untuk mempertahankan suhu antara
50–55°C yang bertujuan untuk menghasilkan campuran surfaktan.
2. Proses netralisasi
Produk tersulfonasi–sulfat dinetralkan dengan larutan NaOH di bawah suhu terkontrol
untuk menjaga fluiditas bubur surfaktan. Bubur surfaktan, sodium tripolifosfat, dan
sebagian besar aditif lain – lain dimasukkan ke dalam kruk (crutcher). Sejumlah besar air
dihilangkan dan pasta dikentalkan dengan reaksi hidrasi tripolifosfat sebagai berikut :
Na5P3O10 + 6H2O → Na5P3O10.6H2O
Campuran tersebut akan dipompa ke atas dan disemprotkan dibawah tekanan tinggi
menuju spray tower setinggi 24 meter, melewati udara panas dari tungku yang bertujuan
untuk menghasilkan butiran kering. Butiran kering dengan bentuk dan ukuran yang dapat
diterima dan kepadatan yang sesuai dipindahkan ke tingkat atas lagi dengan pengangkat
udara (air lift) yang mendinginkannya dari 115°C dan menstabilkan butiran. Kemudian,
butiran dipisahkan dalam siklon dan disaring melewati lalu diberi wewangian untuk
selanjutnya dikemas.

Kesimpulan
Pembuatan deterjen diawali dengan proses sulfonasi-sulfasi dengan prinsip dominant bath
untuk mengontrol panas konversi sulfonasi dan mempertahankan suhu antara 50–55°C
yang bertujuan untuk menghasilkan campuran surfaktan. Selanjutnya proses netralisasi
produk tersulfonasi–sulfat dengan larutan NaOH di bawah suhu terkontrol untuk menjaga
fluiditas bubur surfaktan.
BAB 30
PEMBUATAN GULA
GAMBAR 30.2

Untuk menghasilkan 100 kg gula rafinasi (sekitar 400 kg sirup residu juga diproduksi),
diperlukan bahan dan utilitas berikut :
1. Raw sugar (97°Pol.) 106 kg
2. Hydrated lime 0,05 kg
3. Kieselguhr 0,25 kg
4. Bone Char (in progress) 105–250 kg
5. Bone Char (revived) 25–75 kg
6. Bone Char (new) 0,25–0,3 kg
7. Condensed water 2000–3500 kg
8. Pure water 600 kg
9. Power process steam 175 kg
10. Power steam 175 kg
11. Char kiln fuel 58 MJ
12. Direct labor 0,66 work-h

Cara Kerja
1. Melakukan afinasi kristal gula yang di treated dengan sirup kental pada minglers
(konveyor fitted yang dilengkapi dengan strong mixing flights) untuk menghilangkan
lapisan molase yang menempel. Sirup digunakan karena dapat melarutkan lapisan atau
kotoran
2. Menghilangkan sirup dengan centrifuge dan cake gula disemprot dengan air
3. Membuang Kristal pada proses peleburan dimana pelarutan dalam air panas sekitar
setengah beratnya diencerkan untuk digunakan kembali sebagai sirup mingler.
4. Sisanya diencerkan menjadi sekitar 54 Brix dan dikirim ke char house untuk proses
clarification dan refiltration atau ke pans untuk direbus dengan peleburan kembali
5. Gula yang telah leleh dan yang telah dicuci (di kilang, dilelehkan)
6. Melakukan proses clarification atau defecation. Mechanical clarification membutuhkan
penambahan bahan inert serupa, pH selanjutnya diatur dan campuran disaring dalam
mesin press. Sistem ini memberikan hasil yang benar–benar jernih dengan warna yang
sedikit lebih baik dan secara inheren merupakan proses batch. Sedangkan clarification
secara kimia menggunakan frothing atau sistem karbonasi. Liquor ditreated untuk
frothing, mengandung gelembung udara yang terperangkap, memasuki clarifier pada
65oC. Dalam klarifikasi itu dipanaskan menyebabkan buih terbentuk yang naik ke
permukaan membawa gelatin tricalcium fosfat dan kotoran terperangkap. Liquor yang
diklarifikasi disaring dan dikirim ke dekolorisasi.
7. Mengirim Luquor yang telah diklarifikasi disaring lalu dikirim ke decolorization. Proses
ini mengurangi zat pewarna yang ada sebesar 25–45%, yang sangat mengurangi ukuran
penghilang warna berikutnya.
8. Melakukan sistem karbonasi dengan menambahkan karbon dioksida dari gas buang yang
digosok ke gula yang dilelehkan, yang endapannya membawa lebih dari 60% zat pewarna
yang ada dan dihilangkan dengan penyaringan.

Kesimpulan
Berdasarkan cara kerjanya dapat disimpukan bahwa pembuatan gula melakukan proses
clarification atau defecation. Mechanical clarification membutuhkan penambahan bahan inert
serupa, pH selanjutnya diatur dan campuran disaring dalam mesin press. Sistem ini
memberikan hasil yang benar–benar jernih dengan warna yang sedikit lebih baik dan secara
inheren merupakan proses batch. Sedangkan clarification secara kimia menggunakan frothing
atau sistem karbonasi. Sistem karbonasi dengan menambahkan karbon dioksida dari gas
buang yang digosok ke gula yang dilelehkan, yang endapannya membawa lebih dari 60% zat
pewarna yang ada dan dihilangkan dengan penyaringan.

Anda mungkin juga menyukai