Anda di halaman 1dari 89

PENATALAKSANAAN PADA

KASUS GADAR OBSTETRIK


EBM DALAM GADAR
Rr. Catur Leny Wulandari
a. Prinsip umum dan penanganan infeksi akut kasus obstetrik
Materi dan sepsis 
b. Tahap-tahap pencegahan infeksi 

c. Prinsip umum, penilaian dan

penanganan hipertensi dalam obstetric dan pre eklamsi/eklamsi

d. Prinsip umum penilaian dan penanganan persalinan macet

e. Prinsip umum penilaian dan penanganan persalinan preterm

f. Pemberian terapi antibiotika g. Evidence Based Midwifery


(EBM) dalam kegawatdaruratan 
Infeksi
daerah
operasi
Dasar
 Peraturan Menteri Kesehatan RI
nomor 27 tahun 2017 tentang
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI DI
FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN

 Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) edisi 1-2018
A. Prinsip Umum dan penanganan
infeksi akut kasus obstetrik dan sepsis 

suatu sindrom respon inflamasi


sistemik atau systemic
Syok septik/sepsis inflammatory response syndrome
(SIRS) yang terkait dengan adanya
suatu infeksi
Sindrom ini merupakan penyebab kematian tertinggi urutan
ke-13 di Amerika Serikat, dan meskipun perkembangan
dunia kedokteran

angka mortalitasnya masih belum berubah

Pasien menunjukkan adanya takikardia, takipneu, demam, dan lekositosis, atau


bahkan syok septik disertai gagal organ multiple. Seperti halnya SIRS, pelepasan
mediator inflamasi sistemik dalam sepsis berakibat terjadinya gangguan dalam
mikrosirkulasi, venodilatasi.
Patofisiologi :

Respon imun ini membangkitkan aktivasi


Mikroorganisme penyebab syok berbagai mediator kimiawi yang
septik adalah bakteri gram negatif. Ketika mempunyai berbagai efek yang mengarah
mikroorganisme menyerang jaringan pada syok, yaitu peningkatan
tubuh, pasien akan menunjukkan suatu permeabilitas kapiler, yang mengarah pada
respon imun. perembesan cairan dari kapiler dan
vasodilatasi.
Penatalaksanaan : Komplikasi
Pengumpulan spesimen urin,
darah, sputum dan drainase
luka dilakukan dengan tekhnik Kegagalan multi organ
aseptik. akibat penurunan aliran
darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan

Sindrom distres pernapasan


dewasa akibat destruksi
·      Pemberian cairan intravena pertemuan alveolus kapiler
dan obat-obatan yang ·      Pemberian suplementasi karena hipoksia
diresepkan termasuk antibiotik nutrisi tinggi kandungan
Dopamin, dan Vasopresor protein secara agresif dilakukan
untuk optimalisasi volume selama 4 hari dari awitan syok.
intravaskuler
Gambaran Klinis :
 Penurunan drastis
tekanan darah
Peningkatan
kecepatan denyut
jantung dan 
 Pucat pernapasan

Kulit yang dingin


dan lembab
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi
Permukaan benda disekitar kita,
Setiap orang (ibu, bayi baru
peralatan dan benda-benda lain Jika tidak diketahui apakah
lahir, penolong persalinan) harus Setiap orang harus yang akan dan telah bersentuhan permukaan, peralatan atau benda
dianggap dapat menularkan
penyakit karena infeksi dapat dianggap beresiko dengan permukaan kulit yang lainnya telah di proses dengan
tidak utuh, lecet-lecet, selaput benar maka semua itu haru
bersifat asimptomatik (tanpa terkena infeksi mukosa atau darah harus dianggap masih terkontaminasi
gejala)
dianggap terkontaminasi

keterbatasan
sumberdaya bukan
alasan tidak efektif Bekerja dengan hati-
Gunakan
PI hati (perhatikan
Perlindungan diri
faktor keamanan)
Standar 23 :

Pernyataan standar: Bidan mampu


mengenali secara tepat tanda dan gejala
Penanganan Sepsis Puerperalis
sepsis puerperalis, serta melakukan
pertolongan pertama atau merujuknya
1. Nyeri pelvik
2. Demam lbh 38,5 c
3. Vagina abnormal
4. Vagina berbau busuk
5. Sub involusi uteri
11
Komponen utama
Kewaspadaan Penatalaksanaan linen

Standar Perlindungan kesehatan


petugas
Kebersihan tangan
Penempatan pasien
Alat pelindung diri
Hygiene/respirasi/etika
Dekontaminasi peralatan batuk bersin
perawatan pasien
Praktik menyuntik yang
Kesehatan lingkungan aman

Pengelolaan limbah Praktik lumbal pungsi yang aman


1 Kebersihan tangan

Cuci tangan menggunakan sabun dan air Cuci tangan menggunakan alkohol
mengalir (alcohol-based handrubs) bila
 Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tangan tidak tampak kotor
tubuh pasien yaitu darah, cairan tubuh sekresi,
ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband,
walaupun telah memakai sarung tangan. Kuku petugas harus selalu bersih dan
 Bila tangan beralih dari area tubuh yang terpotong pendek, tanpa kuku palsu,
terkontaminasi ke area lainnya yang bersih, tanpa memakai perhiasan cincin
walaupun pada pasien yang sama
factors that decrease the effectiveness of hand hygiene

 Skin blisters / Long Ring Bracelet / dermatitis


nails > 3-4 mm watch
 Nails with nail polish
 Fake nails
2 Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri


adalah pakaian khusus
atau peralatan yang di
pakai petugas untuk
memproteksi diri dari
bahaya fisik, kimia,
biologi/bahan infeksius.
APD terdiri dari :
 sarung tangan
 masker/Respirator Partikulat
 pelindung mata (goggle)
 perisai/pelindung wajah
 kap penutup kepala
 gaun pelindung/apron
 sandal/sepatu tertutup (Sepatu
Boot).
Indikasi jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran
mukosa terkena atau terpercik darah atau
cairan tubuh atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari petugas.

Melepas APD segera


dilakukan jika
tindakan sudah
selesai di lakukan.

Tidak dibenarkan menggantung masker


di leher, memakai sarung tangan sambil
menulis dan menyentuh permukaan
lingkungan.
Dekontaminasi peralatan perawatan
3 pasien
penatalaksanaan peralatan bekas
pakai perawatan pasien yang
terkontaminasi darah atau cairan
tubuh.

Pre cleaning

cleaning

Disinfeksi

sterilisasi
4 Pengendalian Lingkungan

Perbaikan kualitas udara,


kualitas air, dan permukaan
lingkungan, serta desain
dan konstruksi bangunan,
dilakukan untuk mencegah
transmisi mikroorganisme
kepada pasien, petugas dan
pengunjung
5 Pengelolaan Limbah
RS dan fasyankes lain sebagai sarana
pelayanan kesehatan adalah tempat
berkumpulnya orang sakit maupun
sehat, dapat menjadi tempat sumber
penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan, juga
menghasilkan limbah yang dapat
menularkan penyakit
Wadah dan label limbah medis padat
Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL)
6 Penatalaksanaan Linen
Harus ada SOP penatalaksanaan linen
 Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung
tangan rumah tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
 Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen
terkontaminasi cairan tubuh
 pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh
perawat atau petugas.
 Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah
kontaminasi ke udara dan petugas yang menangani linen
tersebut. Semua linen kotor segera dibungkus/dimasukkan ke
dalam kantong kuning di lokasi penggunaannya dan tidak boleh
disortir atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai.
Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan
tubuh lainnya harus dibungkus, dimasukkan kantong
kuning dan diangkut/ditranportasikan secara berhati-
hati agar tidak terjadi kebocoran.
Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer
bedpan, spoelhoek atau toilet dan segera tempatkan
linen terkontaminasi ke dalam kantong
kuning/infeksius.
Pengangkutan dengan troli yang terpisah, untuk linen
kotor atau terkontaminasi dimasukkan ke dalam
kantong kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan
tidak lepas ikatan selama transportasi.Kantong tidak
perlu ganda.
Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi
sampai di laundry TERPISAH dengan linen yang
sudah bersih.
Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen
terkontaminasi seyogyanya langsung masuk mesin
cuci yang segera diberi disinfektan.
Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius
pada linen dilakukan melalui 2 tahap yaitu
menggunakan deterjen dan selanjutnya dengan
Natrium hipoklorit (Klorin) 0,5%.
Apabila dilakukan perendaman maka harus
diletakkan di wadah tertutup agar tidak
menyebabkan toksik bagi petugas.
7 Perlindungan Kesehatan Petugas
pemeriksaan kesehatan berkala terhadap
semua petugas baik tenaga kesehatan
maupun tenaga nonkesehatan

Fasyankes harus mempunyai kebijakan


untuk penatalaksanaan akibat tusukan
jarum atau benda tajam bekas pakai pasien
Petugas harus selalu waspada dan hati-hati
dalam bekerja untuk mencegah terjadinya
trauma saat menangani jarum, scalpel dan
alat tajam lain yang dipakai setelah
prosedur, saat membersihkan instrumen dan
saat membuang jarum
8 Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non
infeksius.
 Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi
infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne)
sebaiknya ruangan tersendiri.
 Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat
bersama pasien lain yang jenis infeksinya sama dengan
menerapkan sistem cohorting. Jarak antara tempat tidur
minimal 1 meter. Untuk menentukan pasien yang dapat
disatukan dalam satu ruangan, dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada Komite atau Tim PPI.
 Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda
kewaspadaan berdasarkan jenis transmisinya
(kontak,droplet, airborne).
8 Penempatan Pasien
 Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan
diri atau lingkungannya seyogyanya
dipisahkan tersendiri.
 Mobilisasi pasien infeksius yang jenis
transmisinya melalui udara (airborne) agar
dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk menghindari terjadinya
transmisi penyakit yang tidak perlu kepada
yang lain.
 Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat
bersama dengan pasien TB dalam satu
ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat
dengan sesama pasien TB.
9 Kebersihan Pernapasan, etika batuk dan bersin

1. Diterapkan untuk semua orang


terutama pada kasus infeksi dengan
jenis transmisi airborne dan droplet.
2. Fasyankes harus menyediakan sarana
cuci tangan seperti wastafel dengan
air mengalir, tisu, sabun cair, tempat
sampah infeksius dan masker bedah.
3. Petugas, pasien dan pengunjung
dengan gejala infeksi saluran napas,
harus melaksanakan dan mematuhi
langkah-langkah etika batuk atau
10 Praktik menyuntik yang aman
Menerapkan aseptic technique untuk mecegah
kontaminasi alat-alat injeksi
Tidak menggunakan spuit yang sama untuk
penyuntikan lebih dari satu pasien walaupun
jarum suntiknya diganti
Semua alat suntik yang dipergunakan harus
satu kali pakai untuk satu pasien dan satu
prosedur
Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk
satu kali (NaCl, WFI, dll)
Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila
memungkinkan) .
10 Praktik menyuntik yang aman
Tidak memberikan obat-obat single dose
kepada lebih dari satu pasien atau
mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul
untuk pemberian berikutnya.
Bila harus menggunakan obat-obat multi
dose, semua alat yang akan dipergunakan
harus steril
Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik yang membuat
Tidak menggunakan cairan pelarut untuk
lebih dari 1 pasien (kategori IB)
11 Praktik lumbal pungsi yang aman

 Semua petugas harus memakai


masker bedah, gaun bersih, sarung
tangan steril saat akan melakukan
tindakan lumbal pungsi, anestesi
spinal/epidural/pasang kateter vena
sentral.
 Penggunaan masker bedah pada
petugas dibutuhkan agar tidak
terjadi droplet flora orofaring yang
dapat menimbulkan meningitis
bakterial.
PRINSIP UMUM, PENILAIAN DAN
PENANGANAAN PENANGANAN HIPERTENSI
DALAM OBSTETRIC DAN PRE
EKLAMSI/EKLAMSI
A. Penegakkan Diagnosis Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.

Derajat hipertensi berdasarkan tekanan darah diastolik pada saat datang, dibagi menjadi ringan (90-
99mmHg), sedang (100-109 mmHg), dan berat (≥ 110 mmHg). Definisi hipertensi berat adalah
peningkatan tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik.

Alat tensimeter sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa, namun apabila tidak tersedia
dapatmenggunakan tensimeter jarum atau tensimeter otomatis yang sudah divalidasi. Laporan
terbaru menunjukkan pengukuran tekanan darah menggunakan alat otomatis sering memberikan
hasil yang lebih rendah.
Posisi manset setingkat dengan jantung, dan
Berdasarkan American Society of tekanan diastolik diukur dengan mendengar bunyi
Hypertension ibu diberi kesempatan korotkoff V (hilangnya bunyi). Ukuran manset
duduk tenang selama 15 menit sebelum yang sesuai dan kalibrasi alat juga senantiasa
dilakukan pengukuran tekanan darah diperlukan agar tercapai pengukuran tekanan darah
pemeriksaan. Pengukuran dilakukan pada yang tepat Pemeriksaan tekanan darah pada wanita
posisi duduk atau telentang, posisi lateral dengan hipertensi kronik harus dilakukan pada
kedua tangan, dengan menggunakan hasil
kiri, kepala ditinggikan 30 derajat pemeriksaan yang tertinggi
B. Penentuan Proteinuria
C. Penegakkan Diagnosis Preeklampsia
Berat
B. PENCEGAHAN SEKUNDER
Standar 17

Pernyataan standar : Bidan mengenali secara


tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam.
• Penanganan Kegawatan Pada Eklamsia.
Serta merujuk dan atau memberikan pertolongan
pertama
PEB EKLAMSI
A
PRINSIP UMUM PENILAIAN
DAN PENANGANAN
PERSALINAN MACET
Standar 18 :

Pernyataan standar : Bidan mengenali secara


Penanganan Kegawatan Pada Partus tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta
Lama/Macet melakukan penanganan yang memadai dan
tepat waktu atau merujuknya.
PRINSIP UMUM PENILAIAN
DAN PENANGANAN
PERSALINAN PRETERM
EVIDENCE BASED PRACTICE 

◦ David L. Sackett et al menyatakan bahwa praktik berbasis bukti adalah penggunaan bukti terbaik dan
terbaru secara teliti, eksplisit, dan bijaksana dalam membuat keputusan tentang perawatan pasien
individual. Praktek kedokteran berbasis bukti berarti mengintegrasikan keahlian klinis individu dengan
bukti klinis eksternal terbaik yang tersedia dari penelitian sistematis 
Praktik berbasis bukti melibatkan 5 tahapan : 

◦ Memformulasi pertanyaan klinis yang dapat dijawab 


◦ Menemukan berbagai bukti 
◦ Telaah berbagai bukti 
◦ Aplikasikan berbagai bukti 
◦ Evaluasi kinerja
Tingkat evidence
Membangun Strategi Pencarian Database yang Efektif

◦ Metode PICO 
◦ P (Pasien populasi dan masalah) 
◦ I (Intervenci, faktof prognosis atau keterpajanan) 
◦ C (Pembanding atau kontrol) 
◦ O (Keluaran) 
Sumber Evidence Base
◦ Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun berlangganan baik
hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada yang harus
dibayar namun banyak pula yang public domain. Contoh situs yang dapat diakses secarea gratis (open
access) seperti:
◦ Evidence Based Midwifery di Royal College Midwives Inggris : 
http://www.rcm.org.uk/ebm/volume-11-2013/volume-11-issue-1/the-physical-effect-of-exercise-in-pregn
ancy-on-pre-eclampsia-gestational-diabetes-birthweight-and-type-of-delivery-a-struct/
◦ Midwifery Today :
◦ http://www.midwiferytoday.com/articles/midwifestouch.asp
◦ Comfort in Labor : http://Childbirthconnection.org.
◦ Journal of Advance Research in Biological Sciences :
http://www.ejmanager.com/mnstemps/86/86-1363938342.pdf?t=1370044205
◦ American Journal of Obstetric and Gynecology : http://ajcn.nutrition.org/
◦ American Journal of Public Health : http://ajcn.nutrition.org/
◦ American Journal of Nursing :
◦ http://journals.lww.com/ajnonline/pages/default.aspx

Anda mungkin juga menyukai